Anda di halaman 1dari 17

K3 KONSTRUKSI

HIGH RISK ACTIVITIES IN CONSTRUCTION

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah


K3 Konstruksi

Dosen Pengampu : Bapak Triyono Rakhmadani, S.KM.,M.KKK.

Disusun oleh :
Lulu Rohadatul Aisy (F0019006)

PROGRAM STUDI DIV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI
2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia tentunya


memiliki risiko. Salah satu bentuk kegiatannya adalah bekerja.
Bahaya adalah suatu kondisi, bahan atau cara kerja, yang
berpotensi untuk menyebabkan kerugian ataupun kecelakaan.
Sedangkan risiko adalah suatu kesempatan terjadinya kecelakaan
ataupun kerugian. 

Risiko K3 Konstruksi adalah ukuran kemungkinan


kerugian terhadap keselamatan umum, harta benda, jiwa manusia
dan lingkungan yang dapat timbul dari sumber bahaya tertentu
yang terjadi pada pekerjaan konstruksi.

Untuk mengurangi risiko yang akan terjadi pada suatu


proyek kontsruksi, dilakukanlah sebuah manajemen risiko yang
berfungsi untuk mengidentifikasi bahaya apa saja yang dapat
timbul dari suatu pekerjaan proyek konstruksi. 

Manajemen Risiko adalah proses manajemen


terhadap risiko yang dimulai dari kegiatan mengidentifikasi
bahaya, menilai tingkat risiko dan mengendalikan risiko. Penilaian
tingkat risiko k3 konstruksi dapat dilakukan dengan memadukan
nilai kekerapan/frekuensi terjadinya peristiwa bahaya k3 dengan
keparahan, kerugian atau dampak kerusakan yang
ditimbulkannya.

Manajemen Risiko dapat dimulai dengan


menganalisa/mengidentifikasi risiko yang kemungkinan akan
terjadi. Analisa risiko merupakan suatu kegiatan yang
menguraikan suatu risiko dengan cara menentukan besarnya
kemungkinan (probability) dan tingkat keparahan dari
akibat (consequences) suatu risiko bahaya. 
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Definisi

konstruksi menurut seorang ahli merupakan suatu


kegiatan membangun sarana maupun prasarana. Dalam bidang
arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal
sebagai bangunan atau satuan infrastruktur pada satu atau
beberapa area.

Secara ringkas konstruksi didefinisikan sebagai objek


keseluruhan bangunan yang terdiri dari bagian-bagian struktur.
Misalnya, Konstruksi Struktur Bangunan adalah bentuk atau
bangun secara keseluruhan dari struktur bangunan.

penyebab utama kecelakaan kerja pada proyek konstruksi adalah :

• karakteristik proyek konstruksi yang bersifat unik,

• Lokasi kerja yang berbeda-beda, terbuka dan dipengaruhi cuaca,

• Waktu pelaksanaan yang terbatas, dinamis dan menuntut ketahanan


fisik yang tinggi,

• Banyak menggunakan tenaga kerja yang tidak dipilih.

• Manajemen keselamatan kerja yang sangat lemah, sehingga para


pekerja bekerja dengan metode pelaksanaan konstruksi yang berisiko
tinggi.
B. jenis konstruksi

 Konstruksi Gedung

Yang satu ini adalah yang familiar dengan kita. Konstruksi


gedung terjadi di semua kota besar maupun kecil. Mulai
dari konstruksi fasilitas umum seperti bangunan
institusional, lembaga pendidikan, dan tempat rekreasi.
Konstruksi pada sebuah gedung biasanya direncanakan
oleh arsitek dan insinyur sipil, sementara material yang
dibutuhkan lebih ditekankan pada aspek-aspek
arsitektural.

 Konstruksi Teknik

Konstruksi jalan yaitu suatu proyek yang meliputi


penggalian, pengurugan, pengerasan jalan, dan konstruksi
jembatan serta struktur drainase. Konstruksi jalan
biasanya direncanakan oleh departemen pekerjaan umum
setempat dan berbeda dengan konstruksi bangunan dari
segi aktivitas antara pemilik, perencana, dan kontraktor.

