Anda di halaman 1dari 17

SYEKH NURUDDIN AR-RANIRY

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Sosial dan Intelektual di
Indonesia

Dosen Pengampu: Miftahul Khoiri, M.Hum.

Disusun Oleh:

Selly Fitria Arum 53010190076

Bachtiar Al Ummam 53010190107

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan Hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Syekh Nuruddin Ar-
Raniry”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Sosial dan Intelektual
Di Indonesia . Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengampu, Miftahul Khoiri,
M.Hum yang telah membimbing kami sehingga makalah ini dapat kami selesaikan.Tanpa arahan
dan bimbingan beliau, mungkin makalah ini tidak sampai ke tangan pembaca.

Penulisnya berharap makalah ini dapat memberi manfaat kepada pembaca di lingkungan
IAIN Salatiga dan khususnya kepada mahasiswa Sejarah Peradaban Islam. Penulis menyadari,
bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak, guna penyempurnaan makalah ini serta
menjadi acuan untuk penulisan makalah selanjutnya.

Salatiga, 11 April 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover .......................................................................................................................................i

Kata Pengantar.........................................................................................................................ii

Daftar Isi...................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan Masalah......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3

A. Biografi Syekh Nuriddin Ar-Raniry......................................................................3


B. Karya-Karya Syekh Nuriddin Ar-Raniry..............................................................5
C. Pemikiran dan Peranan Syekh Nuruddin Ar-Raniry dalam
Perkembangan Dunia Islam...................................................................................

BAB III PENUTUP..................................................................................................................12

A. Kesimpulan............................................................................................................12

Daftar Pustaka..........................................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam sejarah banyak menceritakan bahwa Aceh salah satu daerah yang
sangat strategis, sehingga tidak mengherankan lagi apabila banyak orang asing ataupun
para pedagang yang melewati atau singgah di Aceh. Mereka datang dari berbagai bangsa,
Hindia, Gujarat, dan lain-lainnya. Dengan demikian, tidak salah bahwa orang Aceh
mayoritasnya keturunan campuran. Selain itu, dengan singgahnya orang asing atau
lewatnya para pedagang tersebut, maka terjadilah kontak antara orang Aceh dengan
mereka tersebut. Sehingga melahirkan peradaban dan kebudayaan serta terjadinya
transmisi dalam hal keagamaan.
Di Nusantara, proses Islamisasi berawal dari kota-kota pelabuhan yang sekaligus
jadi ibukota kerajaan, seperti Samuera Pasai dan Malaka, yang kemudian menjadi pusat
istana kerajaan yang menjadi pusat pengembangan intelektual Islam atas perlindungan
resmi penguasa yang disusul kemunculan tokoh-tokoh ulama semacam Hamzah Fansuri,
Samsuddin as-Sumatrani, Nuruddin Ar-Raniry, dan Abdur Rauf as-Singkili di kerajaan
Aceh. Sementara di Jawa ada Wali Songo. Ulama-ulama besar ini banyak berjasa
menyebarkan ilmu pengetahuan Islam di Asia Tenggara kemudian mendirikan lembaga-
lembaga pendidikan Islam seperti dayah sehingga berkembang semacam perguruan tinggi
di Aceh.1
Nuruddin Ar-Raniry, merupakan salah satu orang Gujarat yang sangat berperan
terhadap perkembangan Aceh prioritasnya dalam bidang keagamaan yang mengambil
spesifikasi dalam bidang tasawuf pada sekitar abad ke 17 silam. Dalam hal ini, Ar-Raniry
sangat dikenal di Aceh terutama ketika ia menentang paham wujudiyyah Hamzah Fansuri
yang menjadi keyakinan masyarakat Aceh pada masa itu.2
Untuk penjelasan lebih jelas dan rinci mengenai Biorgrafi, Pemikiran dan Karya-
karya dari Syekh Nuruddin Ar-Raniry, akan dibahas pada makalah ini.

1
Fayrus Muhammad. Nuruddin Ar-Raniry: Kajian Pemikiran Tokoh Muslim Indonesia. Universitas Paramadina.
2019. Hlm 15.
2
Ibid hlm 16.

