Anda di halaman 1dari 19

EVIDENCE BASED NURSING PRACTICE (EBNP)

Diet Rendah Garam pada Pasien Diabetes Melitus


dengan komplikasi nefropati

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Keperawatan III DM

Disusun Oleh Kelompok 3:

Aprillia Angellina : PO.62.20.1.20.115


Fathonah Ramadwiyanti : PO.62.20.1.20.121
Gloria Natalina Kornedi :
Novi Fitriani Zulva :
Sulis Agustina : PO.62.20.1.20.139
Willi Ramadani Pratama : PO.62.20.1.20.145

Dosen Pembimbing:
Ns. Reny Sulistyowati, S.Kep., M.Kep
NIP 19760907 200112 2 002

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDRAL TENAGA KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES PALANGKARAYA
2023
BAB I
KONSEP MATERI

A. Nefropati Dibaetik
1. Pengertian Nefropati Dibaetik
Neforpati Diabetik (ND) didefinisikan sebagai sindrom klinis pada
penderita DM yang ditandai dengan albuminuria menetap (> 300 mg/ 24 jam
atau >200 ug/menit) pada minimal 2 kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3
sampai 6 bulan. Nefropati diabetik merupakan komplikasi mikrovaskular
diabetes melitus (DM) tipe 2 yang disebabkan oleh perubahan fungsi ginjal.
Nefropati diabetik (ND) merupakan komplikasi penyakit diabetes mellitus yang
termasuk dalam komplikasi mikrovaskular, yaitu komplikasi yang terjadi pada
pembuluh darah halus (kecil).
2. Etiologi
Hipertensi atau tekanan darah yang tinggi merupakan komplikasi dari
penyakit DM dipercaya paling banyak menyebabkan secara langsung
terjadinya Nefropati Diabetik. Hipertensi yang tak terkontrol dapat
meningkatkan progresifitas untuk mencapai fase Nefropati Diabetika yang
lebih tinggi (Fase V Diabetik Nefropati).
3. Patofisiologi
Perubahan pertama yang terlihat pada ginjal adalah pembesaran ukuran
ginjal dan hiperfiltrasi. Glukosa yang difiltrasi akan direabsorbsi oleh tubulus
dan sekaligus membawa natrium, bersamaan dengan efek insulin (eksogen
pada IDDM dan endogen pada NIDDM) yang merangsang reabsorbsi tubuler
natrium, akan menyebabkan volume ekstrasel meningkat, terjalah hiperfiltrasi.
Pada diabetes, arteriole eferen, lebih sensitive terhadap pengaruh angiotensin
II dibanding arteriole aferen.
4. Faktor Resiko yang menyebabkan Nefropati Diabetik
1. Hiperglikemia, merupakan faktor utama penyebab terjadinya Hiperfiltrasi
pada Glomerulus, cedera ginjal, pelepasan Sitokin dan produk Glikosilasi.
2. Hipertensi sistemik maupun glomerular menyebabkan vasodilatasi arteriol
aferen glomerulus dan menambah hiperfiltrasi yang sudah ada.
3. Dislipidemia, terutama peranan kadar LDL dan TG yang tinggi adalah
merupakan agen proinflamasi yang berperan pada disfungsi endotel
4. Genetik dan Ras, faktor penyakit dalam keluarga menunjukan adanya
kerentanan terhadap Nefropati Diabetik.
5. Merokok, sudah disadari bahwa resiko perokok terhadap Nefropati
Diabetik lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok tidak merokok.
5. Gejala
Gejala nefropati diabetik dibagi menjadi beberapa tahap, yang paling
sederhana adalah 3 tahap, yaitu mikroalbuminuria (berlangsung 5-15 th);
makroalbuminuria (5 -10 th); dan gagal ginjal terminal (3-6 th). Mogensen
membagi ND menjadi 5 tahap dengan menambahkan 2 tahap sebelum
mikroalbuminuria pada DM tipe 1. Tahap pertama adalah pembesaran ginjal
akibat hiperfiltrasi dan tahap kedua adalah silent stage dimana ekskresi
albumin normal tetapi struktur glomerolus berubah.
6. Penatalaksanaan
1. Optimalisasi kontrol glukosa untuk mengurangi risiko ataupun
menurunkan progresi nefropati.
2. Optimalisasi kontrol hipertensi untuk mengurangi risiko ataupun
menurunkan progresi nefropati.
3. Pengurangan diet protein pada diet pasien diabetes dengan penyakit
ginjal kronik tidak direkomendasikan karena tidak mengubah kadar
glikemik, risiko kejadian kardiovaskular, atau penurunan LFG.
4. Terapi dengan penghambat ACE atau obat penyekat reseptor angiotensin
II tidak diperlukan untuk pencegahan primer.
5. Terapi Penghambat ACE atau Penyekat Reseptor Angiotensin II diberikan
pada pasien tanpa kehamilan dengan albuminuria sedang (30 - 299
mg/24 jam) (C) dan albuminuria berat (> 300 mg/24 jam)

