Anda di halaman 1dari 4

BAB III

PEMBAHASAN

Penggunaan ventilator memiliki beberapa manfaat dan risiko. Manfaat dari penggunaan
ventilator adalah mengurangi kebutuhan energi pasien untuk bernapas sehingga dapat membantu
proses pemulihan; memberikan oksigenasi dan ventilasi yang adekuat; dan mempertahankan
jalur nafas agar tetap paten. Adapun salah satu risiko penggunaan ventilator adalah infeksi
terutama pneumonia.12
Hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen pasien dengan ventilator adalah ventilator
care bundle. Ventilator care bundle dapat membantu mengurangi mortalitas dan morbiditas.
Tujuan utama intervensi-intervensi tersebut adalah untuk mengurangi insiden ventilator-
associated pneumonia (VAP) dan komplikasi lain yang berhubungan dengan penggunaan
ventilator. Ventilator care bundle terdiri dari beberapa bagian yang diberi akronim FASTHUG
BID (Feeding/fluid, Analgesia, Sedation, Thromboembolic prophylaxis, Head of the bed
elevated, Stress ulcer prevention, Glucose control, Bowel regimen, Indwelling catheter removal,
De-escalation of antibiotics).4
Hand hygiene secara umum terdapat 4 jenis yaitu, cuci tangan dengan alkohol hand-rub,
cuci tangan menggunakan sabun, cuci tangan dengan sabun atau detergen yang mengandung
antiseptik, dan cuci tangan dengan alkohol hand-rub atau dengan sabun atau detergen yang
mengandung antiseptik sebelum melakukan tindakan operasi. Langkah-langkah cuci tangan juga
diterapkan pada seluruh jenis hand hygiene tersebut, terdapat 6 langkah cuci tangan untuk
menjangkau seluruh bagian tangan mulai dari telapak tangan, punggung tangan dan sela-sela
pangkal jari, sela-sela ujung jari, bagian luar jari tangan, bagian jempol dan ujung jari serta kuku.
Hand hygiene sebaiknya dilakukan pada 5 situasi, yaitu sebelum menyentuh pasien, sebelum
melakukan tindakan aseptik, setelah kontak dengan cairan pasien, setelah menyentuh pasien dan
setelah kontak dengan lingkungan disekitar pasien.15 Penerapan hand hygiene pada ICU RSUP
Prof Ngoerah biasanya menggunakan alkohol hand-rub dan sabun dengan antiseptik dengan
menerapkan 6 langkah cuci tangan serta pada 5 situasi.
Oral hygiene dengan chlorhexidine diberikan pada pasien dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya plak gigi dan gingivitis, sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya infeksi
nosokomial pada pasien yang dirawat.16 Penerapan pemberian chlorhexidine pada pasien yang
dirawat di ICU RSUP Prof Ngoerah dilakukan sebanyak 2 kali sehari atau setiap 12 jam dan juga
disertai dengan pemberian aquabidest setiap 2 jam sekali. Selain dilakukan oral hygiene dengan
chlorhexidine juga dilakukan suction secara berkala yaitu setiap 1 jam. Penanganan ini sesuai
dengan perjalanan penyakit pneumonia dimana terjadinya VAP diakibatkan oleh karena mikro
aspirasi kolonisasi kuman pada mukosa orofaring akibat intubasi, sehingga area mulut pasien
harus dibersihkan dan dilakukan suction secara berkala untuk mencegah terjadinya infeksi.
Peptic ulcer prophylaxis adalah penanganan yang diwajibkan untuk pasien critical ill,
namun juga dapat meningkatkan risiko terjadinya nosokomial pneumonia, karena pemberiannya
dapat meningkatkan pH sehingga meningkatkan pertumbuhan bakteri di lambung. Pemberian H2
blocker lebih sering digunakan dibandingkan sukralfat.
Feeding/fluid, tubuh pasien kritis dan pasien dengan ventilasi mekanik berada dalam
kondisi hiperkatabolik. Oleh karena itu nutrisi adalah aspek yang penting dalam manajemen
pasien di ICU. Pemberian nutrisi secara enteral melalui selang nasogastrik atau nasojejunal lebih
direkomendasikan karena lebih fisiologis, mengurangi translokasi bakteri gastrointestinal, dan
hemat biaya. Nutrisi parenteral total dilakukan bila terdapat kontraindikasi nutrisi enteral atau
nutrisi enteral mustahil dilakukan. Akan tetapi, nutrisi parenteral total terkadang membutuhkan
akses vena sentral, mahal, dan dapat menyebabkan beberapa komplikasi.10,14
