Anda di halaman 1dari 25

PENGANTAR EKONOMI MIKRO

EKSTERNALITAS

Dosen Pengampu :
Dewa Jati Primaja, S.E.,M.Si.

Disusun Oleh :
Kelompok 5

1. Ni Nyoman Divta Adistaya Santhi (2307531001)


2. Ni Kadek Adelia Ananda Putri (2307531003)
3. Ni Putu Indah Savitri (2307531015)
4. Ni Putu Asri Kencana Dewi (2307531024)
5. Ni Ketut Apriani (2307531029)

UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI
2023
KATA PENGANTAR

Tiada hentinya bagi kami untuk mengucapkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang
Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya makalah yang berjudul “Eksternalitas” dapat
diselesaikan dengan lancar.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya
kepada yang terhormat Bapak Dewa Jati Primaja, S.E.,M.Si. selaku dosen pengampu mata
kuliah Pengantar Ekonomi Mikro yang telah memberikan tugas kepada kami. Kami juga
berterima kasih kepada pihak – pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah “Eksternalitas” yang kami buat masih jauh dari
kata sempurna baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi
acuan agar kami bisa menjadi lebih baik di masa yang mendatang.

Jimbaran, 10 Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Eksternalitas ................................................................................................... 3
2.2 Hubungan Eksternarlitas dengan Kegagalan Pasar.......................................................... 3
2.3 Jenis- Jenis Eksternalitas.................................................................................................. 4
2.4 Faktor-Faktor Eksternalitas .............................................................................................. 5
2.5 Eksternalitas Negatif dan Eksternalitas Positif ................................................................ 6
2.7 Solusi Swasta Terhadap Eksternalitas ............................................................................ 13
2.8 Studi kasus ..................................................................................................................... 16
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 20
3.1 Kesumpulan ................................................................................................................... 20
3.2 Saran .............................................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap aktivitas perekonomian diperlukan keterkaitan antara aktivitas satu dengan


yang lain. Keterkaitan ini akan menunjang kegiatan perekonomian berjalan dengan lancar
apabila kegiatan tersebut dilaksanakansuatu sistem atau pasar. Jika suatu keterkaitan suatu
kegiatan dengankegiatan lain yang tidak melalui mekanisme pasar ini adalah suatu
bentukeksternalitas.Eksternalitas merupakan efek samping dari suatu kegiatan
atautransaksi ekonomi. Efek samping dari eksternalitas bisa berdampak negative (negative
external effect, external diseconomic) dan dampak positif (positveexternal effect, external
economic).

Dampak yang positif misalnya seseorang yang membangun sesuatu pemandangan


yang indah dan bagus pada lokasi tertentu mempunyai dampak positif bagi orang sekitar
yangmelewati lokasi tersebut. Sedangkan dampak negatif misalnya polusi udara,air dan
suara. Ada juga ekternalitas yang dikenal sebagai eksternalitas yang berkaitan dengan uang
( pecuniary externalities) yang muncul ketika dampak eksternalitas itu disebabkan oleh
meningkatnya harga. Misalnya,suatu perusahaan didirikan pada lokasi tertentu atau
kompleks perumahan baru dibangun, maka harga tanah tersebut akan melonjak
tinggi.Meningkatnya harga tanah tersebut menimbulkan dampak eksternal yang egatif
terhadap konsumen lain yang ingin membeli tanah disekitar daerahtersebut.Dalam contoh
di atas dampak tersebut dalam perubahan harga tanah,dimana kesejahteraan masyarakat
berubah tetapi perubahan itu akankembali ke keadaan keseimbangan karena setiap barang
akan menyamakanrasio harga-harga barang dengan Marginal Rate of Substitution (MRS).

Jadi, suatu fakta bahwa tindakan seseorang dapat mempengaruhi orang lain
tidaklah berarti adanya kegagalan pasar selama pengaruh tersebut tercermindalam harga-
harga sehingga tidak terjadi ketidak efisienan dalam perekonomian. Jadi, yang dimaksud
dengan eksternalitas hanyalah apabilatindakan seseorang mempunyai dampak terhadap
orang lain atau segolongan orang lain tanpa adanya kompensasi apapun juga sehingga
timbul inefisiensi dalam alokasi faktor produksi.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian eksternalitas?
1.2.2 Apa saja jenis-jenis eksternalitas?
1.2.3 Apa faktor-faktor penyebab eksternalitas?
1.2.4 Apa itu eksternalitas negatif dan eksternalitas positif?
1.2.5 Apa kebijakan publik mengenai eksternalitas
1.2.6 Apa saja solusi swasta terhadap eksternalitas?
1.2.7 Mengapa solusi swasta tidak efektif?
1.2.8 Bagaimana contoh studi kasus eksternalitas?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian eksternalitas.
1.3.2 Untuk mengetahui jenis-jenis eksternalitas.
1.3.3 Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab eksternalitas.
1.3.4 Untuk mengetahui eksternalitas negatif dan eksternalitas positif.
1.3.5 Untuk mengetahui kebijakan publik mengenai eksternalitas
1.3.6 Untuk mengetahui solusi swasta terhadap eksternalitas.
1.3.7 Untuk megetahui alasan solusi swasta tidak efektif.
1.3.8 Untuk mengetahui contoh studi kasus mengenai eksternalitas.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Eksternalitas


Eksternalitas adalah biaya atau manfaat yang timbul dari kegiatan atau transaksi
tertentu yang dibebankan atau diberikan ke berbagai pihak yang tidak terlibat pada
transaksi atau kegiatan tersebut atau disebut efek limpahan atau efek ketetanggaan. Adapun
pengertian yang lain, yaitu eksternalitas (externality) muncul apabila seseorang melakukan
kegiatan yang memengaruhi kesejahteraan orang lain, namun tidak membayar ataupun
menerima kompensasi atau imbalan atas pengaruh itu. Pengaruh terhadap orang lain itu
disebut eksternalitas negatif jika bersifat merugikan. Sebaliknya, disebut eksternalitas
positif jika bersifat menguntungkan.

