Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SEJARAH BERDIRINYA BUDI UTOMO (1908)

Disusun Oleh :

Kelompok 5 : 1. M. Pirly
2. Zahra Oktania
3. Nina Agustina
4. Anisa Kurnia
5. Rio Alfarizi
6. Rizky Izza Nursalam
7. Nyimas Shella
8. M. Rado Hidayat

Kelas : X.2
Guru Pembimbing : Imam Lazio Rianda, S.Pd

SMA BINA WARGA 2

i
PALEMBANG
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
kemudahan dan kesehatan kepada kami Kelompok 5 sehingga kami mampu menyelesaikan
sebuah makalah kelompok dengan judul “Sejarah Berdirinya Budi Utomo (1908)”.

Kami pun menyadari jika isi makalah ini jauh dari sempurna karena keterbatasan kami.
Oleh sebab itu, kami harapkan adanya umpan balik berupa kritik dan saran yang membangun
agar di kemudian hari kami sanggup makalah yang lebih maksimal. Akhirnya, semoga makalah
yang sudah kami susun bersama-sama bisa bermanfaat bagi dunia pendidikan.

Palembang, Oktober 2023

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1

BAB II PEMBAHASAN 2
A. Sejarah Lahirnya Budi Utomo 2
B. Dinamika Kongres Pertama Budi Utomo 3
C. Hasil Kongres Pertama Budi Utomo 5
D. Pemberitaan Pers dan Tanggapan Penguasa di Belanda 5
E. Budi Utomo menjadi Pergerakan Politik 7

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 8


A. Kesimpulan 8
B. Saran 8

DAFTAR PUSTAKA 9

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendirian Budi Utomo tidak bisa dilepaskan dari diterapkannya Politik Etis di masa
pemerintahan kolonial Belanda menjelang akhir abad ke-19. Politik Etis adalah kebijakan politik
balas budi yang mencakup tiga bidang, yaitu irigasi, edukasi, dan emigrasi. Ketika itu, kalangan
etis mendesak pemerintah kolonial Hindia Belanda untuk menerapkan kebijakan yang berpihak
kepada kaum pribumi. Salah satu orang Belanda yang mendukung Politik Etis itu adalah Conrad
Theodor Van Deventer. Anggota Parlemen Belanda (1905-1909) itu berpandangan, sudah
sepantasnya Belanda berterima kasih kepada rakyat Hindia (Indonesia) karena telah memperoleh
keuntungan besar selama berpuluh-puluh tahun menguasai Nusantara.
Pemerintah kolonial Belanda kemudian mulai mendirikan beberapa sekolah yang
diperuntukkan bagi penduduk pribumi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan penduduk
melalui bidang pendidikan. Langkah pertama yang dilakukan pemerintah kolonial untuk
memberikan pendidikan bagi penduduk pribumi bersifat praktis. Pemerintah mendirikan sekolah
seperti sekolah untuk pendidikan guru sekolah dasar dan pembantu di bidang kesehatan rakyat.
Pembaharuan pemerintah dalam bidang pendidikan tersebut menjadikan siapa saja yang ingin
menduduki jabatan pemerintahan pribumi harus mengenyam pendidikan Barat. Beberapa bupati
di Jawa mengadakan pengajaran pribadi untuk anggota-anggota keluarganya. Ada juga yang
menyewa guru swasta untuk mengajarkan anak-anaknya berbicara dan mengerti bahasa Belanda.
Namun demikian, kebijakan pemerintah Kolonial Belanda itu belum sesuai dengan yang
diharapkan kendati kaum bumiputera/pribumi mulai mengenyam pendidikan. Hal itu kemudian
berdampak terhadap munculnya kaum terpelajar di Indonesia. Masa-masa itulah yang kemudian
disebut dengan era pergerakan nasional dengan Budi Utomo sebagai salah satu perhimpunan
kebangsaan yang mengawalinya.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini yaitu : Bagaimanakah proses berdirinya organisasi
Budi Utomo yang menjadi tonggak sejarah kebangkitan nasional?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk untuk memperluas wawasan
pengetahuan tentang pergerakan nasional Indonesia pada masa pemerintahan kolonial Belanda.
1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Lahirnya Budi Utomo