Analgesia, nyeri akan mempengaruhi pemulihan pasien baik secara psikologis dan secara
fisiologis. Oleh karena itu tatalaksana nyeri yang adekuat diperlukan dalam perawatan pasien.
Tatalaksana nyeri dilakukan dengan analgetik multimodal yang dievaluasi setiap hari. 14,15
Sedation, sedasi diperlukan terutama pada pasien yang gelisah dan “melawan” ventilator.
Batuk berulang dan usaha “melawan” ventilator dan menyebabkan gangguan hemodinamik,
gangguan pertukaran gas, dan dapat menyebabkan barotrauma. Sedatif yang biasa digunakan
termasuk opioid (morfin atau fentanyl), benzodiazepine (biasanya midazolam), propofol, dan
dexmedetomidine. Agen-agen tersebut dapat digunakan secara tunggal atau kombinasi dan
biasanya diberikan melalui infus secara kontinu. 4 Pilihan sedatif yang digunakan pada pasien ini
selama perawatan di ICU yaitu Midazolam dosis titrasi dengan target RASS score -2 hingga
RASS score 0 yang bertujuan untuk meminimalisir sedasi, mempercepat ekstubasi, dan
mobilisasi pasien.
Thromboembolic prophylaxis, tromboemboli dan emboli paru adalah hal yang berbahaya
pada pasien dengan ventilator. Profilaksis VTE dapat dilakukan secara mekanik, farmakologis,
dan intervensi invasif. Profilaksis yang sering digunakan adalah stocking elastis dan pemberian
LMWH (low molecular weight heparin). Penggunaan filter vena cava inferior dapat
dipertimbangkan apabila terdapat kontraindikasi LMWH. Akan tetapi, kejadian VTE masih
tinggi yaitu mencapai 1 dari 6 pasien meskipun dengan profilaksis. 4’12 Pilihan profilaksis VTE
pada pasien ini selama perawatan di ICU RSUP Prof Ngoerah yaitu secara mekanik dengan alih
tirah baring setiap 8 jam. Penggunaan terapi kolaborasi antara mekanik dan farmakologis dapat
dilakukan dengan perhitungan Wells Score atau kriteria Welss dengan ditemukannya skor ≥2 dan
juga tidak adanya kontraindikasi penggunaan LMWH pada pasien yang sedang dirawat di ICU.
Head of the bed elevated, beberapa studi menunjukkan bahwa elevasi sebesar 30° - 45°
akan mengurangi risiko terjadinya gastroesofageal reflux dan mengurangi risiko infeksi
nosokomial.14,15 Penerapan elevasi kepala bed sebesar 30° - 45° pada pasien ini dilakukan sejak
hari pertama dilakukan perawatan di ruang ICU dimana perlakuan ini bertujuan untuk mencegah
terjadinya aspirasi yang mungkin akan menyebabkan pneumonia.
Stress ulcer prevention, pasien dengan ventilator rentan terjadi ulkus gaster, sehingga
Peptic Ulcer Diseases (PUD) Prophylaxis wajib diberikan, namun pemberiannya dapat
meningkatkan risiko terjadinya nosokomial pneumonia, karena dapat meningkatkan pH sehingga
meningkatkan pertumbuhan bakteri di lambung. Pemberian H2 blocker lebih sering digunakan
dibandingkan sukralfat.
Glucose control, hiperglikemia akan meningkatkan mortalitas dan memperburuk
prognosis pasien. Selain itu, kondisi hiperglikemia memberikan efek proinflamasi pada
pasien.14,15
Bowel regimen, gangguan pada sistem gastrointestinal seperti ileus, diare, dan konstipasi
sering terjadi pada pasien kritis. Diare dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit,
dehidrasi, anemia akibat iritasi hemoroid, dan delirium. Konstipasi akan menyebabkan
intoleransi makanan dan delirium. Oleh karena itu evaluasi dan tatalaksana untuk
mempertahankan fungsi gastrointestinal diperlukan.16
Indwelling catheter removal, kateter baik urin, arteri, vena sentral, dan hemodialisa
sering digunakan pada pasien kritis. Penggunaan kateter memiliki risiko tinggi untuk terjadi
infeksi lokal dan sistemik. Oleh karena itu, kateter harus segera dilepas apabila sudah tidak
diperlukan.16
De-escalation of antibiotics, saat menunggu hasil kultur suatu spesimen, penggunaan
antibiotik empirik sangat penting dalam menangani infeksi nosokomial. Saat hasil kultur sudah
didapatkan maka terapi antibiotik harus segera dikonversi ke antibiotik yang spesifik. Hal ini
dilakukan untuk mengurangi penggunaan antibiotik pada pasien.16

Anda mungkin juga menyukai