1
B. Rumusan Masalah
1 Bagaimana riwayat hidup Syekh Nuruddin Ar-Raniry itu?
2 Apa saja karya-karya dari Syekh Nuruddin Ar-Raniry?
3 Apa saja pemikiran dan peranan yang di cetuskan oleh Syekh Nuruddin Ar-Raniry
dalam perkembangan dunia islam?
C. Tujuan
1 Untuk mengetahui biografi Syekh Nuruddin ar-Raniry.
2 Untuk mengetahui karya-karya dari Syekh Nuruddin ar-Raniry.
3 Untuk mengetahui pemikiran dan peranan yang dicetuskan oleh Syekh Nuruddin
ar-Raniry terhadap perkembangan dunia islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Syekh Nuruddin Ar-Raniry

Nuruddin Muhammad bin Ali bin Hasanji al-Hamid (al-Humayd) al-Syafi’i al-
Aydarusi al-Raniri, lahir di Ranir (sekarang Rander), sebuah kota pelabuhan tua di
Gujarat, India. Lepas dari kota kelahirannya, ar- Raniri dianggap sebagai ‘alim Melayu-
Indonesia daripada India atau Arab.3 Tanggal dan tahun kelahirannya tidak diketaui
secara pasti,4 tetapi Syaikh Nuruddin diperkirakan lahir sekitar akhir abad ke-165.
Nuruddin Ar-Raniry meninggal dunia pada tanggal 22 Dzulhijjah 1096 H/21
September 1685 M di India. Silsilah keturunan Ar-Raniry berasal dari India, keturunan
Arab. Tetapi ia juga lebih dianggap sebagai alim Melayu-Indonesia dari pada India atau
Arab. Karena ibunya adalah seorang Melayu, tetapi ayahnya berasal dari keluarga
imigran Hadrami yang mempunyai tradisi panjang perpindahan ke Asia Selatan dan Asia
Tenggara. Nenek moyangnya kemungkinan termasuk dalam keluarga Al-Hamid dari
Zuhra, salah satu dari sepuluh keluarga Quraisy. Diantara anggota keluarga Zuhra yang
terkemuka adalah Abdul Al-Rahman bin Awf, salah satu sahabat terdekat Nabi SAW.
Tetapi kemungkinan juga, nenek moyang Ar-Raniry adalah keluarga Humayd, sering
dihubungkan dengan Abu Bakar Abdullah bin Zubayr Al-Asadi Al-Humaydi
(w.219/834), dikenal sebagai seorang ulama Makkah yang terkemuka. Al-Humaydi
adalah seorang murid Al-Syafi’i paling terkenal, dia juga adalah seorang muhaddits
terkemuka di Hijaz.6

Beliau belajar ilmu agama pertama kali di kota kelahirannya, kemudian ke Tarim
(Arab Selatan) yang dipandang sebagai pusat studi ilmu agama pada masa itu. Kemudian
beliau melanjutkan pendidikannya di Mekkah dan Madinah sekaligus melaksankan
ibadah haji (1621). Setelah itu beliau kembali ke tanah kelahirannya di India.

3
Musyafar, Rusydiyanto. AJARAN WUJUDIYAH MENURUT NURUDDIN AR-RANIRY. JURNAL POTRET PEMIKIRAN -
Jurnal Penelitian dan Pemikiran Islam. Volume 22, Nomor 1. 2018. Hlm 2.
4
Nur Syaifan.. Kritik Terhadap Pemikiran Tasawuf Al-Raniri. Vol.3 No.2. Jogyakarta UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2013. Hlm 140
5
Fayrus Muhammad. Nuruddin Ar-Raniry: Kajian Pemikiran Tokoh Muslim Indonesia. Universitas Paramadina.
2019. Hlm 16.
6
Ummayah. BIOGRAFI NURUDDIN AR-RANIRY. UIN SMH Banten. 2018. Hlm 13-14.

3
Terkait dengan bidang kajian keislamannya, misalnya pada konsep tasawuf Syekh
Nuruddin merupakan seorang Syekh dalam tariqat Rifa’iyah yang didirikan oleh Ahmad
Rifa’i. Beliau masuk tariqat ini melalui Syaikh Abu Hafs Umar bin Abdullah Ba Syaiban.
Dalam bidang hukum islam (fikih), beliau dipengaruhi oleh ajaran-ajaran fikih yang
berasal dari mahdzab Syafi’i. Beliau juga merupakan ulama yang memiliki
kecenderungan pada tegaknya syariat islam secara kaffah. 7