B. Gagal Ginjal Kronik


Gagal ginjal kronik adalah destruksi struktur ginjal yang progresif dan
terus menerus. Penyebab gagal ginjal terjadi karena perburukan fungsi ginjal
secara progresif. Pada awalnya keseimbangan cairan, penanangan garam dan
penimbunan zat-zat masih bervariasi dan bergantung pada bagian ginjal yang
sakit. Sampai fungsi ginjal turun kurang dari 25% normal manifestasi klinis gagal
ginjal kronik mungkin minimal karena nefron sisa yang sehat mengambil alih
fungsi nefron yang rusak. Nefron yang tersisa meningkatkan kecepatan filtasi,
reabsorbsi, sekresi serta mengalami hipertrofi. Seiring dengan banyaknya nefron
yang mati, maka nefron yang tersisa mengahadapi tugas yang semakin berat
sehingga nefron-nefron tersebut ikut rusak dan akhirnya mati.

C. Diet Rendah Garam


Diet rendah garam adalah garam natrium seperti yang terdapat dalam
gara dapur (NaCL), soda kue (NaHCO), baking powder, natrium benzoat dan
vetsin (mono sodium glutamate). Diet rendah garam disarankan bagi pasien
penyakit ginjal karena bermanfaat untuk memperbaiki tekanan darah dan rentensi
cairan. Diet rendah garam bisa dilakukan dengan mengurangi penggunaan garam
dalam masakan dan memilih makanan yang rendah garam. Konsumsi garam yang
rendah pada pasien gagal ginjal dapat berpengaruh terhadap kerja jantung,
dimana jantung bisa memompa darah lebih rileks sehingga dapat disalurkan
keseluruh tubuh dengan baik sehingga pasien tersebut tidak mengalami
peningkatan tekanan darah dan kelebihan natrium di dalam urine.
BAB II
JURNAL PENELITIAN
1. Jurnal 1
Judul A Self-management Approach for Dietary Sodium
Restriction in Patients With CKD: A Randomized
Controlled Trial

Jurnal American Journal of Kidney Diseases

Volume & Halaman Volume 72, Halaman 1-10

Tahun 2019

Penulis Jelmer K. Humalda, Gerald Klaassen, Hanne de Vries,


Yvette Meuleman, Lara C. Verschuur, Elisabeth J.M.
Straathof, Gozewijn D. Laverman,Willem Jan W. Bos,
Paul J.M. van der Boog, Karin M. Vermeulen, Olivier
A. Blanson Henkemans, Wilma Otten, Martin H. de
Borst, Sandra van Dijk, and Gerjan J. Navis

Reviewer Anggota kelompok 5

Tanggal 23 Oktober 2023

Latar Belakang Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perlunya


pengurangan natrium pada pasien penyakit ginjal
kronik (CKD). Asupan natrium yang tinggi dikaitkan
dengan peningkatan tekanan darah dan risiko
kardiovaskular, yang merupakan komplikasi umum
pada pasien CKD. Penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa mengurangi asupan natrium
dapat meningkatkan kontrol tekanan darah dan
memperlambat perkembangan CKD. Namun,
kepatuhan terhadap diet rendah sodium merupakan
tantangan bagi pasien. Oleh karena itu, uji coba
terkontrol secara acak ini bertujuan untuk
mengevaluasi efektivitas pemantauan diri dan umpan
balik dalam mendorong pengurangan natrium pada
pasien CKD.

Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi


efektivitas pemantauan diri dan umpan balik dalam
mendorong pengurangan natrium pada pasien
dengan penyakit ginjal kronis (CKD).

Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain uji coba terkontrol


secara acak untuk mengevaluasi efektivitas
pemantauan diri dan umpan balik dalam mendorong
pengurangan natrium pada pasien dengan penyakit
ginjal kronis (CKD). Para peserta secara acak
dimasukkan ke dalam kelompok intervensi atau
kelompok kontrol.

Definisi Definisi operasional variabel terikat dalam penelitian


Operasional ini adalah ekskresi natrium yang diukur melalui
Variabel Dependen pengumpulan urin 24 jam.

Definisi Definisi operasional variabel independen dalam


Operasional penelitian ini adalah pemantauan diri dan intervensi
Variabel umpan balik. Peserta dalam kelompok intervensi
Independen menerima modul manajemen mandiri berbasis web,
memantau asupan natrium mereka menggunakan
aplikasi ponsel pintar, dan menerima sesi pelatihan
individu melalui telepon atau email.

Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemantauan diri


dan intervensi umpan balik efektif dalam mendorong
pengurangan natrium pada pasien penyakit ginjal
kronis (CKD). Peserta dalam kelompok intervensi
mengalami penurunan ekskresi natrium yang
signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Selain itu, kelompok intervensi menunjukkan
peningkatan dalam pengendalian tekanan darah dan
keterampilan manajemen diri. Studi ini juga
menemukan bahwa intervensi dikaitkan dengan
peningkatan biaya layanan kesehatan, terutama
karena sesi pelatihan tambahan yang diberikan
kepada peserta. Namun, efektivitas biaya dari
intervensi tersebut tidak dievaluasi secara spesifik
dalam penelitian ini. Secara keseluruhan, temuan ini
menunjukkan bahwa pemantauan diri dan umpan
balik dapat menjadi strategi yang berharga untuk
mendorong pengurangan natrium pada pasien CKD,
yang mengarah pada potensi perbaikan dalam
pengendalian tekanan darah dan keterampilan
manajemen diri.

