Anda di halaman 1dari 27

STANDAR AUDIT

SA 402, SA 450, SA 500 DAN SA 501

MATA KULIAH
AUDIT DAN ATESTASI

Disusun Oleh:
Azisyam Dyan Cakrawala (023102211004)
Raihan Mahdy Avianto (023102211045)
Ratih Fatma Dewi (023102211046)
Muhammad Arvin Febriansyah (023102211058)

PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI


UNIVERSITAS TRISAKTI
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Audit
dan Atestasi dengan judul materi “Standar Audit: SA 402, SA 450, SA 500 dan SA
501”. Adapun tugas ini dibuat dalam rangka memenuhi persyaratan akademik.
Tugas ini memberikan pemahaman kepada kami untuk mengasah keterampilan
dalam bekerjasama, analisis, serta komunikasi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Nuryanto, Ak., MM., CA. selaku
dosen pada mata kuliah Audit dan Atestasi atas ilmu yang telah diberikan.
Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna dan masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan. Sekian dari kami, semoga tugas ini dapat memberikan
manfaat khususnya bagi kami dan seluruh pembaca.

Jakarta, September 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... . . 1
1.1. Pendahuluan ...............................................................................1
1.2. Tujuan ................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN MATERI ...................................................................... 2
2.1. SA 402 ........................................................................................ 2
2.2. SA 450 ........................................................................................ 10
2.3. SA 500 ........................................................................................ 13
2.4. SA 501 ........................................................................................ 16
BAB III PEMBAHASAN KASUS ....................................................................... 20
3.1. Kasus..PT..Asuransi..Jiwa
……..Adisarana Wanaarta .....................................………………………………. . 20
3.2. Kasus PT Indosat Tbk…………………........................................ 21
BAB IV KESIMPULAN ...................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Pendahuluan
Audit laporan keuangan adalah salah satu elemen kunci dalam menjaga
transparansi, akuntabilitas, dan integritas dalam dunia bisnis, keuangan, dan
pemerintahan. Auditor memainkan peran penting dalam memverifikasi dan menilai
kebenaran dan keandalan laporan keuangan entitas, sehingga memberikan
keyakinan kepada pemangku kepentingan terkait dengan keuangan suatu entitas.
Namun, pelaksanaan audit yang efektif memerlukan panduan yang jelas dan
standar yang ketat. Panduan dalam melaksanakan audit diatur dalam standar audt
yang dikeluarkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).
Standar Audit merupakan seperangkat pedoman dan prinsip yang dirancang
untuk memandu auditor dalam melaksanakan audit dengan kualitas
dan konsistensi yang tinggi. Standar Audit memberikan kerangka kerja yang jelas
yang harus diikuti oleh auditor, memastikan bahwa proses audit dilakukan dengan
hati- hati, obyektif, dan sesuai dengan prinsip-prinsip etika yang ketat. Selain
itu, standar audit juga membantu dalam memastikan bahwa hasil audit
dapat diandalkan, transparan, dan relevan bagi pemangku kepentingan.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengkaji SA 402 tentang Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas
yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa;
2. Untuk mengkaji SA 450 tentang Pengevaluasian atas Kesalahan Penyajian
yang Diidentifikasi Selama Audit;
3. Untuk mengkaji SA 500 tentang Bukti Audit;
4. Untuk.mengkaji.SA.501.tentang Bukti Audit – Pertimbangan Spesifik atas
Unsur Pilihan.

1
BAB II
PEMBAHASAN MATERI

2.1. SA 402
2.1.1. Ruang Lingkup
Standar Audit (SA) ini mengatur tentang tanggung jawab auditor pengguna
untuk memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat ketika suatu entitas
pengguna memanfaatkan jasa dari satu atau lebih organisasi jasa. Secara spesifik,
standar ini menjelaskan tentang bagaimana auditor pengguna menerapkan SA
315 (Revisi 2021) dan SA 330 (Revisi 2021) dalam memeroleh pemahaman
1 2

tentang entitas pengguna, termasuk pengendalian internal yang relevan dengan


audit, yang cukup untuk mengidentifikasi dan menilai risiko adanya kesalahan
penyajian material dan dalam mendesain dan melaksanakan prosedur audit
lanjutan sebagai respons terhadap risiko tersebut.
Banyak entitas melakukan outsource aspek-aspek bisnisnya kepada
organisasi penyedia jasa, mulai dari pelaksanaan tugas spesifik di bawah arahan
suatu entitas sampai dengan penggantian keseluruhan unit atau fungsi bisnis suatu
entitas, seperti fungsi kepatuhan perpajakan. Banyak jasa yang disediakan
oleh organisasi semacam itu yang merupakan bagian integral dari kegiatan
operasi bisnis entitas; namun, tidak semua jasa tersebut relevan dengan audit.
Jasa yang diberikan oleh organisasi jasa relevan dengan audit atas
laporan keuangan entitas pengguna ketika jasa tersebut, dan pengendalian
terhadap jasa tersebut, merupakan bagian dari sistem informasi entitas
pengguna, termasuk proses bisnis yang terkait, yang relevan dengan pelaporan
keuangan. Walaupun sebagian besar pengendalian di organisasi jasa
kemungkinan besar berhubungan dengan pelaporan keuangan, ada kemungkinan
terdapat pengendalian lain yang relevan dengan audit, seperti pengendalian atas
pengamanan aset. Jasa suatu organisasi jasa yang merupakan bagian dari
sistem informasi entitas pengguna, termasuk proses bisnis yang terkait, relevan
dengan pelaporan keuangan jika jasa tersebut berdampak terhadap salah satu di
bawah ini:
(a) Golongan transaksi dalam entitas pengguna yang signifikan terhadap laporan
keuangan entitas pengguna;
(b) Prosedur, dalam teknologi informasi (TI) maupun sistem manual, yang dengan
itu transaksi entitas pengguna dimulai, dicatat, diproses, dikoreksi, ditransfer
ke buku besar, dan dilaporkan dalam laporan keuangan;

2
(c) Catatan akuntansi yang terkait, baik dalam bentuk elektronik maupun manual,
informasi pendukung dan akun-akun spesifik dalam laporan keuangan entitas
pengguna yang digunakan untuk memulai, mencatat, memproses,
dan melaporkan transaksi entitas pengguna; termasuk pengoreksian atas
informasi yang tidak benar dan cara pentransferan informasi ke buku besar;
(d) Bagaimana sistem informasi entitas pengguna mencatat peristiwa dan kondisi,
selain transaksi, yang signifikan terhadap laporan keuangan;
(e) Proses pelaporan keuangan yang digunakan untuk menyusun
laporan keuangan entitas pengguna, termasuk estimasi akuntansi
signifikan dan pengungkapan; dan
(f) Pengendalian terhadap entri jurnal, termasuk entri jurnal nonstandar yang
digunakan untuk mencatat transaksi tidak rutin, transaksi atau penyesuaian
yang tidak lazim.