Terkait dengan kedatangan beliau ke Nusantara, belum ada literature yang


menjelaskan secara pasti dan bahkan kemungkinan beliau datang dan tinggal beberapa
tahun di Aceh antara 1029 H/1621 M dan 1047 H/1637 M. Namun, Ahmad Daudy dalam
bukunya menyebutkan bahwa Nuruddin ar-Raniry datang ke Aceh pada 6 Muharamm
1047 H. Asal kedatangan beliau ke Aceh tidak terlepas dari kemasyhuran Aceh sebagai
pusat perdagangan yang menggantikan Malaka, karena pada saat itu Malaka dikuasai oleh
Portugis. Karena faktor tersebut dalam kurun waktu 50 tahun kota Aceh telah menjadi
sebuah pusat perdagangan, kebudayaan, politik dan keagamaan di kawasan Asia
Tenggara. Maka tidak heran jika banyak orang dari berbagai Negara kemudian singgah di
daerah ini. Dalam kitab Bustanus Salatin beliau mengatakan bahwa pamannya telah
datang ke Aceh untuk mengajarkan ilmu agama. Dari pamannya beliau mulai tergerak
hatinya untuk mengikuti jejak pamannya dalam pengajaran agama islam di Aceh. 8

Kedatangan pertama beliau ke Aceh tidak mendapatkan sambutan yang layak oleh
Sultan Iskandar Muda kemudian beliau melanjutkan perjalanan ke semenanjung Melayu
dan menetap di Pahang. Karena pada pemerintahan Sultan Iskandar Muda, paham
keagamaan yang di anut adalah paham Wujudiyyah dengan tokohnya Syamsuddin as-
Sumatrani yang dimana paham tersebut bertentangan dengan ajaran yang dibawa oleh
Syekh Nuruddin.

Puncak karir Syekh Nuruddin dimulai pada kedatangan beliau yang kedua di
Aceh, setelah meninggalnya Sultan Iskandar Muda yang digantikan oleh Sultan Iskandar
Tsani. Syekh Nuruddin kemudian diangkat oleh Sultan Iskandar Tsani menjadi penasehat
sekaligus menjadi Mufti dan mendapat gelar Syaikh al-islam. Setelah beliau mendapat
7
Ibid., 75
8
Rusdiyanto, “Ajaran Wujudiyah Menurut Nuruddin Ar-Raniry’, JURNAL POTRET PEMIKIRAN: Jurnal
Penelitian dan Pemikiran Islam 22, no. 3 (2018): hlm 3.

4
pijakan kuat dari Sultan Aceh, kemudian beliau melancarkan pembaharuan islamnya
disana. Menurutnya islam diwilayah ini telah dikacaukan dengan kesalah pahaman atas
doktrin sufi. Syekh Nuruddin yang lebih berorientasi pada syariah dengan mendapat
dukungan penguasa beliau “membersihkan” Aceh khususnya dari gagasan filosofis
sufistik Hamzah Fansuri dan Samsuddin yang dianggap menyimpang pada konsep
Wahdatul al-wujud yang dianggap Pantheisme. Hal tersebut juga mendapat dukungan
dari Abdurouf Singkel yang menekankan pentingnya syariah dalam menempuh jalan
tasawuf.9

Beliau di Aceh selama 7 (tujuh) tahun sebagai seorang alim, seorang Mufti dan
penulis yang sangat produktif. Beliau banyak mencurahkan tenaga dan fikirannya untuk
menentang paham wujudiyah. Lebih jauh beliau mengeluarkan fatwa yang keras untuk
memburu orang-orang sesat (pengikut paham wujudiyah), membunuh orang-orang yang
menolak melepaskan keyakinan dan praktik tersebut, dan juga membakar kitab-kitab
karya Hamzah Fansuri dan Syamsuddin as-Sumatrani.10

B. Karya-karya Syekh Nuruddin ar-Raniry

Syekh Nuruddin ar-Raniry memiliki karya-karya ilmiah diberbagai bidang dan


kajian keilmuan, terutama yang berkaitan dengan ajaran pokok agama islam. Karya
beliau yang sudah diketahui secara pasti kurang lebih berjumlah 29 kitab dan manuskrib,
yang meliputi berbagai cabang ilmu seperti fikih, hadis, akidah, sejarah, tasawuf, dan
sebagainya.

