BAB I
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
DALAM PEKERJAAN PADA KETINGGIAN
1
12/27/22
PENDAHULUAN
Kecelakaan kerja diakibatkan jatuh yang menyebabkan cacat,
kematian mempunyai persentasi yang tinggi dalam kerugian dari
ekonomi. Jatuh tidak harus dari sebuah ketinggian, dampak
kecelakaan tetap terjadi ketika disekitar pergerakan adanya
bahaya (terbentur pada benda sekitar) sehingga kejadian jatuh,
terperosok bisa terjadi di semua lokasi kerja.
PENGERTIAN
Bekerja pada ketinggian sesuai Permen Ketenagakerjaan Republik
Indonesia Nomor 9 tahun 2016 adalah kegiatan atau aktifitas
pekerjaan yang dilakukan oleh Tenaga Kerja pada Tempat Kerja di
permukaan tanah atau perairan, yang terdapat perbedaan
ketinggian, dan memiliki potensi jatuh yang menyebabkan Tenaga
Kerja atau orang lain yang berada di Tempat Kerja caedera atau
meninggal dunia atau menyebabkan kerusakan harta benda.
Pencegahan, perlindungan, dan peredaman jatuh (prevention,
protection and fall arrest) dalam bekerja pada ketinggian dengan
“bangunan” besarnya berfungsi sebagai metode teknik
perlindungan jatuh (fall protection method) yang pada akhirnya
metode fall protection menjadi salah satu pemahaman yang
diterima sebagai metode teknik kerja pada ketinggian.
DASAR HUKUM
1. Undang undang Nomor 3 tahun 1951 tentang pernyataan berlakunya Undang Undang
Pengawasan Perburuhan tahun 1948 Nomor 23 (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun
1951 Nomor 4)
2. Undang undang Nomor 1 tahun 1970, tentang keselamatan kerja, tambahan lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 1918
3. Undang undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 2003 No 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279.
4. Undang undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587),
terakhir diubah dengan Undang undang Nomor 9 tahun 2015 tentang perubahan kedua atas
Undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 2015 nomor 58, tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 tentang penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2012 nomor 100, tambahan
lembaran Negara Republik Indonesia tahun nomor 5309.
6. Peratuan Menteri Ketenagakerjaan nomor 8 tahun 2015 tentang Tata Cara Mempersiapkan
Pembentukan Rancangan Undang undang, Rancangan Peraturan Pemerintah, dan Rancangan
Peraturan Presiden serta Pembentukan Rancangan Peraturan Menteri di kementrian
Ketenagakerjaan (Berita Negara Republik Indonesia tahun 2015 Nomor 411.
2
12/27/22
3
12/27/22
BAB II
KARAKTERISTIK LANTAI KERJA TETAP
DAN LANTAI KERJA SEMENTARA
LANTAI KERJA
4
12/27/22
LANTAI KERJA
2. Lantai kerja sementara adalah bekerja pada
permukaan yang dibangun atau tersedia untuk
digunakan dalam durasi yang tidak lama,
terbatas pada jenis pekerjaan tertentu atau ada
kemungkinan runtuh. Lantai kerja sementara
dan struktur pendukungnya tidak boleh
menimbulkan risiko runtuh atau terjadi
perubahan bentuk atau dapat mempengaruhi
keselamatan pengguna. Contoh dari lantai kerja
sementara ; scaffolding, tangga lipat/dorong, Gbr: Perancah bergerak Gbr: Perancah
10
5
12/27/22
11
12
6
12/27/22
BAB III
ALAT PENCEGAH DAN PENAHAN JATUH KOLEKTIF
SERTA ALAT PEMBATAS GERAK
13
14
7
12/27/22
15
3. Perangkat penahan jatuh kelompok atau kolektif adalah suatu rangkaian peralatan untuk mengurangi
dampak jatuh tenaga kerja secara kolektif, agar tidak cidera atau meninggal dunia. Perangkat penahan
jatuh kolektif sesuai Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 9 tahun 2016 pasal 23 huruf b berupa jala
atau bantalan yang dipasang pada arah jatuhan, serta harus memenuhi persyaratan :
• Dipasang secara aman ke semua angkur yang diperlukan, dan
• Mampu menahan beban minimal 15 (lima belas) kilonewton, dan tidak mencederai tenaga kerja yang
jatuh.
