Anda di halaman 1dari 22

Tugas Kelompok Dosen Pengampu

Ekonomi Publik M. Yogi Rintama Isjoni, S.E., M.M

Eksternalitas dan Lingkungan Hidup

Kelompok 7:
Alicia Norma Febrianti 2205112993
Sari Wahyuni Siregar 2205112988
Searly Luvianti Z 2205111247

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2023

i|P a g e
Kata Pengantar

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah
SWT. karena atas berkat, rahmat dan nikmat karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Eksternalitas dan Lingkungan Hidup”.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak M. Yogi Rintama Isjoni,
S.E., M.M selaku dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Publik yang membimbing
kami dalam pengerjaan tugas makalah kami ini. Tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak M. Yogi Rintama Isjoni, S.E., M.M yang
bertujuan untuk menambah wawasan baik untuk para pembaca dan penulis mengenai
Evaluasi Dalam Ekonomi Publik.
Mungkin dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan yang
belum kami ketahui dan masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Maka
dari itu kami mohon atas saran dan kritik dari teman-teman maupun Dosen, demi
tercapainya makalah yang baik dan sempurna. Penulis berharap semoga makalah ini
dapat dipahami dan mudah dimengerti dan berguna bagi orang yang membacannya.
Sekian dan terima kasih kami ucapkan kepada semuanya.

Pekanbaru, 10 Oktober 2023

Kelompok 7

i|P a g e
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3
2.1 Permasalahan dari Eksternalitas....................................................................3
2.2 Solusi Privat atas Masalah Eksternalitas serta Kegagalan............................6
2.3 Solusi Publik atas Masalah Eksternalitas......................................................9
2.4 Perlindungan atas Lingkungan Hidup...........................................................12
BAB III PENUTUP..................................................................................................
3.1 Kesimpulan...................................................................................................
3.2 Saran..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

ii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Dewi, dkk (2019) Lingkungan adalah salah satu hal yang perlu
diperhatikan bagi pelaku bisnis. Hal ini disebabkan kegiatan usaha yang berhubungan
dengan lingkungan pasti memberikan pengaruh, baik positif maupun negatif, tergantung
pada skala dan jenis usahanya. Khususnya usaha yang berdampak langsung pada
lingkungan, seperti industri kecil, harus berhati-hati agar tidak merusak keseimbangan
ekosistem. Oleh karena itu, para pelaku usaha harus memiliki kesadaran dan tanggung
jawab untuk menjaga lingkungan. Misalnya, dengan memperhatikan eksternalitas yang
ditimbulkan oleh kegiatan industri kecil.Dampak eksternalitas terbagi menjadi 2 yaitu
positif dan negatif. Pada eksternalitas positif dapat menghasilkan dan jasa, menekan
pengangguran, meningkatkan lapangan kerja sehingga akan meningkatkan kualitas
hidup. Pada eksternalitas negatif kegiatan industri menghasilkan limbah yang
menimbulkan kerusakan sumber daya alam dan menurunkan kualitas hidup karena
lingkungan menjadi tercemar dan akhirnya mengalami pencemaran.
Penting bagi para pelaku bisnis untuk meminimalkan dampak negatif dan
memaksimalkan dampak positif dari kegiatan usaha mereka. Beberapa langkah yang
dapat dilakukan adalah dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan, mengolah
limbah menjadi bahan baku atau produk lain, melakukan pengawasan dan pengendalian
kualitas lingkungan, serta melakukan kerjasama dengan pemerintah dan masyarakat
untuk menjaga lingkungan. Dengan demikian, pelaku bisnis dapat berperan sebagai
agen pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah


Topik yang penulis bahas berkaitan tentang latar belakang yang telah dipaparkan
di atas. Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam menjawab permasalahan maka
makalah ini perlu diberi rumusan masalah agar lebih memudahkan penulis. Mengacu
pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dari makalah
ini.
1. Apakah permasalahan dari eksternalitas?
2. Apa saja solusi privat atas masalah eksternalitas dan kegagalannya?
3. Apa saja solusi publik atas masalah eksternalitas?
4. Apa saja perlindungan atas lingkungan hidup?