Adapun karya-karya beliau antara lain:

1 Fikih
a Shirah al-Mustaqiim
Kitab ini ditulis dengan bahasa Melayu dan isinya membahas mengenai
ibadah, shalat, puasa, zakat, haji dan juga berisi mengenai hukum qurban,
berburu, dan hukum haram halalnya makanan.
b Kaifayatu al-Shalat (Cara Melakukan Sembhayang)

9
Musyaffaa, “Pemikiran dan Gerakan Dakwah Syekh Nuruddin Ar-Raniry”, Jurnal Ilmiah Syi’ar 18, no. 1 (2018):
hlm 84.
10
Ibid., 85

5
2 Akidah
a. Syifa’ul al-Qulub (Obat Hati)
Berisi mengenai pengertian kalimat syahadat dan cara-cara berdzikir
kepada Allah.11
b. Hidayatul al-imam bi Fadhli al-Mannan (Bimbingan Iman dengan
Karunia Tuhan).
Isinya menjelaskan tentang pengertian agama yang terdiri dari Iman,
Islam, Ma’rifat dan Tauhid.
c. Aqoid al-Shuffiyah al-Muwahhidin (Akidah Ahli Sufi yang Mengesakan
Tuhan).
Kitab ini ditulis dengan bahasa Arab. Isinya mengenai akidah dan
pengalaman keruhanian orang-orang sufi dalam berdzikir dengan La
Ilaaha Illa Allah.
3 Tasawuf dan Ilmu Kalam
a. Nabzah fi Da’wa al-Zhill ma’a Shahibihi (Uraian singkat tentang dakwaan
bayangan-bayangan dengan kawannya). Kitab ini berisikan tentang
kesesatan ajaran wujudiyah yang dipaparkannya melalui soal jawaban.
Kitab ini ditulis dengan bahasa Arab.
b. Asraru al-Insan fi Ma’arifati ar-Ruh wa ar-Rahman (Rahasia Manusia
dalam mengetahui Ruh dan Tuhan). Kitab ini diterjemahkan dari bahasa
Arab ke bahasa Melayu atas permintaan Sultan Iskandar Tsani. Kitab ini
selesai ditulis pada masa Sultanah Safiatuddin.12
4 Sejarah
a. Bustanu as-Salathin fi Zikri al-Awwalin wa al-Khairiin (Taman para
Sultan tentang riwayat hidup orang-orang dahulu dan kemudian). Kitab ini
ditulis sekitar tahun 1630-an.13 Kitab sejarah karangan Syekh Nuruddin
yang terbesar dalam bahasa Melayu. Kitab ini di tulis setelah beliau berada
di Aceh selama 7 (tujuh) tahun dan didedikasihkan untuk Sultan Iskandar
11
Musyaffaa, “Pemikiran dan Gerakan Dakwah Syekh Nuruddin Ar-Raniry”, Jurnal Ilmiah Syi’ar 18, no. 1 (2018):
75.
12
Ibid., 76
13
Muhammad Fayrus, “Nuruddin ar-Raniry; Kajian Pemikiran Tokoh Muslim Indonesia”, SIASAT: Jornal of
Social, Cultural and Political Studies 4, no. 2 (2019): 18

6
Tsani. Terdiri dari 7 (tujuh) bab antara lain: Pertama, kitab ini terdiri dari
10 pasal, berisi tentang 7 (tujuh) pertela langit dan bumi. Kedua, terdiri
dari 13 pasal, bab ini berisi tentang sejarah para nabi dan raja. Terutama
pada pasal 12 dan 13 menjelaskan mengenai sejarah Negara-negara
Melayu, terutama sejarah Malaka dan Pahang tidak lupa juga kerajaan
Aceh. Ketiga, terdiri dari 6 pasal. Dalam bab ini menerangkan mengenai
raja-raja yang adil dan mentri-mentri yang berakal dan bijaksana.
Keempat, bab ini terdiri 2 pasal. Pada bab ini menerangkan mengenai para
raja yang bertapa dan waliyullah. Kelima, terdiri 2 pasal, pada bagian ini
menerangkan para raja dan mentri yang dzalim. Keenam, terdiri 2 pasal,
menerangkan mengenai orang-orang pemurah, mulia dan pemberani.
Ketujuh, bagian ini menerangkan mengenai ilmu filsafat, ilmu ketabiban,
sifat-sifat perempuan serta hikayat ajaib yang jarang terjadi. 14
5 Hadis
a. Hidayat al-Habib fi al-Targhib wa al-Tarhib (Petunjuk kekasih dalam hal
yang memberikan dan menakutkan). Kitab ini berisikan 831 hadis,
sekarang kitab ini dicetak dengan judul “al Fawa’idu al-Bahiyah fi al-
Ahdists al-Nabawiyyah” dalam kitab Hasiyyatu Jam’il al-Fawaid,
karangan Daud ibn Abdillah al-Fatani.15