2.2 Hubungan Eksternalitas dengan Kegagalan Pasar

Eksternalitas adalah salah satu konsep yang berkaitan erat dengan kegagalan pasar.
Kegagalan pasar terjadi ketika pasar tidak mencapai alokasi sumber daya yang efisien, yang
dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah adanya eksternalitas.
Eksternalitas menyebabkan kegagalan pasar karena keseimbangan harga produk atau
layanan tidak secara akurat mencerminkan biaya dan manfaat sebenarnya dari produk atau
layanan tersebut. Ekuilibrium yang merepresentasikan keseimbangan ideal antara
keuntungan pembeli dan biaya produsen diharapkan dapat menghasilkan tingkat produksi
yang optimal. Namun, tingkat ekuilibrium cacat ketika ada eksternalitas yang signifikan,
menciptakan insentif yang mendorong pelaku individu untuk membuat keputusan yang
pada akhirnya membuat kelompok menjadi lebih buruk. Dan menimbulkan terjadinya
kegagalan pasar.

Eksternalitas ini merujuk pada dampak efek dari tindakan individu atau perusahaan
yang tidak direfleksikan sepenuhnya dalam harga pasar. Dalam konteks eksternalitas
positif, tindakan individu atau perusahaan dapat menghasilkan tambahan manfaat bagi
pihak lain yang tidak terlibat dalam transaksi tersebut. Contohnya, penanaman pohon di
sekitar area perumahan dapat meningkatkan udara bersih untuk penduduk sekitar.

3
Di sisi lain, eksternalitas negatif adalah dampak buruk dari tindakan individu atau
perusahaan yang tidak tercermin dalam harga. Contohnya, jika sebuah pabrik menghasilkan
polusi udara yang merugikan kualitas udara bagi penduduk sekitarnya tanpa membayar
kompensasi, itu merupakan eksternalitas negatif.

Dari penjelasan diatas, Ketika eksternalitas hadir, mungkin pasar tidak akan mencapai
alikasi sumber dayanya dengan efisien. Hal ini dapat terjadi karena Tindakan individu atau
Perusahaan tidak mempertimbangkan dampak-dampak eksternalitas yang muncul dari
mereka terhadap pihak lainnya. Hal ini juga akan berakibat adanya overproduksi atau
underproduksi barang atau layanan yang memiliki eksternalitas.

2.3 Jenis- Jenis Eksternalitas

Efisiensi alokasi sumber daya dan distribusi konsumsi dalam ekonomi pasar
dengan kompetisi bebas dan sempurna bisa terganggu, jika aktivitas dan tindakan individu
pelaku ekonomi baik produsen maupun konsumen mempunyai dampak (externality) baik
terhadap mereka sendiri maupun terhadap pihak lain. Eksternalitas itu dapat terjadi dari
empat interaksi ekonomi berikut ini (Pearee dan Nash, 1991; Bohm, 1991) :
1. Efek atau dampak satu produsen terhadap produsen lain (effects of producers on
other producers)
2. Efek atau dampak samping kegiatan produksi terhadap konsumen (effects of
producers on consumers)
3. Efek atau dampak dari suatu konsumen terhadap konsumen lain (effects of
consumers on consumers)
4. Efek akan dampak dari suatu konsumen terhadap produsen (effects of consumers
on producers)
Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing jenis eksternalitas yaitu sebagai berikut.
1) Dampak Suatu Produsen Terhadap Produsen Lain
Suatu kegiatan produksi dikatakan mempunyai dampak eksternal terhadap produsen
lain jika kegiatannya itu mengakibatkan terjadinya perubahan atau penggeseran fungsi
produksi dari produsen lain. Dampak atau efek yang termasuk dalam kategori ini
meliputi biaya pemurnian atau pembersihan air yang dipakai (eater intake clen-up costs)
oleh produsen hilir (downstream producers) yang menghadapi pencemaran air (water
polution) yang diakibatkan oleh produsen hulu (upstream producers). Hal ini terjadi
ketika produsen hilir membutuhkan air bersih untuk proses produksinya.

4
2) Dampak Produsen Terhadap Konsumen
Suatu produsen dikatakan mempunyai eksternal efek terhadap konsumen, jika
aktivitasnya merubah atau menggeser fungsi utilitas rumah tangga (konsumen).
Dampak atau efek samping yang sangat populer dari kategori kedua yang populer
adalah pencemaran atau polusi. Kategori ini meliputi polusi suara (noise),
berkurangnya fasilitas, bahaya radiasi dari stasiun pembangkit (polusi udara) serta
polusi air, yang semuanya mempengaruhi kenyamanan konsumen atau masyarakat luas.
Dalam hal ini, suatu agen ekonomi (perusahaan-produsen) yang menghasilkan limbah
(wasteproducts) ke udara atau ke aliran sungai mempengaruhi pihak dan agen lain yang
memanfaatkan sumber daya alam tersebut dalam berbagai bentuk. Sebagai contoh,
kepuasan konsumen terhadap pemanfaatan daerah-daerah rekreasi akan berkurang
dengan adanya polusi udara.
3) Dampak Konsumen Terhadap Konsumen Lain
Dampak konsumen terhadap konsumen yang lain terjadi jika aktivitas seseorang
atau kelompok tertentu mempengaruhi atau menggangu fungsi utilitas konsumen yang
lain. Konsumen seorang individu bisa dipengaruhi tidak hanya oleh efek samping dari
kegiatan produksi tetapi juga oleh konsumsi oleh individu yang lain. Dampak atau efek
dari kegiatan suatu seorang konsumen yang lain dapat terjadi dalam berbagai bentuk.
Misalnya, bisingnya suara alat pemotong rumput tetangga, kebisingan bunyi radio atau
musik dari tetangga, asap rokok seseorang terhadap orang sekitarnya dan sebagainya.
4) Dampak Konsumen Terhadap Produsen
Dampak konsumen terhadap produsen terjadi jika aktivitas konsumen
mengganggu fungsi produksi suatu produsen atau kelompok produsen tertentu.
Dampak jenis ini misalnya terjadi ketika limbah rumah tangga terbuang ke aliran sungai
dan mencemarinya sehingga menganggu perusahaan tertentu yang memanfaatkan air
tersebut.

