Anda di halaman 1dari 4

PT NYA SIAPA

NERACA
Periode 31 Desember 2022

AKTIVA PASIVA
Aktiva Lancar Utang Lancar
Kas 3.000Utang Wesel 2.000
Bank 2.500Utang Saham 2.000
Surat Berharga 1.000Utang Pajak 2.000
Piutang 3.500Total Utang Lancar 6.000
Persediaan 2.000Utang Jangka Panjang
Total Aktiva Lancar 12.000 Obligasi 2.000
Aktiva Tetap Hipotek 1.500
Tanah 1.000Bank 3.000
Bangunan 2.500Total Utang Jangka Panjang 6.500
Mesin 2.000Ekuitas
Peralatan 1.500Modal setor 6.500
Total Aktiva Tetap 7.000Laba di tahan 1.000
Aktiva Lainnya Total ekuitas 7.500
Gedung Dalam Proses 1.000
Total Aktiva Lainnya 1.000
TOTAL AKTIVA 20.000 TOTAL PASIVA 20.000
JIKA BAPAK BERTANYA MAKA KITA MENJAWAB

1. Hubungan obligasi dan saham


Jawaban:
Saham dan obligasi bersaing untuk mendapatkan dana investor yang jumlahnya terbatas.
Obligasi biasanya dipandang sebagai instrumen investasi yang lebih aman, sedangkan
saham biasanya menawarkan peluang keuntungan yang lebih besar. Ini menciptakan
lingkungan di mana investor akan memilih salah satu instrumen investasi.
2. Perbedaan obligasi dan saham
Jawaban:
a) Saham
Saham adalah bukti kepemilikan atas suatu perusahaan dan pemegang sahamnya
memiliki hak untuk menerima dividen dan hak suara dalam Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS).
Investasi saham dapat berisiko, karena harganya dipengaruhi oleh sejumlah faktor –
seperti kondisi ekonomi, suku bunga, sentimen pasar, dan laporan keuangan perusahaan.
Keuntungan investasi saham dibandingkan obligasi adalah potensi keuntunganya bisa
lebih besar. Ketika perusahaan mencatatkan kinerja yang baik dan prospek ekonomi
positif, investor cenderung akan membeli saham dengan harapan mendapatkan
keuntungan yang layak. Semakin banyak aksi beli yang dilakukan oleh investor dan
semakin baik kinerja perusahaan maka berpotensi membuat harga saham tersebut naik.
b) Obligasi
Obligasi adalah instrumen investasi berbasis utang yang diterbitkan oleh pemerintah dan
perusahaan ketika membutuhkan tambahan modal. Sebagai imbalan atas meminjamkan
uangnya, investor akan menerima pembayaran rutin (disebut kupon) dan menerima
kembali modal awalnya pada waktu tertentu di masa mendatang (disebut tanggal jatuh
tempo).
Obligasi dianggap sebagai instrumen investasi yang lebih aman dibandingkan saham,
terutama obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah yang memiliki sedikit atau tidak
memiliki riwayat gagal bayar seperti Inggris.
Bagaimanapun, obligasi korporasi dan pemerintah tetap memiliki risiko dan bahkan
ada kasus di mana perusahaan dan pemerintah gagal melakukan pembayaran kepada
investor. Misalnya, pada tahun 2020, obligasi pemerintah Ekuador dan Lebanon
mengalami gagal bayar, dan PT Modernland Realty Tbk (MDLN) mengalami gagal
bayar atas pelunasan pokok obligasi yang jatuh tempo sebesar Rp 150 miliar pada 7 Juli
2020.
Karena obligasi seringkali merupakan instrumen investasi yang lebih aman, maka
tingkat pengembaliannya (return) biasanya jauh lebih rendah dibandingkan saham.
Namun, ketika kondisi ekonomi dan pasar saham terpuruk, investor seringkali menjual
saham dan membeli obligasi bukan hanya karena risikonya yang lebih rendah, tetapi
karena kontraksi ekonomi dapat menyebabkan berkurangnya pengeluaran masyarakat,
yang mengakibatkan keuntungan perusahaan turun, dan, akibatnya, harga saham
perusahaan dapat terseret turun.
3. Apa Saja Risiko dari Obligasi?
a. Likuiditas
Risiko pertama dan yang paling sering ditemui dalam obligasi adalah risiko
likuiditas. Risiko likuiditas terjadi karena obligasi biasanya membutuhkan waktu
lebih lama untuk dijual kembali di pasar sekunder dalam waktu singkat. Selain itu
pada saat berinvestasi di instrumen obligasi dana investasimu akan ditahan dalam
tempo waktu tertentu yang cukup lama (2-5 tahun). Jika investor ingin menjual
kembali obligasi tersebut sebelum jatuh tempo, maka investor berpotensi mengalami
kerugian.
b. Perusahaan Gagal Bayar (Default)
Selanjutnya adalah risiko gagal bayar, risiko ini terjadi pada obligasi korporasi
karena terdapat kemungkinan terjadinya gagal bayar dari perusahaan penerbit
obligasi. Risiko ini terjadi saat perusahaan gagal dalam membayarkan kupon dan
pokok utang pada jangka waktu yang telah disepakati, risiko ini juga umum disebut
dengan risiko default.
Lain halnya, dengan obligasi pemerintah. Obligasi pemerintah tidak memiliki
risiko gagal bayar karena dijamin oleh pemerintah melalui peraturan Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2022. Peraturan tersebut menyatakan bahwa negara akan
menjamin pembayaran pokok dan kupon obligasi sampai dengan jatuh tempo melalui
dana yang berasal dari APBN.
c. Fluktuasi Harga Obligasi
Risiko lainnya adalah harga dari obligasi. khususnya obligasi korporasi adalah rentan
dari pergerakan suku bunga. Apabila suku bunga sedang rendah, harga obligasi dapat
meningkat, dan begitu pula sebaliknya. Maka, investor perlu memperhitungkan
dengan matang dan melakukan forecasting terhadap suku bunga agar investasinya
memperoleh untung yang optimal.
4. Pengaruh Imbal Hasil (Yield) Obligasi Terhadap Harga Saham
Untuk memahami bagaimana imbal hasil obligasi dapat mempengaruhi harga saham, kita
perlu memahami tentang korelasi negatif antara harga obligasi dan imbal hasil obligasi
terlebih dahulu. Artinya, ketika harga obligasi bergerak naik, maka imbal hasil obligasi
bergerak turun, dan sebaliknya.
Asumsikan anda membeli obligasi senilai Rp 1.000.000. Tingkat kuponnya adalah
tetap yaitu Rp 100.000. Itu berarti imbal hasilnya adalah 10%.
(Rp 1.000.000 ÷ Rp 100.000) x 100 = 10%
Sekarang, mari kita asumsikan jika harga obligasi naik menjadi Rp 2.000.000. karena
ini adalah investasi dengan bunga tetap, maka kuponnya akan tetap sama yaitu Rp
100.000 per tahun, sehingga menyebabkan imbal hasil obligasi tersebut turun menjadi
5%.
(Rp 100.000 ÷ Rp 2.000.000) x 100 = 5%