16
8
12/27/22
4. Perangkat penahan jatuh perorangan adalah suatu rangkaian peralatan untuk mengurangi dampak jatuh
tenaga kerja secara perorangan, agar tidak cidera atau meninggal dunia. Sistem ini untuk menahan
pekerja saat terjatuh dan tergantung pada tali pengaman yang digunakan. Perangkat penahan jatuh
perorangan sesuai Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 9 tahun 2016 pasal 23 huruf b terdiri atas :
• Bergerak vertikal
• Bergerak horizontal
• Tali ganda dengan pengait dan peredam kejut;
• Terpandu;dan
• Ulur tarik otomatis
17
18
9
12/27/22
Peralatan pelindung jatuh yang digunakan harus memenuhi ketentuan persyaratan dari regulasi yang berlaku
dimana lokasi pekerjaan/peralatan tersebut digunakan. Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor
9 tahun 2016 Perangkat Pelindung Jatuh wajib memenuhi persyaratan K3.
STANDAR PERALATAN
Peralatan keselamatan yang digunakan dalam Bekerja pada Bangunan Tinggi harus memenuhi ketentuan
persyaratan dari regulasi yang berlaku dimana lokasi pekerjaan/peralatan tersebut digunakan.
Idealnya, standar yang mengatur peralatan Bekerja pada Bangunan Tinggi di Indonesia adalah yang telah
lulus uji SNI (Standar Nasional Indonesia). Namun, melihat realitas yang ada sampai saat ini, belum ada SNI
yang mengatur tentang peralatan Bekerja pada Bangunan Tinggi. Maka untuk memudahkan, kita bisa
menggunakan peralatan-peralatan yang telah lulus uji standar lain yang berlaku di dunia, selama peralatan
tersebut memang sesuai penggunaannya untuk aplikasi Bekerja pada Bangunan Tinggi.
19
SERTIFIKAT PERALATAN
‘Sertifikat Kesesuaian’ (Certificate of conformity) dari setiap alat harus diperoleh. Sertifikat Kesesuaian
merupakan dokumen yang menyatakan bahwa peralatan tersebut benar-benar telah memenuhi persyaratan
dari semua regulasi dan ketentuan yang berlaku atas peralatan tersebut, baik itu persyaratan keamanan,
keselamatan, kesehatan, dan perlindungan lingkungan. Sertifikat Kesesuaian didapat melalui proses pengujian
terlebih dahulu lewat penilaian kesesuaian atas spesifikasi dan hasil produk yang dibandingkan dengan regulasi
yang berlaku.
Oleh karena itu untuk mendapatkan Sertifikat kesesuaian diperlukan adanya beberapa hal berikut ini:
a. Produk peralatan tersebut harus menjalani tipe pengujian yang independen agar sesuai dengan standar
tertentu.
b. Produsen peralatan harus menggunakan sistem manajemen mutu dan standar jaminan, seperti ISO 9000,
c. Produsen peralatan harus memastikan bahwa produk peralatan telah melalui sejumlah pengujian pada
badan uji yang resmi.
Adanya Sertifikat kesesuaian yang dikeluarkan oleh produsen atau representatif resminya (Cabang, Distributor,
Agen), dapat dijadikan sebagai pelengkap pembuktian dari tanda CE yang terkadang disalahgunakan oleh
‘oknum produsen’ peralatan. Sehingga dapat dikatakan, adanya Sertifikat kesesuaian dapat menunjukkan
bahwa peralatan tersebut adalah asli sesuai aturan dan bukan bajakan. Selain itu, jika terjadi kerusakan pada
alat yang bukan dikarenakan kecerobohan pemakainya atau kerusakan yang tidak sesuai dengan informasi yang
diberikan dapat digunakan dalam proses tuntutan/klaim.
20
10
12/27/22
21
PENYIMPANAN PERALATAN
Setelah peralatan dibersihkan, dan dikeringkan sesuai Instruksi Pemakaian yang dikeluarkan produsen
pembuatnya, lalu diperiksa kondisinya. Kemudian peralatan harus disimpan pada ruangan/tempat
penyimpanan yang sejuk dan kering, jauh dari paparan sinar matahari langsung, sumber panas yang
berlebihan, kontaminasi bahan kimia, serta berbagai bahaya lainnya. Di ruangan penyimpanan, peralatan
dapat ditempatkan dalam tas, peti, lemari, atau pada rak yang memadai.
Sedangkan jika di lokasi kerja atau perjalanan menuju lokasi kerja, peralatan dapat disimpan dalam tas khusus
berbahan kuat agar aman.Lindungi tas peralatan tersebut untuk mengurangi risiko terkena bahan kimia atau
kerusakan mekanis dengan cara tidak menumpuknya dengan benda-benda berat atau tidak menempatkan
bahan kimia ke dalam tas yang sama dengan peralatan, harus tas yang terpisah.
22
11
12/27/22
a. PAKAIAN KERJA
Penggunaan pakaian yang layak harus dianggap sebagai
bagian yang menyatu dari peralatan pelindung. Pakaian harus
memberikan perlindungan yang memadai dari potensi
bahaya yang berasal dari lingkungan sekitar (sinar matahari,
cuaca, bagian benda yang tajam, dsb) sembari j uga
memenuhi adanya ventilasi.