2.4 Faktor-Faktor Penyebab Eksternalitas


1. Keberadaan Barang Publik
Karena sifat barang publik yang tidak eksklusif dan merupakan konsumsi
umum. Keadaan seperti akhirnya cenderung mengakibatkan berkurangnya insentif atau
rangsangan untuk memberikan kontribusi terhadap penyediaan dan pengelolaan barang
publik. Kalaupun ada kontribusi, maka sumbangan itu tidaklah cukup besar untuk

5
membiayai penyediaan barang publik yang efisien, karena masyarakat cenderung
memberikan nilai yang lebih rendah dari yang seharusnya (undervalued).
2. Sumber Daya Bersama
Keberadaan sumber daya bersama (common resources) atau akses terbuka
terhadap sumber daya tertentu ini tidak jauh berbeda dengan keberadaan barang publik
di atas. Sumber-sumber daya milik bersama, sama halnya dengan barang-barang publik,
tidak ekskludabel. Sumber- sumber daya ini terbuka bagi siapa saja yang ingin
memanfaatkannya, dan cuma-cuma. Namun tidak seperti barang publik, sumber daya
milik bersama memiliki sifat bersaingan. Pemanfaatannya oleh seseorang, akan
mengurangi peluang bagi orang lain untuk melakukan hal yang sama. Jadi, keberadaan
sumber daya milik bersama ini, pemerintah juga perlu mempertimbangkan seberapa
banyak pemanfaatannya yang efisien.
3. Ketidaksempurnaan Pasar
Masalah lingkungan bisa juga terjadi ketika salah satu partisipan di dalam suatu
tukar manukar hak-hak kepemilikan (property rights) mampu mempengaruhi hasil yang
terjadi (outcome). Hal ini bisa terjadi pada pasar yang tidak sempurna (imperfect-
market) seperti pada kasus monopoli (penjual tunggal).
4. Kegagalan Pemerintah
Sumber ketidakefisienan dan atau eksternalitas tidak saja diakibatkan oleh
kegagalan pasar tetapi juga karena kegagalan pemerintah (government failure).
Kegagalan pemerintah banyak diakibatkan tarikan kepentingan pemerintah sendiri atau
kelompok tertentu (interest groups) yang tidak mendorong efisiensi. Kelompok tertentu
ini memanfaatkan pemerintah untuk mencari keuntungan (rent seeking) melalui proses
politik, melalui kebijaksanaan dan sebagainya.

2.5 Eksternalitas Negatif dan Eksternalitas Positif


2.5.1 Eksternalitas Negatif
Eksternalitas negatif adalah efek samping yang negatif dari suatu tindakan dari
pelaku ekonomi (katakanlah suatu perusahaan) yang diderita oleh pihak yang tidak
terlibat dalam tindakan ekonomi tersebut (bystander ). Berikut adalah beberapa
contohnya yaitu :
1) Emisi gas buang dari kendaraan bermotor
Emisi gas buang dari kendaraan bermotor eksternalitas negatif karena
menciptakan asap yang mau tak mau terhirup orang lain. Sebagai hasil dari
6
eksternalitas ini, para pengemudi cenderung membuat polusi terlalu banyak.
Pemerintah mencoba mengatasi masalah ini dengan mengatur tingkat emisi gas
buang untuk mobil-mobil. Pemerintah juga mengenakan pajak atas bensin untuk
mengurangi tingkat berkendara masyarakat.
1) Gonggongan anjing
Gonggongan anjing menciptakan eksternalitas negatif karena para
tetangga terganggu dengannya. Para pemilik anjing tidak menanggung beban
yang sepenuhnya dari suara itu, dan oleh karena itu, cenderung tidak peduli
dengan seberapa seringnya anjing mereka menggonggong. Pemerintah setempat
mengatasi masalah ini dengan membuat peraturan bahwa "menggangu
ketengangan" merupakan tindakan illegal.
2) Produksi pencemaran air
Eksternalitas ini mungkin mempunyai dampak negatif terhadap
pengguna air yang berlokasi di sekitar pabrik atau pabrik. Misalnya, jika sebuah
pabrik yang memproduksi deterjen membuang limbah industri beracun ke
danau terdekat, danau tersebut menjadi penuh polusi. Mereka yang
mengandalkan danau ini untuk penggunaan airnya berisiko terkena pencemaran
air, yang dapat menyebabkan kondisi kesehatan yang negatif.
3) Konsumsi kemacetan lalu lintas
Eksternalitas ini biasanya berdampak pada setiap pengendara di jalan
raya. Misalnya, ketika banyak pengendara motor sedang berada di jalan raya,
kemacetan lalu lintas bisa saja terjadi. Kemacetan lalu lintas ini dapat
meningkatkan waktu perjalanan, pemborosan bahan bakar, kabut asap di
atmosfer dan kemungkinan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Kemacetan lalu
lintas merupakan eksternalitas rutin yang direncanakan oleh banyak wisatawan,
sehingga dapat mengurangi dampaknya.
4) Konsumsi perokok pasif
Eksternalitas ini dapat berdampak pada siapa pun di sekitar orang yang
merokok. Perokok pasif, atau dikenal sebagai perokok pasif, muncul setiap kali
seseorang yang merokok menghembuskan napas ke atmosfer dan
menambahkan asap ke lingkungan tempat orang lain berada. Asap pasif di udara
dapat menyebabkan gangguan kesehatan.

7
Salah satu studi kasus eksternalitas negatif adalah dari pabrik-pabrik penghasil
aluminium yang mengeluarkan polusi untuk setiap unit aluminium yang diproduksi,
sejumlah asap memasuki atmosfer. Karena asap ini menciptakan risiko kesehatan bagi
mereka yang menghirup udaranya, asap merupakan eksternalitas negatif. Oleh karena
eksternalitas ini, yang merupakan biaya bagi masyarakat untuk memproduksi
aluminium lebih besar daripada biaya produksi bagi para produsen aluminium, maka
untuk setiap unit aluminium yang diproduksi, biaya sosialnya meliputi biaya swasta
dari para produsen aluminium ditambah biaya bagi orang lain yang terkena dampak
buruk dari polusinya.

Gambar 1.1 menunjukkan biaya sosial dari memproduksi aluminium.

Kurva biaya sosial ini terletak di atas kurva penawaran karena kurva ini
memperhitungkan biaya-biaya eksternal yang dibebankan oleh masyarakat terhadap
produsen aluminium. Perbedaan di antara kedua kurva ini mencerminkan biaya dari
polusi yang dihasilkan. Berapa banyak aluminium yang harus diproduksi? Untuk
menjawab pertanyaan ini, sekali lagi kita perlu membayangkan apa yang akan
dilakukan oleh sang perencana yang baik hati. Ia ingin memaksimalkan surplus total
yang berasal dari pasar, yaitu nilai aluminium bagi konsumen dikurangi biaya produksi
aluminium. Namun, ia memahami bahwa biaya produksi aluminium juga mencakup
biaya-biaya eksternal, seperti polusi.

