Guru sebagai tenaga pendidik yang berhubungan langsung dengan peserta didik harus memiliki keahlian
khusus atau kualifikasi khusus di bidang akademik. Dengan kompetensi yang dimilikinya guru dapat
menjalankan tugas dengan baik untuk mencerdaskan peserta didik.
Pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 42 ayat (1) “Pendidik harus memiliki
kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.” Dalam pasal ini sangat
jelas dikatakan bahwa guru di Indonesia harus memiliki kualifikasi minimum serta harus mengikuti
sertifikasi untuk meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi guru.
Kemudian dijelaskan lagi pada Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada pasal 8,
pasal 9, dan pasal 10. Pasal 8 berbunyi “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.” Pasal 9 berbunyi “Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diperoleh melalui
pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat.” Sedangkan pada pasal 10 tertulis
“Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.”
Standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru lebih lanjut diatur dalam Peraturaan Menteri Pendidikan
Nasonal Nomor 16 Tahun 2007 Pasal 1 ayat (1) “Setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik
dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional.”.
Pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 kualifikasi akademik yang harus dimiliki
oleh guru meliputi:
Kualifikasi akademik Guru PAUD / TK / RA Guru pada PAUD, TK, RA harus memiliki kualifikasi akademik
minimum Diploma 4 ( D4 ) atau sarjana ( S1 ) dalam bidang pendidikan anak usia dini atau psikologi
yang diperolah dari program studi yang terakreditasi.
Kualifikasi akademik Guru SD / MI Guru pada SD dan MI harus memiliki kualifikasi akademik minimum
Diploma 4 ( D4 ) atau sarjana ( S1 ) dalam bidang pendidikan SD/MI atau psikologi yang diperoleh dari
program studi yang ter akreditasi.
Kualifikasi akademik Guru SMP / MTS Guru pada SMP dan MTS harus memiliki kualifikasi akademik
minimum Diploma 4 ( D4 ) atau sarjana ( S1 ) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang
di ajarkan serta diperoleh dari program studi yang ter akreditasi.
Kualifikasi akademik Guru SMA / MA Guru pada SMA dan MA harus memiliki kualifikasi akademik
minimum Diploma 4 ( D4 ) atau sarjana ( S1 ) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang
di ajarkan serta diperoleh dari program studi yang ter akreditasi
Kualifikasi akademik Guru SDLB / SMPLB / SMALB Guru pada SDLB, SMPLB dan SMALB harus memiliki
kualifikasi akademik minimum Diploma 4 ( D4 ) atau sarjana ( S1 ) dalam bidang pendidikan khusus
atau program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang di ajarkan serta diperoleh dari program
studi yang ter akreditasi.
Kualifikasi akademik Guru SMK / MAK Guru pada SMA dan MAK harus memiliki kualifikasi akademik
minimum Diploma 4 ( D4 ) atau sarjana ( S1 ) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang
di ajarkan serta diperoleh dari program studi yang ter akreditasi.
Kompetensi Guru
Kompetensi guru yang dijelaskan pada Permendiknas No.16 Tahun 2007 dikembangkan secara utuh dalam
empat kompetensi utama yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, social, dan professional. Kompetensi
inti guru meliputi:
Kompetensi Pedagogik
1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, social, cultural, emosional, dan intelektual.
2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu.
4. Menyelenggarakan kegiatan pengembanga yang mendidik.
5. Memafaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan
pengembangannyang mendidik.
6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimiliki
7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
10. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Kompetensi Kepribadian
1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hokum, social, dan kebudayaan nasional Indonesia
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan
masyarakat
3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa
4. Menunjukkan etos kerja, tanggungjawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.
5. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
Kompetensi Sosial
1. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama,
ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orang tua, dan masyarakat.
3. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial
budaya.
4. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk
lain.
Kompetensi Profesional
1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang
diampu.
2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang
diampu.
3. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.
Adapun persyaratan pengadaan tenaga pendidik di atur dalam PP 38 / 1992 pada pasal 9 ayat 1 yaitu :
sehat jasmani dan rohani yang di nyatakan dengan tanda bukti dari yang berwenang, yang meliputi :
(a) Tidak menderita penyakit menahun ( kronis ) dan / atau yang menular; (b) Tidak memiliki cacat
tubuh yang dapat menghambat pelaksanaan tugas sebagai tenaga pendidik; (c) Tidak menderita
kelainan mental.
Berkepribadian, yang meliputi : (a) beriman dan bertakwa kepeda tuhan yang maha esa; dan (b)
Berkepribadian pancasila.