Sifat dan luas pekerjaan yang dilaksanakan oleh auditor pengguna yang
berkaitan dengan jasa yang disediakan oleh organisasi jasa bergantung pada
sifat dan signifikansi jasa tersebut terhadap entitas pengguna dan relevansinya
terhadap audit.
SA ini tidak berlaku bagi jasa yang disediakan oleh institusi keuangan yang
terbatas pada pemrosesan, untuk rekening entitas yang terdapat di institusi
keuangan, transaksi yang diotorisasi secara spesifik oleh entitas, seperti
pemrosesan transaksi rekening giro oleh bank atau pemrosesan transaksi
sekuritas oleh pialang. Di samping itu, SA ini tidak berlaku terhadap audit atas
transaksi yang berasal dari hak kepemilikan kepentingan keuangan dalam entitas
lain, seperti firma, korporasi, dan joint venture, ketika hak kepemilikan
kepentingan dipertanggungjawabkan dan dilaporkan kepada pemegang
kepentingan.

2.1.2. Tujuan
Tujuan auditor pengguna, ketika entitas pengguna menggunakan jasa dari suatu
organisasi jasa, adalah:
(a) Untuk memeroleh pemahaman atas sifat dan signifikansi jasa yang disediakan
oleh organisasi jasa dan dampaknya terhadap pengendalian internal entitas
pengguna yang relevan dengan audit, yang cukup untuk mengidentifikasi dan
menilai risiko kesalahan penyajian material; dan

3
(b) Untuk mendesain dan melaksanakan prosedur audit sebagai respons terhadap
risiko tersebut.

2.1.3. Definisi
Untuk tujuan SA ini, istilah berikut memiliki makna:
(a) Pengendalian pelengkap entitas pengguna: Pengendalian yang dianggap oleh
organisasi jasa, dalam mendesain jasanya, akan diimplementasikan oleh
entitas pengguna, dan diidentifikasi dalam penjelasan sistemnya jika
diperlukan untuk mencapai tujuan pengendalian.
(b) Laporan atas deskripsi dan desain pengendalian pada suatu organisasi jasa
(dalam standar ini disebut sebagai laporan tipe 1): Sebuah laporan yang terdiri
atas:

(i) Suatu deskripsi, yang disusun oleh manajemen organisasi jasa, tentang
sistem yang dimiliki oleh organisasi jasa, tujuan pengendalian dan
pengendalian terkait yang telah didesain dan diimplementasikan pada
tanggal tertentu; dan
(ii) Suatu laporan dari auditor jasa yang bertujuan untuk menyampaikan
keyakinan memadai yang mencakup opini auditor jasa terhadap deskripsi
sistem pada organisasi jasa, tujuan pengendalian dan pengendalian
terkait, dan kesesuaian desain pengendalian untuk mencapai tujuan
pengendalian yang telah ditentukan.
(c) Laporan tentang deskripsi, desain, dan efektivitas operasi pengendalian dalam
suatu organisasi jasa (dalam SA ini disebut sebagai laporan tipe 2): Sebuah
laporan yang berisi:
(i) Suatu deskripsi, yang disusun oleh manajemen organisasi jasa, tentang
sistem dalam organisasi jasa, tujuan pengendalian dan pengendalian-
pengendalian yang terkait, desain dan implementasi
pengendalian tersebut pada tanggal atau sepanjang periode
tertentu dan, dalam beberapa kasus, efektivitas operasi pengendalian
tersebut sepanjang periode tertentu; dan

4
(ii) Suatu laporan yang disusun oleh auditor jasa dengan tujuan untuk
menyampaikan keyakinan memadai yang mencakup:
a. Opini auditor jasa terhadap deskripsi sistem organisasi jasa, tujuan
pengendalian dan pengendalian-pengendalian yang terkait,
kesesuaian desain pengendalian untuk mencapai tujuan
pengendalian yang telah ditentukan, dan efektivitas
operasi pengendalian; dan
b. Suatu deskripsi tentang pengujian pengendalian yang
dilaksanakan oleh auditor jasa dan hasilnya.
(d) Auditor jasa: Seorang auditor yang, atas permintaan organisasi
jasa, menyediakan laporan asurans atas pengendalian suatu organisasi jasa.
(e) Organisasi jasa: Suatu organisasi pihak ketiga (atau segmen suatu organisasi
pihak ketiga) yang menyediakan jasa kepada entitas pengguna
yang merupakan bagian sistem informasi organisasi entitas tersebut yang
relevan dengan pelaporan keuangan.
(f) Sistem organisasi jasa: Kebijakan dan prosedur yang didesain,
diimplementasikan, dan dipelihara oleh organisasi jasa untuk menyediakan
jasa yang tercakup dalam laporan auditor jasa kepada entitas pengguna.
(g) Organisasi subjasa: Suatu organisasi jasa yang digunakan oleh organisasi jasa
lain untuk melaksanakan beberapa jasa bagi entitas pengguna yang menjadi
bagian sistem informasi entitas pengguna tersebut yang relevan dengan
pelaporan keuangan.
(h) Auditor pengguna: Seorang auditor yang melaksanakan audit dan membuat
laporan audit atas laporan keuangan suatu entitas pengguna.
(i) Entitas pengguna: Suatu entitas yang menggunakan suatu organisasi jasa dan
yang laporan keuangannya diaudit.