Pakaian harus cukup (tidak longgar dan tidak sempit)
memungkinkan untuk melakukan banyak pergerakan, tetapi
tidak menyebabkan timbulnya potensi bahaya dari karena
tersangkut.
23
c. SARUNG TANGAN
Gunakan sarung tangan yang berbahan kuat tetapi aman dan
nyaman digunakan selama pekerjaan. Serta tidak
menghalangi pemakainya dalam menggunakan peralatan
keselamatan ataupun alat kerja lainnya. Jenis sarung tangan
pun juga akan tergantung dengan jenis pekerjaan apa yang
akan dilakukan.
d. PELINDUNG MATA
Pelindung mata biasa digunakan jika dalam lokasi pekerjaan
terdapat banyak partikel-partikel kecil yang beterbangan.
Pelindung mata juga diperlukan apabila dalam melakukan
pekerjaan penyemprotan bahan kimia atau pengecatan. Atau
digunakan sebagai pelindung mata akibat teriknya cahaya
matahari atau lampu.
24
12
12/27/22
Fungsi Lainnya
Dapat dipasangkan tambahan PPE, Senter, Penahan suara, lembaran akrilik
pelindung muka, dan lain-lain.
Kesesuaian
EN 397: Specification for industrial safety helmets.
EN 14052: High performance industrial helmets.
EN 12492: Mountaineering equipment– Helmets for mountaineers– Safety requirementsand test methods.
25
1. ANGKUR
Angkur yang digunakan untuk bekerja pada ketinggian
adalah tempat menambatkan Perangkat Pelindung Jatuh,
yang terdiri atas satu titik tambat atau lebih yang ada di
alam,struktur bangunan, atau sengaja dibuat dengan
rekayasa teknik pada waktu atau pasca pembangunan.
Sebagai sistem dalam Personal Fall Protection, alat
Angkur atau struktur bangunan sebagai tempat Angkur
harus mampu menahan beban setidak-tidaknya 15 (lima
belas) kilonewton dalam arah jatuhan beban (Peraturan
Menteri Ketenagakerjaan Nomor 9 tahun 2016 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dalam Pekerjaan pada
Ketinggian
Dalam pemasangannya, alat Anchor dapat dikategorikan
sebagai:
a. Angkur Permanen
b. Angkur tidak permanen
Pemeriksaan Anchor secara berkala, maupun sebelum
dan sesudah digunakan merupakan hal yang harus
dilakukan. Mengingat Anchor merupakan tumpuan
beban utama dalam sistem keselamatan penahan jatuh
perorangan.
26
13
12/27/22
27
Jenis-jenis Full Body Harness berdasarkan jenis pekerjaan pun bisa kita
ketahui dengan adanya penempatan titik penghubung tersebut. Misal:
• Harness untuk Fall Arrest : terdapat pada Dorsal dan/atau Sternal.
• Harness untuk Tower Climbing/Work Positioning : terdapat pada
Dorsal, Sternal, dan Lateral.
• Harness untuk Rope Access : terdapat pada Waist, Dorsal, Sternal,
Lateral.
• Harness untuk Confined Space: terdapat pada Chest atau
Dorsal/Sternal.
28
14
12/27/22
29
Fungsi Utama
Penghubung dasar dan utama Tenaga Kerja pada Bangunan Tinggi dengan sistem keselamatannya.
Membantu Tenaga Kerja pada Bangunan Tinggi dalam Pengekangan kerja (Work Restraint), Pemosisi kerja (Work
Positioning), Penahan jatuh (Fall Arrest), atau Kerja dalam kondisi tergantung (Work Suspension).
Fungsi Lainnya
a. Dapat membawa alat kerja dan peralatan lain pada lingkaran gantungan alat (Gear loop).
b. Dapat mempunyai alat penaik pada dada (Chest ascender) yang dipasang langsung padaFull-body Harness.
Penggunaan yang diperbolehkan:
a. Pastikan Sabuk Pengaman dapat ditelusuri catatan inspeksi atau sertifikat kesesuaiannya.
b. Pastikan Sabuk Pengaman sudah diinspeksi setiap sebelum digunakan.
c. Pastikan Sabuk Pengaman terpasang dengan benar, setel agar pas dipakai, dan memilih ukuran yang tepat.
d. Periksa apakah terdapat cat dan kontaminasi lainnya agar tidak akan merubah kondisi fisik dari Sabuk
Pengaman tersebut setiap waktu.
Yang tidak diperbolehkan:
a. Membiarkannya tergesek benda tajam atau runcing.
b. Menempatkan Sabuk Pengaman pada suhu yang tinggi.
c. Pembebanan yang terlalu berlebihan pada Gear loops.
d. Menaruh Sabuk Pengaman di tempat yang dapat terkena bahan kimia dan larutan.