Kesimpulan Studi SUBLIME menyajikan strategi yang berpotensi


efektif untuk pembatasan diet natrium pada pasien
dengan penyakit ginjal kronis (CKD) dalam praktik
klinis. Intervensi pemantauan mandiri dan umpan balik
menghasilkan penurunan ekskresi natrium yang
signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Selain itu, peningkatan dalam pengendalian tekanan
darah dan keterampilan manajemen diri diamati pada
kelompok intervensi. Namun, penelitian ini memiliki
keterbatasan seperti tindak lanjut jangka pendek,
ukuran sampel yang kecil, dan potensi efek
Hawthorne. Penelitian lebih lanjut yang lebih besar
dan berjangka panjang diperlukan untuk menguji
kemanjuran intervensi dalam jangka panjang.

Sumber https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/
S0272638619311266

2. Jurnal 2
Judul Dietary Salt Restriction in Chronic Kidney Disease: A
Meta-Analysis of Randomized Clinical Trials

Jurnal Nutrients

Volume & Halaman Volume 10, Halaman 1-15

Tahun 2018

Penulis Carlo Garofalo, Silvio Borrelli, Michele Provenzano,


Toni De Stefano , Carlo Vita , Paolo Chiodini, Roberto
Minutolo, Luca De Nicola and Giuseppe Conte

Reviewer Anggota kelompok 5

Tanggal 23 Oktober 2023

Latar Belakang Tinjauan kali ini dilakukan sesuai dengan pedoman


Item Pelaporan Pilihan untuk Tinjauan Sistematis dan
Analisis Meta (PRISMA). Pencarian artikel relevan
yang diterbitkan hingga 30 April 2018 dilakukan
menggunakan database PubMed dan ISI Web of
Science tanpa batasan bahasa. Judul Subjek Medis
(MeSH) dan kata-kata teks berikut digunakan:
"Insufisiensi Ginjal Kronis", "Penyakit Ginjal",
"nefropati", "penyakit glomerulus", "penyakit ginjal
kronis", "insufisiensi ginjal kronis", "disfungsi ginjal
kronis" ", "disfungsi ginjal kronis", "Diet Terbatas
Natrium", "Natrium Klorida", "natrium rendah", "tinggi
natrium", "pembatasan natrium", "pengurangan
natrium", "asupan natrium", "peningkatan natrium", "
pembatasan garam", "pengurangan garam" .

Risiko bias dalam RCT yang disertakan dinilai


menggunakan alat penilaian risiko bias. Sembilan item
yang terkait dengan risiko bias dievaluasi, termasuk
pembuatan urutan acak, penyembunyian alokasi,
pembutakan peserta, pembutakan penilaian, data
hasil yang tidak lengkap, pelaporan hasil yang selektif,
sumber bias lain, risiko efek bawaan, dan potensi bias
dari faktor perancu.

RCT yang dipilih mencakup informasi mengenai 738


orang dengan penyakit ginjal kronis (Tahap 1-4).
Ukuran sampel penelitian ini berkisar antara 14
hingga 302 peserta. Tiga penelitian melibatkan
populasi Asia, sementara yang lainnya mencakup
populasi Barat. Hasil yang dievaluasi meliputi tekanan
darah klinik dan rawat jalan, parameter fungsi ginjal,
ekskresi natrium urin, dan tindakan lainnya.

Meta-analisis ini memiliki beberapa keterbatasan,


termasuk kualitas penelitian yang dimasukkan,
kepatuhan pasien yang terbatas, dan hasil yang dapat
digeneralisasikan. Selain itu, pendeknya durasi
penelitian yang dipilih membatasi kemampuan untuk
menarik kesimpulan tentang efeknya terhadap
perkembangan ginjal. Estimasi laju filtrasi glomerulus
dibandingkan pengukuran langsung juga mempunyai
keterbatasan.

Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan


tinjauan sistematis dan meta-analisis untuk
mengevaluasi efek asupan natrium rendah terhadap
tekanan darah dan fungsi ginjal pada individu dengan
penyakit ginjal kronis (CKD). Para peneliti bertujuan
untuk menilai dampak pembatasan natrium pada
tekanan darah klinik dan rawat jalan, parameter fungsi
ginjal, ekskresi natrium urin, dan tindakan lainnya.
Penelitian ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi
potensi sumber bias dan keterbatasan dalam uji coba
terkontrol secara acak (RCT) yang disertakan.

Metode Penelitian Metode penelitian meliputi tinjauan sistematis dan


meta-analisis. Para peneliti melakukan pencarian di
database PubMed dan ISI Web of Science
menggunakan istilah MeSH spesifik dan kata-kata
teks yang terkait dengan penyakit ginjal kronis dan
asupan natrium. Pencarian dilakukan tanpa batasan
bahasa dan mencakup artikel yang diterbitkan hingga
April 2018.

