Anda di halaman 1dari 2

Akhlak: Rukun-Rukun Akhlak Yang Baik Ahmad Imron Al Fanghony8 February 2022 318 6 minutes read

Rukun-Rukun Akhlak Yang Baik Semoga Allah mengaruniakan kepada kita semua adab yang mulia dan akhlak
yang lurus lagi baik. Yang mana, beradab mulia dan berakhlak yang baik adalah petunjuk dari panutan dan suri
tauladan kita, Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam. Tentang hal ini, Allah berfirman: ‫َو ِإَّن َك َلَع َلٰى ُخُلٍق َعِظ يٍم‬
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Al Qalam : 4)[1] Demikian pula, semoga
Allah senantiasa memberikan petunjuk kepada kita akhlak yang baik yang tidak ada yang bisa memperbaikinya
kecuali Dia. Dan semoga Allah memalingkan jeleknya akhlak, yang tidak ada yang bisa memalingkannya dari
kita, kecuali Dia. A. Akhlak yang Baik adalah Tanda Kebahagiaan Dunia dan Akhirat Sesungguhnya akhlak dan
adab yang baik adalah tanda keberhasilan seseorang. Selain itu, akhlak dan adab yang baik termasuk juga dalam
tanda kebahagiaan seseorang, baik di dunia maupun di akhirat. Dan tidak ada amalan yang dapat membuahkan
kebaikan-kebaikan yang utama dan adab yang mulia serta agama keseluruhannya, kecuali akhlak yang baik.
Maka barangsiapa yang telah menambah baiknya akhlak kepadamu, sesungguhnya dia telah menambahkan
agama kepadamu. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: ‫ َع ْن َأْكَث ِر َما‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ُسِئَل َر ُسوُل ِهَّللا‬
‫ َو ُسِئَل َع ْن َأْك َث ِر َما ُيْد ِخُل الَّن اَس الَّن اَر َفَق اَل اْلَف ُم َو اْلَف ْر ُج‬. ‫“ ُيْد ِخُل الَّن اَس اْلَج َّنَة َفَق اَل َت ْق َو ى ِهَّللا َو ُحْس ُن اْلُخُلِق‬Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam ditanya mengenai perkara yang banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, beliau menjawab,
“Takwa kepada Allah dan berakhlak yang baik.” Beliau ditanya pula mengenai perkara yang banyak
memasukkan orang dalam neraka, jawab beliau, “Perkara yang disebabkan karena mulut dan kemaluan.” (HR.
Tirmidzi no. 2004 dan Ibnu Majah no. 4246. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih)
[2] Maka Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan akhlak yang baik sebagai salah satu sebab
yang dapat memasukkan ke dalam surga. Dan beliau juga menggabungkan atau menggandengkannya dengan
takwa, yang mana, takwa adalah wasiat terbesar. Berkata Al Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu ta’ala : “Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menggabungkan antara takwa kepada Allah dan akhlak yang baik
adalah, karena takwa dapat memperbaiki hubungan seorang hamba dengan Rabbnya, sedangkan akhlak yang
baik dapat memperbaiki antara Allah dengan makhluk-makhluk-Nya. Oleh karena itu, dengan takwa, akan
meraih kecintaan Allah dan dengan akhlak yang baik, akan meraih kecintaan makhluk.” (Al Fawaaid Libnil
Qoyyim hal. 54).[3] Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ’anhu, bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: ‫“ ِإَّن ِمْن َأَح ِّب ُك ْم ِإَلَّي َو َأْق َر ِبُك ْم ِم ِّن ي َم ْج ِلًس ا َي ْو َم الِقَياَمِة َأَح اِس َن ُك ْم َأْخ اَل ًقا‬Sesungguhnya yang paling aku cintai di
antara kalian dan paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah mereka yang paling bagus
akhlaknya di antara kalian.” (HR. Tirmidzi no. 1941. Dinilai hasan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jaami’ no.
2201)[4] Oleh karena itu, semakin bagus dan baik akhlak seseorang, maka akan semakin dekat dengan Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tempat duduknya di Hari Kiamat dibandingkan dengan yang lainnya.