Konstruksi teknik yaitu suatu konstruksi yang melibatkan


struktur yang direncanakan dan didesain secara khusus
oleh para ahli dan dibuat untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat yang berhubungan dengan infrastruktur. Jenis
Konstruksi ini dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu
kontruksi jalan dan konstruksi berat.

Sedangkan yang termasuk dalam konstruksi berat, yaitu


proyek-proyek utilitas suatu negara seperti bendungan,
pemasangan pipa, jalur transportasi selain jalan raya,
transportasi air, dan transportasi udara. Konstruksi ini
biasanya dibiayai oleh pemerintah atau kerjasama antara
pemerintah dengan pihak swasta.

 Konstruksi Industri

Yang termasuk dalam konstruksi industri ini biasanya


proyek industri yang membutuhkan spesifikasi dan
persyaratan khusus seperti untuk kilang minyak, industri
berat atau industri dasar, pertambangan, nuklir. dan
sebagainya. Perencanaan dan pelaksanaannya
membutuhkan ketelitian dan keahlian, serta teknologi
yang spesifik.

Secara garis besar, terdapat empat tahapan proyek


konstruksi. Dimulai dari tahap perencanaan atau
planning, tahap perancangan atau design, tahap
pengadaan atau pelelangan dan tahap pelaksanaan atau
construction.

Ditahap perencanaan, penetapan garis-garis besar


rencana proyek dilakukan, termasuk merekrut pihak
konsultan. Apa saja yang dilakukan pada tahap ini?
Diantaranya adalah briefing, studi kelayakan proyek,
pemilihan desain, program budgeting hingga financing.

Ditahap kedua, yakni perancangan desain akan


dilaksanakan dalam 3 periode, yaitu periode prelimenery
design atau pra rancangan, periode design development
atau pengembangan rancangan dan periode desain akhir
serta penyiapan dokumen pelaksanaan atau final design
and construction document.

Pada tahap ketiga, tahap pengadaan atau pelelangan,


maka yang dilakukan adalah pengadaan konsultan
perencanaan setelah gagasan awal dan pengadaan
konsultan pengawas untuk melakukan supervisi pada
proyek tersebut. Setelah pengadaan konsultan,
pengadaan kontraktor juga dilakukan pada tahap ini.

Terakhir adalah tahap construction yang merupakan


pelaksanaan pembangunan konstruksi fisik sesuai konsep
desain yang telah disepakati pada tahap sebelumnya.
Pada tahap ini, setelah kontrak ditandatangani, SPK atau
Surat Perintah Kerja dikeluarkan, maka pekerjaan dapat
dilakukan.

C. kegiatan Pekerjaan Konstruksi Berisiko Tinggi

Risiko seseorang jatuh lebih dari 2 meter

Bekerja di menara telekomunikasi


Pembongkaran struktur penahan beban

Bekerja pada atau di dekat jalur bahan bakar kimia atau refrigeran

Bekerja pada atau di dekat instalasi atau layanan listrik berenergi

Bekerja di area yang mungkin memiliki atmosfer yang terkontaminasi atau


mudah terbakar

Kemungkinan melibatkan asbes yang mengganggu


Dukungan penahan beban sementara untuk perubahan atau perbaikan
struktural

Bekerja di atau dekat ruang terbatas

Elemen beton miring atau pracetak

Bekerja di, di dalam atau di dekat jalan raya, rel kereta api, jalur pelayaran
atau koridor lalu lintas lainnya yang digunakan oleh lalu lintas selain pejalan
kaki

Bekerja di area dengan pergerakan pembangkit listrik bertenaga


Bekerja di atau dekat poros atau parit yang lebih dalam dari 1,5 m atau
terowongan

Penggunaan bahan peledak

Bekerja di atau di dekat pipa atau pipa gas bertekanan

Bekerja di area dengan suhu ekstrem buatan

Bekerja di atau dekat air atau cairan lain yang berisiko tenggelam
Pekerjaan menyelam

D. Risiko Kecelakaan Kerja Pada Konstruksi

Pekerjaan-pekerjaan yang paling berbahaya adalah pekerjaan yang dilakukan


pada ketinggian dan pekerjaan galian. Pada ke dua jenis pekerjaan ini
kecelakaan kerja yang terjadi cenderung serius bahkan sering kali
mengakibatkan cacat tetap dan kematian. 

