Anda di halaman 1dari 50

BAB 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Reservoir adalah bagian kerak bumi yang mengandung minyak dan gas bumi.

Sedangkan batuan reservoir adalah wadah dibawah permukaan yang mengandung

minyak dan gas bumi (Koesoemadinata, 1980). Secara teoritis semua batuan, baik

batuan beku maupun batuan metamorf dapat bertindak sebagai batuan reservoir,

tetapi pada kenyataan 99% batuan sedimen. Terdapat dua sifat batuan reservoir

yang menjadi acuan menentukan kualitas dari reservoir tersebut, yaitu porositas.

Daerah penelitan merupakan deretan perbukitan bergelombang lemah.

Perbukitan ini disusun oleh litologi berupa perselingan batupasir karbonatan dengan

batulempung karbonatan, kemudian diikuti secara selaras oleh napal dan batupasir

karbonatan pada daerah yang rendah t hasil dari pelapukan batuan di sekitarnya

yang kemudian tertransportasi ke daerah yang lebih rendah. Kondisi morfologi

seperti pada daerah penelitian terjadi akibat adanya proses endogen, yaitu proses

tektonik. Namun proses yang bekerja dominan saat ini, adalah proses eksogen

berupa denudasional dan erosional, hal ini yang mengubah bentukannya menjadi

morfologi bergelombang lemah.

3.1 Hasil Pengumpulan Data

Data yang dihasilkan dari penelitian ini adalah data berupa porositas batupasir

karbonatan di Kali Ngalang, Kapanewon Gedang Sari, Kabupaten Gunung Kidul,

Provinsi Yogyakarta sebagai potensi batuan reservoir. Data yang dapat mendukung

36
37

hasil penelitian tersebut berupa data-data geologi seperti peta geologi dari

penelitian terdahulu.

A. Lokasi dan waktu penelitian

Gambar 3.1 Lokasi penelitian

Lokasi penelitian secara administratif berada di Kali Ngalang dan Sekitarnya,

Kapanewon Gedang Sari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Luas daerah penelitian yaitu 500 x 500 m dan secara geografis berada pada

koordinat 110°34’30” BT – 110°35’0” BT dan 07°52’30” LS – 07°53’0” LS.

Lokasi penelitian dapat ditempuh dari kampus 1 Institut Sains & Teknologi

AKPRIND Yogyakarta ke arah tenggara sejauh ±30 km dalam waktu ±1 jam, baik

menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Penelitian dilaksanakan

pada 16 Oktober 2022.


38

B. Lokasi pengambilan sampel

Gambar 3.2 Peta lokasi pengambilan sampel

Lokasi pengambilan sampel pada penelitian ini terdapat 3 titik lokasi

(Gambar 3.2). Pada lokasi pengambilan sampel didapatkan litologi berupa batupasir

karbonatan. Luasan lokasi penelitian yaitu 500×500 meter. Pengambilan data

digunakan untuk membuat peta titik lokasi pengambilan sampel batuan yang

nantinya dapat diujikan di laboratorium.


39

1. Lokasi pengambilan sampel 1

Pengambilan sampel dilaksanakan pada tanggal 16 Oktober 2022 yang

berada di Kali Ngalang pada koordinat 07o 52’ 53, 2” LS dan 110o 34’ 32 ,6” BT

pukul 09.00 WIB, dengan cuaca cerah, vegetasi pohon jati. Lokasi pengambilan

sampel berada di sungai. Dijumpai perselingan batupasir Memiliki deskripsi

batupasir karbonatan warna segar abu-abu, warna lapuk coklat, struktur masif,

tekstur ukuran butir pasir sedang sampai halus, bentuk butir membundar, sortasi

baik dan kemas tertutup, komposisi fragmen fosil, matriks pasir halus dan semen

karbonat. (Gambar 3.3).

Gambar 3.3 Lokasi pengambilan sampel 1


40

2. Lokasi pengambilan sampel 2

Pengambilan sampel dilaksanakan pada tanggal 16 Oktober 2022 yang

berada di Kali Ngalang dan sekitarnya pada koordinat 07o 52’ 47,5” LS dan 110o

34’ 35,9” BT pukul 09.30 WIB, dengan cuaca cerah, vegetasi pohon jati. Lokasi

pengambilan sampel berada di sungai. Dijumpai batupasir karbonatan dengan

struktur masif, memiliki kedudukan N73°E/41° dengan arah singkapan N281°E.

Memiliki deskripsi batupasir karbonatan warna segar abu-abu, warna lapuk

coklat, struktur masif, tekstur ukuran butir pasir sedang sampai halus, bentuk

butir membundar, sortasi baik dan kemas tertutup, komposisi fragmen fosil,

matriks pasir halus dan semen karbonat. (Gambar 3.4).