2.1.4. Ketentuan

Pemerolehan Pemahaman atas Jasa yang Disediakan oleh Organisasi Jasa, Termasuk
Pengendalian Internal
Ketika pemerolehan pemahaman atas entitas pengguna berdasarkan SA 315 (Revisi
2021), auditor pengguna harus memeroleh suatu pemahaman tentang bagaimana
3

entitas pengguna memanfaatkan jasa organisasi jasa dalam kegiatan operasi entitas
pengguna, termasuk:

5
(a) Sifat jasa yang disediakan oleh organisasi jasa dan signifikansi jasa tersebut
bagi entitas pengguna, termasuk dampak jasa tersebut terhadap pengendalian
internal entitas pengguna;
(b) Sifat dan materialitas transaksi yang diproses atau akun-akun atau proses
pelaporan keuangan yang dipengaruhi oleh organisasi jasa;
(c) Tingkat interaksi antara aktivitas organisasi jasa dan aktivitas
entitas pengguna ; dan
(d) Sifat hubungan antara entitas pengguna dan organisasi jasa, termasuk
ketentuan perjanjian yang relevan untuk aktivitas yang dijalankan
oleh organisasi jasa.

Ketika pemerolehan suatu pemahaman atas pengendalian internal yang


relevan dengan audit berdasarkan SA 315 (Revisi 2021), 4
auditor
pengguna harus mengevaluasi desain dan implementasi pengendalian yang
relevan di entitas pengguna yang berhubungan dengan jasa yang diberikan
oleh organisasi jasa, termasuk pengendalian yang diterapkan terhadap transaksi
yang diproses oleh organisasi jasa.
Auditor pengguna harus menentukan apakah suatu pemahaman yang
memadai tentang sifat dan signifikansi jasa yang disediakan oleh organisasi
jasa dan dampaknya terhadap pengendalian internal entitas pengguna yang
relevan dengan audit telah diperoleh untuk menyediakan suatu dasar untuk
mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material.

Ketika auditor pengguna tidak mampu memeroleh pemahaman yang cukup


dari entitas pengguna, auditor pengguna harus memeroleh pemahaman dari satu
atau beberapa prosedur berikut:
(a) Memeroleh laporan tipe 1 atau tipe 2, jika tersedia;
(b) Menghubungi organisasi jasa, melalui entitas pengguna, untuk memeroleh
informasi spesifik;
(c) Mengunjungi organisasi jasa dan melaksanakan prosedur yang akan
menyediakan informasi yang diperlukan tentang pengendalian yang relevan
pada organisasi jasa; atau
(d) Menggunakan auditor lain untuk melaksanakan prosedur yang akan
menyediakan informasi yang diperlukan tentang pengendalian yang relevan
pada organisasi jasa.

6
Dalam menentukan kecukupan dan ketepatan bukti audit yang disediakan oleh
suatu laporan tipe 1 atau tipe 2, auditor pengguna harus puas atas:
(a) Kompetensi profesional auditor jasa dan independensi terhadap organisasi
jasa; dan
(b) Kecukupan standar yang dipakai sebagai acuan laporan tipe 1 atau tipe 2 yang
dikeluarkan.
Ketika auditor pengguna merencanakan untuk menggunakan laporan tipe 1 atau
tipe 2 sebagai bukti audit untuk mendukung pemahaman auditor pengguna
tentang desain dan implementasi pengendalian di organisasi jasa, auditor pengguna
harus melakukan hal-hal sebagai berikut:
(a) Mengevaluasi apakah deskripsi dan desain pengendalian dalam organisasi
jasa pada suatu tanggal atau suatu periode telah tepat untuk tujuan auditor
pengguna;
(b) Mengevaluasi kecukupan dan ketepatan bukti yang disediakan oleh laporan
untuk memahami pengendalian internal entitas pengguna yang relevan dengan
audit; dan
(c) Menentukan apakah pengendalian pelengkap entitas pengguna yang
diidentifikasi oleh organisasi jasa adalah relevan bagi entitas pengguna dan,
jika demikian, memeroleh pemahaman apakah entitas pengguna
telah mendesain dan mengimplementasikan pengendalian tersebut.

Respons terhadap Risiko yang Telah Dinilai atas Kesalahan Penyajian Material
Dalam merespons risiko yang telah dinilai berdasarkan SA 330 (Revisi 2021),
auditor pengguna harus melakukan hal-hal sebagai berikut:
(a) Menentukan apakah kecukupan dan ketepatan bukti audit tentang asersi
laporan keuangan yang relevan tersedia dari catatan yang ada di tangan
entitas pengguna; dan, jika tidak,
(b) Melaksanakan prosedur audit lanjutan untuk memeroleh bukti audit yang cukup
dan tepat atau menggunakan auditor lain untuk melaksanakan prosedur
tersebut di organisasi jasa bagi kepentingan auditor pengguna.

7
Pengujian Pengendalian
Ketika penilaian risiko auditor pengguna memasukkan suatu harapan
bahwa pengendalian di organisasi jasa telah beroperasi secara efektif, auditor
pengguna harus memeroleh bukti audit mengenai efektivitas operasi
pengendalian yang dijalankan tersebut dari satu atau beberapa prosedur berikut:
(a) Memeroleh laporan tipe 2, jika tersedia;
(b) Melaksanakan pengujian pengendalian yang tepat di organisasi jasa; atau
(c) Menggunakan auditor lain untuk melaksanakan pengujian pengendalian di
organisasi jasa bagi kepentingan auditor pengguna.
Ketika, berdasarkan paragraf 16(a), auditor pengguna merencanakan
untuk menggunakan laporan tipe 2 sebagai bukti audit bahwa pengendalian di
organisasi jasa beroperasi secara efektif, auditor pengguna harus menentukan
apakah laporan auditor pengguna menyediakan bukti audit yang cukup dan tepat
tentang efektivitas pengendalian untuk mendukung penilaian risiko auditor pengguna
dengan:
(a) Mengevaluasi apakah deskripsi, desain, dan efektivitas operasi pengendalian
di organisasi jasa pada suatu tanggal atau suatu periode sesuai dengan tujuan
auditor pengguna;
(b) Menentukan apakah pengendalian pelengkap entitas pengguna yang
diidentifikasi oleh organisasi jasa relevan dengan entitas pengguna dan, jika
demikian, memeroleh suatu pemahaman apakah entitas pengguna telah
mendesain dan mengimplementasikan pengendalian tersebut dan,
jika demikian, menguji efektivitas operasi pengendalian tersebut;
(c) Mengevaluasi kecukupan periode waktu yang dicakup oleh
pengujian pengendalian dan waktu yang berlalu sejak
pelaksanaan pengujian pengendalian tersebut; dan
(d) Mengevaluasi apakah pengujian pengendalian dilaksanakan oleh auditor jasa
dan hasilnya, seperti dijelaskan dalam laporan auditor jasa, relevan dengan
asersi dalam laporan keuangan entitas pengguna, dan menyediakan bukti audit
yang cukup dan tepat untuk mendukung penilaian risiko auditor pengguna.