Kesesuaian
a. EN813: PPE against falls from height: Sit harness.
b. EN358: PPE against falls from height: Work positioning systems.
c. EN361: PPE against falls from height: Full body harness.
Kekuatan
Beban putus (Breaking load) pada D ring utama = 15 kN minimum
Kapasitas beban tiap Gear Loop = 10 kg maximum
Informasi tambahan
Instruksi penggunaan dari pabrikan pembuatnya.
ISO 22846-2 bagian 6.4.1.
30
15
12/27/22
31
Adapun Peredam Kejut (Absorber) adalah alat yang didesain dengan fungsi untuk meredam hentakan
yang berlebihan pada tenaga kerja jika terjatuh (biasanya terjatuh pada faktor jatuh 1 dan 2) dan
tergantung pada alat yang terhubung (lanyard, pencegah jatuh berjalan (mobile fall arrester) dll),
selain itu peredam kejut dapat dipasangkan pada jalur lintasan keselamatan (Life Line), agar selain
dapat meredam beban yang diterima angkur, juga dapat meredam tenaga kerja yang terjatuh pada
jalur lintasan keselamatan tersebut.
32
16
12/27/22
33
34
17
12/27/22
Fungsi lainnya
Menghubungkan Alat kerja, peralatan lainnya.
Penggunaan
Yang diperbolehkan:
a. Pastikan Cincin kait dapat ditelusuri catatan inspeksi atau sertifikat kesesuaiannya yang relevan.
b. Pastikan Cincin kait telah diinspeksi sebelum tiap akan digunakan.
c. Pastikan setiap pembebanan ditempatkan pada Major Axis.
d. Pastikan palang telah tertutup dan dikunci saat akan bekerja.
Kekuatan
Mempunyai Breaking Load sebesar 22 kN pada bagian Major axis.
Kesesuaian
EN 362: PPE against falls from height: Connectors.
Informasi tambahan
a. Instruksi Pemakaian dari Pembuatnya.
b. ISO 22846-2 bagian 6.4.5.
35
36
18
12/27/22
37
Fungsi utama
Digunakan sebagai titik penambat sementara atau yang dapat dipindah-pindahkan.
Fungsi lainnya
Dapat digunakan sebagai sangkutan tali atau titik penambat selagi melakukan
pekerjaan yang berbahaya.
Penggunaan Yang diperbolehkan:y
a. Pastikan Wire Strop dapat ditelusuri catatan inspeksi atau sertifikat
kesesuaiannya yang relevan.
b. Pastikan Wire Strop telah diinspeksi sebelum tiap akan digunakan.
Yang tidak diperbolehkan:
Menjatuhkannya.
Kekuatan
30 kN beban putus (breaking load).
Kesesuaian
EN 795: Protection against falls from height–Anchor devices–
Requirements and testing.
Informasi tambahan
Instruksi Pemakaian dari Pembuatnya.
38
19
12/27/22
Fungsi utama
Alat bantu pijakan penambah ketinggian.
Fungsi lainnya
Digunakan untuk teknik mengimbangi (counterbalance
technique) selama penyelamatan.
Penggunaan
Yang diperbolehkan:
a. Pastikan Tangga gantung telah diinspeksi sebelum tiap
akan digunakan.
b. Lindungi Tangga gantung dari terpapar bahan atau
larutan kimia.
c. Gunakan panjang Tangga gantung yang sesuai dengan
tinggi badan atau tugas yang akan dikerjakan.
Kesesuaian
Tidak ada.
39
40
20
12/27/22
41
Kesesuaian
a. EN 892: Mountaineering equipment– Dynamic
mountaineering ropes– Safety requirements and test methods.
b. EN 354:2010, Personal protective equipment against falls from a height - Lanyards.
Kekuatan
Mempunyai beban putus (breaking load) hingga 25 kN.
42
21
12/27/22
43
44
22
12/27/22
45
c. Alat tambat/pandu (Belay Device) adalah alat yang bekerja dengan memanfaatkan gesekan untuk
ALAT PENAHAN JATUH PERORANGAN (PERSONAL FALL PROTECTION EQUIPMENT)
mengurangi atau menghentikan beban yang ada, untuk metoda bekerja pada bangunan tinggi, alat
ini difungsikan untuk memandu pemanjat saat menggunakan tali pandu, alat ini dapat terhubung ke
angkur, dapat juga terhubung ke pemandu, yang harus diperhatikan saat menggunakan alat ini,
pemandu tidak boleh lengah dalam pengoprasian alat tersebut, karena berhubungan dengan
keselamatan pemanjat itu sendiri. Alat pandu yang digunakan harus memiliki kemampuan
menghentikan langsung/otomatis saat pemanjat terjatuh.