Gambar 3.4 Lokasi pengambilan sampel 2


41

3. Lokasi pengambilan sampel 3

Pengambilan sampel dilaksanakan pada tanggal 16 Oktober 2022 yang

berada di Kali Ngalang pada koordinat 07o 13’ 16,963” LS dan 110o 39’ 16,610”

BT pukul 10.00 WIB, dengan cuaca cerah, vegetasi pohon jati. Lokasi

pengambilan sampel berada di sungai. Dijumpai batupasir karbonatan Memiliki

deskripsi batupasir karbonatan warna segar abu-abu, warna lapuk coklat,

Dijumpai batupasir karbonatan dengan struktur masif, memiliki kedudukan

N73°E/41° dengan arah singkapan N281°E. struktur masif, tekstur ukuran butir

pasir sedang sampai halus, bentuk butir membundar, sortasi baik dan kemas

tertutup, komposisi fragmen fosil, matriks pasir halus dan semen karbonat.

Gambar 3.5 Lokasi pengambilan sampel 3


42

3.2 Hasil dan Pembahasan

Daerah penelitian umumya tersusun atas satuan batuan yang berbeda-beda.

Daerah penelitian tersusun atas material kompak berupa batuan yang tersingkap ke

permukaan. Batuan tersebut dapat menjadi reservoir terkhusus untuk batuan yang

mempunyai porositas maka dapat berpotensi menjadi reservoir. Banyak

dijumpainya batuan yang memiliki porositas di daerah penelitian, sehingga

dilakukan penilitian ini yang bertujuan untuk mengetahui kualitas batupasir

karbonatan sebagai potensi reservoir pada daerah penelitian yang merupakan

material kompak yang dapat menjadi material penyimpanan yang baik. Pada daerah

penelitian dijumpai batupasir karbonatan yang dapat diindikasikan sebagai batuan

reservoir, sehingga perlu dilakukan analisis yang berkaitan dengan kemampuan

batupasir karbonatan tersebut untuk menjadi reservoir dengan mengetahui nilai

porositas batupasir karbonatan tersebut dalam menentukan skala potensi porositas

berdasarkan penilaian menurut Koesoemadinata, 1980.

A. Porositas

Porositas sangat erat kaitanya untuk mengetahui potensi batuan sebagai

reservoir yang terdapat pada suatu daerah yang ditinjau dari material penyusun

suatu daerah. Daerah penilitan merupakan daerah yang tersusun oleh salah satu

material yang dapat menjadi resevoir yang baik yaitu batupasir karbonatan yang

memiliki butir sebagai media pori yang dapat dilewati oleh fluida.
43

B. Pengujian porositas

Analisis laboratorium dilakukan dengan metode uji sifat fisik batuan untuk

mengetahui nilai porositas batuan dan sayatan petrografi. Pengujian sifat fisik

batuan dilakukan dengan langkah kerja.

1. Siapkan sampel batuan yang telah diambil di lapangan.

2. Preparasi sampel batuan menjadi bentuk kubus dengan ukuran 5 cm (Gambar

3.6).

3. Timbang sampel menggunakan timbangan digital untuk mengetahui berat

contoh asli (Wn).

4. Setelah ditimbang, sampel diletakkan dalam wadah dan dimasukkan ke dalam

oven untuk dikeringkan dengan suhu oven ±100°C selama 24 jam.

5. Setelah dikeringkan dengan oven, sampel ditimbang kembali menggunakan

timbangan digital untuk mengetahui berat contoh kering (Wo)

6. Siapkan tabung atau gelas ukur yang berisi air, kemudian timbang gelas ukur

berisi air tersebut dan catat sebagai berat air.

7. Kemudian sampel diikat dengan tali dan direndam dalam air selama 24 jam

untuk penjenuhan sampel.

8. Selanjutnya sampel yang telah dijenuhkan ditimbang untuk mengetahui nilai

berat contoh jenuh (Ww)

9. Kemudian sampel ditimbang bersamaan dengan tabung atau gelas ukur berisi

air. Tali yang terikat pada sampel ditarik sampai sampel melayang dalam air

dan catat beratnya sebagai berat contoh jenuh tergantung dalam air (Ws)
44

10. Ulangi langkah-langkah tersebut untuk 2 sampel lainnya.

Pengamatan petrografi dilakukan dengan tujuan mengetahui nama batuan

berdasarkan klasifikasi yang ada dan penentuan jenis porositas batuan. Pengamatan

petrografi dilakukan dengan membuat preparat sayatan tipis batuan dan diamati

dengan mikroskop polarisasi.

Gambar 3.6 Pengukuran contoh batuan, A. Pengukuran berat contoh asli, B. Pengukuran berat
contoh jenuh, C. Pengukuran berat contoh tergantung, D. Pengukuran berat contoh kering

3.2 Pembahasan

Setelah pengujian sifat fisik batuan diketahui data-data pengujian yang


disajikan dalam bentuk tabel (Tabel 3.1).
45

Tabel 3.1 Data pengujian sifat fisik batuan


Kode sampel
Parameter
1/LP 1 2/LP 2 3/LP 3
Berat contoh asli (Wn), gr 183.2 201,0 218,1
Berat contoh kering (Wo), gr 176,4 200 216,6
Berat contoh jenuh (Ww), gr 196,2 218,1 239,6
Berat contoh jenuh tergantung dalam
125,12 188,14 181,07
air (Ws), gr