Sang perencana akan memilih tingkat produksi aluminium di mana kurva


permintaannya memotong kurva biaya sosial. Perpotongan ini menentukan jumlah
aluminium optimal dari sudut pandang masyarakat secara keseluruhan. Di bawah
tingkat produksi ini, nilai aluminium bagi konsumen (sebagaimana diukur oleh tinggi
kurva permintaan) melebihi biaya sosial dari memproduksi aluminium (sebagaimana

8
diukur oleh tinggi kurva biaya sosial). Sang perencana tidak akan memproduksi lebih
dari tingkat ini karena biaya sosial dari memproduksi satu unit aluminium tambahan
melebihi nilai bagi konsumen.

Perhatikan bahwa jumlah keseimbangan aluminium, QPASAR, lebih besar


daripada jumlah yang optimal secara sosial, QOPTIMUM. Alasan dari ketidakefisienan
ini adalah bahwa keseimbangan pasar hanya mencerminkan biaya-biaya swasta dari
produksi. Dalam keseimbangan pasar, konsumen marginal menghargai aluminium di
bawah biaya sosial untuk memproduksinya. Artinya, pada QPASAR kurva permintaan
berada di bawah kurva biaya sosial. Dengan demikian, mengurangi produksi aluminium
dan juga konsumsinya hingga di bawah keseimbangan pasar akan meningkatkan
kesejahteraan ekonomi total.

Bagaimanakah perancang sosial ini mencapai hasil yang optimal? Salah satu
caranya adalah memberlakukan pajak kepada para produsen aluminium untuk setiap
ton yang terjual. Pajak ini akan menggeser kurva penawaran aluminium ke atas sebesar
nilai pajak itu. Jika pajak ini benar-benar mencerminkan biaya eksternal dari polusi
yang dibuang ke atmosfer, kurva penawaran yang baru akan menempel dengan kurva
biaya sosial. Dalam keseimbangan pasar yang baru, para produsen aluminium akan
memproduksi jumlah yang optimal secara sosial.

Manfaat dari pajak semacam ini disebut sebagai internalisasi eksternalitas


(internalizing an externality) karena hal ini memberikan insentif pada pembeli dan
penjual di pasar untuk memperhitungkan efek-efek eksternal dari tindakan-tindakan
mereka. Produsen aluminium akan memperhitungkan dampak danbiaya dari polusi saat
memutuskan berapa banyak aluminium yang akan dibuat, karena mereka harus
membayar biaya-biaya eksternal ini lewat pajak. Sementara itu, karena harga pasar
mencerminkan pajak yang dibebankan kepada produsen, konsumen aluminium
kemungkinan memiliki insentif untuk menggunakan aluminium dalam jumlah sedikit.

2.5.2 Eksternalitas Positif


Eksternalitas positif adalah dampak yang menguntungkan dari suatu tindakan
yang dilakukan oleh suatu pihak terhadap orang lain tanpa adanya kompensasi dari
pihak yang diuntungkan. Berikut adalah beberapa contohnya yaitu :

9
1) Bangunan-bangunan bersejarah yang direnovasi dan dipelihara merupakan
suatu eksternalitas positif karena orang-orang yang mengunjungi atau
melewatinya dapat menikmati keindahan dan nuansa sejarah yang ada pada
bangunan-bangunan tersebut. Para pemilik bangunan tidak mendapatkan
manfaat sepenuhnya dari proses renovasi ini, dan oleh karena itu, cenderung
mengabaikan bangunan-bangunan yang sudah tua. Pemerintah setempat
berusaha menangani masalah ini dengan membuat regulasi perihal
penghancuran bangunan-bangunan bersejarah dan dengan membenikan
keringanan pajak kepada para pemilik yang merawat bangunannya.
2) Penelitian-penelitian teknologi baru memberikan eksternalitas positif
karena menghasilkan ilmu pengetahuan yang dapat digunakan masyarakat.
Karena para penemu tidak dapat mengambil seluruh manfaat dari penemuan
mereka, maka para penemu ini cenderung mengalokasikan sumber-sumber
daya yang terlalu sedikit untuk penelitian. Pemerintah mengatasi masalah
ini sebagian dengan pemberlakuan hak paten, yang memberikan hak
eksklusif kepada penemu suatu barang untuk menggunakannya selama
jangka waktu tertentu.
3) Adanya barang-barang publik, misalnya taman kota. Masyarakat tidak
memberikan kompensasi apa pun terhadap pembuatan taman kota tersebut,
tetapi bebas untuk menggunakannya. Maka harga yang terjadi untuk taman
kota menjadi nol. Oleh karena itu, jenis barang-barang publik harus dibiayai
oleh pemerintah dengan mengandalkan pendapatan dari pajak.

Meskipun beberapa jenis kegiatan menimbulkan biaya-biaya bagi pihak


ketiga, beberapa jenis kegiatan yang lain menghasilkan manfaat, contohnya
pendidikan.. Bagi masyarakat luas, manfaat pendidikan adalah bersifat privat.
Masyarakat yang teredukasi menjadi para pekerja yang lebih produktif dan hal ini akan
mendatangkan banyak keuntungan dalam bentuk upah yang lebih tinggi. Selain manfaat
privat ini, pendidikan juga menghasilkan eksternalitas positif. Salah satu
eksternalitasnya adalah semakin banyaknya penduduk yang teredukasi maka akan
menghasilkan para pemilih yang lebih terinformasi, yang berarti pemerintah yang
semakin baik bagi setiap orang Eksternalitas lainnya adalah semakin banyaknya
penduduk yang teredukasi maka semakin rendah tingkat kejahatan. Eksternalitas ketiga
adalah semakin banyaknya penduduk yang teredukasi kemungkinan dapat mendorong

10
perkembangan dan penyebaran kemajuan teknologi, sehingga menyebabkan tingginya
produktivitas dan tingkat upah bagi setiap orang. Karena adanya tiga eksternalitas
positif ini, seseorang kemungkinan lebih memilih untuk memilki tetangga yang
berpendidikan bagus. Analisis dari eksternalitas positif sama dengan analisis dari
eksternalitas negatif. Sebagaimana ditunjukkan pada gambar berikut

Gambar 1.2 Analisis dari eksternalitas positif sama dengan analisis dari eksternalitas negatif

Kurva permintaan tidak mencerminkan nilai barang itu bagi masyarakat.


Karena nilai sosialnya lebih besar daripada nilai swastanya, kurva nilai sosial berada di
atas kurva permintaan. Jumlah yang optimal ditemukan pada perpotongan kurva nilai
sosial dengan kurva penawaran. Oleh karena itu, jumlah yang optimal secara sosial
adalah lebih besar daripada jumlah yang ditentukan oleh pasar swasta.