Alat ini selain dapat difungsikan sebagai alat pandu sistem rintisan, dengan memanfaatkan gesekan,
alat ini dapat juga digunakan untuk menurunkan beban (lowering system).
46
23
12/27/22
Fungsi Utama
47
Fungsi utama
Meningkatkan kenyamanan dan mendukung teknisi Akses Tali saat
bekerja.
Fungsi lainnya
Tidak ada.
Informasi tambahan
Instruksi Pemakaian dari Pembuatnya.
ISO 22846-2 bagian 6.4.11.
48
24
12/27/22
Fungsi utama
Mengevakuasi korban tergantung
Fungsi lainnya
Tidak ada.
Informasi tambahan
Instruksi Pemakaian dari Pembuatnya.
49
BAB IV
PRINSIP PENERAPAN FAKTOR JATUH
50
25
12/27/22
Jika terjatuh di ketinggian, peralatan yang paling banyak membantu untuk menyerap energi jatuh tersebut
adalah Tali pengait (Lanyard). Akan tetapi penempatan posisi dari Angkur pengaman yang terhubung dengan
orang yang jatuh akan berpengaruh terhadap aman-tidaknya akibat yang didapat dari jatuh tersebut. Fall
Factor dapat menjadi cara yang berguna untuk menjelaskan tingkat keseriusan yang proporsional dari jatuh.
Fall Factor bisa diartikan sebagai jarak maksimum dari teknisi yang terjatuh dibagi dengan panjang tali (atau
Lanyard) antara teknisi yang terjatuh dengan titik Anchor penahannya.
Panjang jarak posisi awal orang jatuh sampai posisi terakhir jatuh
Fall Factor =
Panjang tali (atau Lanyard) yang menghubungkan orang jatuh dengan Anchor
51
52
26
12/27/22
53
54
27
12/27/22
55
ARAH JATUH
Selain faktor jatuh dan jarak jatuh, perlu diperhatikan juga arah jatuh, bisa terhempas ke dinding, atau
terhempas ke lantai. Biasanya pekerja memiliki keinginan untuk memperpanjang tali pengait tanpa
memperhitungkan arah jika terjatuh, meskipun pekerja meletakkan tali pengait di atas untuk
menghindar dari faktor jatuh 2.
56
28
12/27/22
BAB V
PROSEDUR KERJA AMAN PADA
BANGUNAN TINGGI
57
58
29
12/27/22
59
60
30
12/27/22
PENGENDALIAN RISIKO
ELIMINASI RISIKO
• Hindari bekerja di ketinggian apabila memungkinkan Contoh : Menggunakan alat
bantu, sehingga pekerjaan yang tadinya dikerjakan di ketinggian menjadi dikerjakan
di dasar
ISOLASI BAHAYA
• Pastikan pekerja terisolasi dari bahaya
• Contoh : Guard Rail, Platform Kerja (Perancah, MEWP, Walkways, dsb)
MINIMALISASI
• Pastikan pekerja menggunakan sistem proteksi jatuh untuk meminimalisir
konsekuensi , antara lain :
a. Sistem Pasung atau pencegah jatuh (Fall Restrain System)
b. Sistem Kekang atau penahan jatuh (Fall Arrest System)
61
62
31
12/27/22
63
64
32
12/27/22
SITEM PASUNG
(RESTRAINT)
PENCEGAHAN
JATUH (FALL
PREVENTION) TANGGA PODIUM
Sistem penjaga
bergerak (Mobile
PERORANGAN Guarding System)
Tali Pengait
berperedam (Lanyard
with absorber)
PENAHAN JATUH
PERANGKAT (FALL ARESST) Penahan Jatuh Berjalan
PELINDUNG (Mobile Fall Arrester)
PEMOSISI KERJA
JATUH ( FALL (Work Positioning)
PROTECTION Penahan Jatuh Mekanik
(Mechanical Fall
SYSTEM) PADA Arrester)
BANGUNAN
TINGGI Penahan Jatuh Terpadu
(Belay System)
65
Gbr: Bekerja dengan pemasungan Gbr: Pembatasan area kerja karena pemasungan
66
33
12/27/22
67
68
34
12/27/22
69
Penggunaan lanyard juga dapat diaplikasikan pada akses yang sulit (Difficult Access), dimana pekerja
diharuskan melewati lintasan yang tidak memiliki pijakan atau dalam posisi menggantung. Pada kondisi ini tali
pengait berpengatur (Adjustable Lanyard), dan tangga gantung akan sangat memudahkan pergerakan
sehingga pekerja dapat meminimalisir tenaga yang dikeluarkan.
Teknik bergerak dengan menggunakan alat penahan jatuh perorangan dengan tali ganda pengait dan peredam
kejut :
1. Pengait harus ditambatkan lebih tinggi dari kepala atau ditambatkan pada ketinggian sejajar titik jatuh
pada sabuk pengaman tubuh.