Setelah diketahui data-data hasil pengujian tersebut, selanjutnya data-data

tersebut dilakukan perhitungan untuk mengetahui persentase porositasnya. Rumus

yang digunakan dalam perhitungan adalah

𝑊𝑤−𝑊0
Porositas (ϕ) : 𝑥 100%
𝑊𝑤−𝑊𝑠

Dari data pengujian yang telah dilakukan (Tabel 3.1), dapat dihitung porositas

batuan sebagai berikut :

1. Sampel 1
𝑊𝑤−𝑊0
Porositas (ϕ) : 𝑥 100%
𝑊𝑤−𝑊𝑠

196,2 𝑔𝑟−176,4 𝑔𝑟
Porositas (ϕ) : 𝑥 100%
196,2 𝑔𝑟−125,12 𝑔𝑟

19,8 𝑔𝑟
Porositas (ϕ) : 𝑥 100%
71,08 𝑔𝑟

Porositas (ϕ) : 27,85 %

Dari perhitungan tersebut didapatkan persentase porositas batuan

sebesar 27,85 %. Berdasarkan klasifikasi porositas menurut Koesoemadinata,


46

(1980) nilai tersebut termasuk dalam porositas istimewa (>25%).

Berdasarkan pada pengamatan petrografi menggunakan perbesaran 40x

menunjukkan warna coklat keabuan, struktur massif, tekstur klastik ukuran

material penyusun 0,0125-0,2 mm, menyudut-membulat tanggung,

pemilahan buruk, sebagian sayatan berupa rongga pori. Komposisi batuan

terdiri dari fosil, feldspar, kuarsa dan litik dengan nama batuan Calcareous

Litharenite (Pettijohn,1975) (Gambar 3.7).

PPL (Plane Polarized Light) XPL (Cross Polarized Light)


Gambar 3.7 Petrografi sampel 1/LP 1

Komposisi feldspar (B3) dengan kelimpahan 10%, dalam pengamatan

PPL tidak berwarna pada PPL dan berwarna putih abu-abu pada XP, memilki

relief lemah-sedang, bentuk kristal subhedral-anhedral, memiliki warna

interferensi abu-abu terang orde 1 (0,008), kembaran kalsbad, dan

nonpleokorisme dan mineral feldspar hadir sebagian dalam sayatan.


47

Komposisi kuarsa (A4) dengan kelimpahan 7%, dalam pengamatan

PPL tidak berwarna pada PPL dan berwarna putih pada XP, memiliki relief

tinggi subhedral-euhedral, memiliki warna interferensi abu-abu orde I

(0,009), kembaran, nonpleokroisme, dan tidak mempunyai belahan dan

mineral kuarsa hadir sebagian dalam sayatan.

Komposisi mineral opak (H6) dengan kelimpahan 11%, dalam

pengamatan berwarna hitam pada PPL, relief rendah, nonpleokroisme, bentuk

kristal euhedral-anhedral, Pada XPL memiliki warna interferensi hitam orde

I Persentase dan mineral opak hadir menyebar dalam sayatan.

Komposisi fosil (3B) dengan kelimpahan 45%, dalam pengamatan PPL

berwarna coklat muda, nonpleokroisme, bentuk kristal anhedral-subhedral,

dalam pengamatan XPL berwarna interferensi hitam orde I, berbentuk khas

(sesuai dengan bentuk organismenya), fosil hadir menyebar dalam sayatan.

Komposisi litik (H4) dengan kelimpahan 27%, dalam pengamatan PPL

Tidak berwarna dan pada XPL berwarna hitam keabu-abuan, relief sedang,

indeks bias Nm=Nk, nonpleokroisme. Bentuk subhedral.

Tipe pori yang teramati pada pengamatan petrografi berupa


interparticle (E2), intraparticle (D4) dan vuggy (I2) (Gambar 3.8).
48

intraparticle

vuggy
interparticle

Gambar 3.8 Tipe pori pada sampel 1/LP 2

2. Sampel 2
𝑊𝑤−𝑊0
Porositas (ϕ) : 𝑥 100%
𝑊𝑤−𝑊𝑠

218,1 𝑔𝑟−200 𝑔𝑟
Porositas (ϕ) : 𝑥 100%
218,1 𝑔𝑟−188,14 𝑔𝑟

18,1 𝑔𝑟
Porositas (ϕ) : 𝑥 100%
29,96 𝑔𝑟

Porositas (ϕ) : 60,41 %

Dari perhitungan tersebut didapatkan persentase porositas batuan

sebesar 60,41 %. Berdasarkan klasifikasi porositas menurut Koesoemadinata,

(1980) nilai tersebut termasuk dalam porositas istimewa (>25%).

Berdasarkan pada pengamatan petrografi menggunakan perbesaran 40x

menunjukkan warna coklat keabuan, struktur massif, tekstur klastik ukuran

material penyusun 0,0125-0,2 mm, menyudut-membulat tanggung,

pemilahan buruk, sebagian sayatan berupa rongga pori. Komposisi batuan


49

terdiri dari fosil, feldspar, kuarsa dan litik dengan nama batuan Calcareous

Litharenite (Pettijohn,1975) (Gambar 3.9).