Sebaliknya, semakin jelek akhlak seseorang, maka tempat duduknya akan semakin jauh dengan Nabi di Hari
Kiamat. B. Berbuat Baik kepada Manusia dengan Akhlak yang Baik Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu, dari
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda: ‫ َو ٰل ِكْن َيَس ُعُهْم ِم ْنُك ْم َب ْس ُط الَو ْج ِه‬، ‫ِإَّنُك ْم َلْن َت َس ُعْو ا الَّن اَس ِبَأْم َو اِلُك ْم‬
‫“ َو ُحْس ُن الُخُلِق‬Sesungguhnya kalian tidak mampu mencukupi seluruh manusia dengan harta yang kalian miliki,
namun mereka seluruhnya bisa mendapatkan (kalian bisa memberikan mereka semuanya) senyuman dan akhlaq
baik dari kalian.” (HR. Tirmidzi no. 2018 dan dishohihkan oleh Syaikh Al Albani)[5] Yang dimaksud dari
hadits di atas adalah, tidak mungkin mencukupi seluruh manusia dengan cara memberi dan mencurahkan
bantuan kepada mereka, sekalipun dengan harta melimpah. Karena mencurahkan kepada mereka dengan berbuat
baik secara perbuatan adalah perkara yang tidak mungkin. Oleh karena itu, cukupi mereka dengan akhlak yg
baik dan adab yang indah, dan ini adalah perkara yang tidak sulit. C. Akhlak yang Baik adalah Pemberian dari
Allah Akhlak yang baik adalah pemberian, kelebihan dan karunia yang Allah berikan kepada siapa yang Dia
kehendaki dari para hamba-Nya. ‫ َف ِإَذ ا‬،‫ ِإَّن َهِذِه اَأْلْخ اَل َق َم َن اِئُح َي ْم َن ُحَها ُهَّللا َع َّز َو َج َّل َم ْن َي َش اُء ِمْن ِع َباِدِه‬: ‫قال َط اُو ٍس بن كيسان رحمه هللا‬
‫ مكارم األخالق البن أبي الدنيا‬.‫ َأَر اَد ُهَّللا َع َّز َو َج َّل ِبَع ْبٍد َخ ْيًر ا َم َن َح ُه ِم ْن َها ُخ ُلًقا َص اِلًح ا‬Thawus bin Kaisan rahimahullah berkata;
“Sesungguhnya akhlak merupakan pemberian dari Allah kepada hamba yang dikehendaki-Nya, jika Allah azza
wa jalla menginginkan kebaikan kepada hamba-Nya, maka Allah akan memberikan akhlak yang
shalih.” (Makarimul Akhlaq oleh Ibnu Abi Dunyaa 32)[6] Dari sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu
‘anhu, dia berkata: ‫ َك َما َقَس َم َب ْي َن ُك ْم َأْر َز اَقُك ْم‬، ‫“ ِإَّن َهللا َت َع اَلى َق َس َم َب ْي َن ُك ْم َأْخ اَل َقُك ْم‬Sesungguhnya Allah Ta’ala membagi akhlak
(yang terpuji) kepada kalian, sebagaimana Allah membagi rezeki kepada kalian.” (H.R Bukhari dalam Adabul
Mufrad)[7] Akhlak yang terpuji adalah anugerah dan pembagian dari Allah, serta merupakan bentuk keutamaan
yang Allah berikan untuk hamba. Allah yang menganugerahi rezeki, Dia pulalah yang menganugerahi akhlak
yang terpuji. Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyyah rahimahullah berkata: ‫َف ِإَّن اَألْخ اَل َق َمَو اِهٌب َيَهُب ُهللا ِم ْن َها َما َي َش اُء ِلَم ْن َي َش اُء‬
“Sesungguhnya akhlak yang terpuji adalah anugerah yang Allah berikan kepada para hamba sesuai dengan
kehendak-Nya.” Dalam masalah mendapatkan rezeki, ada dua perkara yang harus ada, yaitu bersandarnya hati
seorang hamba kepada Allah dan menyerahkan seluruh urusan rezekinya kepada Allah, serta berusaha mencari
rezeki tersebut dengan usaha yang diperbolehkan oleh syariat. Maka demikian pula, seseorang hendaknya
bersandar kepada Allah dalam mendapatkan akhlak dan adab yang terpuji disertai dengan usaha melawan dan
menundukkan hawa nafsu untuk mendapatkannya. D. Rukun-Rukun Akhlak yang Baik Sesungguhnya akhlak
yang baik berdiri di atas empat rukun, yaitu: 1. Menjaga lisan. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: ‫“ َم ْن َك اَن ُيْؤ ِمُن ِباِهَّلل َو اْلَي ْو ِم ْاآلِخ ِر َف لَي ُقْل َخ ْيًر ا َأْو ِلَي ْص ُمت‬Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir,
maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim,
no.47)[8] Maka, barangsiapa yang tidak mampu menjaga lisannya, berarti dia bukan termasuk orang yang
berakhlak dengan baik. Maksudnya adalah menjaga dan menahan lisan dari suatu pembicaraan, kecuali jika di
dalamnya mengandung faedah. Sabda Nabi : “… maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” Di
dalamnya mengandung ajakan agar seorang Muslim berpikir terlebih dahulu sebelum mengucapkan sesuatu. 2.