Judul dan abstrak dari artikel yang diidentifikasi


disaring secara independen oleh dua peneliti, dan
laporan lengkap dari penelitian yang berpotensi
relevan diperoleh dan ditinjau menggunakan kriteria
kelayakan yang telah ditentukan sebelumnya.
Ekstraksi data dilakukan secara independen oleh dua
penulis menggunakan formulir ekstraksi data standar.
Risiko bias dalam uji coba terkontrol secara acak
(RCT) yang disertakan dinilai menggunakan alat
Cochrane Collaboration untuk menilai risiko bias.

RCT yang dipilih mencakup total 738 orang dengan


penyakit ginjal kronis (Tahap 1-4). Ukuran sampel
penelitian berkisar antara 14 hingga 302 peserta.
Hasil yang dievaluasi meliputi tekanan darah klinik
dan rawat jalan, parameter fungsi ginjal, ekskresi
natrium urin, dan tindakan lainnya.

Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan


perangkat lunak PROMETA 2, STATA/SE 11, dan
RStudio. Meta-analisis ini menggunakan model efek
acak untuk memperhitungkan variasi efek sebenarnya
di seluruh penelitian. Heterogenitas dinilai
menggunakan statistik I2, dan analisis sensitivitas
serta meta-regresi dilakukan untuk mengeksplorasi
sumber heterogenitas. Bias publikasi dinilai
menggunakan uji korelasi peringkat Begg dan regresi
linier Egger.

Secara keseluruhan, metode penelitian bertujuan


untuk mengidentifikasi dan menganalisis studi yang
relevan, menilai kualitas dan risiko bias, dan
mensintesis temuan melalui meta-analisis untuk
memberikan evaluasi komprehensif mengenai efek
asupan natrium rendah pada tekanan darah dan
fungsi ginjal pada individu dengan penyakit ginjal
kronis .

Definisi Variabel dependen dalam penelitian ini adalah


Operasional pengaruh asupan natrium yang rendah terhadap
Variabel Dependen tekanan darah dan fungsi ginjal pada individu dengan
penyakit ginjal kronik (CKD). Hasil spesifik yang
dievaluasi meliputi tekanan darah klinik dan rawat
jalan, parameter fungsi ginjal (seperti laju filtrasi
glomerulus, proteinuria, dan albuminuria), ekskresi
natrium urin, dan pengukuran lain yang berkaitan
dengan tekanan darah dan fungsi ginjal.

Definisi Definisi operasional variabel independen dalam


Operasional penelitian ini adalah asupan natrium yang rendah.
Variabel Asupan natrium rendah mengacu pada pola makan
Independen atau intervensi yang membatasi konsumsi natrium
atau garam. Metode dan kriteria spesifik yang
digunakan untuk menentukan asupan natrium rendah
mungkin berbeda-beda di seluruh penelitian. Variabel
independen dimanipulasi atau diukur untuk menilai
pengaruhnya terhadap variabel dependen yaitu
tekanan darah dan fungsi ginjal pada individu dengan
penyakit ginjal kronis.

Hasil Penelitian Penelitian menemukan bahwa asupan natrium yang


rendah berpengaruh signifikan terhadap penurunan
ekskresi natrium urin pada individu dengan penyakit
ginjal kronis. Meta-analisis menunjukkan bahwa
perbedaan rata-rata ekskresi natrium urin antara
subkelompok asupan natrium rendah dan tinggi
adalah -80 mEq/hari (95% CI: -107, -53; p <0,001).
Namun, analisis juga menunjukkan heterogenitas
yang tinggi pada hasil ini (I2 = 98,0%).

Selain itu, penelitian ini mengidentifikasi beberapa


keterbatasan, termasuk rendahnya kualitas penelitian
yang dimasukkan, terbatasnya kepatuhan pasien, dan
kurangnya kemampuan generalisasi hasil. Durasi
pendek dari penelitian yang dipilih juga membatasi
kemampuan untuk menarik kesimpulan tentang
dampaknya terhadap perkembangan ginjal. Selain itu,
estimasi laju filtrasi glomerulus dibandingkan
pengukuran langsung menimbulkan keterbatasan
dalam menilai efek pada fungsi ginjal.

Secara keseluruhan, penelitian menunjukkan bahwa


asupan natrium yang rendah dapat secara efektif
mengurangi ekskresi natrium urin pada individu
dengan penyakit ginjal kronis. Namun, penelitian lebih
lanjut yang berkualitas tinggi diperlukan untuk
mengevaluasi efek jangka panjang dari asupan
natrium yang rendah terhadap tekanan darah dan
fungsi ginjal pada populasi ini.

Kesimpulan Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa asupan


natrium yang rendah dapat secara efektif mengurangi
ekskresi natrium urin pada individu dengan penyakit
ginjal kronis. Meta-analisis menunjukkan perbedaan
rata-rata yang signifikan dalam ekskresi natrium urin
antara subkelompok asupan natrium rendah dan
tinggi. Namun, terdapat keterbatasan dalam kualitas
penelitian yang dimasukkan, kepatuhan pasien, dan
kemampuan generalisasi hasil. Durasi penelitian yang
singkat juga membatasi kemampuan untuk menarik
kesimpulan tentang dampaknya terhadap
perkembangan ginjal. Penelitian lebih lanjut yang
berkualitas tinggi diperlukan untuk mengevaluasi efek
jangka panjang dari asupan natrium yang rendah
terhadap tekanan darah dan fungsi ginjal pada
individu dengan penyakit ginjal kronis.