PPL (Plane Polarized Light) XPL (Cross Polarized Light)


Gambar 3.9 Petrografi sampel 2/LP 2

Komposisi feldspar (F2) dengan kelimpahan 15%, dalam pengamatan

PPL tidak berwarna dan berwarna putih-abu-abu pada XPL, memilki relief

lemah-sedang, bentuk kristal subhedral-anhedral, memiliki warna interferensi

abu-abu terang orde 1 (0,008), kembaran kalsbad-albit, dan nonpleokorisme

dan mineral feldspar hadir sebagian dalam sayatan.

Komposisi kuarsa (E10) dengan kelimpahan 5%, dalam pengamatan

Tidak berwarna pada PPL dan berwarna putih pada XPL, memiliki relief

rendah anhedral, memiliki warna interferensi abu-abu orde I (0,009),

kembaran, nonpleokroisme, dan tidak mempunyai belahan dan mineral

kuarsa hadir Sedikit dalam sayatan.


50

Komposisi mineral opak (I4) dengan kelimpahan 5%, dalam

pengamatan berwarna hitam pada PPL, relief rendah, nonpleokroisme, bentuk

kristal euhedral-anhedral, pada XPL memiliki warna interferensi hitam orde

I, dan mineral opak hadir sedikit dalam sayatan.

Komposisi fosil (3B) dengan kelimpahan 45%, dalam pengamatan

berwarna coklat muda pada PPL, relief rendah, nonpleokroisme, bentuk

kristal anhedral-subhedral, pada XPL memiliki warna interferensi hitam orde

I (0,010), hadir sebagai massa dasar berbentuk khas (sesuai dengan bentuk

organismenya), hadir menyebar dalam sayatan.

Komposisi litik (H4) dengan kelimpahan 20%, dalam pengamatan tidak

berwarna pada PPL dan berwarna hitam keabu-abuan pada XPL, relief

sedang, indeks bias Nm=Nk, nonpleokroisme, bentuk subhedral, dan litik

hadir sebagian dalam sayatan.

Tipe pori yang teramati pada pengamatan petrografi berupa


interparticle (B7) dan intraparticle (J7) (Gambar 3.10).
51

intraparticle vuggy

Gambar 3.10 Tipe pori pada sampel 2/LP 2

3. Sampel 3
𝑊𝑤−𝑊0
Porositas (ϕ) : 𝑥 100%
𝑊𝑤−𝑊𝑠

239,6 𝑔𝑟−216,6 𝑔𝑟
Porositas (ϕ) : 𝑥 100%
239,6 𝑔𝑟−181,07 𝑔𝑟

23 𝑔𝑟
Porositas (ϕ) : 𝑥 100%
58,53 𝑔𝑟

Porositas (ϕ) : 39,29 %

Dari perhitungan tersebut didapatkan persentase porositas batuan

sebesar 39,29%. Berdasarkan klasifikasi porositas menurut Koesoemadinata,

(1980) nilai tersebut termasuk dalam porositas istimewa (>25%).

Berdasarkan pada pengamatan petrografi menggunakan perbesaran 40x

menunjukkan warna coklat keabuan, struktur massif, tekstur klastik ukuran


52

material penyusun 0,0125-0,2 mm, menyudut-membulat tanggung,

pemilahan buruk, sortasi baik, sebagian sayatan berupa rongga pori.

Komposisi batuan terdiri dari fosil, feldspar, kuarsa dan litik dengan nama

batuan Calcareous Litharenite (Pettijohn,1975) (Gambar 3.11).

PPL (Plane Polarized Light) XPL (Cross Polarized Light)


Gambar 3.11 Petrografi sampel 3/LP 3

Komposisi feldspar (A1) dengan kelimpahan 21%, dalam pengamatan

Tidak berwarna pada PPL dan berwarna putih abu-abu pada XPL, memilki

relief lemah-sedang, bentuk kristal subhedral-anhedral, memiliki warna

interferensi abuabu terang orde 1 (0,008), kembaran kalsbad-albit, dan

nonpleokorisme dan mineral feldspar hadir sebagian dalam sayatan.

Komposisi kuarsa (G4) dengan kelimpahan 7%, dalam pengamatan

Tidak berwarna pada PPL dan berwarna putih pada XPL, memiliki relief

rendah anhedral, memiliki warna interferensi abu-abu orde I (0,009),


53

kembaran-, nonpleokroisme, tidak mempunyai belahan dan mineral kuarsa

hadir Sedikit dalam sayatan.

Komposisi mineral opak (J6) dengan kelimpahan 30%, dalam

pengamatan berwarna hitam pada PPL, relief rendah, nonpleokroisme, bentuk

kristal euhedral-anhedra, pada XPL memiliki warna interferensi hitam orde I.

tidak tampak mineral opak hadir sebagian dalam sayatan.

Komposisi fosil (G1) dengan kelimpahan 6%, dalam pengamatan PPL

berwarna coklat muda, nonpleokroisme, bentuk kristal anhedral-subhedral,

dalam pengamatan XPL berwarna interferensi hitam orde I (0,010). Hadir

sedikit dalam sayatan.

Komposisi litik (H4) dengan kelimpahan 36%, dalam pengamatan PPL

tidak berwarna dan berwarna hitam keabuabuan pada XPL, relief sedang,

indeks bias Nm=Nk, nonpleokroisme, bentuk subhedral, hadir Sebagian

dalam sayatan.