Menjauhi sikap kecurigaan dan sesuatu yang tidak bermanfaat. Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam
bersabda: ‫“ ِمْن ُحْس ِن ِإْس َالِم اْلَم ْر ِء َت ْر ُك ُه َما َال َي ْع ِنيِه‬Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang
tidak bermanfaat.” (HR. Tirmidzi no. 2317 dan Ibnu Majah no. 3976. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini shahih)[9] Orang yang penuh dengan kecurigaan adalah orang yang tidak memiliki adab dan akhlak
yang baik. Karena kecurigaan dan melakukan perbuatan yang tidak bermanfaat lainnya bagi dirinya sendiri,
telah mengeluarkannya dari keistimewaan adab yang baik. 3. Adanya metode yang disertai reaksi pencegahan,
terutama saat marah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‫ اَل َتْغ َض ْب‬: ‫“ َق اَل‬Janganlah kamu marah!”
(Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 6116)[10] Ketika seseorang sedang marah, maka hendaknya dia tidak
berbicara atau berbuat apapun. Karena jika hal itu dilakukan, seringkali ucapan dan perbuatannya akan
mengeluarkan seseorang itu dari akhlak yang baik. Oleh karena itu, disebutkan dalam sebuah ucapan terkait
jeleknya marah adalah: ‫“ الَغ َضُب َأَّو ُلُه ُج ُنْو ٌن َو ٰأ ِخُرُه َن َد ٌم‬Marah itu awalnya perbuatan kegilaan dan pada akhirnya
adalah sebuah penyesalan.” Hal itu terjadi karena saat marah ucapan dan tindakan yang dilakukan umumnya di
luar kontrol. Maka bagi seseorang yang sedang marah, hendaknya memiliki pola dan metode untuk
mencegahnya. Semisal yang disarankan Nabi dalam haditsnya, yaitu jika marah dalam keadaan berdiri, maka
hendaknya duduk. Jika marahnya dalam posisi duduk, maka hendaknya berbaring. Dan dalam riwayat lain,
ketika sedang marah, hendaknya diam. 4. Selamatnya hati. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‫َال‬
‫“ ُيْؤ ِمُن َأَح ُد ُك ْم َح َّت ى ُيِحَّب َألِخْيِه َما ُيِحُّب ِلَن ْف ِس ه‬Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai
untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya.” (HR. Al Bukhari no. 13 dan Muslim no. 45)[11] Hadits
ini dijadikan sandaran oleh para ulama dalam bab akhlak, yaitu hendaknya hati seseorang itu selamat dari sifat-
sifat yang tidak terpuji, baik berupa dengki, hasad dan berbagai macam penyakit hati yang lain. Oleh karena itu,
selamatnya hati adalah sandaran utama dari tegaknya akhlak yang baik. Adapun bagi seseorang yang di dalam
hatinya ada penyakit-penyakit yang jelek serta isi batin yang rusak, maka tidak akan mungkin akan bisa menjadi
orang yang berakhlak baik, karena rusak dan melencengnya hati akan tampak pada sisi lahirnya. Referensi:
Kitab Ahaditsul Akhlaq karya Syaikh Abdurrozzaq bin Abdil Muhsin Al Badr hafidzahullahu ta’ala halaman 7
– 20. Diringkas oleh Ahmad Imron Al Fanghony Artikel Alukhuwah.Com Referensi Referensi 1 Surat Al
Qalam : 4 2 HR. Tirmidzi no. 2004 dan Ibnu Majah no. 4246. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad
hadits ini sahih 3 Al Fawaaid Libnil Qoyyim hal. 54

© 2023 alukhuwah.com
Sumber: https://alukhuwah.com/2022/02/08/akhlak-rukun-rukun-akhlak-yang-baik/

Anda mungkin juga menyukai