Korelasi negatif tersebut juga terjadi jika harga obligasi turun. Jika harga obligasi turun,
maka imbal hasilnya akan naik. Dengan menggunakan contoh yang sama, mari kita
asumsikan bahwa harga obligasi tersebut turun menjadi Rp 500.000. Imbal hasilnya akan
naik menjadi 20%.
(Rp 100.000 ÷ Rp 500.000) x 100 = 20%

Yield Obligasi Yang Rendah Berpotensi Membuat Harga Saham Naik


Karena setiap investor ingin memaksimalkan potensi keuntungannya, maka investor akan
cenderung memilih untuk menjual obligasi dengan imbal hasil rendah dan membeli
saham demi mendapatkan potensi pengembalian yang lebih tinggi. Semakin banyak
investor yang membeli saham, maka semakin tinggi peluang harga saham naik.

Yield Obligasi Yang Tinggi Berpotensi Membuat Harga Saham Turun


Obligasi dengan imbal hasil yang lebih tinggi merupakan instrumen investasi yang
menarik, sehingga para investor saham cenderung memilih untuk menjual sahamnya dan
membeli obligasi. Hal ini lebih sering terjadi ketika masa resesi, atau ketika turunnya
pengeluaran masyarakat menekan keuntungan perusahaan dan obligasi yang memiliki
risiko lebih rendah menjadi tampak lebih menarik. Akibatnya, karena ada semakin
banyak investor yang menjual sahamnya, maka harga saham berpeluang turun.
5. Hubungan Obligasi dan saham biasa dengan Saham Preferen
Jawab:
Menurut Keown di dalam buku Manajemen Keuangan saham terbagi dua jenis yakni
saham preferen dan saham biasa. Saham preferen adalah saham surat berharga hibrid
dengan karakteristik saham biasa dan obligasi. Serupa dengan saham biasa sebab tidak
memiliki jatuh tempo yang ditetapkan, tidak membayar deviden tidak menyebabkan
kebangkrutan dan deviden tidak dapat dikurangkan dengan tujuan mengurangi pajak
perusahaan. Serupa dengan obligasi karena terbatasnya jumlah deviden. Saham biasa
dapat dikatakan bukti kepemilikan perusahaan bila kepemilikan obligasi dikatakan
kreditur maka pemilik saham biasa dikatakan pemilik perusahaan

Anda mungkin juga menyukai