8
Laporan Tipe 1 dan Tipe 2 yang Tidak Mencantumkan Jasa Organisasi Subjasa
Apabila auditor pengguna merencanakan untuk menggunakan laporan tipe 1
atau tipe 2 yang tidak mencantumkan jasa yang disediakan oleh organisasi subjasa
dan jasa tersebut relevan dengan audit atas laporan keuangan entitas pengguna,
auditor pengguna harus menerapkan ketentuan SA ini sesuai dengan jasa yang
disediakan oleh organisasi subjasa.

Kecurangan, Ketidakpatuhan terhadap Peraturan Perundang-Undangan dan Kesalahan


Penyajian yang Tidak Dikoreksi Berkaitan dengan Aktivitas di Organisasi Jasa
Auditor pengguna harus meminta keterangan kepada manajemen entitas pengguna
apakah organisasi jasa telah melaporkan kepada entitas pengguna, atau apakah
entitas pengguna menyadari adanya kecurangan, ketidakpatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan, atau kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi yang
memengaruhi laporan keuangan entitas pengguna. Auditor pengguna
harus mengevaluasi bagaimana hal-hal tersebut memengaruhi sifat, saat,
dan luas prosedur audit lanjutan, termasuk dampak terhadap kesimpulan dan
laporan auditor pengguna.

Pelaporan oleh Auditor Pengguna


Auditor pengguna harus memodifikasi opini dalam laporan auditor
pengguna berdasarkan SA 705 (Revisi 2021) jika auditor pengguna tidak dapat
5

memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang jasa yang diberikan oleh
organisasi jasa yang relevan dengan audit atas laporan keuangan entitas
pengguna.
Auditor pengguna tidak boleh mengacu ke pekerjaan auditor jasa dalam
laporan auditor pengguna yang memuat opini tanpa modifikasian kecuali jika
diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan. Jika pengacuan tersebut diwajibkan
oleh peraturan perundang-undangan, laporan auditor pengguna harus
menunjukkan bahwa pengacuan tersebut tidak mengurangi tanggung jawab
auditor pengguna terhadap opini audit tersebut.
Ketika pengacuan ke pekerjaan auditor jasa relevan dengan suatu
pemahaman tentang suatu modifikasi atas opini auditor pengguna, auditor
pengguna harus menunjukkan bahwa pengacuan tersebut tidak mengurangi
tanggung jawab auditor pengguna terhadap opini auditnya.

9
2.2. SA 450
2.2.1. Ruang Lingkup
Standar Audit (SA) ini mengatur tentang tanggung jawab auditor untuk mengevaluasi
dampak kesalahan penyajian yang diidentifikasi dalam audit dan kesalahan
penyajian yang tidak dikoreksi, jika ada, terhadap laporan keuangan. SA 700 (Revisi
2021) mengatur tentang tanggung jawab auditor, dalam merumuskan suatu opini
atas laporan keuangan, untuk menyimpulkan apakah keyakinan memadai telah
diperoleh tentang apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari
kesalahan penyajian material. Kesimpulan auditor yang diharuskan dalam SA 700
(Revisi 2021) memperhitungkan pengevaluasian auditor atas kesalahan penyajian
yang tidak dikoreksi, jika ada, terhadap laporan keuangan, berdasarkan SA ini. SA 320 1

(Revisi 2021) mengatur tentang tanggung jawab auditor untuk menerapkan konsep
2

materialitas dengan tepat dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu audit atas laporan
keuangan.

2.2.2. Tujuan
Tujuan auditor adalah untuk mengevaluasi:
(a) Dampak kesalahan penyajian yang diidentifikasi atas audit; dan
(b) Dampak kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi, jika ada, terhadap laporan
keuangan.

2.2.3. Definisi
Untuk tujuan SA ini, istilah berikut memiliki makna:
(a) Kesalahan penyajian: Suatu perbedaan antara angka, klasifikasi, penyajian,
atau pengungkapan suatu unsur laporan keuangan yang dilaporkan dengan
angka, klasifikasi, penyajian, atau pengungkapan yang diharuskan agar
penyajian unsur tersebut sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku. Kesalahan penyajian dapat terjadi dari kesalahan atau kecurangan.

Ketika auditor menyatakan suatu opini atas apakah laporan keuangan disajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material, kesalahan penyajian juga
mencakup penyesuaian atas angka, klasifikasi, penyajian, atau
pengungkapan, yang menurut pertimbangan auditor, diperlukan untuk
menyajikan laporan keuangan secara wajar, dalam semua hal yang material.

(b) Kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi: Kesalahan penyajian yang telah
dikumpulkan oleh auditor selama audit dan belum dikoreksi.

10
2.2.4. Pengumpulan Kesalahan Penyajian yang Diidentifikasi
Auditor harus mengumpulkan kesalahan penyajian yang diidentifikasi selama audit,
selain kesalahan penyajian yang secara jelas tidak penting.

2.2.5. Pertimbangan atas Kesalahan Penyajian yang Diidentifikasi Selama Audit Berlangsung
Auditor harus menentukan apakah strategi audit dan rencana audit secara
keseluruhan perlu direvisi jika:
(a) Sifat kesalahan penyajian yang diidentifikasi dan kondisi keterjadiannya
menunjukkan bahwa kesalahan penyajian lain mungkin ada yang,jika
diagregasikan dengan kesalahan penyajian yang telah dikumpulkan selama
audit, dapat menjadi material; atau
(b) Agregasi kesalahan penyajian yang dikumpulkan selama audit mendekati
materialitas yang ditentukan berdasarkan SA 320 (Revisi 2021).

Jika, berdasarkan permintaan auditor, manajemen telah memeriksa suatu golongan transaksi,
saldo akun, atau pengungkapan dan mengoreksi kesalahan penyajian yang telah dideteksi,
maka auditor harus melaksanakan prosedur audit tambahan untuk menentukan apakah
kesalahan penyajian tersebut masih ada.

