1. Profit (Keuntungan)
Profit adalah selisih antara pendapatan yang diperoleh dari penjualan suatu produk atau
layanan dengan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi atau menyediakan produk atau
layanan tersebut. Profit adalah tujuan utama dari setiap bisnis, karena itu menunjukkan
keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan uang.
2. Risiko (Risiko Keuangan)
Risiko keuangan adalah kemungkinan kerugian finansial yang dapat dihadapi oleh suatu
perusahaan. Risiko dapat berasal dari berbagai faktor, termasuk fluktuasi pasar, perubahan
regulasi, atau kegagalan manajemen. Semakin tinggi risiko, semakin besar potensi kerugian yang
dapat dialami perusahaan.
3. Likuiditas
Likuiditas mengacu pada kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dengan
cepat menggunakan aset yang dapat dengan mudah dijual atau dikonversi menjadi uang tunai.
Aset yang paling likuid adalah uang tunai, diikuti oleh investasi jangka pendek dan piutang yang
mudah diubah menjadi uang tunai.
Hubungan Antara Profit, Risiko, dan Likuiditas:
1. Profit vs. Risiko:
● Semakin besar potensi keuntungan, umumnya semakin tinggi risiko yang terlibat.
Investasi atau keputusan bisnis dengan potensi keuntungan tinggi seringkali melibatkan
risiko yang besar pula.
● Perusahaan harus mengevaluasi risiko dengan hati-hati sebelum membuat keputusan
bisnis untuk memastikan bahwa potensi keuntungan sebanding dengan tingkat risiko
yang diambil.
2. Likuiditas vs. Risiko:
● Perusahaan yang sangat likuid mungkin memiliki lebih banyak cadangan dana untuk
mengatasi risiko keuangan mendadak. Ketika risiko meningkat, memiliki likuiditas yang
cukup dapat membantu perusahaan bertahan tanpa harus menjual aset atau mengambil
pinjaman yang mahal.
● Namun, terlalu banyak likuiditas juga dapat menunjukkan bahwa perusahaan tidak
mengoptimalkan penggunaan sumber daya. Oleh karena itu, perusahaan perlu mencari
keseimbangan yang tepat antara likuiditas dan investasi untuk memaksimalkan potensi
pengembalian.
3. Likuiditas vs. Profit:
● Likuiditas dapat mempengaruhi profitabilitas karena aset yang sangat likuid, seperti uang
tunai, cenderung tidak menghasilkan pengembalian investasi yang tinggi. Namun,
likuiditas yang tepat juga memungkinkan perusahaan untuk mengambil peluang investasi
yang mungkin muncul, yang pada gilirannya dapat meningkatkan profitabilitas.
● Terlalu sedikit likuiditas juga dapat membatasi kemampuan perusahaan untuk
berkembang dan mengambil peluang bisnis yang menguntungkan.
Hubungan Ideal Antara Likuiditas dan Profit:
Hubungan ideal antara likuiditas dan profit tergantung pada industri, ukuran perusahaan, tujuan bisnis,
dan toleransi risiko perusahaan. Namun, beberapa prinsip umum yang dapat diterapkan adalah:
● Diversifikasi Investasi: Diversifikasi portofolio investasi dapat membantu mengurangi risiko
tanpa mengorbankan potensi keuntungan. Dengan menginvestasikan dana perusahaan pada aset
yang beragam, perusahaan dapat memitigasi risiko dan memaksimalkan profitabilitas dalam
jangka panjang.
● Manajemen Kas yang Efisien: Perusahaan sebaiknya mempertahankan tingkat likuiditas yang
cukup untuk mengatasi risiko mendadak tanpa mengorbankan kesempatan investasi yang
menguntungkan. Manajemen kas yang baik melibatkan perencanaan yang cermat dan
pengawasan terhadap aliran kas perusahaan.
● Evaluasi Risiko secara Terus-Menerus: Perusahaan harus terus-menerus mengevaluasi risiko dan
melakukan penyesuaian pada strategi investasi dan tingkat likuiditas berdasarkan perubahan
kondisi pasar dan kebijakan perusahaan.
● Pendekatan Jangka Panjang: Perusahaan sebaiknya mengambil pendekatan jangka panjang dalam
mengelola hubungan antara likuiditas dan profit. Ini termasuk pengembangan strategi bisnis yang
berkelanjutan, pengelolaan risiko jangka panjang, dan pengambilan keputusan investasi yang
bijak.