Budi Utomo adalah organisasi pertama di Indonesia. Organisasi ini didirikan oleh para
pelajar School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) pada tanggal 20 Mei 1908. Para
pelajar tersebut terdiri dari Soeradji, Muhammad Saleh, Soewarno A, Goenawan
Mangoenkoesoemo, Suwarno B., R. Gumbreg, R. Angka, dan Soetomo. Nama organisasi Budi
Utomo diusulkan oleh Soeradji dan semboyan yang dikumandangkan ialah Indie Vooruit (Hindia
Maju) dan bukan Java Vooruit (Jawa Maju).
Berdirinya Budi Utomo ini bermula dari ide-ide dr. Wahidin Soedirohusodo. Ia merupakan
alumni STOVIA yang sering berkeliling di kota-kota besar di Pulau Jawa. Ide itu kemudian
diterima oleh dr. Sutomo dan kawan-kawan dengan mendirikan Budi Utomo. Organisasi ini
bersifat sosial, ekonomi, kebudayaan, serta tidak bersifat politik. Hari lahir Budi Utomo ini
kemudian diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Hal ini berdasarkan Keputusan
Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959 untuk memperingati peristiwa
Kebangkitan Nasional Indonesia.
Sejak bulan Juli 1908, surat kabar Bataviaasch Niiuwsblad menyiarkan segala sesuatu yang
berhubungan dengan didirikannya Budi Utomo serta tujuannya. Pada tanggal 8 Agustus 1908,
pengurus Budi Utomo mengadakan rapat untuk membahas rencana kongres Budi Utomo yang
akan dilaksanakan pada Oktober 1908. Dalam rapat itu, dihasilkan empat keputusan. Pertama,
Yogyakarta disahkan sebagai tempat pelaksanaan kongres. Kedua, kongres terbuka untuk umum.
Ketiga, pengurus Budi Utomo akan mengirimkan wakilnya untuk menemui gubernur jenderal,
memberitahu rencana pelaksanaan kongres Budi Utomo. Sedangkan keempat, menunjuk Dokter
Wahidin Sudirohusodo sebagai ketua kongres.

