Anda di halaman 1dari 9

Kelompok 6

1. Arlita Mi’radiyah Tri Andini (2110811220058)


2. Sapiah (2110811120022)
3. Aisyah Nurfitri (2110811320042)
4. Humairah (2010811320057)
5. Tazkiyah Muminah (2110811120036)

‘Studi Perencanaan Sistem Drainase Pada Runway Bandar Udara


Abdulrachman Saleh Malang Jawa Timur’

1. Latar Belakang
Keberadaan Bandara Abdulrachman Saleh Malang sebagai prasarana
transportasi di Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur memiliki peran dalam
perkembangan perekonomian wilayah baik regional maupun nasional. Terutama
dalam memberikan mobilitas bagi para pelaku ekonomi dan masyarakat Malang
dan sekitarnya.
Hal yang perlu dilakukan dalam pengembangan Bandar Udara
Abdulrachman Saleh adalah perpanjangan runway baru dan pembangunan
terminal penumpang. Salah satu bagian penting dalam perpanjangan runway
adalah pembuangan sistem saluran drainase yang bisa dengan cepat mengalirkan
genangan air di atas runway ke dalam saluran pembuangan. Saluran drainase
lapangan terbang khususnya pada runway, bila kurang memadai dapat
menyebabkan terjadinya genangan air pada permukaan landasan. Hal ini dapat
membahayakan dan mengganggu operasi pesawat yang akan mendarat maupun
yang akan lepas landas.
Perencanaan sistem drainase merupakan faktor penting demi keamanan dan
efisiensi pengoperasian bandar udara, oleh karena itu perlu direncanakan sistem
drainase yang teliti dan akurat. Selain itu kondisi sistem drainase tersebut harus
selalu dikontrol/dikaji ulang untuk mengetahui dan menjamin keamanan
konstruksi lapangan terbang. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka tujuan yang
dibahas di laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan analisis hidrologi yang tepat dan akurat di daerah Bandar Udara
Abdulrachman Saleh.
2. Menentukan debit yang melimpas dengan kala ulang 10 tahun,
3. Merencanakan tata letak, perhitungan struktur, dan dimensi saluran drainase
akibat perpanjangan runway.
4. Merencanakan tata letak bak penampungan sesuai dengan kebutuhan.

2. Studi Pustaka
2.1 Analisis Hidrologi

1
Kelompok 6
1. Arlita Mi’radiyah Tri Andini (2110811220058)
2. Sapiah (2110811120022)
3. Aisyah Nurfitri (2110811320042)
4. Humairah (2010811320057)
5. Tazkiyah Muminah (2110811120036)

Curah hujan rancangan adalah curah hujan terbesar yang mungkin terjadi di
dalam suatu daerah dengan kala ulang tertentu yang dipakai sebagai dasar
perhitungan perencanaan suatu dimensi bangunan.
Analisis frekuensi digunakan untuk menentukan probabilitas terjadinya suatu
peristiwa bagi tujuan perencanaan dimasa mendatang. Analisa ini dilakukan untuk
memilih salah satu dari berbagai sebaran yang paling sesuai dengan sifat-sifat
tatistik yang ada. Beberapa jenis sebaran yang paling banyak digunakan dalam
memanfaatkan berbagai teknik analisa frekuensi pada pengolahan data hidrologi
adalah Distribusi Normal, Log Normal, Log Person tipe III, dan Log Gumbel.
Untuk mengetahui apakah data yang dipakai benar sesuai dengan jenis
sebaran teoritis yang dipilih, maka setelah penggambaran pada kertas probabilitas
perlu dilakukan pengujian kesesuaian distribusi atau sebaran. Pengujian ini
dilakukan dengan pengujian kecocokan (testing of goodness of fit). Pengujian
umumnya dapat dilakukan dengan dua cara, yakni Uji Smornov Kolmogorov dan
Uji Chi-Square.
2.2 Debit Banjir Rancangan
Air hujan yang jatuh ke bumi hanya sebagian yang mengalir sebagai limpasan
permukaan, sebagian lainnya menguap, meresap ke tanah atau tertahan oleh
tanaman. Koefisien limpasan atau pengaliran adalah perbandingan jumlah air
yang mengalir di permukaan akibat air hujan pada suatu daerah dengan jumlah
curah hujan yang turun di dearah tersebut. Besarnya limpasan permukaan
dipengaruhi oleh karakteristik permukaan, seperti kemiringan, jenis tanah,
tanaman, tata guna lahan.
Intensitas curah hujan didefinisikan sebagai tinggi curah hujan persatuan
waktu. Untuk mendapatkan intensitas hujan selama waktu konsentrasi
berdasarkan data curah hujan harian digunakan rumus Mononobe.
Luas daerah pengaliran (catchment area) dimaksudkan sebagai daerah tempat
curah hujan mengalir menuju saluran drainase. Jika suatu areal dilayani oleh
beberapa saluran maka areal harus dibagi dengan arah aliran air menuju saluran
yang bersangkutan. Pembagian luas areal juga didasarkan pada kemiringan
permukaan tanah dari peta topografi.
2.3 Drainase Lapangan Terbang