Pemerintah dapat memperbaiki kegagalan ini dengan mendorong semua


pihak yang terlibat di pasar untuk menginternalisasikan eksternalitas tersebut. Respons
yang wajar atas kasus eksternalitas positif adalah kebalikan dari respons atas kasus
eksternalitas negatif. Untuk menggeser keseimbangan pasar mendekati titik optimal
secara sosial, suatu eksternalitas positif harus disubsidi. Pada kenyataannya, inilah yang
dilakukan oleh pemerintah. Pendidikan sangat banyak mendapatkan subsidi melalui
institusi sekolah-sekolah negeri dan beasiswa dari pemerintah.

2.6 Kebijakan Publik Mengenai Eksternalitas


A. Kebijakan Perintah dan Pengendalian : Regulasi
Pemerintah dapat mengatasi masalah eksternalitas dengan cara melarang atau
mengharuskan suatu perilaku tertentu. Sebagai contoh, membuang bahan kimia
beracun ke persediaan air adalah tindakan kriminal. Pada kasus ini, biaya eksternal bagi
masyarakat jauh melampaui manfaat bagi si pembuat polusi. Pemerintah kemudian

11
mengeluarkan suatu kebijakan perintah-dan-pengendalian yang melarang tindakan ini
sepenuhnya.
Akan tetapi, pada sebagian besar kasus polusi, situasinya tidaklah sesederhana
ini. Meskipun para pemerhati lingkungan hidup telah menyatakan tujuan- tujuan dan
langkah-langkah mereka, mencegah semua kegiatan polusi secara menyeluruh tidak
mungkin dilakukan. Sebagai contoh, hampir semua sarana transportasi-termasuk kuda-
menghasilkan limbah polusi. Tapi tidaklah masuk akal jika pemerintah melarang semua
jenis transportasi. Maka, daripada mencoba menghapuskan polusi seluruhnya,
masyarakat harus menimbang beban biaya dan manfaat saat menentukan jenis dan
jumlah polusi yang diperbolehkan. Di AS, Environmental Protection Agency (EPA)
adalah agen yang dibentuk oleh pemerintah yang tugasnya mengembangkan dan
menegakkan aturan-aturan yang ditujukan untuk melindungi lingkungan.
Regulasi di bidang lingkungan bentuknya beragam, Kadang-kadang EPA
menentukan tingkat tertinggi polusi yang boleh dihasilkan oleh suatu pabrik. Kadang-
kadang EPA mengharuskan perusahaan-perusahaan mengadopsi suatu teknologi
tertentu untuk mengurangi emisi. Pada semua kasus, untuk merancang aturan-aturan
yang baik, para regulator dari pemerintah harus mengetahui perincian industri-industri
yang spesifik dan mengetahui teknologi-teknologi) alternatif yang dapat diadopsi oleh
industri-industri tersebut. Informasi ini terkadang sulit diperoleh oleh para regulator
pemerintah.

B. Pajak Pigovian
Pajak Pigovian adalah pajak yang khusus diterapkan untuk mengoreksi dampak
dari suatu eksternalitas negatif. Disebut pajak pigou karena ditemukan oleh ekonom
yang bernama Arthur Pigou (1877-1959). Bentuk dari pajak tersebut adalah ketika ada
dua pabrik yaitu pabrik bajadan pabrik kertas yang masing-masing membuang limbah
500 ton per tahun, maka hanya dua pilihan yang mereka lakukan. Pertama, Badan
Perlindungan Lingkungan Hidup (EPA atau Environmental Protection Agency )akan
mewajibkan semua pabrik untuk mengurangi limbahnya hingga 300ton per tahun atau
yang kedua, mereka akan dikenai pajak sebesar $50,000untuk setiap ton limbah yang
dibuang oleh setiap pabrik.Memberi subsidi untuk kegiatan-kegiatan yang
memunculkan eksternalitas positif.

12
2.7 Solusi Swasta Terhadap Eksternalitas
Terdapat berbagai macam solusi swasta untuk mengatasi Eksternalitas, antara lain
sebagai berikut :
1. Sanksi Sosial
Inefisiensi pasar akibat eksternalitas bisa diatasi dengan penegakan atau
peningkatan standar moral, atau ancaman penerapan sanksi sosial. Misal, kenapa
masyarakat tidak membuang sampah sembarangan. Peraturan resmi yang mengatur
tentang sampah memang ada, namun di banyak tempat, peraturan semacam itu tidak
dijalankan secara sungguh-sungguh. Kita tidak mau membuang sampah
disembarang tempat juga bukan karena takut dengan peraturan-peraturan semacam
itu, namun karena kita mengetahui atau menyadari bahwa tidaklah baik dan tidak
patut sejak kita masih kanak-kanak, bahwa kita boleh melakukan sesuatu moral
inilah yang kemudian membatasi perilaku dan tindakan kita, agar sedapat mungkin
tidak merugikan orang lain. Dalam bahasa ekonomi, ajaran agama itu meminta kita
untuk melakukan internalisasi eksternalitas.
2. Kegiatan Amal untuk Eksternalitas
Amal yang seringkali sengaja diorganisasikan untuk mengatasi suatu
eksternalitas. Contohnya adalah Sierra Club, sebuah organisasi sosial swasta yang
sengaja dibentuk untuk turut melestarikan lingkungan hidup. Organisasi ini
mengandalkan pemasukannya dari donasi pihak-pihak yang bersimpati atau iuran
anggota. Hal ini sebagai contoh untuk eksternalitas negatif. Sedangkan untuk
eksternalitas positif, kita mengetahui banyak perguruan tinggi yang membentuk
yayasan yang menghimpun sumbangan dari para alumni, perusahaan, atau pihak-
pihak lain, untuk kemudian disalurkan sebagai beasiswa.
3. Integrasi dari dari berbagai jenis pelaku bisnis
Pasar swasta sering kali dapat menyelesaikan masalah eksternalitas dengan
mengandalkan kepentingan-kepentingan pribadi dari pihak-pihak yang
berhubungan. Motif utama mereka memang untuk memenuhi kepentingannya
sendiri, namun dalam melakukan suatu tindakan, mereka juga sekaligus mengatasi
eksternalitas. Contohnya seorang petani apel dengan peternak lebah yang hidup
bertetangga. Masing-masing pelaku bisnis memberikan eksternalitas positif bagi
yang lain. Dengan membantu penyerbukan bunga dari pohon-pohon apel, lebah-
lebah ini membantu si petani menghasilkan buah apel. Pda saat yang bersamaan,
lebah-lebah ini menggunakan sari bunga dari pohon apel itu untuk menghasilkan
13
madu. Ketika petani apel menentukan berapa banyak pohon yang akan ditanam, dan
peternak lebah menentukan berapa banyak pohon yang akan ditanam, dan peternak
lebah menentukan berapa banyak lebah yang akan dipelihara, mereka mengabaikan
eksternalitas positif ini. Sebagai hasilnya, si petani apel menanam terlalu sedikit,
dan si peternak lebah memelihara terlalu sedikit. Eksternalitas-eksternalitas ini
dapat diinternalisasikan seandainya jika petani apel membeli peternakan lebah itu,
atau si peternak lebah itu membeli perkebunan apel itu. Kedua kegiatan ini akan
berjalan bersama-sama dalam satu perusahaan,dan perusahaan tunggal ini dapat
memilih jumlah pohon dan jumlah lebah yang optimal. Internalisasi eksternalitas
adalah salah satu alasan mengapa perusahaan-perusahaan terlibat dalam banyak
bisnis yang berbeda-beda.
4. Kontrak bagi Pihak-Pihak Berkepentingan
Kontrak ini dapat mengatasi persoalan ketidakefisienan yang ditimbulkan
oleh ekternalitas serta menguntungkan kedua pihak. Misalnya suatu kontrak antara
petani apel dan peternak apel dan lebah. Kontrak ini dapat menyatakan dengan jelas
jumlah pohon, lebah, dan mungkin jumlah yang harus dibayarkan suatu pihak
kepada pihak lain. Dengan mengatur jumlah pohon dan lebah yang tepat, kontrak
ini dapat menyelesaikan masalah ketidak efisienan yang umumnya muncul dari
eksternalitas-eksternalitas tersebut dan membuat keduanya lebih diuntungkan.