Gambar Aula Kompleks Gedung SPG Negeri I Yogyakarta


Konggres Pertama Boedi Oetomo tanggal 3 Oktober 1908. Foto diambil pada 3 Oktober 1988.
2
B. Dinamika Kongres Pertama Budi Utomo
Kongres pertama Budi Utomo berlangsung selama tiga hari, 3-5 Oktober 1908, di gedung
Kweek School (Sekolah Pendidikan Guru), Jetis, Yogyakarta (sekarang SMU 11 Yogyakarta).
Kongres perdana Budi Utomo ini dihadiri oleh 300 peserta yang terdiri dari priyayi, dokter,
jaksa, guru, pelajar, pejabat Belanda, wartawan, wakil-wakil golongan Belanda dan China,
wanita dan golongan rakyat “tidak bergelar”. Selama tiga hari kongres, sejumlah tokoh
memberikan pidato seperti Dokter Wahidin Sudirohusodo selaku ketua kongres, Gunawan
Mangkukusumo selaku ketua cabang Jakarta, Sutomo, Damargo dari cabang Magelang, Sarosa
ketua cabang Yogyakarta dari Sekolah Guru, dan dokter Mangunhusodo (kemudian terkenal
sebagai RT Wedyadiningrat) dari Solo.
Sartono Kartodirdjo dalam tulisan di Kompas (3/10/1988) dengan judul “Kongres Boedi
Oetomo Pertama”, mengungkapkan isi pidato keenam pembicara tersebut. Dokter Wahidin
Sudirohusodo selaku ketua kongres mengemukakan masalah pengajaran yang memerlukan biaya
besar, sehingga tidak terjangkau oleh kebanyakan orangtua; pengajaran kejuruan yang mendidik
dan memperluas kesempatan kerja, di samping bidang kepegawaian atau kepriyayian; pengajaran
pertanian perlu ditingkatkan agar kehidupan petani dapat diperbaiki. Akhirnya, dokter Wahidin
mengecam adat untuk menyelenggarakan perhelatan secara berlebih-lebihan, sehingga seringkali
mengakibatkan kebangkrutan.
Gunawan Mangkukusomo selaku ketua cabang Jakarta menegaskan bahwa pada setiap
masyarakat ada hasrat untuk mengembangkan diri. Meskipun Gupermen Hindia Belanda pada
tahun-tahun terakhir banyak memperluas pengajaran, namun dianggapnya belum memadai
kebutuhan. Sebagai contoh disebut, untuk 30 juta penduduk hanya ada tamatan dokter hewan 12
orang. Dalam masalah kemajuan pengajaran, kelompok Budi Utomo hendak menunjukkan
kepada pemerintah bahwa usaha mereka sungguh-sungguh. Usulan berikutnya, memperluas
kesempatan bagi kaum wanita untuk memperoleh pendidikan, mendirikan pondokan bagi siswa-
siswa yang belajar di Batavia, Semarang, dan Surabaya, memajukan pertumbuhan kerajinan dan
perdagangan sehingga tercipta golongan menengah yang kuat, dan mengembangkan
perpustakaan dan forum ceramah-ceramah. Akhirnya diadakan imbauan kepada pemerintah
untuk menyelidiki keadaan ekonomi rakyat.
Sutomo menyampaikan rencana menerbitkan majalah perkumpulan. Apakah diterbitkan
sebagai mingguan ataukah harian, sangat tergantung dari keuangan organisasi. Adapun bahasa
yang dipakai adalah bahasa Melayu umum karena dimengerti umum. Selain itu, dapat diadakan
lampiran bahasa Belanda. Damargo dari cabang Magelang mengemukakan keadaan rakyat
kebanyakan yang hidup dalam kemiskinan serta serba keterbelakangan. Di samping perluasan
pengajaran, diperlukan peningkatan pengetahuan umum rakyat tentang pertanian, kesehatan,
3
pendidikan, sejarah serta pengetahuan mengenai keadaan di Barat, kesemuanya untuk
menyadarkan rakyat, betapa mereka serba terbelakang keadaannya. Tujuannya, agar rakyat tidak
lagi menjadi korban pemerasan dan penipuan.
Ketua cabang Yogyakarta II dari Sekolah Guru, Sarosa, membentangkan perkembangan
sejarah masyarakat Jawa yang berturut-turut menerima pengaruh Hindu, Islam, dan Barat.
Pengaruh Barat lewat sekolah-sekolah hingga saat itu, hanya bermanfaat bagi golongan priyayi
saja. Maka itu, Budi Utomo bertujuan antara lain: memajukan bangsa Jawa dan memajukan
kaum wanita. Untuk kaum wanita dimaksudkan agar dapat membantu suami serta memberi
pendidikan yang baik bagi anak-anaknya. Harapannya ialah agar pengajaran dimanfaatkan
sebanyak-banyaknya demi perkembangan masyarakat. Dokter Mangunhusodo (RT
Wedyadiningrat) dari Solo tampil sebagai penutup dalam Kongres. Dengan menggunakan bahasa
Jawa, RT Wedyadiningrat menyampaikan permasalahan, apakah bangsa Jawa mampu menyerap
kebudayaan Eropa. Pangkal pembicaraannya ialah pertanyaan, apakah kaum pribumi akan maju
dengan menerima peradaban Eropa. RT Wedyadiningrat menerangkan, berdasarkan teori
Darwin, evolusi dan hereditas dasar orang Jawa berbeda seperti bumi dan langit dengan bangsa
Eropa. Orang Jawa tidak perlu membuang adat istiadatnya, namun berusaha mencoba menerima
adat kebiasaan Eropa.
Berbagai faktor membuat perbedaan serta memisahkan Barat dan Timur, antara lain faktor
iklim. Perlu diakui bahwa ilmu pengetahuan eksakta dipelajari dari buku-buku ciptaan Barat,
namun hal itu dapat berubah. Dia tidak yakin, bahwa pelajaran bahasa-bahasa Barat akan
memberi manfaat seperti yang umum harapkan. Pada hematnya, bahasa,adat, dan kesenian Jawa
perlu dijunjung tinggi sedangkan peradaban Barat tidak sesuai bagi orang Jawa. Uraian itu
segera ditanggapi oleh dokter Cipto Mangunkusumo dari Demak yang mempertanyakan apakah
kebudayaan Jawa yang dibiarkan saja akan mengalami perkembangan? Selama berabad-abad
bahasa, adat istiadat dan kesenian Jawa menunjukkan kemandekan. Dokter Mangunhusodo tidak
sependapat dengan pembahas dan menegaskan bahwa kebudayaan Jawa juga mengalami
perubahan dan perkembangan. Terkait suasana kongres waktu itu, ada beberapa catatan dari
pelapor yang dapat mencerminkan suasana rapat ketika itu seperti ditulis oleh Abdurrachman
Surjomihardjo dalam tulisannya di Kompas (11/10/1972) dengan judul “Dari Laporan Kongres
Bangsa Indonesia Yang Pertama - Awal Oktober 1908”.
Salah satu yang dicatat bahwa setelah pidato President Congres “Tiada seorangpoen jang
menjahoet atau membantah, maka hal begitoe itu boleh dianggap, bahwa jang mendengarkannja
telah moefakat dalam hatinja jaitu selainnja orang jang memang tidak mengerti”. Tidak lama
kemudian setelah kongres tersebut, mulailah bermunculan cabang-cabang Budi Utomo yang
didirikan di daerah-daerah, baik di Jawa maupun di luar Jawa.
4
C. Hasil Kongres Pertama Budi Utomo
Kongres Budi Utomo berhasil menetapkan dan mengesahkan pengurus organisasi,
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Budi Utomo, dan tujuan organisasi. Kongres Budi
Utomo menghasilkan kepengurusan perkumpulan baru, yang terdiri dari Ketua RAA
Tirtokoesoemo, wakil Ketua Dokter Wahidin Sudirohusodo, Sekretaris I M Ng Dwidjoseojo,
Sekretaris II R Sosrosoegondo, Bendahara RMP Gondo Atmodjo dan Komisaris yang terdiri dari
tiga orang, yaitu Dokter Cipto Mangunkusumo, R Djajasoebrata, dan RMP Sorjodipoetro.
Kongres pertama juga merombak susunan pengurus Budi Utomo yang semula merupakan siswa-
siswa STOVIA, digantikan dengan tokoh-tokoh yang dianggap lebih berpengalaman dan pantas
memangku jabatan pengurus.
Selain kepengurusan organisasi Budi Utomo, kongres juga mengesahkan Anggaran Dasar
(AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) Budi Utomo. Rencana Anggaran Dasar itu dibuat
oleh cabang Jakarta dengan persetujuan cabang Bogor. Kongres pertama juga menetapkan tujuan
Budi Utomo, yaitu mengusahakan kemajuan yang selaras buat negeri dan bangsa, terutama
dengan memajukan pengajaran, pertanian dan peternakan, perdagangan, teknik, industri, dan
kebudayaan.
Program Budi Utomo yang dirumuskan antara lain yaitu: perbaikan kondisi materiil,
himbauan untuk hidup lebih sederhana bagi masyarakat lapisan atas, pengembangan golongan
menengah melalui kapitalisme, pengembangan industri pribumi dan pertanian untuk pasar
nasional dan internasional, pembelajaran mengenai tanah-tanah jajahan lain selain Hindia
Belanda. Tujuan pendidikan digalakkan untuk anak-anak pribumi menguasai Bahasa Belanda
dan tuntutan agar animo masuk anak-anak pribumi ke sekolah-sekolah dasar Eropa diperbanyak.
Hingga tahun 1909 orang-orang yang berbicara Bahasa Belanda hanyalah keluarga bupati,
priyayi, dan guru.
Program Budi Utomo juga mengemukakan berbagai macam pendidikan menengah yaitu:
pembukaan sekolah dagang, penyempurnaan sekolah pendidikan guru, sekolah pertanian,
OSVIA, mempertahankan kualitas STOVIA, dan perubahan kurikulum pada sekolah-sekolah
tertentu. Program Budi Utomo tersebut memberikan prioritas pada pendidikan Barat.