1.3 Tujuan Masalah


Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka
makalah ini memiliki tujuan. Hal tersebut mempermudah penulis yang harus dilakukan
berdasarkan masalah yang akan dibahas. Tujuan yang ingin dicapai melalui makalah ini.
1. Menjelaskan permasalahan dari eksternalitas?
2. Mendeskripsikan solusi privat atas masalah eksternalitas dan kegagalannya
3. Mendeskripsikan solusi publik atas masalah ekternalitas
4. Mendeskripsikan perlindungan atas lingkungan hidup

2|P a g e
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Permasalahan dari Eksternalitas


Eksternalitas sebagai kondisi yang timbul dari kegiatan suatu individu ataupun
kelompok individu yang memiliki dampak utilitas (kegunaan) terhadap individu lain
maupun kelompok individu lainnya, sehingga tidak dapat terkontrol (Andri dan Noor,
2023:74). Eksternalitas dapat juga dikatakan dampak yang nantinya akan terima orang
lain baik itu menguntungkan atau merugikan. Eksternalitas dapat bersifat positif dan
negatif, tergantung pada dampaknya apakah akan meningkatkan utilitas atau
menurunkan utilitas orang lain. Adapun jenis – jenis eksternalitas sendiri dibedakan
menjadi 2 yaitu:
A. Jenis-jenis eksternalitas ditinjau dari segi dampaknya dibagi menjadi dua yaitu:
1) Eksternalitas Positif.
Eksternalitas positif adalah apabila dampak dari suatu tindakan
terhadap orang lain yang tidak memberikan komposisi menguntungkan
(Masturoh, 2021:24). Contohnya, Seorang yang menanam pohon di
halaman rumahnya, ia memberikan manfaat bagi lingkungan sekitarnya
seperti udara yang lebih bersih, suhu yang lebih sejuk dan keindahan
pemandangan tanpa meminta bayaran dari tetangganya.
2) Eksternalitas Negatif
Eksternalitas negatif adalah suatu keadaan di mana tindakan atau
kegiatan seseorang atau kelompok memberikan kerugian bagi pihak lain
yang tidak terlibat dalam tindakan atau kegiatan tersebut, tanpa
memberikan kompensasi atau ganti rugi.Contohnya, pencemaran
lingkungan.Misalnya seseorang membuang sampah sembarangan, ia
menimbulkan kerugian bagi lingkungan sekitarnya seperti polusi, bau
tidak sedap dan penurunan kesehatan tanpa bertanggung jawab atas
akibatnya.
Dampak positif dan negatif dari eksternalitas, masing- masing juga dapat terjadi
dalam dua kegiatan ekonomi yaitu produksi dan konsumsi, yaitu.

3|P a g e
1) Eksternalitas positif dari Kegiatan produksi
Eksternalitas positif adalah dampak yang menguntungkan dari suatu
tindakan yang dilakukan oleh suatu pihak terhadap pihak lain tanpa adanya
kompensasi dari pihakyang diuntungkan. Meskipun banyak pasar dimana
biaya sosial (social cost) melebihi biaya pribadi (private cost), ada pula
pasar-pasar yang justru sebaliknya, yakni biaya pribadi lebih besar dari
biaya sosialnya.Contohnya, pengusaha madu memelihara lebah untuk
menghasilkan madu, lebah tersebut akan mencari madu dan
menguntungkan pengusaha matahari padahal pengusaha madu tak
memperhatikan dampak positif yang ditimbulkan.
2) Eksternalitas negatif dari produksi
Eksternalitas negatif adalah efek sampingyang negatif dari suatu
tindakan dari pelaku ekonomi yang diderita oleh pihak yang tidak terlibat
dalam tindakan ekonomi tersebut.Contohnya, Pabrik tekstil menghasilkan
polusi. Pabrik tersebut dalam kegiatannya tidak akan memperhitungkan
biaya yang harus dikeluarkan oleh pihak luar ataupun keuntungan yang
didapat dan pihak luar.
3) Eksternalitas positif dari Konsumsi
Eksternalitas positif dari konsumsi adalah manfaat yang diperoleh
oleh pihak yang tidak terlibat dalam produksi atau konsumsi suatu barang
atau jasa.Contohnya adalah Konsumsi Pendidikan. Ketika seseorang
mengkonsumsi pendidikan, ia tidak hanya mendapatkan manfaat pribadi
berupa pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga memberikan manfaat
bagi masyarakat berupa tenaga kerja yang lebih produktif, inovatif, dan
berkualitas.
4) Eksternalitas negatif dari Konsumsi
Eksternalitas negatif dari Konsumsi adalah konsumsi barang yang
mengakibatkan kerugian yang harus ditanggung oleh pihak lain.
Contohnya Perokok pasif. ketika seseorang merokok dan orang yang
berada disampingnya mencium asap rokok tersebut. Itu berarti orang yang
mencium asap rokok tersebut menerima dampak negatif atau dengan kata
lain dirugikan karena tindakan orang yang merokok tersebut. ia tidak