Sumber https://www.mdpi.com/2072-6643/10/6/732

3. Jurnal 3
Judul Study of low salt diet in hypertensive patients with
chronic kidney disease

Jurnal Med J Malaysia

Volume & Halaman Volume 73, Halaman 376-381

Tahun 2018

Penulis Keng-Hee Koh, Wei-Soon Lawrence Hii, Jun Lee, Lui-


Sian Laura Ngu, Hui-Hong Clare Tan

Reviewer Anggota kelompok 5

Tanggal 23 Oktober 2023

Latar Belakang Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menyelidiki


efek pembatasan diet natrium terhadap tekanan darah
pada pasien dengan penyakit ginjal kronis (CKD). Para
penulis menyebutkan bahwa penelitian sebelumnya
telah menunjukkan bahwa kontrol tekanan darah yang
ketat penting pada pasien dengan hipertensi dan CKD.
Mereka juga menyebutkan bahwa pembatasan diet
natrium telah direkomendasikan sebagai pendekatan
non-farmakologis untuk menurunkan tekanan darah.
Namun, efek pembatasan natrium terhadap tekanan
darah pada pasien CKD belum diketahui secara pasti.
Para penulis berhipotesis bahwa pembatasan diet
natrium akan menyebabkan penurunan tekanan darah
pada pasien CKD.

Tujuan Tujuan penelitian yang dilakukan oleh adalah untuk


menyelidiki efek pembatasan diet natrium terhadap
tekanan darah pada pasien dengan penyakit ginjal
kronis (CKD).

Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan menggunakan desain


penelitian prospektif untuk menyelidiki efek pembatasan
diet natrium terhadap tekanan darah pada pasien
dengan penyakit ginjal kronis (CKD). Penelitian ini
disetujui oleh Komite Etik Penelitian Medis dan
informed consent diperoleh dari semua pasien.

Definisi Variabel terikat pada penelitian yang dilakukan adalah


Operasional tekanan darah, khususnya tekanan darah rata-rata
Variabel (MBP), tekanan darah sistolik (SBP), dan tekanan
Dependen darah diastolik (DBP).

Definisi Variabel independen dalam penelitian yang dilakukan


Operasional adalah pembatasan diet natrium. Subyek diinstruksikan
Variabel untuk mengikuti diet rendah sodium, dan ekskresi
Independen natrium urin 24 jam (24HUNa) diukur sebelum dan
sesudah intervensi. Rerata 24HUNa menurun dari 173
± 129 mmol/hari menjadi 148 ± 81 mmol/hari setelah
intervensi.

Hasil Penelitian Penelitia menemukan bahwa pembatasan diet natrium


menyebabkan penurunan yang signifikan pada tekanan
darah rata-rata (MBP), tekanan darah sistolik (SBP),
dan tekanan darah diastolik (DBP) pada pasien dengan
penyakit ginjal kronis (CKD). MBP menurun dari 102 ±
9 mmHg menjadi 97 ± 11 mmHg, SBP menurun dari
148 ± 10 mmHg menjadi 139 ± 16 mmHg, dan DBP
menurun dari 78 ± 12 mmHg menjadi 75 ± 12 mmHg.

Kesimpulan Kesimpulannya, penelitian yang dilakukan


menunjukkan bahwa pembatasan diet natrium
menyebabkan penurunan yang signifikan pada tekanan
darah rata-rata (MBP), tekanan darah sistolik (SBP),
dan tekanan darah diastolik (DBP) pada pasien dengan
penyakit ginjal kronis (CKD). Namun, penelitian ini juga
menyoroti tantangan dalam mempertahankan
pembatasan diet natrium dalam jangka panjang dan
kecenderungan pasien untuk kembali ke kebiasaan
makan sebelumnya. Penelitian lebih lanjut diperlukan
untuk mengeksplorasi strategi untuk mempromosikan
dan mempertahankan pembatasan diet natrium pada
pasien CKD.

Sumber https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30647207/

4. Jurnal 4
Judul Pemberian Diet Diabetes Nefropati Rendah Garam pada
Pasien Diabetes Melitus, Gagal Ginjal, dan Hipertensi;
Sebuah Laporan Kasus
Jurnal Jurnal Kesehatan Tambusai
Volume & Volume 4, Nomor 3 Halaman 3819-3829
Halaman
Tahun 2023
Penulis Alifian Soni Romadhon1, Emyr Reisha Isaura
Reviewer Anggota kelompok 5
Tanggal 20 Oktober 2023

