Anda di halaman 1dari 6

Nabilla Putri Manusakerti

22/493546/PN/17664
Jurnalisme Pertanian T

UTS Take Home Assignment Jurnalisme Pertanian


Dosen Pengampu: Mesalia Kriska, S. P., M. Sc.

Food Estate Dinilai Sebagai Kejahatan Lingkungan:


Sebenarnya pengadaannya apakah diperlukan?
Yogyakarta, PKPedia – Sejumlah keraguan mengenai fungsionalitas terkait pengadaan
food estate mulai timbul pada benak masyarakat, seperti apakah food estate sendiri
memang diperlukan? Pertanyaan yang timbul sebab beberapa waktu lalu kritikan mulai
dilontarkan pada food estate yang saat ini sedang berjalan pada era Presiden Joko
Widodo. Kebijakan, tujuan, pelaksanaan dan manfaat mengenai program food estate pun
turut dikaji guna menjawab pertanyaan mengenai dampak dari food estate sendiri yang
sebenarnya jika ditelisik lebih dalam memang dibutuhkan pengadaannya.
Food estate kini menjadi suatu isu yang sedang diperbincangkan khalayak dari kalangan
biasa hingga kalagan pejabat politik. Prabowo Subianto selaku Menteri Pertahanan menjadi
leading sector pada program food estate bersama dengan Menteri Pertanian. Serba – serbi
program food estate yang sedang dikerjakan oleh Prabowo Subianto pada era pemerintahan
Presiden Joko Widodo kemudian mendapatkan perhatian dari Sekjen Partai PDI Perjuangan
Hasto Kristiyanto yang menganggap bahwa program food estate sendiri dinilai sebagai bentuk
kejahatan lingkungan. Publik berasumsi bahwa komentar yang dilontarkan oleh Hasto
Kristiyanto adalah sebagai salah satu bentuk keterkaitan dengan Pilpres 2024, yang mana
Prabowo Subianto selaku leading sector program food estate juga turut menjadi bakal calon
presiden 2024.
Dibalik memanasnya komentar – komentar yang dilontarkan terkait food estate, banyak
masyarakat mulai bertanya – tanya sebenarnya food estate sendiri memang diperlukan atau tidak
untuk Indonesia. Menanggapi hal tersebut, Khudori selaku Pegiat Asosiasi Ekonomi Politik
Indonesia (AEPI) dan Komite Pendayagunaan Pertanian (KPP) menyatakan bahwa permasalahan
mengenai food estate ini dapat dipahami melalui dua sisi. Pada sisi yang pertama dapat dipahami
bahwa dengan adanya pengadaan food estate ini menjadi bagian upaya penambahan luas lahan
pertanian, sebab luasan lahan pertanian di Indonesia yang dapat ditanami perkapita hanya
sebesar 0,0096 hektare. Pandangan sisi yang kedua yaitu pengadaan food estate juga turut
menjadi sebuah upaya untuk memindahkan basis pangan dari Jawa keluar Jawa, seperti yang
diketahui bahwa hingga saat ini Jawa masih menjadi basis produksi berbagai komoditas penting
untuk pangan seperti produksi padi pada 2022 yang berkisar pada 56,1%. Memahami kedua sisi
tersebut dapat dilihat bahwa Indonesia sebenarnya memiliki kemampuan besar dalam memenuhi
kebutuhan pangan, terutama pangan produksi sendiri terlebih Indonesia merupakan tropis.
Memperhatikan perkembangan food estate sendiri, diperlukan pula pandangan dari
seorang penyuluh pertanian terkait isu ini sebab food estate erat kaitannya dengan pertanian.
Penyuluh pertanian sendiri sudah sepenuhnya memahami mengenai kebijakan food estate yang
berlaku di Indonesia, “Kebijakan lumbung pangan itu kan sebenarnya sudah dikeluarkan oleh
pemerintah pada UU no. 18 tahun 2012 pasal 33 yang mengamanatkan bahwa pemerintah dan
Pemda memfasilitasi penguatan sistem cadangan pangan masyarakat sesuai kearifan lokal.” ujar
Ibu Setyaningsih selaku Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kabupaten Tegal. Hal ini berarti
bahwa food estate dapat dijadikan jaminan atas keterjangkauan pangan di masyarakat, sebab
pemerintah pada setiap daerah pun turut memfasilitasi untuk pengadaannya. Sebagai seorang
penyuluh, Ibu Setyaningsih juga menilai bahwa food estate sendiri memberikan dampak baik
kepada peningkatan penghasilan baik bagi petani dan juga pengusaha lokal, “Lumbung pangan