D. Pemberitaan Pers dan Tanggapan Penguasa di Belanda


Kongres pertama Budi Utomo itu menarik perhatian kalangan pers maupun penguasa di
Belanda kala itu. Menurut Abdurrachman Surjomihardjo dalam tulisannya di Kompas
11/10/1972 dengan judul “Dari Laporan Kongres Bangsa Indonesia Yang Pertama - Awal
Oktober 1908” menyebut kalangan pers di Indonesia kala itu baik harian, mingguan maupun
bulanan telah mengawetkan peristiwa kongres tersebut dengan lebih seksama dan jangkauan
5
yang lebih luas. Berdasarkan bibliografi yang disusun oleh Suwardi Suryaningrat (Ki Hadjar
Dewantara), antara 1908-1918 tercatat 41 karangan dalam majalah mingguan atau bulanan.
Suratkabar De Locomotief, Bataviaasch Nieuwsblad, Nieuws van den Dag, Java Bode,
Pemberita Betawi dapat dimasukkan sebagai dokumen berita yang teliti dan berarti.
Sementara itu, berkaitan dengan laporan resmi pemerintah Hindia Belanda, dari penerbitan
tahun 1967 dapat diketahui bahwa baru pada tanggal 15 Oktober 1908, ada dokumen yang
menunjukkan Gubernur Jenderal JB Van Heutsz dengan penuh perhatian mengikuti berita
suratkabar pada era itu. Untuk menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari kalangan
DPR Nederland, maka sebuah bagian dari Kementerian Jajahan Belanda menyusun sebuah nota
tentang Budi Utomo, yang bahan-bahannya terutama berasal dari Bataviaasch Nieuwsblad.
Dr GAJ Hazeu, penasehat pemerintah untuk urusan pribumi, membuat analisisnya kepada
Gubernur Jenderal van Heutsz pada Desember 1908. Kesimpulan umum dari laporan-laporan
jabatan itu ialah, bahwa pemerintah Hindia Belanda dengan hati-hati dan waspada akan
mengikuti perkembangan Budi Utomo dengan memperhatikan alasan-alasan yang lebih
mendalam mengenai cita-cita pemimpin-pemimpinnya serta latarbelakang kondisi sosial yang
tidak memuaskan bagi mereka. Akhirnya pada tanggal 28 Desember 1909, pemerintah kolonial
Belanda menyatakan Budi Utomo sebagai perkumpulan yang sah.