Latar Belakang Penderita diabetes melitus tipe 1 memiliki lebih sedikit


penyakit penyerta daripada penderita dengan diabetes
tipe 2 karena usia penderita diabetes tipe 1 lebih muda
dan lebih mencerminkan diabetes nefropati daripada
penderita diabetes tipe 2 karena terdapat berbagai
faktor yang berkorelasi seperti usia, peredaran darah,
obesitas, dan resistensi insulin (Thomas et al., 2015).
Salah satu faktor timbulnya penyakit degeneratif adalah
umur, semua organ tubuh akan turun fungsinya
termasuk ginjal maka semakin bertambahnya usia
maka risiko untuk terjangkit gagal ginjal semakin besar
(Levey & Coresh, 2012) (Tjitra et al., 2014). Faktor lain
yang mencetuskan gagal ginjal adalah kebiasaan
minum air, oleh sebab itu dengan minum air yang
cukup akan mencegah risiko gagal ginjal. Menurut Tjitra
et al., (2014) minum air < 1000 ml/hari beresiko 7,69
kali mengalami gagal ginjal dibandingkan ≥ 2000
ml/hari.
Jenis diet yang disarankan untuk pasien ginjal
disesuaikan dengan tahapan penanganan pasien,
diberikan protein sebesar 0,6-0,8 g/kg BB pada pasien
pre dialisis, 1,2 g/kg BB pasien hemodialisis, 1,2-1,3
g/kg BB pasca dialisis, 1,3 g/kg BB apabila telah
menjalani transplantasi ginjal. Pada studi kasus ini
pasien belum menjalani hemodialisis maka diet yang
adalah Diet Rendah Protein, pasien dengan nefropati
diabetik perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8
g/kg BB per hari (Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia, 2021). Tujuan dari pemberian diet rendah
protein adalah untuk mencegah peningkatan tekanan
intraglomerular dan hiperfiltrasi yang semakin
memperburuk gagal ginjal (Ko et al., 2017). Kondisi
gagal ginjal mengganggu keseimbangan cairan serta
biokimia tubuh akibatnya terjadi hiperpermeabilitas
vaskuler mekanisme ini meningkatkan hilangnya
albumin melalui urin disertai edema makular diabetes
(Hammes et al., 2015). Diagnosis klinis gagal ginjal
dapat dilihat dari tingkat ekskresi albumin dalam tubuh,
karena penderita akan mengalami ekskresi albumin ≥
30 mg setiap harinya (Thomas et al., 2015). Diet tinggi
protein berkorelasi dengan hiperfiltrasi glomerulus serta
peningkatan ekskresi albumin urin, kondisi ini
berkemungkinan memiliki dampak buruk pada ginjal
dan organ lain dalam jangka panjang (Kalantar-Zadeh
et al., 2016). Pemberian protein tinggi berkorelase
dengan penurunan GFR yang lebih cepat pada orang
dengan fungsi ginjal tidak normal, namun tidak pada
orang dengan fungsi ginjal normal (Knight et al., 2003).
Tujuan Untuk Mengetahui Pemberian Diet Rendah Garam
pada Pasien DM dengan Nefropati
Metode Penelitian Studi kasus dilakukan pada bulan Oktober 2022 pada
pasien rawat inap di RSPAL dr. Ramelan Surabaya.
Dilakukan monitoring evaluasi selama 3 hari pada
tanggal 31 Oktober - 2 November 2022 pada asupan
makan, fisik klinis, biokimia. D
Definisi DM dengan Komplikasi Nefropati
Operasional
Variabel
Dependen
Definisi Diet Rendah Garam
Operasional
Variabel
Independen
Hasil Penelitian Berdasarkan evaluasi selama tiga hari asupan energi
meningkat dari pada hari pertama 54,8%, hari kedua
59,8%, hari ketiga 71,9%. Menunjukan bahwa asupan
energi tidak terpenuhi namun meningkat apabila
dibandingkan dengan hari pertama dan kedua. Pasien
dapat menghabiskan makanan lebih banyak walaupun
sisa makanan masih fluktuatif. Protein menunjukan
bahwa asupan pada hari kedua dan ketiga membaik
karena pasien dapat menghabiskan lauk hewani setiap
kali makan, namun asupan protein perlu diperhatikan
agar kinerja ginjal tidak terlalu berat serta kadar BUN
dan kreatinin dapat mencapai rentang normal. Lemak
menunjukan bahwa asupan tidak mencapai kebutuhan
harian yang ditentukan, kondisi ini dapat terjadi karena
lauk hewani yang dikonsumsi tidak terlalu tinggi lemak
serta penggunaan minyak tidak terlalu banyak.
Karbohidrat menunjukan bahwa asupan tidak mencapai
kebutuhan harian kondisi ini terjadi karena pasien tidak
memakan keseluruhan nasi setiap kali makan
Kesimpulan Berdasarkan pengamatan selama tiga hari pasien
kondisi pasien berangsur membaik secara asupan,
kadar biokimia, fisik klinis walaupun asupan energi
belum dapat memenuhi kebutuhan harian serta
tekanan darah masih fluktuatif, diharapkan
perkembangan kondisi pasien semakin membaik
seiring berjalannya waktu namun karena keterbatasan
aspek monitoring dan waktu penelitian maka
didapatkan kesimpulan intervensi diet dapat diteruskan
pemberiannya karena dapat membantu memperbaiki
kondisi pasien dari normalnya gula darah walaupun
belum dapat membuat tekanan darah tetap dalam
rentang normalnya. Penelitian ini perlu dikaji ulang
kebenarannya karena tingkat keberhasilan diet dapat
berbeda pada pasien tertentu.
Sumber http://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jkt/article/view/
18534