ini nantinya dapat mengembangkan kelembagaan cadangan pangan masyarakat sehingga akan
terdapat peningkatan usaha ekonomi terutama dalam hal distribusi pangan, tunda jual gabah,
pengolahan hasilnya untuk jual beras, dan juga simpan pinjam.’’ tutur Ibu Setyaningsih.
Memahami pernyataan yang dilontarkan oleh Ibu Setyaningsih dapat diartikan bahwa pengadaan
food estate sendiri sebenarnya memberikan banyak manfaat baik untuk petani dan pengusaha
lokal karena hasil produksi mereka dipasarkan secara konsisten untuk lumbung panngan.
Menelisik lebih jauh mengenai food estate di Indonesia sendiri sebenarnya dinilai sebagai
investasi ekonomi jangka panjang bagi Indonesia, sejalan dengan hal tersebut kami menemui
Bapak Gilang Wirakusuma selaku dosen program studi Ekonomi Pertanian dan Agribisnis,
Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada yang turut menyoroti mengenai masalah food
estate ini. “Manfaat normatif food estate tentunya banyak sekali ya, bisa dilihat sekarang mulai
dari penyediaan pangan, penyerapan tenaga kerja, dan akan terjadi pemerataan karena food estate
ini kan harapannya nanti akan berbasis di wilayah Indonesia timur seperti Kalimantan dan Papua
karena nanti akan erat hubungannya dengan pengangkutan serta membuka kegiatan
industrialisasi khusunya agroindustri begitu.’’ ujar Pak Gilang. Beliau menambahkan bahwa
food estate sendiri memainkan nilai kapitalisasi investasi ekonomi yang besar untuk Indonesia
berupa penyumbangan devisa Indonesia, “Banyak sekali sebenarnya devisa yang disumbangkan
oleh food estate, kalau ditelisik lebih dalam lagi dapat dilihat bahwa penyumbangannya berasal
dari komoditas ekspor dan komoditas domestik, tapi tentunya manfaat ekonomi ini dapat
dirasakan dengan catatan asalkan food estate ini berjalan secara konsisten kan begitu
sebenarnya.” tambah Pak Gilang.
Selain menambah devisa negara, menyejahterakan petani, dan perluasan lahan pertanian,
Pak Gilang menuturkan bahwa terdapat tujuan lain pemerintah yang dinilai tak kalah penting.
“Food estate sendiri sebenarnya tujuan utama lainnya kan juga agar Indonesia itu nantinya tidak
bergantung pada impor, supaya stabilisasi ketahanan pangan nasional itu masih ada.” ujar Pak
Gilang ketika ditemui di ruangannya beberapa waktu lalu. Pengurangan impor yang didambakan
oleh pemerintah sendiri memang didasari oleh potensi komoditas menjanjikan yang dimiliki oleh
Indonesia yakni kedelai, padi, tebun, bawang merah, dan bawang putih yang memang dinilai
sangat menjanjikan jika dilihat perkembangannya. Tujuan – tujuan besar yang dicanangkan
dengan pengadaan food estate sendiri sampai sekarang masih sangat diupayakan agar dapat
terwujud satu – persatu. “Tidak mudah untuk menjalankan food estate.” ujar Pak Gilang, beliau
menambahkan bahwa kondisi food estate di Indonesia yang sedang berlangsung saat ini memang
dinilai mengkhawatirkan karena pemanfaatan lahan yang digunakan untuk penanaman terbilang
masih kurang dari 10% dari keseluruhan lahan yang ada.
Angka 10% dari keseluruhan lahan yang ada memang dinilai sangat kecil sehingga food
estate Indonesia saat ini terlihat tidak berjalan atau berada dalam kondisi yang mangkrak.
Penggunaan lahan food estate yang minim itu menurut Pak Gilang sendiri disebabkan karena
lahan – lahan dari komoditas yang dicanangkan akan menjadi unggulan food estate sendiri masih
banyak terdapat di daerah Indonesia tertentu, seperti lahan tebu yang kebanyakan memang masih
terdapatdi Jawa Timur. Kondisi seperti inilah yang kemudian menyebabkan daerah yang
diharapkan menjadi lahan food estate seperti Papua dan Kalimantan sulit untuk melakukan
penanaman komoditas unggulan food estate. Hal ini kemudian berimbas pada manfaat normatif
yang diharapkan menjadi sulit terpenuhi karena lahan dan pemerataan komoditas tidak berjalan
sebagaimana mestinya.