14
Musyaffaa, “Pemikiran dan Gerakan Dakwah Syekh Nuruddin Ar-Raniry”, Jurnal Ilmiah Syi’ar 18, no. 1 (2018):
hlm 77.
15
Ibid., hlm 78

7
C. Pemikiran dan Peranan Syekh Nuruddin Ar-Raniry dalam Perkembangan Dunia
Islam

Meskipun dikenal sebagia Ulama’ yang menguasai berbagai bidang ilmu


keagamaan, tetapi kebanyakan karya Nuruddin Ar-Raniry adalah dalam bidang tasawuf.
Hal ini tidak bisa dilepaskan dari pola kehidupan masyarakat Aceh pada periode masa
sebelumnya. Dimana pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda, masyarakat Aceh
berada dalam masa Islam mistik, penganut doktrin wujudiyah dari Hamzah Fansuri dan
Syamsuddin As-Samatrani.16 Pada saat itu Nuruddin tidak mendapatkan posisi politik
apapun. Ia hanya dipercaya untuk mengajar para kanak-kanak. Maka dari itu ia
meneruskan perjalanan ke daerah lain. Pada waktu Sultan Iskandar Muda berkuasa,
ulama yang berpengaruh dalam pemerintahan adalah Syamsuddin Sumatrani.17

Saat Syamsuddin dan Sultan Iskandar Muda berturut-turut meninggal, Nuruddin


datang kembali ke Aceh. Dia segera ditunjuk sebagai Syekh Islam menggantikan
kedudukan Syamsuddin. Kedudukan ini didapat Nuruddin karena pengganti Sultan
Iskandar Muda adalah Sultan Iskandar Tsani, yang juga merupakan muridnya ketika
masih kanak-kanak. Karena kedudukannya itu, Nuruddin menjadi orang kedua setelah
Sultan.18

Walaupun pada zaman pemerintahan Sultan Iskandar Muda Nuruddin Al-Raniri


tidak begitu diketahui oleh masyarakat luas, dengan ketegasan dan keberaniannya serta
penguasaan berbagai bidang ilmu agama Islam, Nuruddin Al-Raniri sangat cepat
menonjol pada zaman pemerintahan Sultan Iskandar Tsani. Akhirnya Nuruddin Al-Raniri
naik ke puncak yang tertinggi dalam kerajaan Aceh, karena beliau mendapat sokongan
sepenuhnya dari sultan. Beliau memang ahli dalam bidang ilmu mantiq (logika) dan ilmu
balaghah (retorika). Setelah mendapat kedudukan terhormat dalam pemerintah dan
pijakan kuat di istana sultan Aceh, Nuruddin mulai melancarkan pembaharuan Islamnya
16
Musyafar, Rusydiyanto. AJARAN WUJUDIYAH MENURUT NURUDDIN AR-RANIRY. JURNAL POTRET PEMIKIRAN -
Jurnal Penelitian dan Pemikiran Islam. Volume 22, Nomor 1. 2018. Hlm 4.
17
Zainurrafiq Muhammad.2017. KRITIK NURUDDIN AL-RANIRI TERHADAP HAMZAH FANSURI DALAM KITAB
“HUJJAH AL-SHIDDIQ LIDHAF’I AL-ZINDIQ”. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah. Hlm 23-24
18
Zainurrafiq Muhammad.2017. KRITIK NURUDDIN AL-RANIRI TERHADAP HAMZAH FANSURI DALAM KITAB
“HUJJAH AL-SHIDDIQ LIDHAF’I AL-ZINDIQ”. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah. Hlm 23-24

8
di Aceh. Menurutnya Islam di Aceh telah dikacaukan kesalahpahaman atas doktrin
mistisisme.19