2.7.1 Teorema Coase


Ada sebuah pemikiran yang disebut teorema Coase (Coase therem) mengambil
nama perumusnya, yakni ekonom Ronald Coase yang menyatakan bahwa solusi swasta
bisa sangat efektif jika memenuhi satu syarat. Syarat itu adalah pihak-pihak yang
berkepentingan dapat melakukan negosiasi atau merundingkan langkah-langkah
penanggulangan masalah eksternalitas yang ada diantara mereka, tanpa menimbulkan
biayakhusus yang memberatkan alokasi sumber daya yang sudah ada. Menurut teorema
Coase, jika syarat tersebut terpenuhi, maka pihak swasta tersebut akan mampu
mengatasi masalah eksternalitas dan meningkatkan efisiensi alokasi sumber daya.

14
2.7.2 Alasan Solusi Swasta Tidak Selalu Bekerja dengan Baik
Meskipun logika pemikiran dari teorema Coase ini sangat menarik, kadang-
kadang para pelaku swasta yang bertindak atas kepentingan pribadi ini gagal dalam
menyelesaikan masalah yang menyebabkan eksternalitas. Teorema Coase hanya
berlaku ketika pihak-pihak yang berkepentingan tidak mengalami kesulitan dalam
mencapai dan menegakkan kesepakatan yang telah diraih. Akan tetapi, di dunia ini
tawar-menawar tidak selalu berjalan dengan baik, sekalipun jika hasil yang
menguntungkan semua pihak dapat dicapai.
Teorema Coase hanya berlaku apabila pihak-pihak berkepentingan mencapai
dan melaksanakan suatu kesepakatan. Namun, pada kenyataannya perundingan tidak
selalu berhasil, bahkan jika perjanjian saling menguntungkan memungkinkan untuk
dibuat. Beberapa penyebab gagalnya pemecahan persoalan eksternalitas diantaranya:
a) Biaya Transaksi, yaitu biaya yang ditimbulkan oleh berbagai pihak dalam
proses menyepakati dan melaksanakan suatu perundingan. Dalam contoh kasus
di atas, umpamakan saja Dick dan Jane berasal dari negara berbeda, sehingga
bahasanya pun berbeda. Sekedar untuk bernegosiasi, keduanya harus menyewa
penerjemah. Kalau sudah begitu, Dick dan Jane akan enggan melakukan
negosiasi, apalagi jika biaya sewa penerjemahnya mahal. Dalam kenyataannya,
perusahan-perusahaan sering kali enggan melakukan negosiasi untuk mengatasi
eksternalitas di antara mereka, karena mahalnya ongkos jasa pengacara yang
akan menyusun agenda perundingan atau draft kerjasama.
b) Seringnya muncul peperangan dan rasa menunjukan bahwa kesepakatan sulit
dicapai dan kegagalan mencapai kesepakatan bisa menjadi mahal. Pecahnya
perang atau dilakukannya pemogokan buruh menunjukan bahwa mencapai
kesepakatan adalah hal yang sangat sulit untuk dilakukan, dan kegagalan dalam
mencapai kesepakatan ini dapat menjadi suatu yang sangat
merugikan. Misalkan saja Dick memperoleh keuntungan senilai $500 dari
pemeliharaan anjingnya, sedangkan biaya atau nilai kerugian Jane mencapai
$80. Dengan imbalan $500, Dick sebenarnya sudah bisa menyingkirkan
anjingnya. Namun, ada kemungkinan ia akan berusaha memperoleh imbalan
lebih banyak, katakanlah $750, dan Jane mungkin juga akan berusaha menekan
jumlahnya, misalnya tidak lebih dari $550. Kesepakatan pun tertunda, dan
selama itu pula, kondisi yang tidak efisien (gonggongan anjing) terus
berlangsung.
15
c) Banyaknya jumlah pihak yang berkepentingan karena mengkoordinasikan
setiap pihak membutuhkan biaya yang mahal. Sebagai contoh, ada sebuah
pabrik yang mencemari sebuah danau di dekatnya. Polusi ini sangat merugikan
para nelayan yang mencari nafkah di danau tersebut. Menurut teorema Coase,
jika terjadinya poluasi itu merupakan suatu kondisi yang tidak efisien, maka
pemilik pabrik dan para nelayan akan terdorong untuk merundingkan
pemecahannya. Jika kita asumsikan bahwa pabrik itu punya hak legal untuk
polusinya, solusinya bisa berupa pemberian ganti rugi kepada pabrik agar tidak
berpolusi. Namun, jika jumlah nelayannya banyak, dan masing-masing punya
pendapat atau perhitungan sendiri, maka biaya koordinasinya menjadi begitu
mahal, sehingga kemungkinan besar negosiasi antara pabrik dan nelayan tidak
dapat dilangsungkan.
Jika penyelesaian swasta gagal, maka pemerintah harus turun tangan. Lagi pula,
pemerintah memang merupakan suatu institusi yang sengaja dibentuk, untuk bertindak
mewakili kepentingan bersama. Dalam contoh kasus di atas, pemerintah dapat
mewakili pada nelayan, mengingat mereka sulit bertindak sendiri.

