Anda di halaman 1dari 21

IKTERUS

NEONATORUM
Nurul Navela Efiariza (1810313053)
Definisi

• Hiperbilirunemia atau ikterus neonatorum  keadaan klinis pada


neonatus yang ditandai pewarnaan kuning pada kulit, mukosa, sklera,
akibat dari akumulasi bilirubin (indirek atau indirek) di dalam serum
atau darah yang secara klinis akan mulai muncul pada daerah muka,
apabila kadarnya mencapai 5-7 mg/dl.
Kejadian ikterus neonatorum di Indonesia
mencapai 50% bayi cukup bulan dan kejadian
pada bayi kurang bulan mencapai 58%.

AKB di Indonesia 24 per 1.000 kelahiran hidup


AKN 15 per 1.000 kelahiran hidup
(Survey Demografi Kesehatan Indonesia,2017)

insiden ikterus fisiolgis paling Kematian neonatus terbanyak di Indonesia


sering terjadi jika dibandingkan disebabkan oleh asfiksia (37%), Bayi Berat
ikterus patologis dengan angka Lahir Rendah (BBLR) dan prematuritas
kematian terkait hiperbilirubin (34%), sepsis (12%), hipotermi (7%),
sebesar 13,10%. ikterus neonatorum (6%), postmatur (3%),
(Data RS Dr. Kariadi, Semarang) dan kelainan kongenital (1%) per 1.000
kelahiran hidup.

3
Metabolisme Bilirubin
Etiologi
Peningkatan produksi bilirubin
• Hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas darah rh, ABO, golongan darah lain,
defisiensi enzim G-6-PD, piruvat kinase, perdarahan tertutup dan sepsis.
Gangguan dalam proses uptake bilirubin dan konjugasi oleh hati
• Gangguan fungsi hepar, asidosis, hipoksiaa, infeksi, tidak terdapatnya enzim glukoronil
transferase (sindrom criggler-najjar), defisiensi protein. Protein Y dalam hepar yang
berperan penting dalam “uptake” bilirubin ke sel hepar.

Gangguan Transportasi
• Ikatan bilirubin dan albumin yang dipengaruhi oleh obat misalnya sulfarazole.

Gangguan Ekskresi
• Obstruksi intra atau ekstra hepatic (kelainan kongenital, infeksi)
5
Klasifikasi Ikterus :
Fisiologis
• Umumnya terjadi pada bayi baru lahir, kadar bilirubin tak terkonjugasi pada minggu pertama
> 2 mg/dL.
Non Fisiologis
• Butuh Tindak Lanjut :
• Terjadi sebelum umur 24 jam
• Setiap peningkatan kadar bilirubin serum yang memerlukan fototerapi
• Peningkatan kadar bilirubin total serum >0,5 mg/dL/jam
• Adanya tanda-tanda penyakit yang mendasari
• Bertahan setelah 8 hari pada bayi cukup bulan atau setelah 14 hari pada bayi kurang bulan.
Bilirubin ensefalopati dan kernikterus
• Bilirubin ensefalopati akibat efek toksis bilirubin pada sistem saraf pusat yaitu ganglia basalis
dan pada nuklei batang otak. kern ikterus adalah perubahan neuropatologi yang ditandai oleh
deposisis pigmen bilirubin pada beberapa daerah di otak terutama di ganglia basalis, pons dan
sereblum.
• kern ikterus  perubahan neuropatologi yang ditandai oleh deposisis pigmen bilirubin pada
beberapa daerah di otak terutama di ganglia basalis, pons dan sereblum.
6
Faktor Risiko

7
Faktor yang berhubungan dgn ikterus fisiologis :

8
MANIFESTASI KLINIS IKTERUS NEONATORUM

1. Tampak kekuningan
2. Malas menyusu
3. Letargi
4. Muntah
5. Kejang
6. Penurunan Kesadaran
Kramer Criteria :
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Transcutaneous Bilirubin (TcB) Total Serum Bilirubin (TSB)

- Kelebihan : Non-invasif, akurat - Bersifat invasif


- Kekurangan : tidak bisa diperiksa saat
fototerapi/terkena paparan sinar matahari
Pemeriksaan tambahan lainnya :