Hubungan antara Profit, Risiko, dan Likuiditas:
● Terdapat hubungan trade-off antara profit, risiko, dan likuiditas. Semakin besar profit yang
dikejar, semakin besar risikonya, dan ini dapat mempengaruhi tingkat likuiditas.
● Mengambil risiko yang tinggi dapat meningkatkan potensi profit, tetapi juga dapat mengurangi
likuiditas. Contohnya, investasi dalam instrumen keuangan berisiko tinggi seperti saham atau
investasi jangka panjang dapat menghasilkan profit besar, tetapi bisa sulit untuk mengubahnya
menjadi uang tunai dengan cepat jika dibutuhkan.
● Di sisi lain, menjaga tingkat likuiditas yang tinggi dengan menyimpan sejumlah besar uang tunai
atau aset yang sangat likuid dapat mengurangi risiko, tetapi biasanya dengan mengorbankan
potensi profit.
Keseimbangan yang Ideal:
● Keseimbangan yang ideal antara likuiditas dan profit tergantung pada tujuan dan profil risiko
perusahaan atau individu.
● Pada umumnya, perusahaan harus mencari keseimbangan yang mengizinkan mereka untuk
menjalankan operasi sehari-hari tanpa kesulitan likuiditas, sambil memaksimalkan profit dalam
batasan risiko yang dapat diterima.
● Ini dapat dicapai dengan beragam cara, seperti diversifikasi portofolio investasi, memiliki
cadangan dana darurat, dan manajemen kas yang cermat.
● Diversifikasi portofolio dapat membantu mengurangi risiko sementara masih memungkinkan
potensi profit, dan memiliki dana darurat bisa memberikan likuiditas tambahan saat dibutuhkan.
1. Aspek Operasional:
● Pendapatan Penjualan: Ini adalah sumber profit utama perusahaan dari aktivitas operasional.
Pendapatan penjualan berasal dari produk atau layanan yang dijual kepada pelanggan.
● Biaya Produksi: Profit operasional berasal dari selisih antara pendapatan penjualan dan biaya
produksi. Ini termasuk bahan baku, tenaga kerja, overhead, dan biaya operasional lainnya yang
diperlukan untuk menghasilkan barang atau layanan.
● Marjin Laba Kotor: Marjin laba kotor adalah selisih antara pendapatan penjualan dan biaya
produksi. Ini mencerminkan profit yang dihasilkan dari operasi inti perusahaan sebelum
mempertimbangkan biaya operasional tambahan.
Tujuan Aspek Operasional:
● Meningkatkan Efisiensi: Tujuan utama dari aspek operasional adalah meningkatkan efisiensi
dalam memproduksi barang atau layanan, sehingga marjin laba kotor bisa ditingkatkan.
● Meningkatkan Kualitas Produk atau Layanan: Kualitas produk atau layanan yang lebih tinggi
dapat mendukung harga jual yang lebih tinggi dan, akibatnya, profit yang lebih tinggi.
● Mengelola Biaya: Perusahaan harus mengelola biaya produksi dengan bijak, termasuk
mengidentifikasi area di mana penghematan dapat dilakukan untuk meningkatkan profit.
2. Aspek Finansial:
● Pendapatan Investasi: Sumber profit finansial berasal dari investasi perusahaan, seperti
pendapatan bunga, dividen saham, atau keuntungan dari investasi lainnya.
● Biaya Utang dan Modal Sendiri: Profit finansial juga terpengaruh oleh biaya bunga dan
pengeluaran terkait utang. Biaya modal sendiri seperti dividen yang dibayarkan juga
mempengaruhi profit finansial.
● Marjin Laba Bersih: Ini adalah selisih antara pendapatan investasi dan biaya finansial. Ini
mencerminkan profit yang diperoleh dari aspek finansial perusahaan.
Tujuan Aspek Finansial:
● Meningkatkan Profitabilitas Finansial: Tujuan utama aspek finansial adalah meningkatkan
profitabilitas perusahaan melalui investasi yang cerdas dan manajemen utang yang bijak.