4|P a g e
hanya mendapatkan kerugian pribadi berupa kesehatan yang terganggu,
tetapi juga memberikan kerugian bagi masyarakat berupa polusi udara,
penyakit pernapasan, dan kanker.
Tidak menutup kemungkinan bahwa secanggih apapun teknologi suatu negara
tetap menghasilkan limbahyang dapat menjadi eksternalitas bagi kehidupan manusia
dan alam (Hussen, 2004:3; Madalina and anghela Constantin, 2017). Hal tersebut
menunjukkan bahwa teknologi tidak selalu memberikan manfaat bagi manusia dan
alam, tetapi juga dapat menimbulkan masalah dan kerugian. Teknologi yang digunakan
untuk memproduksi barang dan jasa dapat menghasilkan limbah yang berpotensi
mencemari lingkungan, baik itu limbah cair, gas, atau padat. Limbah tersebut dapat
mengandung bahan-bahan yang berbahaya dan beracun, seperti pestisida, bahan kimia,
logam berat, dan sebagainya. Limbah tersebut dapat mempengaruhi kualitas tanah, air,
udara, dan biota yang ada di dalamnya. Limbah tersebut juga dapat mengganggu
keseimbangan ekosistem dan menyebabkan perubahan iklim. Limbah tersebut
merupakan eksternalitas negatif dari teknologi, yaitu dampak buruk yang tidak
diinginkan oleh pihak yang tidak terlibat dalam proses produksi atau konsumsi barang
dan jasa. Eksternalitas negatif ini dapat merugikan kesehatan dan kesejahteraan manusia
serta alam.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya eksternalitas (Zunita,
2019:13-15), yaitu.
1. Keberadaan barang publik.
Barang publik atau sering disebut barang sosial (social goods) adalah
barang yang bebas di konsumsi. Keberadaan barang publik menjadi salah
satu faktor penyebab terjadinya eksternalitas karena barang publik memiliki
dua karakteristik, yaitu Tidak ada pesaing(nonrival) dan tidak bersifat
eksklusif (nonexcludable). Nonrival berarti barang publik dapat dikonsumsi
oleh banyak orang tanpa mengurangi kuantitas atau kualitas barang tersebut.
Nonexcludable berarti barang publik tidak dapat dicegah untuk dikonsumsi
oleh siapa pun yang menginginkannya. Contohnya bisa di bagi 2 yaitu
sebagai berikut.

5|P a g e
a. Eksternalitas positif
Taman kota dapat dinikmati oleh semua orang tanpa
mengurangi keindahan atau luasnya. Taman kota juga
memberikan manfaat bagi masyarakat, seperti udara segar dan
tempat rekreasi.
b. Eksternalitas negatif
Jalan raya dapat digunakan oleh semua orang tanpa bisa
dicegah. Jalan raya juga memberikan biaya bagi masyarakat,
seperti polusi udara, kebisingan, dan kecelakaan lalu lintas.
2. Sumber Daya Milik Bersama
Faktor eksternalitas timbul saat sumber daya dapat digunakan tanpa
biaya. Sumber daya milik umum ini merupakan sesuatu yang diperoleh setiap
orang secara percuma atau gratis. Akibatnya, sumber daya akan di manfaatkan
secara berlebihan.
Contohnya, air. Air merupakan sumber daya yang penting bagi
kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan. Namun, air juga merupakan sumber
daya yang terbatas dan rentan tercemar. Jika individu-individu menggunakan air
secara berlebihan atau membuang limbah ke dalam air tanpa memperhatikan
dampaknya bagi lingkungan dan masyarakat, maka akan terjadi eksternalitas
negatif berupa penurunan kualitas dan kuantitas air, peningkatan biaya
pengolahan air, penyebaran penyakit, dan kerusakan ekosistem.

2.2 Solusi Privat atas Masalah Eksternalitas serta Kegagalan


Solusi privat atas masalah eksternalitas adalah solusi yang melibatkan pihak-
pihak yang berkepentingan untuk mengatasi masalah eksternalitas, kemudian bukan
hanya pemerintah saja yang perlu dan dapat mengatasi eksternalitas itu, melainkan juga
pihak-pihak non pemerintah, baik itu pribadi/kelompok maupun perusahaan/organisasi
kemasyarakatan. Untuk mudahnya, bisa disebut sebagai pihak-pihak non pemerintah
tersebut sebagai pihak “pribadi” atau “swasta”. Pada dasarnya, tujuan yang hendak
dicapai oleh pemerintah maupun pihak swasta (perorangan dan kelompok), berkenaan
dengan penanggulangan eksternalitas itu sama saja, yakni untuk mendorong alokasi
sumber daya agar mendekati kondisi yang optimum secara sosial. Ada beberapa solusi