Tipe pori yang teramati pada pengamatan petrografi berupa


interparticle (D4) dan intraparticle (D9) (Gambar 3.12).
54

intraparticle

interparticle

Gambar 3.12 Tipe pori pada sampel 3/LP 3

Berdasarkan hasil perhitungan, dapat diketahui nilai porositas batuan seperti

yang tertera pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Hasil analisis porositas batuan


Kode Sampel Nilai Porositas Kualitas (Koesoemadinata, 1980)
1/LP 1 27,85 % Porositas Istimewa (>25%)
2/LP 2 60,41 % Porositas Istimewa (>25%)
3/LP 3 39,29 % Porositas Istimewa (>25%)

Berdasarkan hasil pengujian porositas, terlihat bahwa persentase porositas

pada setiap sampel memiliki nilai yang berbeda. Hal tersebut dapat dipengaruhi
55

oleh kandungan fosil dan sortasi/pemilahan pada batuan. Pada sampel 2 memiliki

porositas paling besar, terlihat pada pengamatan petrografi ukuran butir pada batuan

lebih seragam, sehingga lebih banyak pori yang terbentuk. Sedangkan pada sampel

1 memiliki persentase porositas paling kecil, dapat disebabkan oleh kandungan litik

yang lebih banyak dan jumlah pori yang sedikit seperti yang terlihat pada sayatan.

Hasil pengujian porositas dan pengamatan petrografi menunjukkan bahwa porositas

pada batuan tersebut berupa porositas primer yang ditandai dengan adanya tipe pori

interparticle, dan porositas sekunder akibat pelarutan yang ditandai dengan adanya

tipe pori intraparticle dan vuggy.

Akan tetapi, tidak semua batuan yang berbutir dapat menyimpan dan

meloloskan fluida dengan baik sehingga perlu diadakanya penelitian lebih lanjut

tentang kondisi dari batuan terutama adalah mengetahui nilai pororsitas. Pada

penelitian ini membahas nilai porositas dari batupasir karbonatan Formasi

Sambipitu sebagai potensi reservoir. Dari hasil analisis sayatan tipis didapatkan

hasil porositas dari batupasir karbonatan pada 3 titik lokasi pengambilan sampel

adalah sebagai berikut:

1. Sampel batuan LP 1

Sampel batuan pertama merupakan batupasir karbonatan warna segar abu-

abu, warna lapuk coklat, struktur masif, tekstur ukuran butir pasir halus, bentuk

butir membundar, sortasi baik dan kemas tertutup, komposisi fragmen fosil,

matriks pasir halus dan semen karbonat. Gambar diambil menggunakan

mikroskop dengan perbesaran 40x dengan sayatan sebagai berikut:


56

a. Sayatan tipis sampel LP 1A

Sampel sayatan tipis LP 1A dengan nilai porositas sebesar 3,808%, jenis

porositasnya berupa intragranular porosity dan intergranular porosity

(Gambar 3.13).

Gambar 3.13 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j

b. Sayatan tipis sampel LP 1B

Sampel sayatan tipis LP 1B dengan nilai porositas sebesar 17,710%,

jenis porositasnya berupa intragranular porosity dan intergranular porosity

(Gambar 3.14).
57

Gambar 3.14 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j

c. Sayatan tipis sampel LP 1C

Sampel sayatan tipis LP 1C dengan nilai porositas sebesar 16,454%,

jenis porositasnya berupa intragranular porosity dan intergranular porosity

(Gambar 3.15).

Gambar 3.15 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j
58

d. Sayatan tipis sampel LP 1D

Sampel sayatan tipis LP 1D dengan nilai porositas sebesar 47,677%, jenis

porositasnya berupa intragranular porosity dan intergranular porosity

(Gambar 3.16).

Gambar 3.16 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j

e. Sayatan tipis sampel LP 1E

Sampel sayatan tipis LP 1E dengan nilai porositas sebesar 15,982%, Jenis

porositas berupa intragranular porosity dan intergranular porosity (Gambar

3.17).
59

Gambar 3.17 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j

f. Sayatan tipis sampel LP 1F

Sampel sayatan tipis LP 1F dengan nilai porositas sebesar 23,110%,

Jenis porositas berupa intragranular porosity dan dan fracture porosity

(Gambar 3.18).

Gambar 3.18 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j
60

g. Sayatan tipis sampel LP 1G

Sampel sayatan tipis LP 1G dengan nilai porositas sebesar 44,832%,

Jenis porositas berupa dissolution porosity dan intragranular porosity dan

intergranular porosity (Gambar 3.19).

Gambar 3.19 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j

h. Sayatan tipis sampel LP 1H

Sampel sayatan tipis LP 1H dengan nilai porositas sebesar 56,240%,

Jenis porositas berupa dissolution porosity dan intragranular porosity

(Gambar 3.20).
61

Gambar 3.20 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j

i. Sayatan tipis sampel LP 1I

Sampel sayatan tipis LP 1I dengan nilai porositas sebesar 23,240 %, Jenis

porositas berupa dissolution porosity dan intragranular porosity (Gambar

3.21).