Arsip yang Memuat Informasi Terkait Sejarah Boedi Oetomo


Dipamerkan dalam Pameran "Arsip Boedi Oetomo" Di Gedung Arsip Nasional, Jakarta,

6
E. Budi Utomo menjadi Pergerakan Politik
Hingga beberapa tahun sejak berdiri, Budi Utomo konsisten dengan perjuangan melalui
bidang sosial-budaya. Hal itu membuat beberapa anggota menganggap gerakan organisasi ini
terkesan lambat. Hal ini kemudian membuat para anggota yang tidak sabar keluar dari
organisasi. Beberapa dari mereka adalah dr. Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat.
Gerakan Budi Utomo mulai mengarah ke politik itu terjadi saat diselenggarakannya
kongres di Solo pada 24-26 Desember 1935. Dalam kongres tersebut, terjadi fusi
(penggabungan) antara Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) dengan Budi Utomo menjadi satu
dengan nama Partai Indonesia Raya (Parindra). Perubahan pola gerakan ini tidak lepas dari
pengaruh dr. Soetomo setelah pulang dari Belanda. Selama di Belanda, Dr. Soetomo mendapat
banyak pengalaman perjuangan dalam memimpin Perhimpunan Indonesia yang kebanyakan
bergerak dalam bidang politik.

7
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Pergerakan Nasional Indonesia diawali dengan lahirnya organisasi Budi Utomo yang
dipimpin oleh dr Soetomo pada tahun 1908, sekalipun baru bersifat sosial budaya namun telah
mampu memberikan ilham untuk lahirnya organisasi-organisasi lainnya. Berbeda dengan Budi
Utomo, yang hanya berorientasi pada orang Indonesia, lebih spesifik lagi orang Jawa. Budi
Utomo hanya merupakan gerakan sosial priyayi Jawa, maka konsep nasionalisme bisa dimiliki
siapa saja baik oleh kaum pribumi maupun kaum Indo. Jika melihat pada fakta sekarang,
nasionalisme makin memudar diantara orang-orang Indonesia itu sendiri.
Tujuan utama organisasi Budi Utomo yaitu untuk menjamin kehidupan bangsa yang
terhormat. Fokus organisasi ini adalah bidang sosial, pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan.
Awalnya, keanggotaan terbatas hanya pada penduduk Jawa dan Madura, namun pada akhirnya
meluas sampai Bali. Hal ini dilakukan dengan tidak melihat keturunan, kelamin, atau agama
apapun.

B. Saran
Dalam beberapa dekade terakhir, pada perayaan hari proklamasi 17 Agustus di berbagai
kota besar dan kecil, dapat kita jumpai berbagai hiasan, gapura atau arak-arakan pawai. Dalam
berbagai bentuknya ada visualisasi sosok pejuang nasional sedang bersiap bertempur melawan
penjajah tetapi osok penjajahnya tidak selalu ditampilkan. Seiring dengan berjalannya waktu,
berbagai bahan dan tulisan telah membuka wawasan baru yang sangat berbeda tentang apa itu
Indonesia.
Oleh karena itu, alangkah lebih baik apabila semua pihak dapat mengetahui peran dari para
pejuang kemerdekaan di Indonesia. Dan tidak melupakan tentang apa yang telah mereka lakukan
dan perjuangkan terhadap Indonesia, terutama peranannya dalam menentang penjajahan yang
dilakukan oleh pihak Asing.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://www.coursehero.com/file/37495103/Makalah-Budi-Utomodocx/

https://www.kompas.id/baca/paparan-topik/2021/05/17/sejarah-lahirnya-budi-utomo-dan-
kongres-pertama-1908

https://uici.ac.id/mengenal-organisasi-budi-utomo-tonggak-sejarah-kebangkitan-nasional/
#:~:text=Berdirinya%20Budi%20Utomo%20ini%20bermula,yang%20tidak%20mampu
%20melanjutkan%20sekolah.

http://repository.upi.edu/30982/8/S_SEJ_0800958_Chapter5.pdf

Anda mungkin juga menyukai