6|P a g e
atau upaya yang dilakukan secara pribadi atau swasta (private solution) dalam
mengatasi persoalan eksternalitas antara lain :
1. Solusi Swasta
Pasar swasta terkadang juga mampu mengatasi masalah eksternalitas,
dengan membiarkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengatasinya.
Motif utama mereka memang untuk memenuhi kepentingannya sendiri, namun
dalam melakukan suatu tindakan, mereka juga sekaligus mengatasi eksternalitas.
Eksternalitas ini dapat diinternalisasikan dengan cara penggabungan kedua
usaha. Niat untuk mengupayakan internalisasi eksternalisasi seperti itulah yang
merupakan penyebab mengapa banyak perusahaan yang menekuni lebih dari
satu bidang/jenis usaha sekaligus. Cara lain di pasar swasta dalam mengatasi
eksternalitas adalah penyusunan kontrak atau perjanjian di antara pihak-pihak
yang menaruh kepentingan. Melalui kontrak, maka kemungkinan terjadinya
inefisiensi yang bersumber dari eksternalitas negatif bisa dihindari, dan kedua
belah pihak akan sama-sama lebih untung dibanding kalau keduanya
menjalankan usahanya sendiri-sendiri, tanpa memperhitungkan kepentingan
pihak lain.
2. Teorema Coase
Teorema Coase (Coase theorem) mengambil nama perumusnya yakni
ekonom Ronald Coase yang menyatakan bahwa solusi swasta bisa sangat efektif
seandainya memenuhi satu syarat. Syarat itu adalah pihak pihak yang
berkepentingan dapat melakukan negosiasi atau merundingkan langkah-langkah
penanggulangan masalah ekternalitas yang ada diantara mereka, tanpa
menimbulkan biaya khusus yang memberatkan alokasi sumber daya yang sudah
ada. Menurut teorema Coase, hanya jika syarat itu terpenuhi, maka pihak swasta
itu akan mampu mengatasi masalah eksternalitas dan meningkatkan efisiensi
alokasi sumber daya. Teorema Coase menyatakan bahwa pelaku-pelaku
ekonomi pribadi/swasta, dapat mengatasi sendiri masalah eksternalitas yang
muncul diantara mereka. Terlepas dari distribusi hak pada awalnya, pihak-pihak
yang berkepentingan selalu berpeluang mencapai kesepakatan yang
menguntungkan semua pihak, dan merupakan pemecahan yang efisien. Selain
solusi diatas skema lain yang juga dinilai mampu meminimalkan biaya yang

7|P a g e
muncul dari adanya eksternalitas dilingkungan adalah dengan skema standard
dan fee (Suatu pihak memberikan kompensasi kepada pihak lainnya).
Pihak yang mensupply dan memproduksi sesuatu hal yang
mengakibatkan kerugian lingkungan dapat dikenakan standar minimum biaya
dan apabila melebihi standard yang telah ditetapkan maka dapat dikenakan fee
dengan jumlah tertentu. Fee pada dasarnya adalah mekanisme untuk mendorong
kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan agar lebih efisien. Dengan
adanya fee yang harus dibayarkan oleh pengguna faktor produksi diharapkan
dapat meminimalkan kerugian lingkungan akibat dari adanya suatu kegiatan di
suatu wilayah. Sebagai contoh, menurut Pindyck (2005), kasus pada kerugian
lingkungan akibat emisi perusahaan. Standar emisi merupakan batas yang
ditentukan secara hukum atas berapa besar polusi yang dapat dihasilkan oleh
suatu perusahaan. Apabila suatu perusahaan melebihi jumlah yang telah
ditentukan, maka perusahaan tersebut dikenakan penalty yaitu berupa pengenaan
fee atas sejumlah emisi yang dihasilkan. Selain itu pengenaan fee juga dapat
meningkatkan pendapatan pemerintah. Pendapatan tersebut bisa dialokasikan
kembali untuk perbaikan atau peningkatan kualitas lingkungan secara
berkelanjutan.
3. Pendekatan Sosial
Pendekatan ini tidak melibatkan pemerintah, akan tetapi perusahaanlah yang
lebih aktif memberikan bantuan kepada masyarakat sekitarnya atas
pertimbangan akan adanya kerugian masyrakat karena beroprasinya
perusahaan mereka.
Namun, solusi privat atas masalah eksternalitas juga memiliki beberapa
kegagalan yang perlu dipertimbangkan, kegagalan solusi privat yang terjadi
sebagai berikut:
1. Kegagalan negosiasi, Pihak-pihak yang berkepentingan mungkin
tidak dapat bernegosiasi secara efisien untuk mencapai solusi yang
optimal. Hal ini dapat terjadi karena adanya biaya transaksi yang
tinggi, informasi yang tidak lengkap, atau adanya faktor-faktor lain
yang menghambat negosiasi.