Gambar 3.21 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j
62

j. Sayatan tipis sampel LP 1J

Sampel sayatan tipis LP 1J dengan nilai porositas sebesar 32,438%, Jenis

porositas berupa dissolution porosity dan intragranular porosity (Gambar

3.22).

Gambar 3.22 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j
63

Dari hasil analisis sayatan tipis pada sampel LP 1 didapatkan nilai porositas

rata-rata sebesar 11,84% dapat dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Data analisis porositas sayatan tipis sampel LP 1


Kode Sampel Jenis Litologi Persentase porositas (%)

LP 1A Batupasir karbonatan 3.808

LP 1B Batupasir karbonatan 17.710

LP 1C Batupasir karbonatan 16.454

LP 1D Batupasir karbonatan 47.677

LP 1E Batupasir karbonatan 15.982

LP 1F Batupasir karbonatan 23.110

LP 1G Batupasir karbonatan 44.832

LP 1H Batupasir karbonatan 56.240

LP 1I Batupasir karbonatan 23.240

LP 1J Batupasir karbonatan 32.438

Rata-rata 28,149

2. Sampel batuan LP 2

Sampel batuan kedua merupakan batupasir karbonatan warna segar abu-

abu, warna lapuk coklat, struktur masif, tekstur ukuran butir pasir halus, bentuk

butir membundar, sortasi baik dan kemas tertutup, komposisi fragmen Fosil,
64

matriks pasir halus dan semen karbonat. Gambar diambil menggunakan

mikroskop dengan perbesaran 40x dengan sayatan sebagai berikut:

a. Sayatan tipis sampel LP 2A

Sampel sayatan tipis LP 2A dengan nilai porositas sebesar 31,940%,

Jenis porositas berupa dissolution porosity dan intragranular porosity dan

intragranular porosity (Gambar 3.23).

Gambar 3.23 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j

b. Sayatan tipis sampel LP 2B

Sampel sayatan tipis LP 2B dengan nilai porositas sebesar 26,714%,

Jenis porositas berupa fracture porosity dan intragranular porosity (Gambar

3.24).
65

Gambar 3.24 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j

c. Sayatan tipis sampel LP 2C

Sampel sayatan tipis dengan nilai porositas sebesar 57,087%, Jenis

porositas berupa dissolution porosity dan intragranular porosity (Gambar

3.25).

Gambar 3.25 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j
66

d. Sayatan tipis sampel LP 2D

Sampel sayatan tipis LP 2D dengan nilai porositas sebesar 46,111%,

Jenis porositas berupa dissolution porosity dan intragranular porosity dan

fracture porosity (Gambar 3.26).

Gambar 3.26 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j

e. Sayatan tipis sampel LP 2E

Sampel sayatan tipis LP 2E dengan nilai porositas sebesar 49,207%,

Jenis porositas berupa dissolution porosity dan intragranular porosity

(Gambar 3.27).
67

Gambar 3.27 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j

f. Sayatan tipis sampel LP 2F

Sampel sayatan tipis LP 2F dengan nilai porositas sebesar 31,074%, Jenis

porositas berupa dissolution porosity dan intragranular porosity dan fracture

porosity (Gambar 3.28).

Gambar 3.28 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j
68

g. Sayatan tipis sampel LP 2G

Sampel sayatan tipis LP 2G dengan nilai porositas sebesar 48,949%,

Jenis porositas berupa dissolution porosity dan intragranular porosity

(Gambar 3.29).

Gambar 3.29 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j

h. Sayatan tipis sampel LP 2H

Sampel sayatan tipis LP 2H dengan nilai porositas sebesar 6,815%, Jenis

porositas berupa intragranular porosity dan fracture porosity (Gambar 3.30).


69

Gambar 3.30 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j

i. Sayatan tipis sampel LP 1I

Sampel sayatan tipis LP 1I dengan nilai porositas sebesar 53,850%, Jenis

porositas berupa intragranular porosity dan fracture porosity (Gambar 3.31).

Gambar 3.31 Hasil analisis sayatan tipis bluedey, (a) mikroskop, (b) analisis image j
70

j. Sayatan tipis sampel LP 2J

Sampel sayatan tipis LP 2J dengan nilai porositas sebesar 21.210%, Jenis

porositas berupa dissolution (Gambar 3.32).

Gambar 3.32 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j
71

Dari hasil analisis sayatan tipis pada sampel LP 2 didapatkan nilai

porositas rata-rata sebesar 24,65% dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Data analisis porositas sayatan tipis sampel LP 2


Kode
Jenis Litologi Persentase porositas (%)
Sampel

LP 2A Batupasir karbonatan 31.940

LP 2B Batupasir karbonatan 26.714

LP 2C Batupasir karbonatan 57.087

LP 2D Batupasir karbonatan 46.111

LP 2E Batupasir karbonatan 49.207

LP 2F Batupasir karbonatan 31.074

LP 2G Batupasir karbonatan 48.949

LP 2H Batupasir karbonatan 6.815

LP 2I Batupasir karbonatan 53.850

LP 2J Batupasir karbonatan 21.210

Rata-rata 37,296

3. Sampel batuan LP 3

Sampel batuan ketiga merupakan batupasir karbonatan warna segar abu-

abu, warna lapuk coklat, struktur masif, tekstur ukuran butir pasir halus, bentuk

butir membundar, sortasi baik dan kemas tertutup, komposisi fragmen fosil,
72

matriks pasir halus dan semen karbonat. Gambar diambil menggunakan

mikroskop dengan perbesaran 40x dengan sayatan sebagai berikut:

a. Sayatan tipis sampel LP 3A

Sampel sayatan tipis LP 3A dengan nilai porositas sebesar 16,555%,

Jenis porositas berupa fracture porosity (Gambar 3.33).