2
Kelompok 6
1. Arlita Mi’radiyah Tri Andini (2110811220058)
2. Sapiah (2110811120022)
3. Aisyah Nurfitri (2110811320042)
4. Humairah (2010811320057)
5. Tazkiyah Muminah (2110811120036)

Tahapan pertama dalam merencanakan sistem drainase lapangan terbang


adalah menyiapkan peta topografi umum yang menunjukkan semua keadaan alam
dan bangunan yang akan dipengaruhi oleh pembuatan sistem drainase. Diperlukan
juga denah dari rancangan sistem drainase yang menunjukkan daerah/lokasi
perletakan runway-taxiway dan instalasi bandar udara lainnya.
2.4 Perencanaan Saluran Drainase
Perencanaan saluran drainase dilakukan menggunakan dua metode yaitu
sistem drainase permukaan (surface drainage) dan sistem drainase bawah
permukaan (sub surface drainage). Faktor-faktor yang memengaruhi sistem
drainase adalah kemiringan dasar, dinding tebing saluran, kecepatan, bahan lapis
saluran, dan dimensi penampang.
2.5 Perencanaan Struktur Drainase Bawah Permukaan (Sub Surface
Drainage)
Pada perencanaan struktur drainase bawah permukaan, data topografi
berperan penting terutama bagi penentuan letak dan rute kedudukan pipa. Selain
kondisi topografi, dalam merencanakan dimensi pipa yang perlu diperhatikan
adalah struktur geologi lokasi kedudukan pipa. Analisis stabilitas konstruksi pipa
didasarkan pada kombinasi gaya yang bekerja pada bangunan. Pembebanan
tersebut ditinjau terhadap kondisi pada saat air kosong dan pada saat air penuh.
Dalam penulangan konstruksi dinding pipa, metode yang digunakan adalah
metode elastis dimana tidak boleh ada retakan yang terjadi pada konstruksi.
Untuk perhitungan dan analisa pembebanan, distribusi momen, pemodelan
statika pada struktur pipa, serta perilaku perpindahannya (displacement) mengacu
pada teori Column Analogy. Analisis perencanaannya mengacu pada dua kondisi,
yaitu kekuatan kolom pendek yang dibebani secara konsentrik dan kekuatan
kolom pendek yang dibebani secara eksentrik.

3. Metodologi
3.1 Lokasi Studi
Bandar Udara Abdulrachman Saleh terletak 5 km ke arah timur kota Malang
dan terletak pada 756’9” LS, 11241’53” BT. Dari pengamatan Stasiun
Meteorologi Abdulrachman Saleh curah hujan maksimal terjadi pada tanggal 2

3
Kelompok 6
1. Arlita Mi’radiyah Tri Andini (2110811220058)
2. Sapiah (2110811120022)
3. Aisyah Nurfitri (2110811320042)
4. Humairah (2010811320057)
5. Tazkiyah Muminah (2110811120036)

Februari 2009 sebesar 190 mm. Suhu tertinggi yang tercatat 32˚C dan suhu
terendah 20˚C. Kelembaban tertinggi 96% dan terendah 73%.
3.2 Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam studi perencanaan sistem drainase landasan
pacu, antara lain:
1. Peta topografi bandara Abdulrachman Saleh.
2. Data curah dari stasiun pengamatan badan meteorologi dan geofisika
Abdulrachman Saleh.
3. Data tata guna lahan bandara Abdulrachman Saleh.
3.3 Pengolahan Data
Untuk menyelesaikan studi ini, langkah-langkah pengolahan data terbagi
dalam tiga tahap pengerjaan, yaitu:
1. Analisis Hidrologi, tahapannya adalah sebagai berikut:
a. Menentukan curah hujan maksimum tahunan dan dilanjutkan dengan
perhitungan curah hujan rancangan dengan distribusi Log Pearson Tipe
III.
b. Kemudian diikuti dengan uji kesesuaian distribusi Smirnov-Kolmogorov
dan Chi-Square dengan maksud untuk mengetahui kebenaran suatu
hipotesa.
2. Menghitung debit rancangan, tahapannya adalah sebagai berikut:
a. Penggambaran denah sistem drainase permukaan dan bawah permukaan
dengan bangunan drainase dan jaringan pelengkapnya.
b. Menghitung waktu konsentrasi
c. Perhitungan intensitas hujan areal drainase dengan persamaan Mononobe.
d. Menentukan luas daerah pengaliran dari peta topografi.
e. Menentukan koefisien limpasan dari data tata guna lahan areal studi.
f. Perhitungan debit banjir rancangan dengan kala ulang 5 tahun dan 10
tahun menggunakan metode rasional yang didapatkan dari koefisien
limpasan, intensitas hujan dan luas daerah pengaliran.
g. Untuk evaluasi, rancangan harus diperiksa dengan debit banjir rancangan
10 tahunan dan 15 tahunan menggunakan metode rasional untuk

4
Kelompok 6
1. Arlita Mi’radiyah Tri Andini (2110811220058)
2. Sapiah (2110811120022)
3. Aisyah Nurfitri (2110811320042)
4. Humairah (2010811320057)
5. Tazkiyah Muminah (2110811120036)

meyakinkan apakah terjadi kerusakan atau gangguan yang serius terhadap


arus lalu lintas pesawat yang ditimbulkan oleh aliran air tersebut.
3. Merencanakan dimensi saluran drainase, tahapannya adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan saluran drainase permukaan (surface drainage).
b. Perencanaan saluran drainase bawah permukaan (sub surface drainage).
c. Menentukan tata letak bak penampungan.

4. Hasil dan Pembahasan


4.1 Data Curah Hujan
Dalam studi perencanaan sistem drainase runway bandar udara
Abdulrachman Saleh, data curah hujan yang dipergunakan berasal dari tiga stasiun
pengamatan yaitu BMG Bandar Udara Abdulrachman Saleh, Stasiun Hujan
Tumpang, dan Stasiun Hujan Abdulrachman Saleh. Data yang digunakan adalah
selama 10 tahun terakhir (tahun 2000-tahun 2009).
4.2 Pemilihan Distribusi Frekuensi (Analisis Frekuensi)
Untuk menentukan jenis analisis frekuensi yang dipakai, harus dihitung
terlebih dahulu parameter statistiknya, yaitu koefisien kepencengan (Cs) dan
koefisien kepuncakan (Ck). Dalam Pilgrim 1991:207, disyaratkan :
Untuk Gumbel : Ck = 5,4 dan Cs = 1,14
Untuk Log Normal : Cs = 0 dan Ck = 3
Untuk Log Pearson Tipe III : Ck dan Cs bebas
Dari hasil perhitungan didapatkan nilai Cs dan Ck tidak mendekati kedua
persyaratan Gumbel dan Log Normal, maka dapat disimpulkan bahwa distribusi
frekuensi yang cocok untuk digunakan dalam perhitungan curah hujan rancangan
ini adalah distribusi Log Pearson Tipe III.
4.3 Curah Hujan Rancangan
Dalam studi ini analisis hujan rancangan menggunakan metode distribusi Log
Pearson Tipe III, dengan alasan bahwa cara ini dapat dipakai untuk semua macam
sebaran data, atau dengan kata lain bahwa ketentuan mengenai besarnya harga
parameter-parameter statistik yaitu koefisien kepencengan (Cs) dan koefisien
kepuncakan (Ck). Dari perhitungan, didapat curah hujan rancangan R24 = 167,27
mm untuk kala ulang 10 tahun dan R24 = 155,238 mm untuk kala ulang 5 tahun.

5
Kelompok 6
1. Arlita Mi’radiyah Tri Andini (2110811220058)
2. Sapiah (2110811120022)
3. Aisyah Nurfitri (2110811320042)
4. Humairah (2010811320057)
5. Tazkiyah Muminah (2110811120036)

4.4 Uji Distribusi Frekuensi


Dalam hal ini, digunakan uji Smirnov Kolmogorov untuk menguji simpangan
arah horizontal dan uji Chi-Square untuk menghitung simpangan arah vertikal.
Dari perhitungan, dapat disimpulkan bahwa data curah hujan maksimum tahunan
yang dianalisa sesuai dengan distribusi Log Person Tipe III.
4.5 Layout Sistem Drainase Lapangan Terbang
Tahapan awal dalam merencanakan sistem drainase lapangan terbang adalah
menyiapkan denah rancangan, yang menunjukkan daerah/lokasi runway-taxiway
dan instalasi bandar udara lainnya. Gambar denah juga mengidentifikasikan
bangunan-bangunan drainase dan penomoran jaringan pipa yang berguna untuk
memudahkan perhitungan dan pemilihan lokasi yang tepat untuk menempatkan
saluran drainase, inlet, dan shoulder.
Sistem drainase pada lapangan terbang Abdulrachman Saleh sebagian besar
adalah sistem drainase permukaan (surface drainage) dimana air hujan yang turun
di area drainase akan sesuai dengan kondisi permukaan tanahnya. Pada sistem ini,
air hujan yang turun akan masuk ke dalam tanah melalui:
1. Inlet-inlet saluran drainase yang berada di shoulder area sepanjang runway.
Air akan dibawa melalui saluran pipa beton bawah tanah menuju outlet yang
bermuara pada saluran permukaan (surface drainage). Air yang berada di
dalam saluran permukaan dialirkan ke sungai terdekat.
2. Tanah terbuka dan lapangan rumput yang juga berfungsi sebagai daerah
pengaman (safety area) bagi operasional landing dan take off pesawat
terbang.
4.6 Perhitungan Debit Banjir Rancangan
Metode yang digunakan dalam perhitungan debit banjir rancangan adalah
Metode Rasional yang dirumuskan: Q = 0,278.C.I.A, dengan: Q = debit limpasan
(m3/det); C = koefisien limpasan; I = intensitas hujan (mm/jam); A = luas areal
drainase (km2).
Luas daerah pengaliran (catchment area) dimaksudkan sebagai daerah tempat
curah hujan mengalir menuju saluran drainase. Untuk areal aliran yang terdiri dari

6
Kelompok 6
1. Arlita Mi’radiyah Tri Andini (2110811220058)
2. Sapiah (2110811120022)
3. Aisyah Nurfitri (2110811320042)
4. Humairah (2010811320057)
5. Tazkiyah Muminah (2110811120036)

berbagai tipe permukaan dengan karakteristik penyerapan air yang berbeda,


A 1 C1 + A 2 C2
koefisien limpasan dapat dihitung berdasarkan persamaan: C = .
A1 + A2
Waktu konsentrasi terbagi atas dua komponen, yaitu waktu masuk dan waktu
aliran. Waktu masuk dapat dihitung dengan rumus empiris yang dikembangkan
oleh Corps of Engineers Amerika Serikat sedangkan waktu aliran dapat
L
ditentukan menggunakan persamaan: Tf = . Selanjutnya, untuk Rumus
V
R 24 24 2/3
perhitungan intensitas hujan adalah I = ( ) .
24 T c
4.7 Perhitungan Dimensi Saluran Sistem Drainase
FAA (Federal Aviation Administration) merekomendasikan penggunaan
rumus Manning dalam perancangan saluran pipa bawah permukaan pada lapangan
1 2/3 1/2
terbang, yaitu: V = R S . Koefisien kekasaran Manning yang digunakan
n
adalah untuk saluran drainase bak kontrol, lubang pemasukan dan lain-lain
sebesar 0,015. Dalam studi ini, tinggi muka air maksimum dalam pipa
direncanakan sebesar h = 0,7.D. Dimensi saluran dapat dihitung dengan
Q. n 3/8
persamaan: D = ( 1/2 ) .
0,261 . S
4.8 Analisis Kapasitas Sistem Drainase
Analisis ini dilakukan terhadap debit banjir rancangan dengan kala ulang 5
tahun dan 10 tahun. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kerusakan
atau gangguan teknik yang diakibatkan oleh aliran tersebut. Dari perhitungan,
diperoleh Q5 antara 0,05134 m3/det – 0,71894 m3/det. Dan Q10 antara 0,06109
m3/det – 0,85002 m3/det.
4.9 Perencanaan Inlet, Manholes, dan Penempatan Saluran Pipa
Inlet merupakan bak pengumpul air yang akan dibuang dari areal drainase
lapangan terbang menuju sistem perpipaan bawah tanah. Letak bak pengumpul
tergantung pada konfigurasi bandar udara dan rencana perataan tanah, bak
pengumpul ditempatkan pada bagian shoulder sesuai dengan kebutuhan titik
terendah. Dalam studi ini inlet diletakkan secara lateral pada shoulder pada jarak
40 m dari sisi lapangan terbang, dengan jarak antar inlet ±100 m. Jumlah inlet