 Pakerja di ketinggian
Jatuh dari ketinggian adalah risiko yang sangat besar dapat terjadi pada
pekerja yang melaksanakan kegiatan konstruksi pada
ketinggian. Biasanya kejadian ini akan mengakibat kecelakaan yang
fatal. 

 Pekerja galian
Jenis-jenis kecelakaan kerja akibat pekerjaan galian dapat berupa
tertimbun tanah, tersengat aliran listrik bawah tanah, terhirup gas
beracun, dan lain-lain. Bahaya tertimbun adalah risiko yang sangat
tinggi, pekerja yang tertimbun sampai batas batas saja dapat
mengakibatkan kematian. Di samping itu, bahaya longsor dinding galian
dapat berlangsung sangat tiba-tiba, terutama jika hujan terjadi pada
malam sebelum pekerjaan yang akan dilakukan pada pagi hari
berikutnya. 

E. APD yang digunakan di pekerjaan konstruksi

• Topi pelindung kepala (helmet),

• Pelindung mata spectacles/googles,

• Pelindung mulut dan hidung (masker),

• Pelindung telinga (ear plugs),

• Pelindung/sarung tangan (safety gloves),

• Selempang penahan tubuh (fullbodyharness),

• Sepatu pelindung kaki (safety shoes),

• Rompi keselamatan

F. APD pekerja di ketinggian


 Sabuk pengaman

Fungsi dari safety belt sebenarnya sama seperti full body harness ,


namun bedanya secara penggunaan alat pelindung jatuh ini hanya
berfungsi untuk bagian pinggang pekerja saja dan
bagian lanyard untuk anchor . Safety belt tidak digunakan untuk
pekerjaan yang memungkinkan pekerjanya bisa terjatuh dari
ketinggian.

Sebab bila pekerja terjatuh, ia masih bisa mengalami cedera pada


bagian pinggang ataupun tulang di belakangnya, meskipun pekerja
yang terjatuh tidak mengenai permukaan tanah atau dalam posisi
tergantung. Pastikan pemasangan pengaman jika Anda tetap ingin
menggunakan sabuk pengaman saat bekerja di ketinggian.

 Harness Seluruh Tubuh

Penggunaan full body harness  bermanfaat untuk mengurangi risiko


cedera fatal akibat terjatuh dari ketinggian. Full body harness didesain
untuk melindungi seluruh bagian tubuh pekerja seperti bahu, paha
bagian atas, dada, dan panggul, sehingga lebih aman saat bekerja di
ketinggian. Penggunaan full body harness dilengkapi D-Ring yang
terletak di belakang dan dapat dipasangkan ke lanyard , lifeline , dan
komponen lain yang kompatibel dengan body harness .

 Peredam Kejut

Shock absorber ( peredam kejut ) didesain untuk menyerap energi


kinetik dan mengurangi tekanan yang timbul akibat terjatuh. Alat
penahan jatuh ini memiliki tiga fungsi penting, di antaranya:

• Mengurangi kekuatan tekanan maksimal dalam menahan tubuh


pekerja saat terjatuh

• Mengurangi atau mencegah kerusakan komponen fall arrest


systems (sistem penahan jatuh)

• Mengurangi kekuatan tekanan pada jangkar

Shock absorber biasanya diproduksi secara terpisah atau dirancang


menyatu dengan lanyard . Menurut standar CSA Z259.11, shock
absorber dapat meningkatkan panjang tali hingga 1,2 meter ketika
menerima beban 100 kg dan jatuh dari ketinggian 1,8 meter. 

 tali lanyard

Adalah tali pengikat yang umumnya bekerja untuk menahan kesulitan


bila pekerja terjatuh bebas. Pekerja bisa menggunakan lanyard untuk
membatasi saat jatuh bebas dengan panjang maksimum 1,2
meter. sepanjang hari lanyard / pasang hook di atas atau paling tidak
sejajar dengan dada, hal ini dipasang untuk mengurangi jarak vertikal
atau jarak jatuh tubuh pekerja. Sebuah lanyard selalu setia
antara anchor point dan body harness .