8|P a g e
2. Kegagalan hak milik, hak milik atas sumber daya mungkin tidak
jelas. Hal ini dapat membuat solusi privat sulit untuk
diimplementasikan terhadap permasalahan.
3. Kegagalan biaya transaksi: Biaya transaksi yang tinggi dapat
membuat solusi privat tidak dapat terlaksana dan tidak
layak secara ekonomi.

2.3 Solusi Publik atas Masalah Eksternalitas


Negara yang diwakili oleh penyelenggaraannya, khususnya pemerintah sebagai
eksekutif, berkewajiban melindungi kepentingan publik. Jika masalah eksternalitas
sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat, pemerintahlah yang harus
menyelesaikannya melalui, perintah dan pengendalian melalui kebijakan (command and
control polices). Adanya eskternalitas negatif mengakibatkan sumber daya yang
dilakukan pasar tidak efisien, disinilah diperlakukan peranan dari pemerintah.
Harapannya masalah-masalah yang ditimbulkan dengan adanya eksternalitas dapat
teratasi. Bebrapa hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah regulasi, penetapan
pajak pigovian dan pemberian subsidi.
1. Regulasi
Regulasi adalah tindakan mengendalian perilaku manusia atau masyarakat
dengan aturan atau pembatasan. Dengan regulasi pemerintah dapat melarang atau
mewajibkan perilaku atau tindakan, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh
untuk dilakukan pihak-pihak tertentu dalam rangka mengatasi eksternlaitas. Dengan
adanya regulasi memaksa penghasilan polusi untuk mengurangi polusi yang
dihasilkan industri karena polusi tersebut merupakan tanggung jawab pihak yang
menghasilkan polusi. Contohnya pemerintah membuat aturan bahwa membuang
limbah pabrik ke dalam sungai merupakan tindakan kriminal dan akan dikenakan
sanksi yang tegas bagi pelakunya, karena kita tahu biaya sosial membuang limbah
pabrik ke dalam sungai besar daripada keuntungan yang didapatkan pihak-pihak
melakukannya, tetapi dalam kenyataan regulasi ini sulit untuk diterapkan karena
pada kenyataannya masalah polusi yang terjadi tidaklah selalu sederhana. Karena
polusi merupakan efek sampingan yang tak terelakkan dari kegiatan produksi
industri. Kita tidak dapat menghapus polusi secara total. Kita hanya bisa membatasi

9|P a g e
jumlah polusi hingga ambang tertentu. Sehingga tidak akan terlalu merusak
lingkungan namun tidak juga menghalangi kegiatan produksi. Kita ambil saja
contohnya kendaraan bermontor. Seperti kita ketahui gas yang dikeluarkan
kendaraan bermontor merupakan salah satu bentuk polusi. Jika kita ingin
menghapus polusi secara total maka tidak boleh menggunakan kendaraan bermotor.
Hal tersebut tidak mungkin untuk dilakukan, karena kendaraan bermotor sedikit
dapat membantu memperlancar proses produksi.
Regulasi sendiri memiliki kelemahan yaitu mewajibkan semua pabrik
mengurangi pulusinya dalam jumlah yang sama, padahal penurunan sama rata,
bukan merupakan cara termurah menurunkan polusi. Ini dikarenakan kapasitas dan
keperluan setiap pabrik untuk berpolusi berbeda-beda. Besar kemungkinan salah
satu pabrik misalkan pabrik kertas, lebih mampu karena biayanya lebih murah
untuk menurunkan polusi dibanding pabrik lain seperti pabrik baja. Jika keduanya
dipaksa menurunkan polusi sama rata, maka operasi pabrik baja akan akan
terganggu. Peraturan memaksa penghasil polusi untuk mengurangi polusi dengan
menggunakan metode yang sama seperti yang mereka gunakan dan mereka harus
membayar harga untuk biaya eksternalitas yang mereka hasilkan sebagai tanggung
jawab mereka.
2. Pajak Pigovian dan Subsidi
Selain menerapkan regulasi, untuk mengatasi eksternalitas, pemerintah juga
dapat menerapkan kebijakan-kebijakan yang didasarkan pada pendekatan pasar,
yang dapat memadukan insentif pribadi/swasta dengan efisiensi sosial. Sebagai
contoh, seperti telah disinggung diatas pemerintah dapat menginternalisasikan
eksternalitas dengan menggunakan pajak terhadap kegiatan-kegiatan yang
menimbulkan eksternalitas negatif, dan sebaliknya memberi subsidi untuk kegiatan-
kegiatan yang memunculkan eksternalitas positif. Pajak yang khusus diterapkan
untuk mengoreksi dampak dari suatu eksternalitas negatif lazim disebut sebagai
Pajak Pigovian (Pigovian tax), mengambil nama ekonom pertama yang
merumuskan dan menganjurkannya, yakni Arthur Pigou (1877-1959). Para ekonom
umumnya lebih menyukai pajak Pigovian dari pada regulasi sebagai cara untuk
mengendalikan polusi, karena biaya penerapan pajak itu lebih murah bagi
masyarakat secara keseluruhan. Andaikan ada dua pabrik-pabrik baja dan pabrik

