How to Cite:
Berkala Arkeologi
https://berkalaarkeologi.kemdikbud.go.id/
1
del sosial-ekonomi . Sedangkan renungan penu-lis
pribadi, mengenai periodisasi prasejarah Indo
Arkeologi merupakan disiplin ilmu dengan nesia akan dipaparkan pada bagian akhir tulisan.
kajian yang luas. Bukti adanya aktivitas manusia
yang tertua, dalam hal ini data dari masa praseja II
rah, hanyalah merupakan tonggak awal penjelaja
han arkeologi. Di lain pihak, data arkeologi seba Di dalam khasanah arkeologi Indonesia,
gai jembatan untuk memperoleh gambaran aktivi khususnya masa prasejarah, beberapa sistem pe
tas dan proses budaya yang pernah terjadi ber riodisasi' sudah diajukan. Penyusunan sistem pe
sifat fragmentaris. Keberadaannya di suatu situs riodisasi ini berhubungan erat dengan upaya un
pun sudah banyak diwarnai bias. Dalam kaitan ini tuk memberikan arti kultur-historis terhadap ben
.,.
kiranya menarik apa yang diungkap oleh Collins da-benda tinggalan masa lampau. Secara garis
(1979) mengenai tujuh sumber bias (Collins 1979: besar ada 2 konsepsi periodisasi yang pernah
29), secara umum dapat dikelompokkan dalam berkembang di Indonesia, yaitu 'konsepsi lama'
historical factors, post depositional factors, dan dan 'konsepsi baru' (Soejono 1976).
research factors (Daniels 1972:202). Sistem Tiga Jaman (Three Age System)
Luasnya kajian arkeologi sebagaimana di yang dikemukakan oleh C.J. Thomsen pada seki
sebutkan di atas, ditambah dengan kondisi dan tar tahun 1836, barangkali merupakan salah satu
sifat data yang dipakai sebagai titik tolak kajian, 'konsepsi lama' yang paling berpengaruh terhadap
semakin menunjukkan pentingnya pemahaman kajian prasejarah di Indonesia, bahkan sam-pai
berbagai dimensi dan aspek kehidupan masa la-lu. sekarang. Thomsen, dengan menggunakan model
Ada tiga dimensi penting dalam kajian arkeo-logi, teknologi, membagi masa prasejarah ke dalam tiga
yaitu dimensi bentuk (shape), waktu (time), dan tingkatan, yaitu jaman batu, jaman pe-runggu, dan
ruang (space), yang ketiganya harus dilihat dalam jaman besi. Jaman batu diperinci lagi menjadi
suatu hubungan timbal-balik (Spaulding 1960:439). paleolitik, mesolitik, dan neolitik. Di lndo-nesia
Panjangnya dimensi waktu akhirnya mendasari periodesasi tersebut ditambahkan secara khusus,
pembabakan atau sistem periodisasi, termasuk yaitu tingkat megalitik. Hal tersebut dise-babkan
sistem periodisasi prasejarah. megalitik merupakan corak kebudayaan yang
Sejalan. dengan penalaran di atas, tulisan ini memiliki sifat dan ciri tertentu dan terjadi pada
dibuat untuk memberikan bahan renungan me akhir prasejarah serta disejajarkan dengan jaman
ngenai sistem periodisasi prasejarah di Indonesia. neolitik dan perunggu-besi.
Beberapa pertanyaan pokok yang menjadi bahan Konsepsi Thomsen, mendasarkan atas per
renungan adalah: apakah dasar yang digunakan kembangan teknik pembuatan alat-alat, meman
untuk membuat sistem periodisasi sudah sesuai dang arkeologi sebagai ilmu yang evolusioner.
dengan tujuan yang akan diraih; apakah sistem Dalam pandangan yang demikian ini kebudayaan
periodisasi tersebut mampu memberikan alterna-tif dianggap berevolusi dari bentuk yang sederhana
pemecahan mengenai berbagai fenomena ma-sa ke bentuk yang kompleks. Setiap perkembangan
prasejarah di Indonesia; apakah dari sistem ditandai dengan terciptanya alat-alat dengan ben
periodisasi tersebut dapat diketahui proses peru tuk dan bahan tertentu. Dengan kata lain, alat-alat
bahan kebudayaan; dan akhirnya, apakah sistem yang diciptakan dapat memberikan gambaran
periodisasi yang sekarang dianut masih relevan tentang perkembangan tingkat kebudayaan ma
dengan pesatnya perkembangan metode dan teo nusia prasejarah (Ibid.).
ri arkeologi. Pertanyaan-pertanyaan semacam ini
kiranya mendesak untuk dikaji lebih lanjut.