● Mengelola Risiko Finansial: Perusahaan harus mengelola risiko finansial yang mungkin terkait
dengan fluktuasi suku bunga, nilai tukar, atau perubahan pasar keuangan.
● Memberikan Nilai bagi Pemegang Saham: Profit finansial harus memberikan nilai bagi pemegang
saham melalui pembagian dividen atau pertumbuhan nilai saham.
3. Aspek Investasi:
● Pendapatan dari Penjualan Aset: Profit investasi dapat berasal dari penjualan aset perusahaan
seperti tanah, properti, peralatan, atau investasi lainnya.
● Pertumbuhan Nilai Aset: Investasi jangka panjang dapat meningkatkan nilai aset perusahaan,
yang dapat memberikan profit ketika aset tersebut dijual atau digunakan untuk menghasilkan
pendapatan tambahan.
● Marjin Laba Investasi: Ini adalah selisih antara pendapatan dan biaya yang terkait dengan
investasi perusahaan.
Tujuan Aspek Investasi:
● Meningkatkan Portofolio Investasi: Tujuan utama dari aspek investasi adalah untuk memperluas
portofolio investasi dan mengoptimalkan return on investment.
● Meningkatkan Nilai Perusahaan: Investasi yang bijak dapat meningkatkan nilai perusahaan dan
memberikan profit dalam jangka panjang.
● Diversifikasi Risiko: Investasi yang cermat dapat membantu mengurangi risiko yang terkait
dengan ketergantungan pada operasi utama perusahaan.
Tujuan Kombinasi Ketiganya:
● Maksimalkan Profitabilitas: Kombinasi sumber profit dari ketiga aspek tersebut bertujuan untuk
mencapai profitabilitas yang optimal. Dengan mengoptimalkan operasi, mengelola keuangan
dengan bijaksana, dan melakukan investasi yang cerdas, perusahaan dapat mencapai keuntungan
maksimum.
● Pertumbuhan Berkelanjutan: Dengan memastikan bahwa operasi, keuangan, dan investasi sejalan,
perusahaan dapat mencapai pertumbuhan berkelanjutan. Ini penting untuk memastikan bahwa
keuntungan tidak hanya bersifat sementara, tetapi berlanjut dalam jangka panjang.
● Peningkatan Nilai Pemegang Saham: Dengan mencapai profitabilitas yang konsisten dan
pertumbuhan berkelanjutan, nilai perusahaan akan meningkat. Ini memberikan keuntungan
kepada pemegang saham, investor, dan pemangku kepentingan lainnya.
● Daya Saing di Pasar: Dengan mengoptimalkan ketiga aspek ini, perusahaan dapat
mempertahankan dan meningkatkan daya saingnya di pasar. Mereka dapat merespons perubahan
pasar dengan cepat dan efisien, memberi mereka keunggulan kompetitif.
Dalam menganalisis rasio keuangan PT Fast Food Indonesia selama 10 tahun terakhir, terdapat beberapa
hal penting yang dapat diidentifikasi untuk membantu dalam pengambilan keputusan keuangan dan
merumuskan kebijakan perusahaan. Berikut adalah analisis rasio likuiditas, aktivitas, solvabilitas, dan
profitabilitas perusahaan:
Rasio Likuiditas:
Current Ratio dan Quick Ratio: Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar
kewajiban jangka pendeknya. Penurunan yang signifikan dari tahun 2017 menunjukkan adanya
masalah likuiditas. Perusahaan sebaiknya mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan
likuiditasnya, seperti mengurangi kewajiban jangka pendek atau meningkatkan aset likuid.
Rasio Aktivitas:
Inventory Turnover dan ACP (Average Collection Period): Penurunan dalam perputaran
inventaris dan penagihan rata-rata menunjukkan masalah dalam manajemen persediaan dan
piutang. Perusahaan seharusnya memperbaiki strategi persediaan dan mengoptimalkan kebijakan
penagihan untuk mempercepat aliran kas.
Rasio Solvabilitas:
DER (Debt-to-Equity Ratio) dan Debt Ratio: Kedua rasio ini menunjukkan tingkat utang
perusahaan. Peningkatan yang signifikan dalam DER dan Debt Ratio menunjukkan risiko
keuangan yang meningkat. Perusahaan harus berhati-hati dalam mengelola hutangnya, dengan
mempertimbangkan restrukturisasi utang atau pengurangan belanja modal.