Dalam PP diatas disebutkan bahwa setiap orang yang ingin menjadi guru atau tenaga pendidik harus
memiliki kesehatan jasmani dan rohani. Sehat jasmani dapat dilihat dibuktikan dengan tidak pernah
menderita penyakit kronis atau menular, tidak memiliki cacat, dan tidak memiliki kelainan mental. PP
38/1992 juga menuliskan bahwa tenaga pendidik harus memiliki kepribadian sepeti beriman dan bertakwa
pada tuhan yang maha esa, dan berkeperibadian pancasila.
Dalam PP 38/1992 dirasa tidak relefan terhadap kehidupan sekarang. Oleh karena itu lahirlah sertifikasi
untuk menjadi tenaga pendidik seperti diatur pada Permendiknas No. 18 Tahun 2007.
ADVERTISI
Tahapan Tahapan yang Penting dalam Menganalisis Data Hasil Penelitian Tindakan Kelas
Tahapan Tahapan yang Penting dalam Menganalisis Data Hasil Penelitian Tindakan Kelas - Data yang diperoleh
dalam PTK, secara umum dianalisis melalui deskriptif kualitaif. Analisis data dilakukan pada tiap data yang
dikumpulkan, baik data kuantitatif maupun data kualitatif. Data kuantuitatf dianalisis dengan menggunakan
cara kuantitaif sederhana, yakni dengan persentase (%) dan data kualitatif dianalisis dengan membuat
penilaian kualitatif (kategori). Menurut Hopkins (1993), dalam menganalisis data PTK diperlukan beberapa
tahapan, yaitu kategori data, validasi data, interpretasi data, dan rencana tindakan selanjutnya.
1. Kategori data
Data yang diperoleh dikelompok berdasarkan sub fokus yang diteliti. Kategori data dilakukan terhadap (1)
konteks, (2) difinisi situasi, (3) perspektif, (4) cara berpikir subjek, (5) proses peristiwa, (6) kegiatan, (7)
kejadian, (8) strategi, (9) relasi dan struktur sosial, dan (10) isu yang berkait dengan fokus penelitian.
2. Validasi data
Data yang diperoleh agar objektif, valid, dan reliabel maka dilakukan teknik triangulasi, yaitu dengan
melakukan beberapa tindakan sebagai berikut :
a) Menggunakan metode yang bervariasi untuk memperoleh data yang sama, misalnya untuk menilai hasil
belajar dengan tes tertulis dan wawancara;
b) Menggali data yang sama dari sumber yang berbeda, misal dalam PTK ada 4 sumber yaitu peneliti, guru,
kepala sekolah, dan siswa;
c) Melakukan pengecekan ulang dari data yang telah terkumpul untuk kelengkapannya;
d) Melakukan pengolahan dan analisis ulang dari data yang terkumpul; dan
e) Mempertimbangkan pendapat ahli, misalnya dalam PTK yang menjadi tenaga ahli adalah kepala sekolah.
3. Interpretasi data
Data yang telah disusun diinterpretasikan berdasarkan pada teori-teori atau aturan-aturan yang telah
disepakati atau dapat pula berdasar pada intuisi peneliti dan guru untuk menciptakan pembelajaran yang
kondusif sebagai acuan dalam melakukan tindakan selanjutnya.
Hasil interpretasi data digunakan untuk informasi dalam menyusun rencana tindakan selanjutnya.
Selain dari Hopkins, analisis data kualitatif dapat dilakukan melalui model interaktif dari Milles, M.B. &
Huberman, A.M.(1984), yaitu melalui tiga tahap; reduksi data, paparan data, dan penarikan kesimpulan.
a. Reduksi data
Reduksi data merupakan suatu proses menyeleksi data, menentukan fokus data, menyederhanakan,
meringkas, dan mengubah bentuk data ’mentah’ yang ada dalam catatan lapangan. Dalam proses ini dilakukan
penajaman, pemilahan, pemfokusan, penyisihan data yang kurang bermakna, dan menatanya sedemikian rupa
sehingga kesimpulan akhir dapat ditarik dan diverifikasi. Misalnya, data tentang proses pembelajaran kelas
Matematika dapat direduksi dengan menfokuskan perhatian pada apa yang dilakukan guru pada permulaan
kelas (membuka pelajaran), pada bagian utama pembelajaran, dan pada akhir pelajaran (menutup pelajaran).