5. Jurnal 5
Judul Diet Rendah Garam pada Pasien Gagal Ginjal: Literature
Review
Jurnal Prosiding Seminar Informasi Kesehatan Nasional
(SIKesNas)
Volume & Volume - , Halaman73-82
Halaman
Tahun 2021
Penulis Agung Widiastuti, Muzaroah Ermawati Ulkhasanah,Fitria
Eka R,Dolia Paulina de Jesus pereira,Fina Putri Ansari
Reviewer Anggota kelompok 5
Tanggal 20 Oktober 2023

Latar Belakang Gagal ginjal menjadi masalah yang sangat besar di dunia,
karena sangat membutuhkan biaya perawatan yang mahal.
Mendidik pasien gagal ginjal kronik dengan diet rendah
garam sangat penting untuk mencapai kontrol blood
pressure sambil mempertahankan rejimen pengobatan.
Tanpa adanya pembatasan asupan garam, akan
mengakibatkan peningkatan cairan sehingga menyebabkan
edema. Melihat fenomena tersebut dibutuhkan penanganan
salah satunya adalah penerapan diet rendah garam pada
pasien gagal ginjal kronik untuk mengurangi resiko
sehingga tidak memperburuk keadaan.
Tujuan Untuk mengetahui Diet Rendah Garam pada Pasien Gagal
Ginjal
Metode Pencarian sumber literatur data base yang relevant
Penelitian menggunakan Sciencedirect, Ebsco, PubMed, dan search
engine Google Scholar dengan menggunakan kata kunci:
Low Salt Diet AND Dietary Sodium AND Chronic Kidney
Disease. Pencarian artikel tersebut disesuaikan dengan
kriteria inklusi dan eksklusi dengan menggunakan analisis
population, intervensi, conclution, and output (PICO). Selain
itu artikel diambil 5 tahun terakhir, full text dan yang
menggunakan metode RCT. Pencarian sumber literature.
Hasil pencarian data base melalui Sciencedirect, Ebsco,
PubMed, dan search engine Google Scholar dengan
menggunakan kata kunci yang ditentukan didapatkan artikel
sebanyak 2.701 penelitian, kemudian dilakukan screening
sesuai judul dan tahun terbit didapatkan 150 artikel.
Kemudian diseleksi kelayakan melalui abstrack dan full text
didapatkan 23 artikel. Tahap terakhir di screening dengan
kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan 6 artikel. Penjelasan
karakteristik yang diambil tertera dalam tabel 1, meliputi
penulis, judul, populasi, metode, intervensi,hasil korelasi
dan hasil.
Definisi Gagal Ginjal
Operasional
Variabel
Dependen
Definisi Diet Rendah Garam
Operasional
Variabel
Independen
Hasil Penelitian Pemberian diet rendah garam dapat bermanfaat sebagai
kontrol tekanan darah dan bisa merubah tingkat eksresi
natrium dan kontrol tekanan darah. Jumlah aturan garam
dalam sehari maksimal sampai 2000 mg/hari
Kesimpulan Pemberian diet rendah garam dapat dijadikan prinsip utama
dalam intervensi pada pasien gagal ginjal sehingga dapat
bermanfaat untuk mengurangi keluhan seperti kontrol
tekanan darah dan dapat mengurangi resiko terjadinya
komplikasi ke penyakit jantung. Pemberian diet rendah
garam bisa dilakukan melalui pendidikan atau edukasi serta
pendampingan yang bisa dilakukan perawat tentang
pentingnya diet rendah garam maksimal diberikan sebanyak
2000 mg/ hari dari makanan atau minuman yang
dikonsumsi. Sehingga dengan adanya pendidikan tersebut
pasien bisa menerapkan serta patuh dalm penggunaan diet
rendah garam setiap harinya sehingga bisa bermanfaat
untuk kontrol tekanan darah dan eksresi natrium urine.
Sumber http://ojs.udb.ac.id/index.php/sikenas/article/view/1235
BAB III
PEMBAHASAN