Terdapat aspek-aspek yang sama antara ajaran tasawuf Wujudiyyah dengan


konsep wahdatul wujud. Konsep tasawuf wahdatul wujud sendiri, menurut Canon Sell
muncul sekitar abad 9-10 oleh Al-Bayazid dari Bistam dan Al-Junaid dari Baghdad.
Pengikut al-Junaid yang terkenal adalah al-Hallaj yang dikenal dengan kalimatnya “ana
al-haq”, yang kemudian dianggap sesat dan dibunuh. Walaupun demikian, ajaran al-
Hallaj tetap diikuti dan dipelajari. Diantara pengikutnya adalah Ibnu Arabi. Wahdatul
Wujud merupakan teori tajalliat Ibnu Arabi yang berpusat pada ajaran tentang penciptaan
alam dan manusia melalui penampakan 7 martabat. Dari Ibnu ‘Arabi inilah Hamzah
Fansuri mempelajari konsep Wujudiyyah, yang kemudian diikuti oleh Syamsuddin As-
Samatrani.

Sebagai Ulama’ yang sangat mendukung penafsiran mistiko-filosofis wahdatul


wujud, ajaran mereka misalnya menjelaskan bahwa alam raya dalam serangkaian
emanasi-emanasi neo platonis dan menganggap emanasi sebagi bagian dari Tuhan itu
sendiri. Mereka juga mengajarkan bahwa Tuhan itu seolah-olah sama dengan mahluknya
(ittihad) atau Tuhan dapat menitis dan menjelma kepada semua benda ciptaan-Nya. Jadi,
bisa dikatakan bahwa dalam konsep wujudiyyah, semua benda adalah Tuhan, atau
sebaliknya Tuhan adalah semua benda.20

Untuk menyanggah pendapat dan paham wujudiyyah Hamzah Fansuri, ia sengaja


menulis beberapa kitab, antara lain: Asrar Al-Arifin (Rahasia orang yang mencapai
pengetahuan Sanubari). Syarab Al-‘Asyiqin (Minuman para kekasih), dan Al-Muntahi
(Pencapai puncak). Disamping itu ia juga menyanggah ajaran Hamzah melalui polemik-
polemik terbuka dengan para pengikut wujudiyyah. Ahmad Daudy (1983) menyatakan
Ar-Raniry menilai secara tidak langsung dalam Hujjat Al-Shiddiq bahwa kedudukan
ulama-ulama lokal seperti Hamzah Fansuri dan Syamsuddin as-Sumatrani masih rendah
dalam penguasaan ilmu agama dan kerohanian. Syamsudddin As-Sumatrani hanya
disebut secara sambil lalu. Di dalam al-Fath al-Mubin ala al-mulhidin (Kemenangan
19
Ibid hlm 24
20
Musyafar, Rusydiyanto. AJARAN WUJUDIYAH MENURUT NURUDDIN AR-RANIRY. JURNAL POTRET PEMIKIRAN -
Jurnal Penelitian dan Pemikiran Islam. Volume 22, Nomor 1. 2018. Hlm 4

9
terhadap Golongan Atheis), Ar-Raniry malah memandang Syaikh Hamzah Fansuri
sebagai ulama zindiq.21

Ia hidup di Aceh selama 7 tahun sebagai alim, mufti, dan penulis produktif yang
menentang doktrin Wujudiyyah yang dianut oleh Hamzah Fansuri dan Syamsuddin As-
Sumatrani. Menurut Ar-Raniry, Wujudiyyah itu suatu paham yang menyesatkan. Ia
mengeluarkan fatwa untuk memburu orang yang dianggap sesat, membunuh orang yang
menolak bertobat dari kesesatan, serta membakar buku-buku yang berisi ajaran sesat.

Namun, keadaan berbalik melawan Nuruddin ketika Sultan Iskandar Tsani


mangkat dan digantikan oleh istrinya, Sultanah Safiatuddin Johan Berdaulat (1641-1675).
Polemik antara Nuruddin dan aliran wujudiyah bangkit kembali. Kali ini yang menang
adalah seorang tokoh yang namanya sama dengan salah satu karya Hamzah Fansuri, yaitu
Saif ar-Rijl, yang berasal dari Minangkabau dan baru kembali ke Aceh dari Surat. Saif ar-
Rijl mendapat dukungan sebagian besar kalangan Aceh, yang merasa tidak senang
dengan besarnya pengaruh orang asing di Istana Aceh. Untuk menyelesaikan pertikaian
itu mereka mencari nasihat sang ratu, tetapi sang ratu menolak dengan dalih tidak
berwenang dalam soal ketuhanan.22

Setelah perlindungan Sultan berakhir, Nuruddin tiba-tiba meninggalkan Aceh dan


menuju kota kelahirannya Ranir pada 1054 H./1644 M 23 karena mendapatkan serangan
balik dari lawan-lawan polemiknya yang tajam dari murid Syamsuddin yang dituduh
menganut paham panteisme.24 dan tidak sempat menyelesaikan karangannya yang
berjudul Jawahir al‘Ulum fi Kasyfi al-Ma‘lum (Hakikat Ilmu dalam Menyingkap Objek
Pengetahuan).