10 | P a g e
kertas-yang masing-masing membuang limbah sebanyak 500 ton per tahun ke
sungai. EPA menilai limbah itu terlalu banyak, dan berniat menguranginya. Ada
dua pilihan solusi baginya, yakni :
Regulasi : EPA mewajibkan semua pabrik untuk mengurangi
limbahnya hingga 300 ton per tahun.
¨ Pajak Pigovian : EPA mengenakan pajak sebesar $50.000 untuk setiap
ton limbah yang dibuang oleh setiap pabrik.
Regulasi itu langsung membatasi ambang polusi, sedangkan pajak Pigovian
memberikan insentif kepada para pemilik pabrik untuk sebanyak mungkin
mengurangi polusinya.
Para ekonom lebih meyukai penerapan pajak.Alasan utama para ekonom itu
memilih penerapan pajak, adalah karena cara ini lebih efektif menurunkan polusi.
Regulasi mewajibkan semua pabrik mengurangi polusinya dalam jumlah yang
sama, padahal penurunan sama rata, bukan merupakan cara termurah menurunkan
polusi. Ini dikarenakan kapasitas dan keperluan setiap pabrik untuk berpolusi
berbeda-beda. Besar kemungkinan salah satu pabrik (misalkan pabrik kertas), lebih
mampu (biayanya lebih murah) untuk menurunkan polusi dibanding pabrik lain
(pabrik baja). Jika keduanya dipaksa menurunkan polusi sama rata, maka operasi
pabrik baja akan terganggu. Namun melalui penerapan pajak, maka pabrik kertas
akan segera mengurangi polusinya, karena hal itu lebih murah dan lebih mudah
dilakukan dari pada membayar pajak, sedangkan pabrik baja, yang biaya penurunan
polusinya lebih mahal, akan memilih membayar pajak saja.
Pada dasarnya, pajak Pigovian secara langsung menetapkan harga atas hak
berpolusi. Sama halnya dengan kerja pasar yang mengalokasikan berbagai barang
ke pembeli, yang memberikan penilaian paling tinggi pajak Pigovian ini juga
mengalokasikan hak berpolusi kepada perusahaan atau pabrik, yang paling sulit
menurunkan polusinya atau yang dihadapkan pada biaya paling tinggi untuk
menurunkan polusi (misalkan karena biaya alat penyaring polusinya sangat mahal).
Berapapun target penurunan polusi yang diinginkan EPA akan dapat mencapainya
dengan biaya termurah melalui penerapan pajak ini.
Pajak Pigovian tidaklah sama dengan pajak-pajak lain, dimana kita
mengetahui bahwa pajak pada umumnya akan mendistorsikan insentif dan

11 | P a g e
mendorong alokasi sumber daya menjauhi titik optimum sosialnya. Pajak umumnya
juga menimbulkan beban baku berupa penurunan kesejahteraan ekonomis
(turunnya surplus produsen dan surplus konsumen), yang nilainya lebih besar dari
pada pendapatan yang diperoleh pemerintah dari pajak tersebut. Pajak Pigovian
tidak seperti itu karena pajak ini memang khusus diterapkan untuk mengatasi
masalah eksternalitas. Akibat adanya eksternalitas, masyarakat harus
memperhitungkan kesejahteraan pihak lain. Pajak Pigovian diterapkan untuk
mengoreksi insentif ditengah adanya eksternalitas, sehingga tidak seperti pajak-
pajak lainnya, pajak Pigovian itu justru mendorong alokasi sumber daya mendekati
titik optimum sosial. Jadi, selain memberi pendapatan tambahan pada pemerintah,
pajak Pigovian ini juga meningkatkan efisiensi ekonomi.