2.2.6. Komunikasi dan Koreksi atas Kesalahan Penyajian


Auditor harus mengomunikasikan secara tepat waktu semua kesalahan penyajian
yang dikumpulkan selama audit dengan tingkat manajemen yang tepat, kecuali jika
dilarang oleh peraturan perundang-undangan. Auditor harus meminta manajemen
3

untuk mengoreksi kesalahan penyajian tersebut.

Ketika manajemen menolak untuk mengoreksi beberapa atau semua kesalahan


penyajian yang dikomunikasikan oleh auditor, auditor harus memeroleh pemahaman
tentang alasan manajemen untuk tidak membuat koreksi dan harus
memperhitungkan pemahamannya tersebut pada waktu mengevaluasi apakah
laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material.

2.2.7. Pengevaluasian Dampak Kesalahan Penyajian yang Tidak Dikoreksi


10. Sebelum mengevaluasi dampak kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi, auditor
harus menentukan kembali materialitas yang ditentukan berdasarkan SA 320 (Revisi

2021) untuk mengonfirmasi apakah materialitas tersebut masih tepat dalam konteks
hasil aktual keuangan entitas.

11
11. Auditor harus menentukan apakah kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi adalah
material, baik secara individual maupun secara agregat. Dalam membuat penentuan
ini, auditor harus mempertimbangkan:
(a) Ukuran dan sifat kesalahan penyajian tersebut baik dalam hubungannya
dengan golongan transaksi, saldo akun, atau pengungkapan tertentu dan
laporan keuangan secara keseluruhan, dan kondisi tertentu tentang terjadinya
kesalahan penyajian tersebut; dan
(b) Dampak kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi yang berkaitan dengan
periode lalu atas golongan transaksi, saldo akun, atau pengungkapan yang
relevan, serta laporan keuangan secara keseluruhan.

Komunikasi kepada Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola

12. Auditor harus mengomunikasikan kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi dan dampaknya, baik secara
individual maupun secara agregat, terhadap opini dalam laporan audit, kecuali jika
dilarang oleh peraturan perundang-undangan. 4
Komunikasi auditor harus
mengidentifikasi kesalahan penyajian material yang tidak dikoreksi secara individual.
Auditor harus meminta untuk dikoreksi kesalahan penyajian tersebut.

13. Auditor harus juga mengomunikasikan kepada pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola dampak kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi yang berkaitan dengan
periode lalu terhadap golongan transaksi, saldo akun, atau pengungkapan yang
relevan, serta laporan keuangan secara keseluruhan.

2.2.8. Representasi Tertulis

14. Auditor harus meminta suatu representasi tertulis dari manajemen dan, jika relevan,
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola apakah mereka yakin bahwa dampak
kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi adalah tidak material, baik secara individual
maupun secara agregat, terhadap laporan keuangan secara keseluruhan. Suatu
ringkasan atas unsur-unsur tersebut harus dicantumkan dalam atau dilampirkan
pada representasi tertulis.

12
2.2.9. Dokumentasi

15. Auditor harus mencantumkan dalam dokumentasi audit:


(a) Jumlah yang kesalahan penyajian di bawah jumlah tersebut dipandang tidak
penting (paragraf 5);
(b) Semua kesalahan penyajian yang dikumpulkan selama audit dan apakah
kesalahan penyajian tersebut telah dikoreksi (paragraf 5, 8, dan 12); dan

(c) Kesimpulan auditor tentang apakah kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi
tersebut adalah material, baik secara individual maupun secara agregat, dan
dasar kesimpulannya (paragraf 11).

2.3. SA 500
2.3.1. Ruang Lingkup

1. Standar Audit (SA) ini menjelaskan tentang hal yang merupakan bukti audit dalam
suatu audit laporan keuangan, dan berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk
mendesain dan melaksanakan prosedur audit untuk memeroleh bukti audit yang
cukup dan tepat untuk memungkinkan penarikan kesimpulan memadai yang menjadi
basis opini auditor.

2. SA ini berlaku untuk semua bukti audit yang diperoleh selama pelaksanaan audit.
SA lain mengatur aspek-aspek spesifik audit (sebagai contoh: SA 315 (Revisi
2021)1), bukti audit yang harus diperoleh untuk hal-hal tertentu (sebagai
contoh: SA 570 (Revisi 2021)2), prosedur spesifik untuk memeroleh bukti audit
(sebagai contoh: SA 520 (Revisi 2021)3), dan penilaian apakah bukti audit yang
cukup dan tepat telah \diperoleh (SA 200 (Revisi 2021)4 dan SA 330 (Revisi
2021)5).

2.3.2. Tanggal Efektif

3. SA ini berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai
pada atau setelah tanggal 1 Januari 2022.

13
2.3.3. Tujuan

4. Tujuan auditor adalah untuk mendesain dan melaksanakan prosedur audit


sedemikian rupa untuk memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk dapat
menarik kesimpulan memadai sebagai basis opini auditor.

2.3.4. Definisi

5. Untuk tujuan SA ini, istilah berikut memiliki makna:

(a) Catatan akuntansi: Catatan entri akuntansi awal dan catatan pendukungnya,
seperti cek dan catatan transfer dana elektronik; faktur; kontrak; buku besar
dan buku pembantu, entri jurnal dan penyesuaian lainnya atas laporan
keuangan yang tidak tercermin dalam entri jurnal; dan catatan seperti kertas
kerja (worksheet) dan spreadsheet yang mendukung alokasi
biaya, perhitungan, rekonsiliasi, dan pengungkapan.

(b) Ketepatan (bukti audit): Ukuran tentang kualitas bukti audit. Bukti audit
dianggap berkualitas jika bukti tersebut relevan dan andal dalam mendukung
kesimpulan yang dijadikan basis opini auditor.

(c) Bukti audit: Informasi yang digunakan oleh auditor dalam menarik kesimpulan
sebagai basis opini auditor. Bukti audit mencakup baik informasi yang
terkandung dalam catatan akuntansi yang mendasari laporan keuangan
maupun informasi lainnya.

(d) Pakar manajemen: Individu atau organisasi yang memiliki keahlian di bidang
selain akuntansi atau audit, yang hasil pekerjaannya digunakan oleh entitas
untuk membantu entitas dalam menyusun laporan keuangan.

