"Hari masih siang ni, aku akan memasang lukah di sungÄi manalah tau
dapat ikan. Boleh dijadikan laok besolg" Badang seorang diri. Badang pun
pulang mengambil lukahnya dan membawanya ke sungai. Sampai di
sungai ia melihat „ang tepat untuk memasang lukahnya. Setelah
terpasang dengan baik, ia pun kembali pulang.
Keesokan harinya Badang pergi kembali ke sungai. la melihat lukahnya.
Sambil berjalan ia membayangkan ikan hasil tangkapannya.
"Wah, hari ini pasti banyak ikan yang masuk ke lukahku Akan
aku gulai ikan itu, em, pasti enak," ucap Badang dalam hatinya.
Sesampai di sungai, Badang langsung mengangkat lukahnya.
Badang sangat terkejut mellihat lukahnya. Ternyata lukahnya
kosong. Tidak ada satu ekor ikan pun di dalam lukah tersebut. la
melihat sekeliling tempat pemasangan lukahnya terdapat banyak
tulang dan sisik ikan berserakan. la menduga ada binatang yang
telah memakan ikan-ikan dalam lukahnya. la pun memasang
lukahnya kembali dan berangkat ke hutan untuk menebang kayu.
Keesokan paginya kejadian yang sama berulang dan berulang
lagi. Badang pun marah sebab semua ikan tangkapannya habis dan
hanya menyisakan tulang belulang saja.
"Siapakah yang telah memakan ikanku? Habis semuanya tidak ada
satu pun yang tersisa. Pandai sungguh binatang yang mengambil ikan
dalam lukah ini. Awas dia akan aku tangkap binatang yang berani
memakan ikan dalam lukah.
Esok sorenya a ang merencakanan untuk menangkap
t,ir,atang yang memakan ikan dalam lukahnya, Badang n,embawa sebilah
parang lalu bersembunyi dalam semak sekitar sungai ia pun berkata,
"Baiklah, akan aku intip siapa makan ikan-ikan di dalam lukahku itu.
Apakah kerjaan
binatang buas?"
Karena kelelahan seharian kerja dan emosi membuat Badang tertidur
pulas dan bermimpi. Dalam mimpi itu ia seakan akan berada dalam sebuah
perahu yang penuh dengan muatan dagang, ia juga mampu mengangkat
sebuah batu besar dan melemparkannya ke udara hingga batu itu melayang
jauh dan jatuh di muara sungai. la bermimpi hidup mewah kaya raya bersama
ibu, ayah, dan adik-adiknya. Namun, di dalam mimpi ia juga menelan
muntahan dari suatu makhluk mengerikan. Badang lalu tersentak kaget dari
tidur dan ketakutan.
Ketika subuh tiba, Badang benar-benar melihat makhluk mengerikan
dalam mimpinya wujud. Makhluk itu adalah hantu air (Jembalang Air).
Memiliki perawakan tinggi melebihi tinggi rumah Badang dengan rambut
panjang sepinggang dan janggut menutupi dada yang berbulu dan sangat
menyeramkan. Ada sepasang tanduk di kepala dan taring yang keluar dari
rahang atas, matanya merah redup seperti mata binatang liar.
la mendekati lukah yang penuh ikan dan membawanya ke pinggir sungai.
la mulai melahap semua ikan-ikan yang ada dan menyisakan tulangnya
saja. Setelah habis semua ikan ia pun tertidur pulas. Dengan rasa takut
dan geram, Badang pun mengendap-endap dan mengikat rambut hantu
itu dengan •aring lalu menindih jaring itu dengan batu besar. Sambil
mengayun-ayunkan parang, menghardik hantu itu.
"Hei Hantu Air, bangun kau! oh, jadi selama ini kau
telah memakan ikan dalam lukahku ya. Tak akan aku ikatanmu!
Tiba-tiba hantu itu berubah menjadi melas,
Tuan hamba, lepaskanlah hamba, hamba minta maaf, hamb tidak akan mengambil
ikan di dalam lukah tuan hamba. Tuan melepaskan hamba, hamba berjanji akan
mengabulkàn i semua permintaan Tuan."
Badang berpikir sejenak. Awalnya Badang ingin menjadi tidak
terlihat, tapi ia takut diburu dan kemudian dibunuh orang. Lalu
Badang berkeinginan menjadi kaya raya, tapi ia tahu segala harta
yang akan dimilikinya sebenarnya milik tuannya. Setelah berpikir
panjang, akhirnya Badang pun meminta agar ia menjadi kuat supaya
ia tidak lelah mengerjakan pekerjaannya menebas hutan.
"Baiklah, jika benar yang engkau katakan, aku ingin dijadikan
kuat Iagi perkasa," kata Badang kepada Hantu Air itu.
"Baiklah, jika Tuan ingin kekuatan, maka, tuan harus I menelan semua
muntahan dari mulut hamba."
"Baiklah aku akan memakan muntahanmu," kata Badang
dengan ragu.
Sang Hantu pun mengambil selembar daun dan memuntahkan
semua ikan-ikan yang tadi dimakannya dan Badang memakan habis
semua muntahan itu. Setelah memakan muntahan tersebut, Badang
merasakan adanya kekuatan dalam dirinya.
Sejak saat itu Badang sering dimintai tolong dalam hal kebaikan.
Suatu hari raja meminta Badang untuk mengumpulkan daun kuras Yang
enak rasanya di Kuala sayong Sumatera Utara, Badang berlayar sendiri ke
sana. setibanya ia memanjat sebuah pohon kuras, tapi dahan pohon
tersebut rapuh lalu Badang terhempas jatuh dan kepalanya menghantam
batu. Sungguh ajaib, batu itu terbelah dua sedangkan kepala Badang
tidak terluka sedikit pun! Batu Belah saat ini masih ada di Aceh.
Seiring berjalannya waktu, ketenaran Badang terdengar hingga ke India.
Raja India ingin menguji kekuatan Badang dengan kesatria mereka yang
bernama Nadi Bijaya (atau Wadi Bijaya). Mereka membawa tujuh buah
kapal penuh muatan barang dagang sesuai dengan titah (perintah Raja
India) bahwa yang kalah harus menyerahkan tujuh kapal penuh barang
dagang. Tantangan ini disambut ramah oleh Raja Seri Rena Wikrama.
Badang lalu bertarung melawan Nadi Bijaya, tetapi dari hasilnya selalu
imbang. Akhirnya, Nadi Bijaya mengusulkan agar siapa yang mampu
mengangkat batu besar di depan istana sebagai pemenangnya. Lalu Nadi
mengangkat batu besar itu setinggi lutut dan meletakkannya kembali ke
tanah. Ketika giliran Badang, ia mengangkat batu hingga ke atas kepala
lalu melemparkannya ke laut.
"Baiklah, ternyata Tuan memang kuat karena perjanjian kita maka beta
menyerahkan tujuh buah kapal dagang kepada Badang," kata Nadi Bijaya.
Badang terus berhikmad dengan kerajaan Temasik. la mulai merasa bosan
dengan kehidupannya dan mengundurkan diri sebagai Kesatria Temasek dan
kembali ke Sumatera. Di sana ia menghabiskan sisa hidupnya dan meninggal. Raja
India yang pernah mengirim Nadi Bijaya merasa sedih mendengar kematian
Badang. la lalu mengirim batu pualam indah untuk ditempatkan bagian kepala
makam Badang. la meninggal dan dimakamkan di Pulau Tanjung Balai Karimun
Indonesia yang berada di wilayah Kepulauan Riau dan berdekatan dengan
Singapura Temasek.
Syair si Badang