Masalah keperawatan yang diambil dari lima jurnal yang telah dibandingkan sama-sama
membahas tentang diet rendah garam yang berhubungan dengan nefropati serta
gangguan yang berada pada ginjal . Gagal ginjal kronik adalah destruksi struktur ginjal
yang progresif dan terus menerus. Penyebab gagal ginjal terjadi karena perburukan fungsi
ginjal secara progresif. Pada awalnya keseimbangan cairan, penanangan garam dan
penimbunan zat-zat masih bervariasi dan bergantung pada bagian ginjal yang sakit.
Sampai fungsi ginjal turun kurang dari 25% normal manifestasi klinis gagal ginjal kronik
mungkin minimal karena nefron sisa yang sehat mengambil alih fungsi nefron yang rusak .
Konsumsi garam yang rendah pada pasien gagal ginjal dapat berpengaruh terhadap kerja
jantung, dimana jantung bisa memompa darah lebih rileks sehingga dapat disalurkan
keseluruh tubuh dengan baik sehingga pasien tersebut tidak mengalami peningkatan
tekanan darah dan kelebihan natrium di dalam urine. Dari hasil lima jurnal yang telah
dibandingkan dan dipilah didapatkan beberapa hasil pendapat dalam penelitian tersebut
yaitu dengan beberapa intervensi dan metode yang dilakukan seperti menunjukkan bahwa
pemantauan dalam beberapa responden dengan melihat dari asupan natrium yang di
konsumsi dan juga , pemberian diet rendah garam dapat dijadikan prinsip utama dalam
intervensi pada pasien gagal ginjal sehingga dapat bermanfaat untuk mengurangi keluhan
seperti kontrol tekanan darah dan dapat mengurangi resiko terjadinya komplikasi ke
penyakit jantung. Pemberian diet rendah garam bisa dilakukan melalui pendidikan atau
edukasi serta pendampingan yang bisa dilakukan perawat tentang pentingnya diet rendah
garam maksimal diberikan sebanyak 2000 mg/ hari dari makanan atau minuman yang
dikonsumsi. Sehingga dengan adanya pendidikan tersebut pasien bisa menerapkan serta
patuh dalam penggunaan diet rendah garam setiap harinya sehingga bisa bermanfaat
untuk kontrol tekanan darah dan eksresi natrium urine.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Neforpati Diabetik (ND) didefinisikan sebagai sindrom klinis pada penderita
DM yang ditandai dengan albuminuria menetap (> 300 mg/ 24 jam atau >200
ug/menit) pada minimal 2 kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3 sampai 6
bulan. Nefropati diabetik merupakan komplikasi mikrovaskular diabetes
melitus (DM) tipe 2 yang disebabkan oleh perubahan fungsi ginjal. Nefropati
diabetik (ND) merupakan komplikasi penyakit diabetes mellitus yang
termasuk dalam komplikasi mikrovaskular, yaitu komplikasi yang terjadi pada
pembuluh darah halus (kecil).
2. Dari hasil lima jurnal yang telah dibandingkan dan dipilah didapatkan
beberapa hasil pendapat dalam penelitian tersebut yaitu dengan beberapa
intervensi dan metode yang dilakukan seperti menunjukkan bahwa
pemantauan dalam beberapa responden dengan melihat dari asupan natrium
yang di konsumsi dan juga , pemberian diet rendah garam dapat dijadikan
prinsip utama dalam intervensi pada pasien gagal ginjal sehingga dapat
bermanfaat untuk mengurangi keluhan seperti kontrol tekanan darah dan
dapat mengurangi resiko terjadinya komplikasi ke penyakit jantung.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa/I Poltekkes Palangkaraya
Diharapkan bagi mahasiswa/i dapat menjadi acuan pembelajaran untuk
menyusun EBNP agar bisa lebih baik lagi.
2. Bagi Dosen Poltekkes Palangkaraya
Diharapkan bagi dosen dapat menjadi bahan koreksi dan sebagai penambah
referensi dari mahasiswa terkait penyusunan EBNP.
DAFTAR PUSTAKA
Clark-Cutaia, M. N. et al. (2013) ‘Psychometricvalidation of the self-
efficacy for restricting dietary salt in hemodialysis scale’, Topics in
Clinical Nutrition. doi:10.1097/01.TIN.0000437407.76867.65
Garofalo, C., Borrelli, S., Provenzano, M., De Stefano, T., Vita, C., Chiodini, P., ...
& Conte, G. (2018). Dietary salt restriction in chronic kidney disease: a
meta-analysis of randomized clinical trials. Nutrients, 10(6), 732.
Humalda, J. K., Klaassen, G., de Vries, H., Meuleman, Y., Verschuur, L. C.,
Straathof, E. J., ... & de Vries, H. (2020). A self-management approach for
dietary sodium restriction in patients with CKD: a randomized controlled
trial. American Journal of Kidney Diseases, 75(6), 847-856.
Koh, K. H., Tan, C., & Hii, L. (2011). Study of low salt diet in hypertensive
patients with chronic kidney disease (CKD). International Journal of
Cardiology, 152, S104.
PERKENI. (2021). Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus
Tipe 2 Di Indonesia 2021 (1st ed.). PB. PERKENI. file:///D:/MATERI
PERKULIAHAN/SEMESTER 7/RISEK KEPERAWATAN/Hubungan tingkat
stres dengan kualitas hidup/Materi Ebook/22-10-21-Website-Pedoman-
Pengelolaan-dan-Pencegahan-DMT2-Ebook.pdf
Romadhon, A. S., & Isaura, E. R. (2023). PEMBERIAN DIET DIABETES
NEFROPATI RENDAH GARAM PADA PASIEN DIABETES MELITUS,
GAGAL GINJAL, DAN HIPERTENSI: SEBUAH LAPORAN KASUS. Jurnal
Kesehatan Tambusai, 4(3), 3819-3829.
Widiastuti, A., Ulkhasanah, M. E., Wijayanti, F. E. R., & Ansari, F. P. (2021,
June). DIET RENDAH GARAM PADA PASIEN GAGAL GINJAL:
LITERATURE RIVIEW. In Prosiding Seminar Informasi Kesehatan
Nasional (pp. 73-82).

Anda mungkin juga menyukai