Gambar 3.33 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j

b. Sayatan tipis sampel LP 3B

Sampel sayatan tipis LP 3B dengan nilai porositas sebesar 16,519%,


Jenis porositas berupa intergranular porosity (Gambar 3.34).
73

Gambar 3.34 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j

c. Sayatan tipis sampel LP 3C

Sampel sayatan tipis LP 3C dengan nilai porositas sebesar 23,141%, Jenis

porositas berupa dissolution porosity dan intragranular porosity (Gambar 3.35).

Gambar 3.35 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j
74

d. Sayatan tipis sampel LP 3D

Sampel sayatan tipis LP 3D dengan nilai porositas sebesar 16,153%,

Jenis porositas berupa intragranular porosity dan fracture porosity (Gambar

3.36).

Gambar 3.36 Hasil analisi sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j

e. Sayatan tipis sampel LP 3E

Sampel sayatan tipis LP 3E dengan nilai porositas sebesar 11,222%, Jenis

porositas berupa dissolution porosity (Gambar 3.37).


75

Gambar 3.37 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j

f. Sayatan tipis sampel LP 3F

Sampel sayatan tipis LP 3F dengan nilai porositas sebesar 14,380 %,

Jenis porositas berupa fracture porosity (Gambar 3.38).

Gambar 3.38 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j
76

g. Sayatan tipis sampel LP 3G

Sampel sayatan tipis LP 3G dengan nilai porositas sebesar 24,257%,

Jenis porositas berupa intragranular porosity dan fracture porosity (Gambar

3.39).

Gambar 3.39 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j

h. Sayatan tipis sampel LP 3H

Sampel sayatan tipis LP 3H dengan nilai porositas sebesar 18,865%,

Jenis porositas berupa dissolution porosity dan intragranular porosity dan

fracture porosity (Gambar 3.40).


77

Gambar 3.40 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j

i. Sayatan tipis sampel LP 3I

Sampel sayatan tipis LP 3I dengan nilai porositas sebesar 21,915%, Jenis

porositas berupa dissolution porosity dan intragranular porosity (Gambar

3.41).

Gambar 3.41 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j
78

j. Sayatan tipis sampel LP 3J

Sampel sayatan tipis LP 3J dengan nilai porositas sebesar 23,351%, Jenis

porositas berupa dissolution porosity dan fracture porosity (Gambar 3.42).

Gambar 3.42 Hasil analisis sayatan tipis bluedye, (a) mikroskop, (b) analisis image j
79

Dari hasil analisis sayatan tipis pada sampel LP 3 didapatkan nilai porositas
rata-rata sebesar 6,21% dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Data analisis porositas sayatan tipis sampel LP 3


Kode
Jenis litologi Persentase porositas (%)
sampel

LP 3A Batupasir karbonatan 16.555

LP 3B Batupasir karbonatan 16.519

LP 3C Batupasir karbonatan 23.141

LP 3D Batupasir karbonatan 16.135

LP 3E Batupasir karbonatan 11.222

LP 3F Batupasir karbonatan 14.380

LP 3G Batupasir karbonatan 24.257

LP 3H Batupasir karbonatan 18.865

LP 3I Batupasir karbonatan 21.915

LP 3J Batupasir karbonatan 23.351

Rata-rata 18,635

Berdasarkan dari hasil analisis sampel maka didapatkan nilai rata-rata


persentase porositas sampel batupasir karbonatan pada Formasi Sambipitu di Kali
Ngalang adalah sebagai berikut (Tabel 3.6).
80

Tabel 3.6 Hasil analisis porositas Formasi Sambipitu di Kali Ngalang


No Sampel Jenis litologi Rata-rata persentase porositas %
1 LP 1 Batupasir karbonatan 28,149
2 LP 2 Batupasir karbonatan 37,296
3 LP 3 Batupasir karbonatan 18,635

A. Kualitas batuan sebagai potensi reservoir

Penentuan kualitas batuan sebagai potensi batuan sebagai reservoir umunya

menggunakan pendekatan menurut Koesoemadinata, 1980 untuk menentukan

kualitas batuan sebagai potensi batuan sebagai reservoir berdasarkan nilai porositas

dari batuan. Sedangkan untuk menentukan seberapa besar potensi batuan sebagai

reservoir maka dapat dikaitkan dengan penentuan kelas potensi reservoir menurut

Koesoemadinata, 1980. Berdasarkan hasil analisis laboratorium terhadap nilai

porositas didapatkan hubungan porositas dan skala kuantitatif besaran porositas

menurut Koesoemadinata, 1980 (Tabel 3.7)

Tabel 3.7 Hubungan porositas dan skala kuantitatif besaran porositas


No. Sampel Porositas % Skala kuantitatif
1 LP 1 28,149 Istimewa (Excellent)
2 LP 2 37,296 Istimewa (Excellent)
3 LP 3 18,635 Sangat Baik (Very Good)
81

Berdasarkan hasil analisis porositas didapatkan hasil dengan memiliki nilai

berbeda pada sampel LP 1 (istimewa) yaitu dengan nilai porositas yang

dibandingkan sampel LP 3 (sangat baik) dan LP 2 (istimewa). Dari hasil rata-rata

nilai porositas keseluruhan sampel batuan (LP 1, LP 2 dan LP 3) satuan batupasir

karbonatan pada lokasi penelitian dapat dikatakan cukup jika menjadi batuan

reservoir.