Meninjau dari beragam kebijakan, manfaat, dan kondisi terkait food estate sendiri
sebenarnya dapat dikatakan bahwa pengadaan food estate memang sangat dibutuhkan. Tujuan
dan manfaat yang ditimbulkan pun memang dinilai akan sangat menyejahterakan bangsa dan
juga masyarakat, kebijakan yang berjalan pun memang dirasa sudah matang. Masalah utama kini
memang terdapat pada pemerataan yang memang cukup sulit dilakukan, sehingga sebenarnya
walaupun food estate memang sangat diperlukan namun pelaksanaannya memang sulit.
Identifikasi Berita:
a. News Determinant
- Prominence: Karena dalam berita yang saya tulis melibatkan tiga tokoh politik yang
cukup terkenal yakni Presiden Indonesia Joko Widodo, Menteri Pertahanan Prabowo
Subianto, dan Sekjen Partai PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto yang memang saling
mengkritik. Pelibatan tokoh terkenal tersebut kemudian nantinya akan menarik minat
pembaca untuk membaca.
- Proximity: Berita yang saya tulis memiliki kondisi yang dekat dengan masyarakat
karena erat kaitannya dengan masalah pertanian dan penyejahteraan hidup
masyarakat seperti pengadaan lapangan kerja dan kebutuhan pangan.
- Timeliness: Berita yang saya tulis merupakan berita yang aktual, sebab hingga saat ini
isu mengenai food estate masih kerap dibahas terlebih terkait beberapa waktu lalu
Sekjen Partai PDI Perjuangan pun melontarkan kritikan terhadap program food estate.
- Human Interest: Berita yang saya tulis mengandung unsur daya tarik yang digemari
oleh masyarakat yakni berupa saling kritik antara pegiat politik, yang tentunya akan
mengundang ketertarikan masyarakat, sebab seperti yang diketahui masyarakat
sendiri memang memiliki tingkat penasaran yang cukup tinggi terhadap isu – isu yang
mulai memanas.
- Consequence/impact: Berita mengenai food estate seperti ini nantinya akan
berdampak pada kehidupan masyarakat, selain masyarakat yang memang memiliki
profesi yang erat kaitannya dengan food estate namun juga bagi masyarakat lainnya
mengenai ketersediaan pangan untuk mereka agar masyarakat lebih sadar terhadap
pentingnya food estate.
b. Teknik Wawancara
Dalam pencarian berita menggunakan sistem menciptakan sendiri (inventing) sebab
sudah terdapat berita acuan yang mencakup data dan fakta, kemudian dilanjutkan dengan
sistem wawancara menggunakan teknik yang halus dan informatif kepada narasumber
yakni Ibu Setyaningsih PPL Kabupaten Tegal dan Bapak Gilang Wirakusuma dosen
Ekonomi Pertanian dan Agribisnis Universitas Gadjah Mada, alasan pemilihan teknik
tersebut dilakukan untuk lebih banyak mendapatkan informasi pengembang dari fakta
serta data yang sudah ada dan guna mengungkap lebih jauh mengenai food estate.
c. Jenis Headline dan Lead
- Headline: Jenis headline yang digunakan berdasarkan keserasian baris dalam
penulisan berita ini merupakan pyramide headline karena susunannya terdiri lebih
dari satu baris dan bentuknya seperti piramida. Menurut tingkat kepentingannya jenis
headline yang dimuat merupakan spread headline karena berita yang dimuat
merupakan berita penting namun besar dan ukurannya lebih kecil dibandingkan
banner headline. Berdasarkan segi tipografinya, headline yang dimuat merupakan
rocket headline karena terdapat headline yang dicetak lebih kecil dan pendek yang
ditempatkan di bawah headline yang besar dan panjang.
- Lead: Berita yang saya tulis memuat “WHAT lead” sebab lead yang tertulis
menjawab pertanyaan pembaca mengenai peristiwa apa yang menjadi fokus, jawaban
terkai pertanyaan tersebut menjadi fokus pada penulisan lead tersebut yakni terkait
keraguan tentang apakah food estate memang diperlukan yang kemudian dilakukan
kajian terkait pelaksanaan, manfaat, kebijakan, dan tujuannya. Lead yang dimuat juga
termasuk ke dalam “QUESTION lead” karena terdapat pertanyaan yang dilontarkan
pada lead yang kemudian dijawab secara rinci pada berita.

Anda mungkin juga menyukai