2. Kedua tali pengait tidak ditambatkan
pada struktur yang sama.
3. Pengait tidak ditambatkan pada
struktur yang dapat menambah jarak
jatuh.
4. Pengait ditambatkan secara bergantian
ketika bergerak, dan
5. Sling angkur dapat dipergunakan
apabila pengait tidak cukup lebar untuk
dikaitkan langsung ke struktur. Gbr: Fall Arrest System menggunakan lanyard dengan teknik difficult access
70
35
12/27/22
71
72
36
12/27/22
73
74
37
12/27/22
75
Bekerja dengan bergerak secara miring, vertikal atau horizontal menuju atau meninggalkan lantai kerja
adalah bekerja pada permukaan yang dibangun atau tersedia untuk digunakan sebagai akses pergerakan
pekerja mencapai tempat kerja pada ketinggian dengan cara merambat naik/turun pada bangunan
struktur konstruksi (menara, tiang beam/besi) dimana bangunan tersebut dapat berfungsi ganda sebagai
jalan naik/turun dan sebagai tempat melakukan pemasangan alat personal keselamatannya (double
lanyard+hook+absorber). Kondisi ini akan mempersyaratkan pemakaian full body harnes dengan
tambahan fasilitas pengaman di bagian samping (lateral)/fb harness w/ work positioning yang tidak boleh
digunakan untuk posisi pengaman jatuh.
76
38
12/27/22
77
Gbr:Sudut tajam Gbr: Pemasangan Angkur tidak permanen Gbr: Sudut pembebanan
78
39
12/27/22
79
80
40
12/27/22
Gbr:Instalasi perangkat penahan jatuh Gbr:Instalasi perangkat penahan jatuh permanen perorangan vertikal (permanent vertikal life line )
permanen perorangan horizontal
(permanen horizontal life line )
81
Gbr. Instalasi perangkat penahan jatuh Gbr:Instalasi perangkat penahan jatuh permanen
permanen perorangan diagonal. perorangan kaku/rigid
82
41
12/27/22
Gbr:Instalasi perangkat penahan jatuh tidak Gbr:Instalasi perangkat penahan jatuh tidak permanen perorangan vertikal dan
permanen perorangan horizontal ( temporary diagonal
horizontal life line )
83
84
42
12/27/22
Tali dan Temali secara harfiah (menurut arti kamus) berarti untaian-untaian panjang yang terbuat dari
berbagai bahan yang berfungsi untuk mengikat, menarik, menjerat, menambat, menggantung dsb. Secara
etimologi, tali temali dapat diartikan sebagai segala sesuat yang berkaitan dengan fungsi dan kegunaan tali.
Keterampilan membuat tali temali akan sangat membantu dalam pelaksanaan bekerja di ketinggian. Ada
banyak jenis simpul tali yang diketahui, tetapi hanya beberapa saja yang biasanya akan digunakan sebagai
penunjang pelaksanaan bekerja pada ketinggian.
Kekuatan Tali yang Tersisa
Nama Simpul
Setelah Disimpul
Untuk keterampilan tali temali, ada beberapa point yang harus
diperhatikan : Overhand Knot 58% – 68%
a. Simpul yang ketat yang dibuat pada tali, dapat mengurangi Figure 8 Knot 66% – 77%
kekuatan tali tersebut, tergantung pada jenis ikatan yang
Clove Hitch 58% – 68%
dibuat.
b. Simpul yang terjalin dengan pola yang tidak rapi akan Figure 9 Knot 68% – 84%
mengurangi kekuatan dari ikatan tersebut. Figure 10 Knot 73% – 87 %
c. Simpul yang baik harus mudah dibuat, dan mudah dilepas,
Rabbit Knot 61% – 77%
serta memiliki kekuatan yang baik.
Butterfly Knot 61% – 72%
Barrel Knot 67% – 77%
Bowline Knot 55% – 74%
85
86
43
12/27/22
Catatan :
a. Pastikan simpul terbebani dengan baik bagian ujung-ujungnya. Gbr: Simpul delapan tunggal
b. Buat Loop sekecil mungkin yang bisa dibuat.
c. Pastikan tali sisa adalah minimum 10 cm.
87
88
44
12/27/22
89
Catatan :
a. Lebih efektif jika tali yang disambungkan
memiliki diameter yang sama.
b. Sebaiknya Minimal lilitan simpul sebanyak 3
putaran.
c. Pastikan tali sisa adalah minimum 10 cm.
90
45
12/27/22
Catatan :
Pastikan tali sisa adalah minimum 10 cm.
91
Catatan :
a. Lebih efektif jika tali yang digunakan
memiliki diameter setengah lebih kecil
dari tali yang dijerat.
b. Sebaiknya Minimal lilitan simpul
sebanyak 3 putaran.