(e) Kecukupan (bukti audit): Ukuran kuantitas bukti audit Kuantitas bukti audit
yang diperlukan dipengaruhi oleh penilaian auditor atas risiko kesalahan
penyajian material dan juga kualitas bukti audit tersebut.

2.3.5. Bukti Audit yang Cukup dan Tepat

6. Auditor harus mendesain dan melaksanakan prosedur audit yang tepat sesuai
dengan kondisinya untuk memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat.

14
2.3.6. Informasi yang Digunakan Sebagai Bukti Audit

7. Ketika mendesain dan melaksanakan prosedur audit, auditor harus


mempertimbangkan relevansi dan keandalan informasi yang digunakan sebagai
bukti audit.

8. Ketika informasi yang digunakan sebagai bukti audit telah disusun dengan
menggunakan pekerjaan pakar manajemen, auditor, sejauh diperlukan, harus
mempertimbangkan signifikansi pekerjaan pakar tersebut untuk tujuan auditor,
dengan:

(a) Mengevaluasi kompetensi, kapabilitas, dan objektivitas pakar tersebut;

(b) Memeroleh pemahaman atas pekerjaan pakar; dan

(c) Mengevaluasi ketepatan pekerjaan pakar tersebut sebagai bukti audit untuk
asersi yang relevan.

9. Ketika menggunakan informasi yang dihasilkan oleh suatu entitas, auditor


harus mengevaluasi apakah informasi tersebut andal untuk tujuan auditor, termasuk,
jika relevan, dalam kondisi untuk:

(a) Memeroleh bukti audit tentang akurasi dan kelengkapan informasi; dan

(b) Mengevaluasi apakah informasi tersebut cukup tepat dan rinci untuk memenuhi
tujuan auditor.

2.3.7. Pemilihan Unsur untuk Pengujian dalam Memeroleh Bukti Audit

10. Ketika mendesain pengujian pengendalian dan pengujian rinci, auditor harus
menentukan cara pemilihan unsur untuk pengujian yang efektif dalam
mencapai tujuan prosedur audit.

15
2.3.8. Ketidakkonsistensian atau Keraguan atas Ketidakandalan Bukti Audit

11. Jika:

(a) bukti audit yang diperoleh dari suatu sumber bertentangan dengan bukti audit
yang diperoleh dari sumber lain; atau

(b) auditor memiliki keraguan atas keandalan informasi yang digunakan sebagai
bukti audit,

auditor harus menentukan modifikasi atau tambahan prosedur audit yang diperlukan
untuk menyelesaikan hal tersebut, dan mempertimbangkan dampaknya, jika ada,
terhadap aspek lain audit.

2.4. SA 501
2.4.1. Ruang Lingkup

1. Standar Audit (SA) ini mengatur tentang pertimbangan spesifik oleh auditor dalam
memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat berdasarkan SA 330 (Revisi 2021), SA
500 (Revisi 2021), dan SA lainnya yang relevan, berkaitan dengan aspek tertentu
atas persediaan, litigasi dan klaim yang melibatkan entitas, serta informasi segmen
dalam suatu audit atas laporan keuangan.

2.4.2. Tanggal Efektif

2. SA ini berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai
pada atau setelah tanggal 1 Januari 2022.

2.4.3. Tujuan

3. Tujuan auditor adalah untuk memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat berkaitan
dengan:

(a) Eksistensi dan kondisi persediaan;

(b) Kelengkapan informasi tentang litigasi dan klaim yang melibatkan entitas; dan

(c) Penyajian dan pengungkapan informasi segmen sesuai dengan kerangka


pelaporan keuangan yang berlaku.

16
2.4.4. Persediaan

4. Ketika persediaan material dalam laporan keuangan, auditor harus memeroleh bukti
audit yang cukup dan tepat tentang eksistensi dan kondisi persediaan dengan:

(a) Menghadiri penghitungan fisik persediaan, kecuali jika tidak praktis, untuk:

(i) Mengevaluasi instruksi dan prosedur manajemen untuk mencatat dan


mengendalikan hasil penghitungan persediaan fisik;

(ii) Mengobservasi pelaksanaan prosedur penghitungan yang dibuat oleh


manajemen;

(iii) Menginspeksi persediaan; dan

(iv) Menguji penghitungan fisik (test count); dan

(b) Melaksanakan prosedur audit atas catatan persediaan final untuk menentukan
apakah catatan tersebut mencerminkan hasil penghitungan fisik aktual.

5. Ketika penghitungan fisik persediaan dilaksanakan pada suatu tanggal selain


tanggal laporan keuangan, auditor harus, sebagai tambahan prosedur yang
diharuskan dalam paragraf 4, melaksanakan prosedur audit untuk memeroleh bukti
audit tentang apakah perubahan persediaan di antara tanggal penghitungan fisik
dengan tanggal laporan keuangan telah dicatat dengan semestinya.

6. Ketika auditor tidak dapat menghadiri penghitungan fisik persediaan karena kondisi
yang tidak diperkirakan sebelumnya, auditor harus melakukan atau mengobservasi
beberapa penghitungan fisik pada suatu tanggal alternatif, dan melaksanakan
prosedur audit terhadap transaksi yang terjadi dalam periode di antara dua tanggal
tersebut.

7. Ketika kehadiran pada penghitungan persediaan fisik tidak praktis, auditor


harus melaksanakan prosedur audit alternatif untuk memeroleh bukti audit yang
cukup dan tepat tentang eksistensi dan kondisi persediaan. Jika tidak mungkin
melakukan hal tersebut, auditor harus memodifikasi opini dalam laporan auditor
berdasarkan SA 705 (Revisi 2021)

17
8. Ketika persediaan yang disimpan dan dikendalikan oleh pihak ketiga bernilai
material dalam laporan keuangan, auditor harus memeroleh bukti audit yang cukup
dan tepat tentang eksistensi dan kondisi persediaan tersebut dengan melaksanakan
satu atau kedua prosedur berikut ini:

(a) Meminta konfirmasi dari pihak ketiga tentang kuantitas dan kondisi persediaan
yang disimpan atas nama entitas.

(b) Melaksanakan inspeksi atau prosedur audit lainnya yang tepat sesuai dengan
kondisinya.