2.4 Perlindungan atas Lingkungan Hidup


Penyelesaian masalah lingkungan secara nasional diIndonesia, dapat dilihat
dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-undang ini didukung dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.
Ada 14 asas yang perlindungan lingkungan hidup yang diterapkan di Indonesia
yang termuat dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 yaitu.
1. Asas tanggung jawab negara
Yang dimaksud dengan Asas Tanggung Jawab Negara, adalah.
a. Negara menjamin pemanfaatan sumber daya alam akan memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan mutu hidup
rakyat, baik generasi masa kini maupun generasi masa depan.
b. Negara menjamin hak warga negara atas lingkungan hidup yang baik
dan sehat.
c. Negara mencegah dilakukannya kegiatan pemanfaatan sumber daya
alam yang menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup.
2. Asas kelestarian dan keberlanjutan
Yang dimaksud dengan “asas kelestarian dan keberlanjutan” adalah
bahwa setiap orang memikul kewajiban dan tanggung jawab terhadap

12 | P a g e
generasi mendatang dan terhadap sesamanya dalam satu generasi dengan
melakukan upaya pelestarian daya dukung ekosistem dan memperbaiki
kualitas lingkungan hidup.
3. Asas keserasian dan keseimbangan
Asas keserasian dan keseimbanganadalah bahwa pemanfaatan
lingkungan hidup harus memperhatikan berbagai aspek seperti kepentingan
ekonomi, sosial, budaya, dan perlindungan serta pelestarian ekosistem.
4. Asas keterpaduan
Asas keterpaduanadalah bahwa perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup dilakukan dengan memadukan berbagai unsur atau
menyinergikan berbagai komponen terkait.
5. Asas manfaat
Asas manfaatadalah bahwa segala usaha dan/atau kegiatan pembangunan
yang dilaksanakan disesuaikan dengan potensi sumber daya alam dan
lingkungan hidup untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan harkat
manusia selaras dengan lingkungannya.
6. Asas kehati-hatian
Asas kehati-hatian adalah bahwa ketidakpastian mengenai dampak suatu
usaha dan/atau kegiatan karena keterbatasan penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi bukan merupakan alasan untuk menunda langkah-langkah
meminimalisasi atau menghindari ancaman terhadap pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup.
7. Asas keadilan
Asas keadilanadalah bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga
negara, baik lintas daerah, lintas generasi, maupun lintas gender.
8. Asas ekoregion
Asas ekoregion adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup harus memperhatikan karakteristik sumber daya alam, ekosistem,
kondisi geografis, budaya masyarakat setempat, dan kearifan lokal.
9. Asas keanekaragaman hayati

13 | P a g e
Asas keanekaragaman hayati adalah bahwa perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup harus memperhatikan upaya terpadu untuk
mempertahankan keberadaan, keragaman, dan keberlanjutan sumber daya
alam hayati yang terdiri atas sumber daya alam nabati dan sumber daya alam
hewani yang bersama dengan unsur nonhayati di sekitarnya secara
keseluruhan membentuk ekosistem.
10. Asas pencemar membayar
Asas pencemar membayar adalah bahwa setiap penanggung jawab yang
usaha dan/atau kegiatannya menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup wajib menanggung biaya pemulihan lingkungan.
11. Asas partisipatif
Asas partisipatif adalah bahwa setiap anggota masyarakat didorong untuk
berperan aktif dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
12. Asas kearifan lokal
Asas kearifan lokal adalah bahwa dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup harus memperhatikan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam
tata kehidupan masyarakat
13. Asas tata kelola pemerintahan yang baik
Asas tata kelola pemerintahan yang baik adalah bahwa perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup dijiwai oleh prinsip partisipasi, transparansi,
akuntabilitas, efisiensi, dan keadilan.
14. Asas otonomi daerah
Asas otonomi daerah adalah bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan di bidang perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup dengan memperhatikan kekhususan dan
keragaman daerah dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berbagai macam asas-asas yang ditetapkan tidak lain merupakan dasar untuk
mencapai sebuah tujuan tertentu, yakni perlindungan lingkungan hidup. Adapun tujuan
perlindungan Lingkungan Hidup seperti yang termuat dalam UUPPLH adalah sebagai
berikut .