Nuruddin Ar-Raniry, adalah seorang sosok sufi yang tidak toleran dan ortodoks,
yang tidak menghargai karya dan pemikiran orang lain. Tetapi disisi lain ia dianggap

21
Musyaffaa, “Pemikiran dan Gerakan Dakwah Syekh Nuruddin Ar-Raniry”, Jurnal Ilmiah Syi’ar 18, no. 1 (2018):
hlm 82-83
22
Zainurrafiq Muhammad.2017. KRITIK NURUDDIN AL-RANIRI TERHADAP HAMZAH FANSURI DALAM KITAB
“HUJJAH AL-SHIDDIQ LIDHAF’I AL-ZINDIQ”. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah. Hlm 27
23
Ibid hlm 27
24
Majid Abdul. KARAKTERISTIK PEMIKIRAN ISLAM NURUDDIN AR-RANIRY. Substantia, Volume 17 Nomor2, Oktober
2015. Hlm 181-182

10
berjasa dalam mengembangkan ilmu keislaman yang integral antara syariat dan tasawuf.
25

Terlepas dari pernyataan penyimpangan dan pensesatan Ar-Raniry terhadap


doktrin wujudiyah tersebut, pengkafiran apalagi pembunuhan pada setiap pengikutnya
tetap tidak dapat dibenarkan. Dalam konteks tasawuf falsafi, tentu saja terdapat beberapa
hal yang rumit dan sulit dipahami. Dan bisa saja, doktrin tersebut hanya dipahami dalam
konteks harfiahnya saja. Pembakaran atas kitab-kitab karangan Hamzah Fansuri dan
Syamsuddin As-Samatrani juga merugikan khazanah keilmuan Islam di Nusantara.

Walaupun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa Ar-Raniry mempunyai


pengaruh yang besar dalam penyebaran keilmuan Islam di Nusantara. Ia mendorong
beberapa Ulama’ selanjutnya untuk mengkaji ulang ajarann-ajarannya, yang kemudian
menghasilkan pemikiranpemikiran baru lagi. Kitab-kitab Ar-Raniry juga cukup banyak
yang dapat dikaji dan digunkana oleh masyarakat Aceh pada masa itu.26

Melalui Karyanya Kitab Hidayat al-Habib fi al-Targhib wa al-Tarhib, al-Raniri


merupakan sosok intelektual muslim Nusantara pertama yang merintis penulisan di
bidang hadis, yang pada perkembangan berikutnya banyak diikuti oleh para ulama
lainnya di berbagai wilayah Nusantara untuk melakukan pemenulisan kitab-kitab hadis
dalam berbagai kategori, baik berupa karya kompilasi hadis dalam berbagai tema
tertentu maupun berupa syarh (penjelasan) terhadap kitab-kitab hadis yang sudah ada. Hal
ini menunjukkan bahwa tradisi penulisan kitab hadis di kalangan ulama Nusantara telah
berlangsung sejak abad ke- 17 M. meskipun dari segi jumlah masih kalah dibandingkan
dengan bidang keilmuan lain, terutama tasawuf dan fikih.27

25
Ibid hlm 182
26
Musyafar, Rusydiyanto. AJARAN WUJUDIYAH MENURUT NURUDDIN AR-RANIRY. JURNAL POTRET PEMIKIRAN -
Jurnal Penelitian dan Pemikiran Islam. Volume 22, Nomor 1. 2018. Hlm 9-10
27
Alimron. Teks dan Konteks Kitab Hadis Melayu Pertama:Studi atas Naskah Hidayat al-habib Karya al-Raniri. UIN
Raden Fatah. Diya al-Afkar Vol. 6, No. 1, Juni 2018. Hlm 20-21

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Nuruddin Muhammad bin Ali bin Hasanji al-Hamid (al-Humayd) al-Syafi’i al-
Aydarusi al-Raniri, lahir di Ranir (sekarang Rander), sebuah kota pelabuhan tua di
Gujarat, India. Tanggal dan tahun kelahirannya tidak diketaui secara pasti, 28 tetapi
Syaikh Nuruddin diperkirakan lahir sekitar akhir abad ke-16 . Nuruddin Ar-Raniry
meninggal dunia pada tanggal 22 Dzulhijjah 1096 H/21 September 1685 M di India.