2.8 Studi Kasus


Mengapa Pajak untuk Bensin Begitu Tinggi?

Di kebanyakan negara, bensin merupakan barang dengan pajak yang bernilai


tinggi. Pajak terhadap bensin ini dapat dipandang sebagai corrective tax, yang bertujuan
untuk mengatasi tiga bentuk eksternalitas negatif yang berhubungan dengan berkendara.
• Kemacetan: Jika Anda pernah terjebak dalam kemacetan yang parah, Anda
mungkin berharap sebagian mobil menghilang dari jalan itu. Pajak untuk bensin
menjaga kemacetan agar tetap rendah dengan mendorong orang-orang
menggunakan transportasi umum dan tinggal di tempat tinggal yang lebih dekat ke
tempat kerja.
• Kecelakaan: Kapan pun seseorang membeli mobil besar atau sebuah SUV, mereka
membuat dirinya lebih aman, tetapi membuat tetangganya menanggung risiko.
Menurut National Highway Traffic Safety Administration, seseorang yang
mengemudikan suatu mobil biasanya mempunyai risiko lima kali lebih besar untuk
meninggal jika ditabrak oleh SUV daripada ditabrak oleh jenis mobil lain. Pajak
kendaraan adalah suatu cara tidak langsung yang membuat orang-orang harus

16
membayar, saat mobil berukuran besar dan boros bahan bakar mereka membuat
orang lain harus menanggung risikonya. Hal tersebut akan mendorong masyarakat
untuk menyertakan risiko tersebut dalam perhitungan saat mereka memilih
kendaraan yang akan dibeli.
• Polusi: Mobil adalah penyebab asap. Walaupun, pembakaran bahan bakar fosil
seperti bensin dipercaya sebagai penyebab utama pemanasan global. Para ahli tidak
semuanya sependapat dalam menyatakan seberapa berbahayanya ancaman ini,
namun tidak dapat disangsikan lagi bahwa pajak untuk bensin mengurangi ancaman
ini dengan mengurangi jumlah bensin yang digunakan.
Oleh sebab itu, pajak untuk bensin, alih-alih menyebabkan kerugian beban baku seperti
halnya pajak-pajak lain, sebenarnya justru membuat perekonomian bekerja lebih baik.
Pajak untuk bensin menyebabkan berkurangnya kemacetan, jalanan menjadi lebih aman,
dan lingkungan menjadi lebih bersih.
Seberapa besar seharusnya pajak terhadap bensin diberlakukan? Sebagian besar
negara-negara di Eropa memberlakukan tarif pajak terhadap bensin lebih tinggi daripada di
AS. Para peneliti menyarankan bahwa AS seharusnya juga menetapkan tarif pajak yang
tinggi terhadap bensin. Dalam suatu studi di tahun 2007 yang dipublikasikan di Journal of
Economics Literature dinyatakan bahwa hasil penelitian pada berbagai ukuran eksternalitas
berhubungan dengan berkendara. Disimpulkan bahwa corrective tax yang optimal untuk
bensin adalah $2,28 per galon di tahun 2005; setelah disesuaikan dengan inflasi, nilainya
adalah $2,70 per galon pada tahun 2012. Sebaliknya, pajak aktual di AS pada tahun 2012
adalah hanya sekitar 50 sen per galon.
Pendapatan pajak dari pajak untuk bensin dapat digunakan untuk menurunkan
pajak yang mengubah insentif dan menyebabkan kerugian beban baku, misalnya pajak
penghasilan. Selain itu, beberapa penerapan peraturan pemerintah yang mensyaratkan para
produsen otomotif untuk menghasilkan mobil yang lebih efisien dalam penggunaan bahan
bakar ternyata terbukti tidak ada gunanya. Meskipun demikian, gagasan ini tidak pernah
terbukti menjadi populer secara politik.