 
 Titik jangkar (jangkar)

Sebelum bekerja di ketinggian, pekerja harus memastikan


bahwa anchor yang tersambung pada lifeline dan/atau   lanyard kuat ,
stabil, dan lokasinya sudah sesuai. Jika penggunaan jangkar sebagai
pelindung/ penahan pekerja dari penahan, jangkar mampu menahan
beban setidaknya 3,5 kN (363 kg) atau setara dengan empat kali berat
pekerja. Sedangkan jika penggunaan jangkar sebagai penahan saat
terjatuh, jangkar harus mendukung setidaknya 22 kN (2,5 ton).

 
 Penahan jatuh (pemegang tali)

Perangkat ini digunakan bila pekerja membutuhkan perpindahan


tempat atau bergerak secara vertikal, biasanya cukup lama. Bila pekerja
bergerak ke atas, maka rope grab akan ikut bergerak mengikuti gerakan
pekerja, tetapi bila pekerja tersebut tiba-tiba terjatuh, maka perangkat
ini secara mekanik akan mencengkeram lifeline .

 
 Garis hidup

Lifeline didefinisikan sebagai tali pengaman fleksibel yang terbuat dari


serat, kawat, atau anyaman. Lifeline ini biasanya berlangsung
pada anchor point . Lifeline harus memiliki kekuatan daya tarik minimal
2,75 ton atau setara dengan diameter tali 60 mm. Perangkat ini bisa
dipasang secara vertikal ataupun horizontal, tergantung
kebutuhan. Pastikan lifeline benar-benar terpasang aman ke anchor
point dan tidak mengalami kerusakan apapun.

 
 Garis hidup yang dapat ditarik

Cara kerja retractable lifeline hampir sama seperti cara kerja seat


belt mobil. Ketika pekerja melakukan gerakan vertikal atau horizontal,
maka garis hidup akan memanjang atau menarik kembali ke kondisi
semula secara otomatis dan akan mengunci jika terjadi tarikan secara
tiba-tiba (pekerja terjatuh). Hal penting yang harus diperhatikan saat
menggunakan retractable lifeline adalah memastikan perangkat ini
dalam posisi tegak lurus dengan tubuh pekerja untuk menghindari efek
pendulum .

Swing Fall atau Pendulum Effect


G. APD Galian
• Full Body Suit

• Safety Boots

• Hand Gloves

• Safety Glasses

• safety Helmet
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Risiko adalah suatu kesempatan terjadinya kecelakaan ataupun
kerugian. 

Risiko K3 Konstruksi adalah ukuran kemungkinan kerugian terhadap


keselamatan umum, harta benda, jiwa manusia dan lingkungan yang
dapat timbul dari sumber bahaya tertentu yang terjadi pada pekerjaan
konstruksi.

Untuk mengurangi risiko yang akan terjadi pada suatu proyek kontsruksi,
dilakukanlah sebuah manajemen risiko yang berfungsi untuk
mengidentifikasi bahaya apa saja yang dapat timbul dari suatu pekerjaan
proyek konstruksi. 

Manajemen Risiko adalah proses manajemen terhadap risiko yang


dimulai dari kegiatan mengidentifikasi bahaya, menilai tingkat risiko dan
mengendalikan risiko. Penilaian tingkat risiko k3 konstruksi dapat
dilakukan dengan memadukan nilai kekerapan/frekuensi terjadinya
peristiwa bahaya k3 dengan keparahan, kerugian atau dampak
kerusakan yang ditimbulkannya.

Manajemen Risiko dapat dimulai dengan menganalisa/mengidentifikasi


risiko yang kemungkinan akan terjadi. Analisa risiko merupakan suatu
kegiatan yang menguraikan suatu risiko dengan cara menentukan
besarnya kemungkinan (probability) dan tingkat keparahan dari
akibat (consequences) suatu risiko bahaya. 

Mengidentifikasi potensi bahaya yang akan terjadi. Menilai suatu risiko


dapat dilakukan dengan cara membandingkannya dengan tingkat
standar risiko yang telah dapat ditoleransi/ditetapkan. 

Anda mungkin juga menyukai