Rasio Profitabilitas:
Gross Profit Margin: Meskipun margin bruto perusahaan relatif stabil, masih ada ruang untuk
peningkatan efisiensi operasional untuk meningkatkan keuntungan kotor.
TiER (Times Interest Earned Ratio): Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
membayar bunga pinjaman. Penurunan drastis dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan risiko
keuangan yang signifikan. Perusahaan sebaiknya mempertimbangkan restrukturisasi utang atau
mengurangi beban bunga.
Manfaat Analisis Rasio Keuangan dalam Pengambilan Keputusan Keuangan:
● Mengidentifikasi Tren: Analisis rasio keuangan memungkinkan identifikasi tren kinerja
perusahaan dari waktu ke waktu.
● Evaluasi Efisiensi: Rasio aktivitas membantu dalam menilai efisiensi pengelolaan persediaan dan
piutang, yang penting untuk arus kas perusahaan.
● Pengukuran Risiko Keuangan: Rasio solvabilitas memberikan gambaran tentang risiko keuangan
yang dihadapi perusahaan dan membantu dalam menghindari potensi kebangkrutan.
● Peningkatan Keputusan Investasi: Investor dan kreditor dapat menggunakan analisis rasio
keuangan ini untuk membuat keputusan investasi dan kredit yang lebih cerdas.
Kebijakan yang Dapat Diambil Perusahaan Berdasarkan Analisis Rasio:
● Pengelolaan Utang: Perusahaan sebaiknya mempertimbangkan restrukturisasi utang untuk
mengurangi DER dan Debt Ratio.
● Optimalkan Persediaan: Meningkatkan efisiensi manajemen persediaan untuk meningkatkan
perputaran inventaris.
● Perbaikan Kebijakan Piutang: Mengoptimalkan kebijakan penagihan untuk mengurangi waktu
pembayaran pelanggan.
● Efisiensi Operasional: Fokus pada peningkatan efisiensi operasional untuk meningkatkan margin
keuntungan.
Korelasi dengan Kondisi Ekonomi Mikro dan Makro Indonesia:
Kondisi ekonomi mikro dan makro Indonesia, seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan
kebijakan moneter, dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Dalam situasi ekonomi yang lesu,
perusahaan seharusnya lebih berhati-hati dengan utangnya dan memfokuskan pada efisiensi operasional.
Di sisi lain, dalam periode pertumbuhan ekonomi yang kuat, perusahaan dapat mempertimbangkan
ekspansi bisnis dan investasi.
Penting bagi perusahaan untuk selalu memantau perubahan dalam kondisi ekonomi dan
menyesuaikan strategi keuangan mereka sesuai dengan perubahan tersebut. Selain itu, kolaborasi dengan
ahli ekonomi dan keuangan eksternal dapat membantu perusahaan dalam membuat keputusan yang lebih
baik dan responsif terhadap dinamika pasar.
a. Rasio Likuiditas :
1. Net working capital
Current asset :
2018 = 43.059.035.473
2017 = 44.999.589.910
Current liabilities :
2018 = 56.440.246.530
2017 = 91.350.861.290
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
2018 = 43.059.035.473 / 56.440.246.530 =
2017 = 44.999.589.910 / 91.350.861.290 =
b. Analisa Aktivitas
1. Inventory Turnover
Cost of goods sold :
2018 = 75.626.193.894
2017 = 55.420.566.723
Inventory :
2018 = 13.987.749.956
2017 = 7.951.740.673
c. Rasio Solvabilitas
1. Debt Ratio
Total Liabilitas :
2018 = 71.727.921.873
2017 = 114.694.195.622
Total Asset :
2018 = 126.697.833.403
2017 = 126.644.526.250
Beban Keuangan :
2018 = 4.596.857.417
2017 = 6.268.925.803
𝑒𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑓𝑜𝑟𝑒 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 & 𝑡𝑎𝑥𝑒𝑠
𝑇𝐼𝐸𝑅 = 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑒𝑥𝑝𝑒𝑛𝑠𝑒
2017 = 44.854.080.809
Net sales :
2018 = 122.056.432.243
2017 = 100.274.647.532
𝑔𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡
𝐺𝑃𝑀 = 𝑛𝑒𝑡 𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