2.4.5.Litigasi dan Klaim

9. Auditor harus mendesain dan melaksanakan prosedur audit untuk mengidentifikasi


litigasi dan klaim yang melibatkan entitas yang dapat menimbulkan suatu risiko
kesalahan penyajian material, termasuk:

(a) Meminta keterangan dari manajemen dan, jika relevan, pihak lain dalam
entitas, termasuk penasihat hukum internal;

(b) Menelaah risalah rapat pihak-pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
dan korespondensi antara entitas dan penasihat hukum eksternal; dan

(c) Menelaah akun biaya hukum.

10. Ketika auditor menilai bahwa suatu risiko kesalahan penyajian tentang litigasi atau
klaim yang telah diidentifikasi, atau jika prosedur audit yang dilaksanakan
menunjukkan bahwa litigasi atau klaim lain mungkin ada, auditor harus,
sebagai tambahan prosedur yang diwajibkan dalam SA lain, melakukan komunikasi
langsung dengan penasihat hukum eksternal entitas. Auditor harus melakukan hal
ini melalui suatu surat permintaan keterangan, yang dibuat oleh manajemen dan
dikirim oleh auditor, yang meminta penasihat hukum eksternal entitas untuk
berkomunikasi secara langsung dengan auditor. Jika peraturan perundang-
undangan atau organisasi profesional penasihat hukum melarang penasihat hukum
eksternal entitas berkomunikasi secara langsung dengan auditor, maka auditor
harus melaksanakan prosedur audit alternatif.

18
11. Jika:

(a) manajemen menolak untuk memberikan izin kepada auditor untuk


berkomunikasi atau bertemu dengan penasihat hukum eksternal entitas, atau
penasihat hukum eksternal entitas menolak untuk merespons surat permintaan
keterangan dengan semestinya; dan

(b) auditor tidak dapat memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat melalui
pelaksanaan prosedur audit alternatif,

auditor harus memodifikasi opini dalam laporan auditor berdasarkan SA 705


(Revisi 2021).

Representasi Tertulis

12. Auditor harus meminta manajemen dan; jika relevan, pihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola untuk memberikan representasi tertulis bahwa semua litigasi dan
klaim yang aktual dan telah diketahui atau yang mungkin terjadi yang dampaknya
harus dipertimbangkan dalam penyusunan laporan keuangan telah diungkapkan
kepada auditor dan dipertanggungjawabkan serta diungkapkan sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

2.4.6. Informasi Segmen

13. Auditor harus memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang penyajian dan
pengungkapan informasi segmen sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku dengan:

(a) Memeroleh suatu pemahaman tentang metode yang digunakan oleh


manajemen dalam menentukan informasi segmen, dan:

(i) Mengevaluasi apakah metode tersebut akan menghasilkan pengungkapan


yang sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku; dan

(ii) Jika relevan, menguji penerapan metode tersebut; dan

(b) Melaksanakan prosedur analitis atau prosedur audit lainnya yang sesuai
dengan kondisinya.

19
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

3.1. Kasus PT Asuransi Jiwa Adisarana Wanaartha

OJK memberi sanksi untuk KAP dan AP terkait Wanaartha Life di tengah
penanganan likuidasi. Pada tanggal 7 Maret 2023. Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
telah menetapkan sanksi berupa Surat Keputusan Pembatalan Surat Tanda Terdaftar
di OJK kepada Akuntan Publik (AP) atas nama Nunu Nurdiyaman, Jenly Hendrawan,
dan Kantor Akuntan Publik (KAP) Kosasih, Nurdiyaman, Mulyadi Tjahjo & Rekan.

Sanksi tersebut dikenakan setelah dilakukan pemeriksaan terhadap AP dan KAP


yang memberikan jasa audit atas Laporan Keuangan Tahunan PT Asuransi
Adisarana Wanaartha (WAL) dari tahun 2014 sampai dengan 2019.

Sanksi Pembatalan Surat Tanda Terdaftar di OJK dikenakan kepada AP atas


nama Nunu Nurdiyaman dan KAP KNMT karena dinilai telah melakukan pelanggaran
berat sebagaimana dimaksud Pasal 39 huruf b POJK nomor 13/POJK.03/2017
tentang Penggunaan Jasa Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik dalam
Kegiatan Jasa Keuangan (POJK 13 Tahun 2017).

Berdasarkan pemeriksaan, AP dan KAP dimaksud tidak dapat menemukan


adanya indikasi manipulasi laporan keuangan terutama tidak melaporkan
peningkatan produksi dari produk asuransi sejenis saving plan yang berisiko tinggi
yang dilakukan oleh Pemegang saham, Direksi dan Dewan Komisaris. Hal ini
membuat seolah-olah kondisi keuangan dan tingkat kesehatan Perusahaan masih
memenuhi tingkat kesehatan yang berlaku, sehingga pemegang polis tetap membeli
produk Perusahaan yang menjanjikan return yang cukup tinggi tanpa memperhatikan
tingkat resikonya.

Hal ini membuat seolah-olah kondisi keuangan dan tingkat kesehatan


Perusahaan masih memenuhi tingkat kesehatan yang berlaku, sehingga pemegang
polis tetap membeli produk yang ditawarkan Perusahaan yang menjanjikan return
yang cukup tinggi tanpa memperhatikan tingkat resikonya

20
3.2. Kasus PT Indosat Tbk

Kantor Akuntan Publik (KAP) Purwantono, Suherman & Surja yang merupakan
afiliasi Ernst & Young (EY) di Indonesia, didenda US$1 juta setelah regulator audit
AS menyematkan label penyimpangan pemeriksaan, terhadap hasil audit pembukuan
salah satu kliennya, PT Indosat Tbk. Penetapan Dewan Pengawas Perusahaan
Akuntan Publik (PCAOB) yang diumumkan di Amerika Serikat.

