Sebenarnya pengadaannya apakah diperlukan? Yogyakarta, PKPedia – Sejumlah keraguan mengenai fungsionalitas terkait pengadaan food estate mulai timbul pada benak masyarakat, seperti apakah food estate sendiri memang diperlukan? Pertanyaan yang timbul sebab beberapa waktu lalu kritikan mulai dilontarkan pada food estate yang saat ini sedang berjalan pada era Presiden Joko Widodo. Kebijakan, tujuan, pelaksanaan dan manfaat mengenai program food estate pun turut dikaji guna menjawab pertanyaan mengenai dampak dari food estate sendiri yang sebenarnya jika ditelisik lebih dalam memang dibutuhkan pengadaannya. Food estate kini menjadi suatu isu yang sedang diperbincangkan khalayak dari kalangan biasa hingga kalagan pejabat politik. Prabowo Subianto selaku Menteri Pertahanan menjadi leading sector pada program food estate bersama dengan Menteri Pertanian. Serba – serbi program food estate yang sedang dikerjakan oleh Prabowo Subianto pada era pemerintahan Presiden Joko Widodo kemudian mendapatkan perhatian dari Sekjen Partai PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto yang menganggap bahwa program food estate sendiri dinilai sebagai bentuk kejahatan lingkungan. Publik berasumsi bahwa komentar yang dilontarkan oleh Hasto Kristiyanto adalah sebagai salah satu bentuk keterkaitan dengan Pilpres 2024, yang mana Prabowo Subianto selaku leading sector program food estate juga turut menjadi bakal calon presiden 2024. Dibalik memanasnya komentar – komentar yang dilontarkan terkait food estate, banyak masyarakat mulai bertanya – tanya sebenarnya food estate sendiri memang diperlukan atau tidak untuk Indonesia. Menanggapi hal tersebut, Khudori selaku Pegiat Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) dan Komite Pendayagunaan Pertanian (KPP) menyatakan bahwa permasalahan mengenai food estate ini dapat dipahami melalui dua sisi. Pada sisi yang pertama dapat dipahami bahwa dengan adanya pengadaan food estate ini menjadi bagian upaya penambahan luas lahan pertanian, sebab luasan lahan pertanian di Indonesia yang dapat ditanami perkapita hanya sebesar 0,0096 hektare. Pandangan sisi yang kedua yaitu pengadaan food estate juga turut menjadi sebuah upaya untuk memindahkan basis pangan dari Jawa keluar Jawa, seperti yang diketahui bahwa hingga saat ini Jawa masih menjadi basis produksi berbagai komoditas penting untuk pangan seperti produksi padi pada 2022 yang berkisar pada 56,1%. Memahami kedua sisi tersebut dapat dilihat bahwa Indonesia sebenarnya memiliki kemampuan besar dalam memenuhi kebutuhan pangan, terutama pangan produksi sendiri terlebih Indonesia merupakan tropis. Memperhatikan perkembangan food estate sendiri, diperlukan pula pandangan dari seorang penyuluh pertanian terkait isu ini sebab food estate erat kaitannya dengan pertanian. Penyuluh pertanian sendiri sudah sepenuhnya memahami mengenai kebijakan food estate yang berlaku di Indonesia, “Kebijakan lumbung pangan itu kan sebenarnya sudah dikeluarkan oleh pemerintah pada UU no. 18 tahun 2012 pasal 33 yang mengamanatkan bahwa pemerintah dan Pemda memfasilitasi penguatan sistem cadangan pangan masyarakat sesuai kearifan lokal.” ujar Ibu Setyaningsih selaku Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kabupaten Tegal. Hal ini berarti bahwa food estate dapat dijadikan jaminan atas keterjangkauan pangan di masyarakat, sebab pemerintah pada setiap daerah pun turut memfasilitasi untuk pengadaannya. Sebagai seorang penyuluh, Ibu Setyaningsih juga menilai bahwa food estate sendiri memberikan dampak baik kepada peningkatan penghasilan baik bagi petani dan juga pengusaha lokal, “Lumbung pangan ini nantinya dapat mengembangkan kelembagaan cadangan pangan masyarakat sehingga akan terdapat peningkatan usaha ekonomi terutama dalam hal distribusi pangan, tunda jual gabah, pengolahan hasilnya untuk jual beras, dan juga simpan pinjam.’’ tutur Ibu Setyaningsih. Memahami pernyataan yang dilontarkan oleh Ibu Setyaningsih dapat diartikan bahwa pengadaan food estate sendiri sebenarnya memberikan banyak manfaat baik untuk petani dan pengusaha lokal karena hasil produksi mereka dipasarkan secara konsisten untuk lumbung panngan. Menelisik lebih jauh mengenai food estate di Indonesia sendiri sebenarnya dinilai sebagai investasi ekonomi jangka panjang bagi Indonesia, sejalan dengan hal tersebut kami menemui Bapak Gilang Wirakusuma selaku dosen program studi Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada yang turut menyoroti mengenai masalah food estate ini. “Manfaat normatif food estate tentunya banyak sekali ya, bisa dilihat sekarang mulai dari penyediaan pangan, penyerapan tenaga kerja, dan akan terjadi pemerataan karena food estate ini kan harapannya nanti akan berbasis di wilayah Indonesia timur seperti Kalimantan dan Papua karena nanti akan erat hubungannya dengan pengangkutan serta membuka kegiatan industrialisasi khusunya agroindustri begitu.’’ ujar Pak Gilang. Beliau menambahkan bahwa food estate sendiri memainkan nilai kapitalisasi investasi ekonomi yang besar untuk Indonesia berupa penyumbangan devisa Indonesia, “Banyak sekali sebenarnya devisa yang disumbangkan oleh food estate, kalau ditelisik lebih dalam lagi dapat dilihat bahwa penyumbangannya berasal dari komoditas ekspor dan komoditas domestik, tapi tentunya manfaat ekonomi ini dapat dirasakan dengan catatan asalkan food estate ini berjalan secara konsisten kan begitu sebenarnya.” tambah Pak Gilang. Selain menambah devisa negara, menyejahterakan petani, dan perluasan lahan pertanian, Pak Gilang menuturkan bahwa terdapat tujuan lain pemerintah yang dinilai tak kalah penting. “Food estate sendiri sebenarnya tujuan utama lainnya kan juga agar Indonesia itu nantinya tidak bergantung pada impor, supaya stabilisasi ketahanan pangan nasional itu masih ada.” ujar Pak Gilang ketika ditemui di ruangannya beberapa waktu lalu. Pengurangan impor yang didambakan oleh pemerintah sendiri memang didasari oleh potensi komoditas menjanjikan yang dimiliki oleh Indonesia yakni kedelai, padi, tebun, bawang merah, dan bawang putih yang memang dinilai sangat menjanjikan jika dilihat perkembangannya. Tujuan – tujuan besar yang dicanangkan dengan pengadaan food estate sendiri sampai sekarang masih sangat diupayakan agar dapat terwujud satu – persatu. “Tidak mudah untuk menjalankan food estate.” ujar Pak Gilang, beliau menambahkan bahwa kondisi food estate di Indonesia yang sedang berlangsung saat ini memang dinilai mengkhawatirkan karena pemanfaatan lahan yang digunakan untuk penanaman terbilang masih kurang dari 10% dari keseluruhan lahan yang ada. Angka 10% dari keseluruhan lahan yang ada memang dinilai sangat kecil sehingga food estate Indonesia saat ini terlihat tidak berjalan atau berada dalam kondisi yang mangkrak. Penggunaan lahan food estate yang minim itu menurut Pak Gilang sendiri disebabkan karena lahan – lahan dari komoditas yang dicanangkan akan menjadi unggulan food estate sendiri masih banyak terdapat di daerah Indonesia tertentu, seperti lahan tebu yang kebanyakan memang masih terdapatdi Jawa Timur. Kondisi seperti inilah yang kemudian menyebabkan daerah yang diharapkan menjadi lahan food estate seperti Papua dan Kalimantan sulit untuk melakukan penanaman komoditas unggulan food estate. Hal ini kemudian berimbas pada manfaat normatif yang diharapkan menjadi sulit terpenuhi karena lahan dan pemerataan komoditas tidak berjalan sebagaimana mestinya. Meninjau dari beragam kebijakan, manfaat, dan kondisi terkait food estate sendiri sebenarnya dapat dikatakan