- Pemeriksaan golongan darah dan Rh bayi dan ibu


- Coomb test
- Pemeriksaan darah lengkap dan apus darah tepi
- Hitung retikulosit
- Hb elektroforesis, penapisan G6PD, pengujian kerentanan osmotik untuk mendiagnosis defek
sel darah merah
- Pemeriksaan fungsi hati
- USG abdomen
DIAGNOSIS
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
• Penilaian warna kulit (visual
• Riwayat keluarga
examination)
• Riwayat kehamilan
• Tanda-tanda prematuritas,
• Intake bayi
KMK
• Tanda infeksi intrauterin
• Pucat, ptekie
• Omfalitis, korioretinitis
- Tanda hipotiroid
DIAGNOSIS BANDING

Penyakit Hydrops fetalis


hemolitik pada karena penyakit Kernikterus
neonatus hemoitik
TATALAKSANA
Transfusi tukar
Fototerapi

Efektif hanya setelah bilirubin memasuki - Invasif


kulit dengan kadar bilirubin serum >80
mikromol/liter.
Komplikasi
Ensefalopati bilirubin/Kernikterus
- Disfungsi otak, disebabkan oleh akumulasi bilirubin tak
terkonjugasi di dalam ganglia basalis.
- Gejala awal : letargi, masalah makan, refleks Moro hilang, refleks
tendon menurun, kesulitan bernapas

Prognosis
- Baik bila dilakukan tatalaksana segera
- Tatalaksana terlambat atau inadekuat  berkembang menjadi
ensefalopati bilirubin
BRESTMILK JUANDICE
1. Terhambatnya UDPGA
2. Hambatan fungsi glukoronid transferase di hati
3. Peningkatan siklus enterohepatik, karna :
peningkatan aktifitas beta-glukoronidase,
terlambatnya pembentukan flora usus pada
bayi yang mendapat ASI, defek aktivitas
UGT1A1 pada bayi yg homozigot atau
heterozigot
Tatalaksana BMJ

● Menurut American Academy Pediatrics Penghentian ASI memberi kesempatan


hati mengkonjugasi bilirubin indirek yang berlebihan  kadar bilirubin tidak
turun  penghentian ASI 18-24 jam dan dilakukan pengukuran bilirubin tiap 6
jam  tetap meningkat  penyebab bukan karna ASI  ASI diberikan
kembali.
BRESTFEEDING JUANDICE
● minggu pertama kehidupan akibat dari kegagalan dalam laktasi  penurunan
asupan cairan serta kalori  dehidrasi dan terkadang hipernatremia,
penurunan motilitas usus  semakin lama bilirubin berada di dalam usus,
semakin banyak juga proses dekonjugasi bilirubin yang dapat terjadi. Bilirubin
dalam bentuk tak terkonjugasi tersebut dapat direabsorbsi kembali ke dalam
sirkulasi enterohepatik untuk dikonjugasi kembali melalui sirkulasi portal 
peningkatan kadar bilirubin yang secara fisiologis sudah tinggi pada neonatus.
Selain meningkatkan sirkulasi enterohepatik, berkurangnya motilitas usu juga
berkontribusi meningkatkan bilirubin total dengan menurunkan proses
eliminasi bilirubin melalui feses atau mekonium.
Tatalaksana BFJ
Menurut American Academy Pediatrics :
● 1. pemantauan jumlah ASI yang diberikan apakah sudah mencukupi atau belum
● 3. pemberian ASI sejak lahir dan secara teratur minimal 8 kali sehari
● 5. pemberian air putih, air gula dan formula pengganti tidak diperlukan
● 7. pemantauan kenaikan berat badan serta frekuensi BAB dan BAK
● 8. jika kadar bilirubin mencapai 15 mg/dL, perlu melakukan penambahan volume cairan
dan stimulasi produksi ASI dengan melakukan pemerasan payudara
● 9. jika kadar bilirubin mencapai kadar 20 mg/dL, perlu melakukan terapi sinar jika terapi
lain tidak berhasil
● 10. pemeriksaan komponen ASI dilakukan jika hiperbilirubinemia menetap lebih dari 6

Anda mungkin juga menyukai