92
46
12/27/22
BAB VI
DASAR MENURUNKAN DAN MENAIKKAN
(BASIC LOWERING AND HAULING)
93
94
47
12/27/22
95
96
48
12/27/22
BAB VII
TEKNIK PENYELAMATAN DALAM KEADAAN
DARURAT
97
SUSPENSION TRAUMA /
SUSPENSION INTOLERANCE
Suspension trauma atau Harnes Hang Syndrome (HHS) merupakan akibat dari jatuhnya seseorang yang
menggunakan Sabuk tubuh Full Body Harness dengan posisi tergantung pada titik jatuh bagian punggung,
sehingga tersumbatnya darah pada pembuluh darah terbesar karena terjepit Sabuk tubuh Full Body Harness,
akibatnya otak tidak dapat menerima oksigen yang dibutuhkan.
Untuk mengatasi suspension trauma maka harus melepaskan tersumbatnya pembuluh darah secara
perlahan, dengan cara mencari atau membuat pijakan agar sabuk tubuh mengendur.
98
49
12/27/22
99
Adapun tahapan teknik yang dilakukan jika korban harus dinaikkan adalah :
1. Siapkan instalasi teknik menaikkan (Hauling); pasangkan angkur yang baik dan benar pada titik yang
diinginkan atau disiapkan, pasangkan instalasi teknik menaikkan dengan rasio sesuai kebutuhan,
hubungkan tali untuk beban (korban) ke titik jatuh sabuk pengaman korban (dada atau punggung) jika
posisi korban terjangkau bisa langsung pasangkan, jika tidak terjangkau bisa menggunakan tongkat
pemanjang (didesain sedemikian rupa, dapat menjepit konektor dan tali untuk menghubungkan ke titik
yang dituju).
2. Naikkan korban ; setelah instalasi terpasang, dan tali untuk menaikkan terhubung ke korban, maka tarik
dan lepaskan alat penahan jatuh korban, kemudian operasikan sistem menaikkan korban sampai titik
yang diinginkan.
Catatan :
• Jika situasi memungkinkan untuk memasangkan 2 (dua) lintasan sistem menaikkan, maka dianjurkan
untuk dipasangkan (bisa yang satu sistem pandu berfungsi sebagai pengaman cadangan (Back up).
• Jika situasi membutuhkan korban untuk didampingi saat menaikkan, pendamping dapat dihubungkan ke
titik yang sama pada korban (sebaiknya terhubung pada 2 (dua) jalur sistem yang dipasangkan).
100
50
12/27/22
OSHA 3146
1998 (Revised) Fall Protection in Construction
University of Calgary
2009 (Revised) Code of Practice for Fall Protection/Work at Height
101
102
51
12/27/22
SOAL-SOAL PELATIHAN
103
104
52
12/27/22
JAWABAN
1. Fall Factor bisa diartikan sebagai jarak maksimum dari teknisi yang terjatuh dibagi dengan panjang tali (atau
Lanyard) antara tenaga kerja yang terjatuh dengan titik Anchor penahannya.
2. Perangkat penahan jatuh kelompok atau kolektif adalah suatu rangkaian peralatan untuk mengurangi
dampak jatuh tenaga kerja secara kolektif, agar tidak cidera atau meninggal dunia.
Persyaratannya :
a. Dipasang secara aman ke semua angkur yang diperlukan, dan
b. Mampu menahan beban minimal 15 (lima belas) kilonewton, dan tidak mencederai tenaga kerja yang
jatuh.
3. Bekerja pada lantai kerja tetap, adalah bekerja pada permukaan yang dibangun atau tersedia untuk
digunakan secara berulang kali dalam durasi yang lama.
contoh lantai kerja tetap adalah ; lorong, tangga, gratting/walkways dan telah dilengkapi dengan collective
protection.
Bekerja pada lantai kerja sementara adalah bekerja pada permukaan yang dibangun atau tersedia untuk
digunakan dalam durasi yang tidak lama, terbatas pada jenis pekerjaan tertentu atau ada kemungkinan
runtuh. Lantai kerja sementara dan struktur pendukungnya tidak boleh menimbulkan risiko runtuh atau
terjadi perubahan bentuk atau dapat mempengaruhi keselamatan pengguna.
Contoh dari lantai kerja sementara ; scaffolding, tangga lipat/dorong, gondola, MEWP (scissor lift, geny lift).
