Latar Belakang Penelitian
Latar Belakang Penelitian
NIM : H351190601
Berdasarkan uraian di atas, berikut adalah batasan dalam penelitian ini, antara lain
1. Faktor apa saja yang mempengaruhi risiko produksi minyak serai wangi?
2. Seberapa besar tingkat risiko harga pada usaha minyak serai wangi ?
Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas, tujuan penelitian ini diharapkan memberikan
sumbangan pengetahuan terkait faktor-faktor yang memengaruhi risiko produksi minyak
serai wangi di Aceh dan Mengukur tingkat risiko harga yang dihadapi petani seerai wangi
di Aceh.
TINJAUAN PUSTAKA
Setiap kegiatan usaha tani yang dilakukan oleh petani seringkali dihadapkan pada
kemungkinan adanya risiko. Risiko yang sering terjadi disebabkan oleh faktor eksternal
dimana kegiatan budidaya usaha tani yang masih bergantung pada kondisi alam
sepenuhnya seperti iklim, curah hujan, hama, dan penyakit, serta bencana alam. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian (Bachus et al. 1997) bahwa keadaan alam yang dihadapi
petani, bisa dikatakan sebuah risiko apabila dapat diketahui kemungkinan terjadinya serta
kemungkinan hasil yang diperoleh. Petani sebagai pelaku utama usaha pertanian selalu
menghadapi dan mengelola berbagai risiko pertanian. Dampak risiko yang dihasilkan
dalam pertanian memiliki efek berjenjang yaitu dampak dari satu jenis risiko
berkontribusi pada terjadinya jenis risiko yang lain, misalkan risiko yang bersumber dari
produksi berakibat pada ketidak pastian hasil produksi yang dapat menimbulkan risiko
lain seperti risiko harga, yang terkait dengan fluktuasi harga. Berbagai jenis risiko
pertanian kemungkinan besar dapat terjadi secara bersamaan (Pelka 2015; Komarek
2020). Risiko produksi berasal dari proses pertumbuhan secara alamiah yang dialami oleh
tanaman maupun ternak. Baik tumbuhan maupun hewan dipengaruhi oleh faktor cuaca
dan iklim (suhu dan curah hujan) hama, penyakit dan juga kondisi tanah seperti
kandungan logam, salinitas tanah dan lain sebagainya (Ullah et.al 2016; Reddy 2015).
Selain beberapa faktor yang disebabkan oleh alam, risiko juga disebabkan oleh
beberapa faktor internal. Penelitian yang dilakukan oleh Djanibetkov (2018) mengenai
risiko produksi kapas dibawah pengaruh konsolidasi lahan di Uzbekiztan menyatakan
bahwa ketersediaan input seperti lahan meningkatkan risiko produksi. Sementara itu
Brainer (2013) meneliti tentang susu sapi perah di swiss juga menyatakan ketersediaan
input seperti penambahan jumlah sapi perah mempengaruhi risiko produksi susu.
Kemampuan tenaga kerja juga memiliki peranan penting dalam proses kegiatan
produksi. Keberadaan tenaga kerja terampil dapat memberikan dampak positif yakni
dapat mengurangi adanya risiko, disisi lain tenaga kerja yang tidak terampil akan
membuat risiko produksi semakin meningkat. Dalam penelitiannya (Fariyanti 2008;
Tiedeman dan Lohmann 2012; Villano dan Fleming 2006) menyatakan bahwa tenaga
kerja merupakan input yang meningkatkan risiko produksi.
Selanjutnya, penggunaan bibit diduga juga berpengaruh terhadap tingkatan risiko
produksi yang dihasilkan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh (Tiedeman dan
Lohmann 2012) menyatakan bahwa bibit merupakan input yang dapat mengurangi risiko
produksi. Namun, Nurhapsa (2013) dan Qomaria (2011) menemukan hasil yang berbeda
dimana bibit merupakan input yang meningkatkan risiko.
Secara lamgsung harga output yang diterima oleh pelaku usaha pertanian juga
dipengaruhi oleh risiko produksi yang berdampak pada fluktuasi harga. Faktor- faktor
yang menyebabkan timbulnya harga output adalah mekanisme pasar, tingkat permintaan,
kualitas atau mutu produk itu sendiri,nilai tukar rupiah dean kondisi finansial dari suatu
negara (Naezada2017). Risiko harga dan ekspektasi harga memengaruhi dalam
memengaruhi penggunaan input. Hal ini sejalan dengan penelitian Fariyanti (2018)
tentang Sikap rumah tangga petani kentang dengan memperhatikan parameter variasi
harga termasuk dalam golongan risk neutral. Broll et al. (2012), dalam penelitiannya
mengungkapkan bahwa ekonomi, petani, dan perusahaan agribisnis mempunyai tingkatan
risiko yang tinggi karena faktor terbaru dari kepastian seperti volatilitas harga input dan
ouput yang lebih besar, perubahan cuaca, pembatasan perdagangan internasional, dan
standar keamanan pangan yang lebih ketat. Peneliti menguji mengenai pengelolaan risiko
secara optimal terhadap keputusan dari petani yang termasuk dalam golongan risk averse
terlihat adanya sumberdaya ganda dari harga komoditi yang tidak pasti.
Sehingga dari uraian diatas didapat bahwa input yang digunakan petani akan
memengaruhi risiko produksi yang dihadapi petani. Selain itu, dari berbagai penelitian di
atas dapat disimpulkan bahwa input usahatani dapat bersifat mengurangi risiko (risk
decreasing) atau memperbesar risiko (risk increasing).