bahwa pengadaan food estate memang sangat dibutuhkan. Tujuan dan manfaat yang ditimbulkan pun memang dinilai akan sangat menyejahterakan bangsa dan juga masyarakat, kebijakan yang berjalan pun memang dirasa sudah matang. Masalah utama kini memang terdapat pada pemerataan yang memang cukup sulit dilakukan, sehingga sebenarnya walaupun food estate memang sangat diperlukan namun pelaksanaannya memang sulit. Identifikasi Berita: a. News Determinant - Prominence: Karena dalam berita yang saya tulis melibatkan tiga tokoh politik yang cukup terkenal yakni Presiden Indonesia Joko Widodo, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, dan Sekjen Partai PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto yang memang saling mengkritik. Pelibatan tokoh terkenal tersebut kemudian nantinya akan menarik minat pembaca untuk membaca. - Proximity: Berita yang saya tulis memiliki kondisi yang dekat dengan masyarakat karena erat kaitannya dengan masalah pertanian dan penyejahteraan hidup masyarakat seperti pengadaan lapangan kerja dan kebutuhan pangan. - Timeliness: Berita yang saya tulis merupakan berita yang aktual, sebab hingga saat ini isu mengenai food estate masih kerap dibahas terlebih terkait beberapa waktu lalu Sekjen Partai PDI Perjuangan pun melontarkan kritikan terhadap program food estate. - Human Interest: Berita yang saya tulis mengandung unsur daya tarik yang digemari oleh masyarakat yakni berupa saling kritik antara pegiat politik, yang tentunya akan mengundang ketertarikan masyarakat, sebab seperti yang diketahui masyarakat sendiri memang memiliki tingkat penasaran yang cukup tinggi terhadap isu – isu yang mulai memanas. - Consequence/impact: Berita mengenai food estate seperti ini nantinya akan berdampak pada kehidupan masyarakat, selain masyarakat yang memang memiliki profesi yang erat kaitannya dengan food estate namun juga bagi masyarakat lainnya mengenai ketersediaan pangan untuk mereka agar masyarakat lebih sadar terhadap pentingnya food estate. b. Teknik Wawancara Dalam pencarian berita menggunakan sistem menciptakan sendiri (inventing) sebab sudah terdapat berita acuan yang mencakup data dan fakta, kemudian dilanjutkan dengan sistem wawancara menggunakan teknik yang halus dan informatif kepada narasumber yakni Ibu Setyaningsih PPL Kabupaten Tegal dan Bapak Gilang Wirakusuma dosen Ekonomi Pertanian dan Agribisnis Universitas Gadjah Mada, alasan pemilihan teknik tersebut dilakukan untuk lebih banyak mendapatkan informasi pengembang dari fakta serta data yang sudah ada dan guna mengungkap lebih jauh mengenai food estate. c. Jenis Headline dan Lead - Headline: Jenis headline yang digunakan berdasarkan keserasian baris dalam penulisan berita ini merupakan pyramide headline karena susunannya terdiri lebih dari satu baris dan bentuknya seperti piramida. Menurut tingkat kepentingannya jenis headline yang dimuat merupakan spread headline karena berita yang dimuat merupakan berita penting namun besar dan ukurannya lebih kecil dibandingkan banner headline. Berdasarkan segi tipografinya, headline yang dimuat merupakan rocket headline karena terdapat headline yang dicetak lebih kecil dan pendek yang ditempatkan di bawah headline yang besar dan panjang. - Lead: Berita yang saya tulis memuat “WHAT lead” sebab lead yang tertulis menjawab pertanyaan pembaca mengenai peristiwa apa yang menjadi fokus, jawaban terkai pertanyaan tersebut menjadi fokus pada penulisan lead tersebut yakni terkait keraguan tentang apakah food estate memang diperlukan yang kemudian dilakukan kajian terkait pelaksanaan, manfaat, kebijakan, dan tujuannya. Lead yang dimuat juga termasuk ke dalam “QUESTION lead” karena terdapat pertanyaan yang dilontarkan pada lead yang kemudian dijawab secara rinci pada berita.