4. Urutan Pengendalian Risikio bekerja pada ketinggian :
a. ELIMINASI RISIKO : Hindari bekerja di ketinggian apabila memungkinkan Contoh : Menggunakan alat
bantu, sehingga pekerjaan yang tadinya dikerjakan di ketinggian menjadi dikerjakan di dasar.
b. ISOLASI BAHAYA : Pastikan pekerja terisolasi dari bahaya
Contoh : Guard Rail, Platform Kerja (Perancah, MEWP, Walkways, dsb)
105
c. MINIMALISASI : Pastikan pekerja menggunakan sistem proteksi jatuh untuk meminimalisir konsekuensi,
antara lain :
1. Sistem Pasung (Fall Restrain System)
2. Sistem Redam (Fall Arrest System)
5. Panjang tali pengait 1,8 meter + peredam kejut 1 meter+ tinggi pekerja 1,65 meter+ jarak aman 0,5 meter
= 4,95 meter (jawaban antara 4,5 s/d 5 meter dibenarkan)
6. Work restraint adalah sistem yang digunakan agar pekerja tidak masuk area berpotensi jatuh dengan cara
diikat (menggunakan tali pengait/tali penghubung sejenis)
7. Sistem penahan jatuh (Fall Arrest System) adalah sistem yang akan menghentikan/ menahan pekerja saat
terjatuh.
Sistem penahan jatuh (Fall Arrest System) harus selalu menyertakan adanya Full Body Harness yang
terhubungkan ke titik Angkur. Penghubung antara kedua hal tersebut dapat berupa Tali pengait (Lanyard),
peralatan Fall Arrest baik yang mekanik maupun penahan jatuh berjalan , atau kombinasi yang cocok dari
hal-hal tersebut di atas. Sistem penahan jatuh (Fall Arrest System) tidak akan mencegah terjadinya jatuh
tetapi akan menghentikan/ menahan / menangkap pekerja yang terjatuh sebelum pekerja menghantam
permukaan dasar, dan dapat meminimalkan jarak jatuh serta tingkat keparahan akibat dari jatuh.
8. 4 (empat) ;
a. Menggunakan tali pengait (Lanyard)
b. Menggunakan Penahan Jatuh Berjalan (Mobile Fall Arrester)
c. Menggunakan Penahan Jatuh Mekanik (Mechanical Fall Arrester)
d. Menggunakan tekni pandu (Belay).
9. a. Faktor Jatuh
b. Pemasangan lanyard di titik jatuh pada sabuk pengaman (dada/punggung)
c. Terpasang pada 2 (dua struktur yang berbeda) dan tidak ditambatkan pada struktur yang dapat
menambah jarak jatuh.
10. Memasangkan sling angkur dapat dipergunakan apabila pengait tidak cukup lebar untuk dikaitkan
langsung ke struktur.
106
53
12/27/22
107
108
54
12/27/22
109
110
55
12/27/22
111
36. Untuk keterampilan tali temali, ada beberapa point yang harus diperhatikan :
a. Simpul yang ketat yang dibuat pada tali, dapat mengurangi kekuatan tali tersebut, tergantung pada
jenis ikatan yang dibuat.
b. Simpul yang terjalin dengan pola yang tidak rapi akan mengurangi kekuatan dari ikatan tersebut.
c. Simpul yang baik harus mudah dibuat, dan mudah dilepas, serta memiliki kekuatan yang baik.
37. Untuk pembuatan simpul delapan lingkar ganda pada saat digunakan untuk angkur adalah :
a. Pastikan kedua lingkaran pada simpul memiliki beban yang sama pada saat ditarik atau dibebani.
b. Menghindari beban yang berlebih pada angkur, perhatikan sudut pada simpul agar kurang dari 120
derajat.
c. Pastikan alur simpul terjalin dengan rapi.
38. Simpul Kupu-kupu (BUTTERFLY KNOT) adalah Simpul yang dibuat/diposisikan pada tengah tali yang
berfungsi untuk menghubungkan/mengkoneksikan alat atau sistem pada tengah tali.
39. Simpul Nelayan ganda (DOUBLE FISHERMAN BEND)
Simpul ini digunakan untuk menyambung ujung dua tali. Simpul Nelayan Ganda umumnya digunakan
untuk penyambungan semi permanen. Cara satu-satunya untuk menambah kekuatan dari bagian
persambungan simpul ini adalah menambahkan ekstra putaran/lilitan di bagian akhir tali.
40. Simpul Pita (TAPE KNOT) Atau dikenal di USA sebagai ‘Water Knot’ adalah cara yang terkuat untuk
menyambung Webbing atau menyatukan kedua ujung Webbing tersebut, selain dengan cara dijahit
tentunya. Sepertinya hanya simpul ini yang disarankan untuk digunakan menyambung dua ujung Webbing
bersama-sama.
41. Konsep dasar dari teknik ini adalah memanfaatkan gesekan yang terjadi pada tali, untuk menurunkan akan
lebih ringan jika tali memiliki gesekan sesuai dengan kebutuhan, sebaliknya untuk menaikan beban harus
meminimalisir gesekan yang terjadi pada sistem tali.
112
56