Kedatangan beliau ke Nusantara, belum ada literature yang menjelaskan secara


pasti dan bahkan kemungkinan beliau datang dan tinggal beberapa tahun di Aceh antara
1029 H/1621 M dan 1047 H/1637 M. Puncak karir Syekh Nuruddin dimulai pada
kedatangan beliau yang kedua di Aceh, setelah meninggalnya Sultan Iskandar Muda yang
digantikan oleh Sultan Iskandar Tsani. Syekh Nuruddin kemudian diangkat oleh Sultan
Iskandar Tsani menjadi penasehat sekaligus menjadi Mufti dan mendapat gelar Syaikh al-
islam. Setelah beliau mendapat pijakan kuat dari Sultan Aceh, kemudian beliau
melancarkan pembaharuan islamnya disana.

Syekh Nuruddin ar-Raniry memiliki karya-karya ilmiah diberbagai bidang dan


kajian keilmuan, terutama yang berkaitan dengan ajaran pokok agama islam. Karya
beliau yang sudah diketahui secara pasti kurang lebih berjumlah 29 kitab dan manuskrib,
yang meliputi berbagai cabang ilmu seperti fikih, hadis, akidah, sejarah, tasawuf, dan
sebagainya.

Dalam menentang paham wujudiyyah Hamzah Fansuri yang sudah menjadi


keyakinan bagi masyarakat pada waktu itu, ada empat poin mengenai spesifikasi dari
pemikirannya, yaitu; Tuhan, alam, manusia dan wujudiyyah. Empat landasan inilah yang
dijadikan pijakan Ar-Raniry dalam menentang Hamzah Fansuri dan pengikutnya. Selama
berkarier di Aceh, banyak pengaruh serta kontribusi Ar-Raniry terhadap perkembangan
Aceh, yaitu; di bidang karya-karyanya yang menjadi rujukan sumber utama dalam
28
Nur Syaifan.. Kritik Terhadap Pemikiran Tasawuf Al-Raniri. Vol.3 No.2. Jogyakarta UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2013. Hlm 140

12
memahami tauhid, bidang politik, hadist, sejarah serta dalam perkembangan bahasa
Melayu.

13
DAFTAR PUSTAKA

Zainurrafiq Muhammad.2017. KRITIK NURUDDIN AL-RANIRI TERHADAP HAMZAH


FANSURI DALAM KITAB “HUJJAH AL-SHIDDIQ LIDHAF’I AL-ZINDIQ”.
Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah

Musyaffaa. “Pemikiran dan Gerakan Dakwah Syekh Nuruddin Ar-Raniry”. Jurnal Ilmiah
Syi’ar 18, no. 1 (2018)

Rusdiyanto. “Ajaran Wujudiyah Menurut Nuruddin Ar-Raniry’, JURNAL POTRET


PEMIKIRAN: Jurnal Penelitian dan Pemikiran Islam 22, no. 3 (2018)

Fayrus Muhammad. 2019. Nuruddin Ar-Raniry: Kajian Pemikiran Tokoh Muslim Indonesia.
Jakarta : Universitas Paramadina.
Musyafar, Rusydiyanto. 2018. Ajaran Wujudiyah Menurut Nuruddin Ar-Raniry. Jurnal Potret
Pemikiran - Jurnal Penelitian dan Pemikiran Islam. Volume 22, Nomor 1.
Nur Syaifan. 2013. Kritik Terhadap Pemikiran Tasawuf Al-Raniri. Vol.3 No.2. Jogyakarta
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Majid Abdul. Karakteristik Pemikiran Islam Nuruddin Ar-Raniry. Substantia, Volume 17
Nomor 2. 2015.
Alimron. Teks dan Konteks Kitab Hadis Melayu Pertama:Studi atas Naskah Hidayat al-habib
Karya al-Raniri. UIN Raden Fatah. Diya al-Afkar Vol. 6, No. 1, Juni 2018
Ummayah. 2018. Biografi Nuruddin Ar-Raniry. Banten : UIN SMH Banten.

14

Anda mungkin juga menyukai