PCAOB mengungkapkan melalui PCAOB Release No. 105-2017-002 tanggal 9


Februari 2017, bahwa hasil audit akuntan publik EY memberi opini wajar tanpa
pengecualian (WTP). PCAOB juga mengungkapkan bahwa tak lama sebelum
memeriksa hasil audit tahun 2012, auditor membuat lusinan audit baru “yang tidak
semestinya”, yang menghambat penyelidikan. Temuan itu berawal ketika kantor
akuntan mitra EY di AS melakukan kajian atas hasil audit kantor akuntan di
Indonesia. Mereka menemukan bahwa hasil audit atas perusahaan Indosat tidak
didukung dengan data yang akurat, yakni dalam hal persewaan lebih dari 4,000 unit
tower seluler. Namun afiliasi EY di Indonesia itu merilis laporan hasil audit dengan
status wajar tanpa pengecualian (WTP). Kegagalan untuk mengumpulkan bukti audit
yang cukup dan sesuai mengenai akuntansi sewa slot menara juga menghalangi tim
pemeriksa PCAOB dari mengevaluasi dengan benar tingkat keparahan kekurangan
yang diidentifikasi terkait dengan kontrol klasifikasi sewa slot menara. Akibatnya, tim
pemeriksa PCAOB gagal memperoleh bukti yang sesuai untuk memberikan jaminan
yang wajar bahwa pengendalian internal terhadap laporan keuangan Indosat efektif
(ICFR), sesuai dengan standar PCAOB.
Terungkap bahwa karena tidak tepat dalam mencatatkan akuntansi penjualan
2.500 menara kepada PT Tower Bersama Infrastructure Tbk yang diikuti dengan
sewa kembali (leaseback), PT Indosat Tbk merevisi laporan keuangan 2010, 2011
serta 9 bulan pertama tahun 2012. Menurut manajemen Indosat, penyajian kembali
laporan keuangan tersebut terkait dengan pencatatan akuntansi yang tepat untuk
penjualan menara dimana pada 7 Februari 2012, Indosat setuju untuk menjual 2.500
menara telekomunikasi dan aset lainnya kepada TBIG dan anak perusahaannya, PT
Solusi Menara Indonesia. Alasan Indosat mengajukan revisi penyajian laporan
keuangan per September 2012 atas transaksi tersebut adalah kompleksitas dan
pertimbangan yang tinggi dalam menentukan pencatatan akuntansi yang tepat.
Dengan kondisi ini, maka dampak terhadap kinerja Indosat pada saat itu adalah
penurunan laba sebesar Rp1,079 triliun, peningkatan aset Rp. 2,160 triliun dan dan
peningkatan kewajiban atau pasiva menjadi Rp.3,315 triliun. Revisi juga berdampak

21
pada LK 2010 dan 2011. Untuk 2010, laba bersih lebih rendah sebesar Rp.12,363
miliar, sementara nilai aset menjadi Rp. 506,941 miliar dan kewajiban jadi
Rp.519,304 miliar. Sedangkan untuk 2011, laba menjadi lebih rendah sebesar Rp.
50,449 miliar, peningkatan aset jadi Rp.68,930 miliar dan peningkatan kewajiban
menjadi Rp.131,742 miliar.

Jika mengacu kembali dalam SA 500 pada pembahasan mengenai bukti audit,
auditor harus mendesain dan melaksanakan prosedur audit yang tepat sesuai
dengan kondisinya untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat. Dalam kasus
ini, auditor memberikan opini yang didasarkan atas bukti yang tidak memadai. Hal ini
terbukti dengan kejadian bahwa beberapa bulan setelah merilis laporan audit, auditor
mendesak manajemen untuk menyediakan analisis yang didukung dengan benar,
namun mereka tidak memperoleh bukti tambahan dari manajemen untuk mendukung
akuntansi sewa slot menara Indosat. Akhirnya, akuntansi yang benar untuk perjanjian
sewa slot menara historis Indosat tidak ditentukan hingga Februari 2013 - sepuluh
bulan setelah laporan audit tahun 2011 dirilis. Masalah ini juga berkaitan dengan
pelanggaran auditor terhadap Standar Audit PCAOB No. 3, Dokumentasi Audit ("AS
3") dan Peraturan PCAOB 4006, Kewajiban untuk Bekerja Sama dengan Pemeriksa,
terkait dengan (a) pembuatan pekerjaan akhir dokumen audit setelah tanggal
penyelesaian dokumen audit dan (b) membuat dokumen-dokumen tersebut tersedia
untuk pemeriksa PCAOB selama pemeriksaan EY-Indonesia tahun 2012.

22
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis kelompok kami mengenai SA 402 tentang


Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu Organisasi
Jasa, SA 450 tentang Pengevaluasian atas Kesalahan Penyajian yang Diidentifikasi
Selama Audit, SA 500 tentang Bukti Audit, SA 501 tentang Bukti Audit -
Pertimbangan Spesifik atas Unsur Pilihan, terdapat ruang lingkup tanggung jawab
auditor untuk memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat ketika suatu entitas
memanfaatkan jasa dari satu atau lebih organisasi jasa, tanggung jawab auditor untuk
mengevaluasi dampak kesalahan penyajian yang diidentifikasi dalam audit dan
kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi, hal yang merupakan bukti audit dalam
suatu audit laporan keuangan, dan berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk
mendesain dan melaksanakan prosedur audit untuk memeroleh bukti audit yang cukup
dan tepat untuk memungkinkan penarikan kesimpulan memadai yang menjadi basis
opini auditor. Namun pentingnya peran manajemen dan pihak-pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola yang jujur dan etis untuk mencegah tindak
kecurangan perlu menjadikan poin penting agar perilaku fraud dapat dihindari. Disisi
lain auditor juga perlu mendesain dan melaksanakan prosedur audit sedemikian
rupa untuk memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk dapat menarik
kesimpulan memadai sebagai basis opini auditor, dari pelaksanaan prosedur
tersebut auditor juga dapat menyadari kesalahan penyajian material yang
diakibatkan oleh kecurangan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Standar Audit 402.pdf (iapi.or.id) [diakses pada tanggal 20 September 2023]


Standar Audit 450.pdf (iapi.or.id) [diakses pada tanggal 20 September 2023]
Standar Audit 500.pdf (iapi.or.id) [diakses pada tanggal 20 September 2023]
Standar Audit 501.pdf (iapi.or.id) [diakses pada tanggal 20 September 2023]
https://finansial.bisnis.com/read/
20230228/215/1632435/ini-daftar-hitam-ap-dan-kap-dari-ojk-menkeu-
partner-crowe-ey-hingga-deloitte
[diakses pada tanggal 20 September 2023]
https://www.majalahict.com/ada-apa-ketika-afiliasi-ernst-young-salah-audit-
keuangan-indosat/ [diakses pada tanggal 20 September 2023]

24

Anda mungkin juga menyukai