14 | P a g e
1. Melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup
2. Menjamin menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupanmanusia
3. Menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem
4. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup
5. Mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup
6. Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa depan
7. Menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai
bagian dari hak asasi manusia
8. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana
9. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan
10. Mengantisipasi isu lingkungan global.
Adapun hal-hal yang menjadi sasaran atau cangkupan dari perlindungan
lingkungan hidup tersebut adalah sebagai berikut.
1. Perencanaan
2. Pemanfaatan
3. Pengendalian
4. Pemeliharaan
5. Pengawasan
6. Penegakan hukum
Peraturan perundang-undangan sendiri telah mengatur mengenai Hak dan
Kewajiban masyarakat dalam usaha perlindungan lingkungan, yakni.
1. Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian
dari hak asasi manusia
2. Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses
informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat
3. Setiap orang berhak mengajukan usul dan/atau keberatan terhadap rencana usaha
dan/atau kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak terhadap
lingkungan hidup
4. Setiap orang berhak untuk berperan dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan

15 | P a g e
5. Setiap orang berhak melakukan pengaduan akibat dugaan pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup
6. Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta
mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
7. Setiap orang berkewajiban memberikan informasi yang terkait dengan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka,
dan tepat waktu
8. Setiap orang berkewajiban menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup
9. Setiap orang berkewajiban menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan
hidup dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.

16 | P a g e
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan
Penulis membahas setiap poin secara detail dalam makalah ini. Sebagai
dasar penjelasan dan pembahasan, hal ini didasarkan pada pendapat ahli, buku,
jurnal dan artikel. Penulis berharap penjelasan pendapat ahli dapat meyakinkan
pembaca tentang apa yang telah penulis jelaskan dan dapat pahami dengan baik.
Setelah membahas eksternalitas dan lingkungan hidup, penulis menarik
kesimpulan berdasaran temuan dan pembahasannya, diawali dengan
permasalahan dari eksternalitas, solusi privat atas masalah eksternalitas dan
kegagalannya, solusi publik atas masalah eksternalitas dan perlindungan atas
lingkungan hidup. Berikut simpulan makalah ini.
1. Eksternalitas sebagai kondisi yang timbul dari kegiatan suatu
individu ataupun kelompok individu yang memiliki dampak utilitas
(kegunaan) terhadap individu lain maupun kelompok individu
lainnya, sehingga tidak dapat terkontrol.
2. Solusi privat atas masalah eksternalitas merupakan solusi yang
melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengatasi
masalah eksternalitas bisa menggunakan Pihak swasta, Teori
Teorema Coase dan pendekatan sosial.
3. Kebijakan publik untuk mengatasi eksternalitas dapat dilakukan
dengan mengatasi suatu eksternalitas dengan melarang atau
mewajibkan perilaku tertentu dari pihak-pihak tertentu yang disebut
regulasi atau pendekatan komando dan kontrol untuk melenyapkan
eksternalitas. Seperti pemerintah dapat menindak pihak-pihak
tertentu yang mencemari lingkungan dengan limbah produksinya.
Kemudian pemerintah dapat menginternalisasikan eksternalitas
dengan menggunakan pajak terhadap kegiatan-kegiatan yang
menimbulkan eksternalitas negatif, dan sebaliknya memberi subsidi
untuk kegiatan-kegiatan yang memunculkan eksternalitas positif.

17 | P a g e
3.2 Saran
Beberapa saran untuk pembaca dan penulis dapat dibuat berdasarkan
pembahasan yang disajikan dalam makalah ini. Ini diharapkan menjadi
rekomendasi yang tepat untuk diikuti pembaca nantinya. Penulis memiliki
beberapa saran untuk penulis selanjutnya agar makalah ini dapat terus
memberikan banyak manfaat salah satunya membahas lebih rinci terkait dampak
positif dan dampak negatif eksternalitas pada pembangunan publik.

18 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Andri, Muhammad dan Ahmad Noor. 2023. Eksternalitas Limbah Rumah Tangga,
Volume. 19 Issue 1. Hal 73-81.
Eliyanti Masturoh (2021) Eksternalitas Peternakan Ayam Ras Petelur Terhadap Sosial
Ekonomi Masyarakat Di Rejotangan Tulungagung. S1 thesis. IAIN Tulungagung.
Marthin. H. J. (2010) “Analisis Keberadaan Tempat Pengelolaha Sampai Terpadu
(TPST) Bantar Gerbang Bekasi”. Thesis. Universitas Indonesia.
Subagya, Yosafat Gendon Kaya (018) Aspek Hukum Perlindungan Lingkungan Hidup
Melalui Amdal Kawasan Industri Di Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan
Timur. S1 thsesis. UAJY.
Zunita, Nova Rahma (019) Analisis Esternalitas Peternakan Burung Puyuh Terhadap
Kesejahteraan Masyarakat Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus Dusun Jegles
Desa Keling Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri) Undergraduate (S1) thesis,
IAIN Kediri.
Ridwan dan Ihsan Suciawan Nawir. (2021). Buku Ekonomi Publik. Penerbit: Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.

19 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai