Reservoir adalah bagian kerak bumi yang mengandung minyak dan gas bumi.
minyak dan gas bumi (Koesoemadinata, 1980). Secara teoritis semua batuan, baik
batuan beku maupun batuan metamorf dapat bertindak sebagai batuan reservoir,
tetapi pada kenyataan 99% batuan sedimen. Terdapat dua sifat batuan reservoir
yang menjadi acuan menentukan kualitas dari reservoir tersebut, yaitu porositas.
Perbukitan ini disusun oleh litologi berupa perselingan batupasir karbonatan dengan
batulempung karbonatan, kemudian diikuti secara selaras oleh napal dan batupasir
karbonatan pada daerah yang rendah t hasil dari pelapukan batuan di sekitarnya
seperti pada daerah penelitian terjadi akibat adanya proses endogen, yaitu proses
tektonik. Namun proses yang bekerja dominan saat ini, adalah proses eksogen
berupa denudasional dan erosional, hal ini yang mengubah bentukannya menjadi
Data yang dihasilkan dari penelitian ini adalah data berupa porositas batupasir
Provinsi Yogyakarta sebagai potensi batuan reservoir. Data yang dapat mendukung
36
37
hasil penelitian tersebut berupa data-data geologi seperti peta geologi dari
penelitian terdahulu.
Luas daerah penelitian yaitu 500 x 500 m dan secara geografis berada pada
Lokasi penelitian dapat ditempuh dari kampus 1 Institut Sains & Teknologi
AKPRIND Yogyakarta ke arah tenggara sejauh ±30 km dalam waktu ±1 jam, baik
(Gambar 3.2). Pada lokasi pengambilan sampel didapatkan litologi berupa batupasir
digunakan untuk membuat peta titik lokasi pengambilan sampel batuan yang
berada di Kali Ngalang pada koordinat 07o 52’ 53, 2” LS dan 110o 34’ 32 ,6” BT
pukul 09.00 WIB, dengan cuaca cerah, vegetasi pohon jati. Lokasi pengambilan
batupasir karbonatan warna segar abu-abu, warna lapuk coklat, struktur masif,
tekstur ukuran butir pasir sedang sampai halus, bentuk butir membundar, sortasi
baik dan kemas tertutup, komposisi fragmen fosil, matriks pasir halus dan semen
berada di Kali Ngalang dan sekitarnya pada koordinat 07o 52’ 47,5” LS dan 110o
34’ 35,9” BT pukul 09.30 WIB, dengan cuaca cerah, vegetasi pohon jati. Lokasi
coklat, struktur masif, tekstur ukuran butir pasir sedang sampai halus, bentuk
butir membundar, sortasi baik dan kemas tertutup, komposisi fragmen fosil,
berada di Kali Ngalang pada koordinat 07o 13’ 16,963” LS dan 110o 39’ 16,610”
BT pukul 10.00 WIB, dengan cuaca cerah, vegetasi pohon jati. Lokasi
N73°E/41° dengan arah singkapan N281°E. struktur masif, tekstur ukuran butir
pasir sedang sampai halus, bentuk butir membundar, sortasi baik dan kemas
tertutup, komposisi fragmen fosil, matriks pasir halus dan semen karbonat.
Daerah penelitian tersusun atas material kompak berupa batuan yang tersingkap ke
permukaan. Batuan tersebut dapat menjadi reservoir terkhusus untuk batuan yang
material kompak yang dapat menjadi material penyimpanan yang baik. Pada daerah
A. Porositas
reservoir yang terdapat pada suatu daerah yang ditinjau dari material penyusun
suatu daerah. Daerah penilitan merupakan daerah yang tersusun oleh salah satu
material yang dapat menjadi resevoir yang baik yaitu batupasir karbonatan yang
memiliki butir sebagai media pori yang dapat dilewati oleh fluida.
43
B. Pengujian porositas
Analisis laboratorium dilakukan dengan metode uji sifat fisik batuan untuk
mengetahui nilai porositas batuan dan sayatan petrografi. Pengujian sifat fisik
3.6).
6. Siapkan tabung atau gelas ukur yang berisi air, kemudian timbang gelas ukur
7. Kemudian sampel diikat dengan tali dan direndam dalam air selama 24 jam
9. Kemudian sampel ditimbang bersamaan dengan tabung atau gelas ukur berisi
air. Tali yang terikat pada sampel ditarik sampai sampel melayang dalam air
dan catat beratnya sebagai berat contoh jenuh tergantung dalam air (Ws)
44
berdasarkan klasifikasi yang ada dan penentuan jenis porositas batuan. Pengamatan
petrografi dilakukan dengan membuat preparat sayatan tipis batuan dan diamati
Gambar 3.6 Pengukuran contoh batuan, A. Pengukuran berat contoh asli, B. Pengukuran berat
contoh jenuh, C. Pengukuran berat contoh tergantung, D. Pengukuran berat contoh kering
3.2 Pembahasan
𝑊𝑤−𝑊0
Porositas (ϕ) : 𝑥 100%
𝑊𝑤−𝑊𝑠
Dari data pengujian yang telah dilakukan (Tabel 3.1), dapat dihitung porositas
1. Sampel 1
𝑊𝑤−𝑊0
Porositas (ϕ) : 𝑥 100%
𝑊𝑤−𝑊𝑠
196,2 𝑔𝑟−176,4 𝑔𝑟
Porositas (ϕ) : 𝑥 100%
196,2 𝑔𝑟−125,12 𝑔𝑟
19,8 𝑔𝑟
Porositas (ϕ) : 𝑥 100%
71,08 𝑔𝑟
terdiri dari fosil, feldspar, kuarsa dan litik dengan nama batuan Calcareous
PPL tidak berwarna pada PPL dan berwarna putih abu-abu pada XP, memilki
PPL tidak berwarna pada PPL dan berwarna putih pada XP, memiliki relief
Tidak berwarna dan pada XPL berwarna hitam keabu-abuan, relief sedang,
intraparticle
vuggy
interparticle
2. Sampel 2
𝑊𝑤−𝑊0
Porositas (ϕ) : 𝑥 100%
𝑊𝑤−𝑊𝑠
218,1 𝑔𝑟−200 𝑔𝑟
Porositas (ϕ) : 𝑥 100%
218,1 𝑔𝑟−188,14 𝑔𝑟
18,1 𝑔𝑟
Porositas (ϕ) : 𝑥 100%
29,96 𝑔𝑟
terdiri dari fosil, feldspar, kuarsa dan litik dengan nama batuan Calcareous
PPL tidak berwarna dan berwarna putih-abu-abu pada XPL, memilki relief
Tidak berwarna pada PPL dan berwarna putih pada XPL, memiliki relief
I (0,010), hadir sebagai massa dasar berbentuk khas (sesuai dengan bentuk
berwarna pada PPL dan berwarna hitam keabu-abuan pada XPL, relief
intraparticle vuggy
3. Sampel 3
𝑊𝑤−𝑊0
Porositas (ϕ) : 𝑥 100%
𝑊𝑤−𝑊𝑠
239,6 𝑔𝑟−216,6 𝑔𝑟
Porositas (ϕ) : 𝑥 100%
239,6 𝑔𝑟−181,07 𝑔𝑟
23 𝑔𝑟
Porositas (ϕ) : 𝑥 100%
58,53 𝑔𝑟
Komposisi batuan terdiri dari fosil, feldspar, kuarsa dan litik dengan nama
Tidak berwarna pada PPL dan berwarna putih abu-abu pada XPL, memilki
Tidak berwarna pada PPL dan berwarna putih pada XPL, memiliki relief
tidak berwarna dan berwarna hitam keabuabuan pada XPL, relief sedang,
dalam sayatan.
intraparticle
interparticle
pada setiap sampel memiliki nilai yang berbeda. Hal tersebut dapat dipengaruhi
55
oleh kandungan fosil dan sortasi/pemilahan pada batuan. Pada sampel 2 memiliki
porositas paling besar, terlihat pada pengamatan petrografi ukuran butir pada batuan
lebih seragam, sehingga lebih banyak pori yang terbentuk. Sedangkan pada sampel
1 memiliki persentase porositas paling kecil, dapat disebabkan oleh kandungan litik
yang lebih banyak dan jumlah pori yang sedikit seperti yang terlihat pada sayatan.
pada batuan tersebut berupa porositas primer yang ditandai dengan adanya tipe pori
interparticle, dan porositas sekunder akibat pelarutan yang ditandai dengan adanya
Akan tetapi, tidak semua batuan yang berbutir dapat menyimpan dan
meloloskan fluida dengan baik sehingga perlu diadakanya penelitian lebih lanjut
tentang kondisi dari batuan terutama adalah mengetahui nilai pororsitas. Pada
Sambipitu sebagai potensi reservoir. Dari hasil analisis sayatan tipis didapatkan
hasil porositas dari batupasir karbonatan pada 3 titik lokasi pengambilan sampel
1. Sampel batuan LP 1
abu, warna lapuk coklat, struktur masif, tekstur ukuran butir pasir halus, bentuk
butir membundar, sortasi baik dan kemas tertutup, komposisi fragmen fosil,
(Gambar 3.13).
Gambar 3.13 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j
(Gambar 3.14).
57
Gambar 3.14 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j
(Gambar 3.15).
Gambar 3.15 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j
58
(Gambar 3.16).
Gambar 3.16 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j
3.17).
59
Gambar 3.17 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j
(Gambar 3.18).
Gambar 3.18 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j
60
Gambar 3.19 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j
(Gambar 3.20).
61
Gambar 3.20 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j
3.21).
Gambar 3.21 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j
62
3.22).
Gambar 3.22 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j
63
Dari hasil analisis sayatan tipis pada sampel LP 1 didapatkan nilai porositas
Rata-rata 28,149
2. Sampel batuan LP 2
abu, warna lapuk coklat, struktur masif, tekstur ukuran butir pasir halus, bentuk
butir membundar, sortasi baik dan kemas tertutup, komposisi fragmen Fosil,
64
Gambar 3.23 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j
3.24).
65
Gambar 3.24 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j
3.25).
Gambar 3.25 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j
66
Gambar 3.26 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j
(Gambar 3.27).
67
Gambar 3.27 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j
Gambar 3.28 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j
68
(Gambar 3.29).
Gambar 3.29 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j
Gambar 3.30 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j
Gambar 3.31 Hasil analisis sayatan tipis bluedey, (a) mikroskop, (b) analisis image j
70
Gambar 3.32 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j
71
Rata-rata 37,296
3. Sampel batuan LP 3
abu, warna lapuk coklat, struktur masif, tekstur ukuran butir pasir halus, bentuk
butir membundar, sortasi baik dan kemas tertutup, komposisi fragmen fosil,
72
Gambar 3.33 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j
Gambar 3.34 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j
Gambar 3.35 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j
74
3.36).
Gambar 3.36 Hasil analisi sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j
Gambar 3.37 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j
Gambar 3.38 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j
76
3.39).
Gambar 3.39 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j
Gambar 3.40 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j
3.41).
Gambar 3.41 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j
78
Gambar 3.42 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j
79
Dari hasil analisis sayatan tipis pada sampel LP 3 didapatkan nilai porositas
rata-rata sebesar 6,21% dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Rata-rata 18,635
kualitas batuan sebagai potensi batuan sebagai reservoir berdasarkan nilai porositas
dari batuan. Sedangkan untuk menentukan seberapa besar potensi batuan sebagai
reservoir maka dapat dikaitkan dengan penentuan kelas potensi reservoir menurut
karbonatan pada lokasi penelitian dapat dikatakan cukup jika menjadi batuan
reservoir.
B. Jenis pori
Yogyakarta, dianalisis dengan menggunakan sayatan tipis dengan noda kimia blue
dye dengan perbesaran mikroskop 100x. Adapun jenis pori yang terdapat pada
primer yang terbentuk bersamaan saat batuan terbentuk yaitu porositas yang
fracture porosity yaitu porositas yang dihasilkan dari rekahan pada batuan
pelarutan butiran batuan. Jenis pori pada sampel LP 1 ini didominasi oleh
Fracture porosity
Dissolution porosity
Intragranular porosity
Gambar 3.43 Jenis pori sampel LP 1 pada sayatan tipis perbesaran 100x, dis (dissolution
porosity), frac (fracture porosity), intra (intragranular porosity).
2. Jenis pori sampel LP 2 terdiri atas terdiri atas intergranular porosity yaitu
Dissolution porosity
Intragranular porosity
Gambar 3.44 Jenis pori sampel 2 pada sayatan tipis perbesaran 100x, dis (dissolution
porosity), intra (intragranular porosity).
3. Jenis pori sampel LP 3 terdiri atas terdiri atas intergranular porosity yaitu
Dissolution porosity
Intragranular porosity
Gambar 3.45 Jenis pori sampel LP 3 pada pada sayatan tipis perbesaran 100x, dis (dissolution
porosity), intra (intragranular porosity).
berupa fracture porosity yang dapat menjadi celah tambahan untuk rongga
85
pori. Perbedaan jenis pori tersebut disebabkan adanya perbedaan ukuran butir,
hasil istimewa, hal ini bisa dilihat dengan klasifikasi Koesoemadinata 1980.
absolut 1 dan absolut 2, tentunya memiliki hasil yang berbeda-beda. Hal ini
Koesoemadinata (1980).