Uraian akan diawali dengan gambaran seki
las tentang sistem periodisasi prasejarah yang Untuk keperluan ini, tulisan Mindra Faizaliskandiar,
pernah diterapkan di Indonesia. Pada bagian beri Variabilitas Tipe Artefak Sebagai lndikator Strategi
kutnya akan disajikan secara ringkas beberapa Substansi: Kajian atas Strategi Perburuan Paleolitik
penilaian yang pernah dilakukan terhadap sistem Asia Tenggara, dalam PIA V, 1989; dan Truman Si
manjuntak, Neo/itik di Indonesia: Neraca dan Pers
periodisasi prasejarah yang didasarkan atas mo-
pektif Penelitian, dalam JAi No. 111992, penulis ang
gap sudah cukup memadai
IV
bahwa tidak ada relevansi antara fungsi alat de
ngan kehidupan subsistensi yang digambarkan- ..
Mengamati perkembangan sistem periodi 3
Koroborasi diartikan sebagai tingkat kemampuan
sasi prasejarah di Indonesia, serta memperhati suatu teori menghadapi tes. Suatu teori dikorobora
kan berbagai penilaian terhadapnya, penulis ber sikan sejauh i,a tahan terhadap tes-tes yang keras.
anggapan bahwa penerapan sistem periodisasi Jadi tingkat koroborasi tidak boleh diartikan sebagai
model sosial-ekonomi menghasilkan implikasi, baik tingkat rasionalitas kepercayaan kita terhadap ke
metodologis maupun teoritis, yang sangat serius. benaran. Untuk lebih jelasnya baca: Taryadi, 1991,
Secara metodologis, kajian yang menda khususnya yang membahas ' Pikiran Pokok Popper
sarkan diri kepada sistem periodisasi tersebut ti- dalam Periode Metodologis'.
gaimana satu 'huruf yang belum mempunyai menjadi hubungan simbiosis yang sangat
5
makna. Untuk sampai kepada makna tertentu, menarik.
konteks temuan merupakan suatu hal yang prin Dalam kaitannya dengan pemukirnan, sis
sip. Karena data arkeologi yang ditemukan tidak tern periodisasi model sosial-ekonomi lebih me
dapat menceriterakan kepada kita arti budaya nekankan hubungan antara pemukiman menetap
yang dikandungnya, maka "... interpretation of dengan pertanian. Gambaran pemukiman masa
meaning is constrained by interpretation of con berburu dan mengumpulkan makanan tingkat se
text ... " (Hodder 1986: 5). Pemahaman terhadap derhana sama sekali tidak diberikan. Pertanyaan
suatu konteks juga penting untuk membanding-kan yang muncul ialah apakah pengertian nomaden
perbedaan yang terdapat pada masing-ma-sing
s Mengenai hubungan antara perburuan, pet-keeping,
Pierce membuat tipologi lambang menjadi tiga domestikasi binatang, petemakan, penggembalaan,
tingkat, yaitu: rheme, dicent sign, dan argumen. dan animal husbandry; serta mengapa terdapat per
Rheme me-nunjuk pada lambang firstness, misal bedaan khas mengenai jenis binatang yang
"huruf atau 'kata' yang masih berdiri sendiri; dicent didomes-tikasi . di antara masing-masing daerah,
sign meru-pakan lambang secondness yang sudah baca Clottun-Brock, 1989. Meskipun semua artikel
dapat di-ketahui maknanya sebagaimana sebuah dalam buku ter-sebut merupakan hasil penelitian di
proposisi, dengan demikian sudah memiliki konteks luar Indonesia, namun sebagai gambaran bahwa
tertentu; sedangkan argument merupakan kesatuan domestikasi tidak selayaknya diabaikan dan
beberapa proposisi yang sudah memiliki 'hukum' digambarkan secara se-derhana, buku tersebut
yang menunjuk pada hubungan masing-masing. merupakan bacaan yang sa-ngat penting.