17
Imbas Teknologi, Kebijakan Industri, dan Proteksi terhadap Paten
Bentuk potensi yang paling penting dari eksternalitas positif adalah imbas
teknologi (technology spillover) dampak upaya penelitian dan produksi yang dilakukan
oleh suatu perusahaan terhadap akses pensahaan lainnya atas kemajuan teknologi
Contohnya, pertimbangkan pasar untuk industri robot. Robot merupakan batas atas
cepatnya perubahan teknologi. Kapan pun perusahaan menciptakan robot, akan selalu
terdapat peluang bahwa perusahaan akan menemukan desain yang baru dan lebih baik.
Desain yang baru ini kemungkinan tidak hanya menguntungkan perusahaan tersebut, tetapi
juga masyarakat secara keseluruhan, karena desain tersebut akan menambah pengetahuan
sekelompok masyarakat terkait pengetahuan teknologi. Dengan demikian, desain yang baru
ini kemungkinan memiliki eksternalitas positif bagi para produsen lainnya dalam
perekonomian Pada kasus ini, pemerintah dapat menginternalisasi eksternalitas itu dengan
memberikan subsidi pada industri robot. Jika pemerintah membayar subsidi untuk setiap
robot yang diproduksi, kurva penawaran akan turun sebesar jumlah subsidi itu, dan
pergeseran ini akan meningkatkan jumlah keseimbangan robot. Untuk memastikan
keseimbangan pasar sama dengan titik optimalnya secara sosial. subsidi ini harus sama
dengan nilai dari imbas teknologi tersebut Seberapa besar imbas teknologi itu, dan apa
dampaknya terhadap kebijakan publik? Ini adalah pertanyaan yang penting karena
kemajuan teknologi adalah kunci naiknya standar hidup dari waktu ke waktu. Namun, ini
juga merupakan pertanyaan yang sulit yang senantiasa diperdebatkan oleh para ekonom
Sebagian ekonom merasa bahwa imbas teknologi terjadi di mana-mana dan
pemerintah harus mendorong industri-industri yang memiliki imbas paling besar. Sebagai
contoh, mereka berpendapat bahwa jika membuat cip komputer menghasilkan imbas
teknologi yang lebih besar daripada membuat keripik kentang, maka pemerintah
seharusnya mendorong produksi cip komputer relatif lebih banyak daripada produksi
keripik kentang Undang-undang perpajakan AS merespons permasalahan tersebut melalui
pembatasan dengan cara menawarkan potongan tarif pajak bagi pembiayaan untuk
penelitian dan pengembangan Sementara itu, beberapa negara meresponsnya dengan cara
memberikan subsidi bagi industri-industri spesifik yang dianggap menghasilkan imbas
teknologi berskala besar. Intervensi pemerintah dalam perekonomian yang bertujuan
mengembangkan industri-industri yang memajukan teknologi sering kali disebut sebagai
kebijakan industri Schurian ekonom vane lainnya mengambil sikan skeptis terhadap
kebijakan industri. Seandainya imbas teknologi adalah hal yang umam, suksesnya suatu
18
kebijakan industri mengharuskan pemerintah mampu mengukur besarnya kebijakan
industri dari berbagai pasar Masalah pengukuran ini sulit dipecahkan Terlebih lagi. tanpa
adanya pengukuran yang tepat, sistem politik bisa saja memberikan subsidi pada industri-
industri yang kekuatan politiknya paling besar, dan bukan pada industri-industri yang
menghasilkan eksternalisas positif yang paling besar.
Cara lainnya menghadapi imbas teknologi adalah perlindungan terhadap hak paten.
Undang-undang hak paten melindungi hak para penemu dengan memberikan mereka hak
eksklusif untuk menggunakan penemuan mereka selama jangka waktu tertentu. Ketika
sebuah perusahaan membuat suatu terobosan teknologi, temuannya dapat dipatenkan dan
digunakan untuk menghasilkan manfaat ekonomis yang besar untuk perusahaan itu. Hak
paten ini dikatakan telah menginternalisasi eksternalitas dengan memberikan perusahaan
tersebut suatu hak milik atas penemuannya. Jika perusahaan-perusahaan lain ingin
menggunakan teknologi baru ini, mereka harus minta izin dulu dari perusahaan penemunya
dan membayar royalti. Dengan demikian, sistem paten memberikan insentif yang lebih
besar pada perusahaan untuk terlibat dalam penelitian dan kegiatan-kegiatan lain yang
memajukan teknologi.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Eksternalitas adalah biaya atau manfaat yang timbul dari kegiatan atau transaksi
tertentu yang dibebankan atau diberikan ke berbagai pihak yang tidak terlibat pada
transaksi atau kegiatan tersebut atau disebut efek limpahan atau efek ketetanggaan.
Ketika suatu transaksi antara pembeli dan penjual secara langsung
memengaruhi pihak ketiga, efek ini disebut eksternalitas. Jika suatu kegiatan ini
menghasilkan eksternalitas negatif, seperti polusi. maka jumlah optimal secara sosial
dalam pasar kurang dari jumlah keseimbangannya. Jika suatu kegiatan menghasilkan
eksternalitas positif, seperti imbas teknologi, maka jumlah yang optimal secara sosial
lebih dari jumlah keseimbangannya.
Pemerintah berupaya menerapkan berbagai kebijakan untuk mengatasi
ketidakefisienan yang disebabkan oleh eksternalitas Terkadang pemerintah mencegah
aktivitas yang tidak efisien. secara sosial dengan cara mengatur perilaku. Dalam suatu
waktu terkadang pemerintah menginternalisasikan eksternalitas dengan menggunakan
corrective tax. Selain itu, jenis kebijakan publik lainnya yang sering digunakan adalah
menerbitkan izin untuk berpolusi. Sebagai contohnya, pemerintah dapat melindungi
lingkungan dengan cara menerbitkan batas jumlah polusi yang diizinkan. Hasil dari
kebijakan ini adalah sama besarnya saat pemerintah menerapkan kebijakan corrective
tax bagi para para penghasil polusi.
Pihak-pihak yang terkena efek dari eksternalitas dapat menyelesaikan masalah
mereka sendiri Sebagai contoh, ketika suatu bisnis menghasilkan eksternalitas bagi
bisnis lainnya, keduanya dapat menginternalisasikan eksternalitas tersebut dengan cara
merger. Alternatifnya, pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengatasi masalah itu
dengan menegosiasikan kontrak.
Menurut teorema Conse, jika orang-orang dapat melakukan tawar-menawar
tanpa membutuhkan biaya, maka mereka selalu dapat mencapai kesepakatan yang
dapat mengalokasikan sumber-sumber daya dengan efisien. Akan tetapi, pada banyak
kasus, mencapai suatu kesepakatan antara banyak pihak yang berkepentingan sulit
terjadi, sehingga teorema Coase tidak berlaku.

20
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka kami mengajukan saran sebagai berikut:
1. Pemerintah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan produksi, Terutama
untuk aturan pembuangan limbah industry, serta pelaksanaan kegiatan-kegiatan dalam
rangka menyelesaikan permasalahan eksternalitas negatif dan tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap masyarakat sekitar,
2. Pemerintah dan masyarakat seharusnya mencari pengetahuan tentang cara menetralisir
limbah pabrik agar air limbah tersebut tidak langsung mencemari tanah. Selain itu,
proses pembuangan limbah juga harus diperhatikan oleh pabrik, jangan sampai
pembuangan limbah dialiri di pembuangan selokan penduduk, tetapi limbah tersebut
dialiri pada selokan khusus untuk limbah industry, dan melakukan peningkatan
lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar.
3. Perlunya peningkatan Corporate Social Responsibility (CSR) oleh perusahaan terhadap
dampak negatif yang terjadi, sehingga masyarakat akan memperoleh manfaat dari
adanya keberadaan perusahaan. Dan juga perlu adanya tindakan tegas dan pengawasan
dari pemerintah terhadap eksternalitas negatif yang terjadi sehingga perusahaan akan
melakukan tindakan untuk mengatasi pencemaran yang ditimbulkan dan masyarakat
tidak akan terkena dampak negatif dari perusahaan tersebut.

21
DAFTAR PUSTAKA

Mankiw, N. Gregory. 2006. Principles Of Economics (Pengantar Ekonomi Mikro).


Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
http://repo.uinsatu.ac.id/23573/5/BAB%20II.pdf Diakses pada tanggal 13 Oktober 2023
https://www.indeed.com/career-advice/career-development/negative-externality-examples
Diakses pada tanggal 13 Oktober 2023
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/19339/5/BAB%20II.pdf Diakses pada tanggal 13
Oktober 2023
https://jim.usk.ac.id/EKP/article/viewFile/10614/4441 Diakses pada tanggal 14 Oktober
2023

22

Anda mungkin juga menyukai