B. Jenis pori

Jenis pori pada batupasir karbonatan pada Formasi Sambipitu di Kali

Ngalang, Kapanewon Gedang Sari, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa

Yogyakarta, dianalisis dengan menggunakan sayatan tipis dengan noda kimia blue

dye dengan perbesaran mikroskop 100x. Adapun jenis pori yang terdapat pada

sampel batuan yang ada di lokasi penelitian adalah sebagai berikut:

1. Jenis pori sampel LP 1 terdiri atas intragranular porosity yaitu porositas

primer yang terbentuk bersamaan saat batuan terbentuk yaitu porositas yang

dihasilkan dari rongga pori antarbutiran. Serta porositas sekunder berupa

fracture porosity yaitu porositas yang dihasilkan dari rekahan pada batuan

dan dissolution porosity yaitu merupakan porositas yang dihasilkan dari

pelarutan butiran batuan. Jenis pori pada sampel LP 1 ini didominasi oleh

intragranular porosity sekitar 50%, fracture porosity sekitar 30%, dan

dissolution porosity sekitar 20% (Gambar 3.43).


82

Fracture porosity

Dissolution porosity
Intragranular porosity

Gambar 3.43 Jenis pori sampel LP 1 pada sayatan tipis perbesaran 100x, dis (dissolution
porosity), frac (fracture porosity), intra (intragranular porosity).

2. Jenis pori sampel LP 2 terdiri atas terdiri atas intergranular porosity yaitu

porositas primer yang terbentuk bersamaan saat batuan terbentuk yaitu

porositas yang dihasilkan dari rongga pori antarbutiran serta dissolution

porosity yaitu merupakan porositas yang dihasilkan dari pelarutan butiran

batuan. Jenis pori pada sampel LP 2 didominasi intragranular porosity sekitar

70% dan dissolution porosity sekitar 30% (Gambar 3.44).


83

Dissolution porosity

Intragranular porosity

Gambar 3.44 Jenis pori sampel 2 pada sayatan tipis perbesaran 100x, dis (dissolution
porosity), intra (intragranular porosity).

3. Jenis pori sampel LP 3 terdiri atas terdiri atas intergranular porosity yaitu

porositas primer yang terbentuk bersamaan saat batuan terbentuk yaitu

porositas yang dihasilkan dari rongga pori antarbutiran serta dissolution

porosity yaitu merupakan porositas yang dihasilkan dari pelarutan butiran

batuan. Jenis pori pada sampel LP 3 didominasi dissolution porosity sekitar

60% dan intragranular porosity sekitar 40% (Gambar 3.45).


84

Dissolution porosity

Intragranular porosity

Gambar 3.45 Jenis pori sampel LP 3 pada pada sayatan tipis perbesaran 100x, dis (dissolution
porosity), intra (intragranular porosity).

Berdasakan jenis pori yang diketahui maka penyebab dari perbedaan

nilai porositas yang signifikan antara sampel LP 1, LP 2 dan LP 3 pada

batupasir karbonatan Formasi Sambipitu diakibatkan karena perbedaan jenis

pori. Sampel LP 2 memiliki nilai porositas yang lebih besar dibandingkan

dengan sampel LP 1 dan LP 3 karena sampel LP 2 didominasi oleh porositas

primer yaitu intragranular porosity. Sedangkan sampel LP 1 lebih besar nilai

porositasnya dibanding sampel LP 3 karena memiliki porositas sekunder

berupa fracture porosity yang dapat menjadi celah tambahan untuk rongga
85

pori. Perbedaan jenis pori tersebut disebabkan adanya perbedaan ukuran butir,

pemilahan dan kemas pada partikel sedimen penyusunnya.

Hasil dari uji porositas dengan menggunakan metode absolut 1 dan

metode absolut 2, maka untuk nilai porositas batupasir karbonatan memiliki

hasil istimewa, hal ini bisa dilihat dengan klasifikasi Koesoemadinata 1980.

Hasil yang didapat dari analisis porositas dengan menggunakan metode

absolut 1 dan absolut 2, tentunya memiliki hasil yang berbeda-beda. Hal ini

disebabkan oleh faktor besaran volumetrik, dimana dalam pengukuran

porositas dengan menggunakan metode sayatan bluedye dan sampel yang

menggunakan metode sifat fisik ukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm. Dari hasil kedua

porositas selanjutnya semua diklasifikasikan dengan menggunakan klasifikasi

Koesoemadinata (1980).

Anda mungkin juga menyukai