7
Kelompok 6
1. Arlita Mi’radiyah Tri Andini (2110811220058)
2. Sapiah (2110811120022)
3. Aisyah Nurfitri (2110811320042)
4. Humairah (2010811320057)
5. Tazkiyah Muminah (2110811120036)

yang direncanakan sebanyak 70 titik inlet dan 8 titik manholes. Pipa yang
digunakan adalah pipa beton bertulang.
4.10 Perhitungan Struktur Pipa Saluran Drainase Bawah Permukaan
Dalam perencanaan perlu diperhitungkan pembebabanan yang bekerja,
dalam hal ini terdapat beban tanah, beban mati, beban hidup, tekanan aktif
horizontal tanah di samping pipa (kondisi normal), dan reaksi pondasi.
Selanjutnya diperhitungkan pula penulangan konstruksi pipa yang digunakan
sesuai dengan pedoman standar perencanaan beton bertulang Indonesia (SNI-03-
2847-2002). Perhitungan ditinjau berdasarkan momen yang terjadi yaitu pada
momen maksimum. Dari perhitungan, diperoleh gaya-gaya dalam yang bekerja
pada pipa:
a. Mmax = 0,641 ton-m
b. Fx max = 0,24 ton
c. Fy max = 0,025 ton

5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan di atas maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan, yaitu:
1. Dalam studi ini untuk menghitung curah hujan rancangan digunakan metode
Log Pearson Tipe III didapatkan R24 = 167,27 mm untuk kala ulang 10 tahun
dan R24 = 155,238 mm untuk kala ulang 5 tahun sesuai dengan rekomendasi
FAA.
2. Pada perencanaan sistem drainase bawah permukaan terdapat 70 titik inlet, 8
titik manholes dan 8 titik outlet. Bak penampung (inlet) diletakkan berjarak
antara 50-60 m dari landasan pacu dan jarak antar inlet antara 100 m.
3. Debit banjir rancangan dihitung dengan metode rasional. Sistem drainase
direncanakan dengan debit rancangan kala ulang 5 tahun dan 10 tahun. Dari
perhitungan debit banjir rancangan untuk saluran bawah permukaan diperoleh
Q5 tahun antara 0,05134 m3/det-0,71894 m3/det. Dan Q10 tahun antara 0,06109
m3/det – 0,85002 m3/det.

8
Kelompok 6
1. Arlita Mi’radiyah Tri Andini (2110811220058)
2. Sapiah (2110811120022)
3. Aisyah Nurfitri (2110811320042)
4. Humairah (2010811320057)
5. Tazkiyah Muminah (2110811120036)

4. Saluran drainase bawah permukaan terbuat dari pipa beton yang diberi
lubang-lubang untuk menangkap air resapan dari tanah di atasnya. Dimensi
saluran bawah permukaan didapatkan:
a. Diameter pipa berkisar antara 40 -110 cm.
b. Kemiringan (slope) pipa direncanakan 0,0015-0,0030.
c. Kecepatan aliran berkisar antara 1,25-1,88 m/dt.
d. Kapasitas pipa berkisar antara 0,16-1,65 m3/det.
5. Bak penampungan (inlet) dan sumur kontrol direncanakan terbuat dari beton
dan diberi kisi-kisi di atasnya untuk masukan air. Sumur kontrol dibuat
dengan lebar sekitar 1,5m untuk memudahkan petugas membersihkan dan
memeriksa saluran. Bahan saringan (filter material) yang digunakan sebagai
bahan urugan ke dalam saluran drainase adalah pasir karena pasir lebih mudah
ditembus oleh air.
6. Berdasarkan kombinasi pembebanan yang ada didapatkan gaya-gaya dalam
yang bekerja pada pipa:
a. Mmax = 0,641 ton-m
b. Fx max = 0,24 ton
c. Fy max = 0,025 ton
Dari perhitungan penulangan pada pipa dengan menggunakan teori column
analogy dan tata cara perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung
(SNI 03-2847-2002) diperoleh penulangan sebagai berikut:
a. Tulangan lapangan = 8-200 (251 mm2)
b. Tulangan tumpuan = 8-200 (251 mm2)
c. Tulangan bagi = 8-200 (251 mm2)

Link Referensi:
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/140473/

Anda mungkin juga menyukai