Pada bagian utama pembelajaran dapat direduksi dengan menfokuskan perhatian pada apakah ada tindakan
guru yang berkenaan, misalnya, dengan (a) upaya membantu dan/atau memfasilitasi siswa dalam memahami
penyelesaian matematika, (b) upaya membantu dan/atau memfasilitasi siswa dalam memahami penyelesaian
Matematika dengan berbagai cara (c) upaya membantu dan/atau memfasilitasi siswa dalam menggunakan
penyelesaian Matematika untuk menyelesaikan masalah yang timbul di kehidupan sehari-hari, (d) upaya
memotivasi siswa atau meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dengan memuji siswa yang telah
menunjukkan upaya keras atau kinerja bagus dalam belajar Matematika dan mendorong siswa yang kehilangan
semangat atau percaya diri untuk tetap berupaya, dan (e) upaya membantu siswa untuk meningkatkan
pengetahuan Matematika serta (f) upaya membantu siswa untuk meningkatkan wawasan tentang Matematika.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bagaimana guru mengelola kelas, dapat berkenaan dengan volume
suara, pandangan mata, gerakan fisiknya, pengaturan tempat duduk, dan pengelompokan siswa. Dengan
mereduksi data tentang proses pembelajaran Matematika yang demikian, akan dapat ditarik kesimpulan
apakah guru menekankan pada pengembangan keterampilan berpikir kritis atau hanya mengajarkan konsep-
konsep teoritis saja. Juga dapat disimpulkan apakah proses pembelajaran telah dikelola sedemikian rupa
sehingga cukup kondusif bagi terjadinya pembelajaran yang menyenangkan dan cukup efektif.
b. Paparan data,
Setelah direduksi data siap dipaparkan. Berbagai macam data penelitian tindakan yang telah direduksi perlu
dipaparkan dengan tertata rapi dalam bentuk narasi plus matriks, grafik, dan/atau diagram. Pemaparan data
yang sistematik, interaktif, dan inventif serta mantap akan memudahkan pemahaman terhadap apa yang telah
terjadi sehingga memudahkan penarikan kesimpulan atau menentukan tindakan yang akan dilakukan
selanjutnya.
Seperti layaknya yang terjadi dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sepanjang proses
pelaksanaan tindakan penelitian. Penarikan kesimpulan tentang peningkatan atau perubahan yang terjadi
dilakukan secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara, yang ditarik pada akhir Siklus I, ke kesimpulan
terevisi pada akhir Siklus II dan seterusnya, dan kesimpulan terakhir pada akhir Siklus terakhir.
c. Penarikan kesimpulan.
Pada siklus yang pertama sampai dengan yang terakhir, kegiatan yang dilakukan dalam penelitian saling
terkait. Kesimpulan pertama akan dijadikan pijakan bagi perencanaan siklus selanjutnya (apabila belum
selesai). Perlu dicatat bahwa data yang dikumpulkan tidak hanya terbatas pada data tentang perubahan yang
diharapkan, melainkan juga mencakup data tentang peningkatan/perubahan yang tak diharapkan (di luar
rencana). Maka, kesimpulan yang ditarik juga harus mencakup perubahan yang direncanakan/diharapkan dan
yang tidak diharapkan sebelumnya. Misalnya, peningkatan/perubahan yang diharapkan adalah (a) peningkatan
keterlibatan siswa dalam pembelajaran Matematika, (b) peningkatan pemahaman guru peneliti terhadap
hakikat proses pembelajaran Matematika, dan (c) peningkatan suasana pembelajaran dari suasana
membosankan menjadi mengasyikkan dan menyenangkan.
Namun, ternyata guru peneliti juga menjadi sadar atas kekurangannya dalam hal pembelajaran Matematika,
dan kepala sekolah terkait juga mengalami perubahan sikap, yaitu dari sikap berpihak pada kelas yang
diam/sunyi ke sikap yang menghargai kelas yang agak bising penuh suara siswa berdiskusi tentang materi
pelajaran. Kesimpulan yang dibuat hendaknya mencakup semua perubahan/peningkatan pada diri peneliti dan
kolaborator penelitian serta situasi tempat penelitian dilakukan.
Kegiatan Remedial
1. Definisi Remedial
Remedial merupakan suatu bantuan untuk mengatasi kesulitan belajar. Ada beberapa program yang
bisa dijalankan atau dijadikan acuan dalam melakukan pengajaran remedial antara lain dalam bidang berhitung,
membaca pemahaman dan menulis.
Remediasi mempunyai padanan remediation dalam bahasa Inggris. Kata ini berakar kata ‘toremedy’
yang bermakna menyembuhkan. Remediasi merujuk pada proses penyembuahan. Remedial merupakan kata
sifat. Karena itu dalam bahasa Inggris selalu bersama dengan kata benda, misalnya ‘remedial work’, yaitu
pekerjaan penyembuhan, ‘remedial teaching’ – pengajaran penyembuhan. Di Indonesia, istilah ‘remedial’ sering
ditulis berdiri sendiri sebagai kata benda. Mestinya dituliskan menjadi pengajaran remedial, atau kegiatan
remedial.
2. Tujuan Remedial
Tujuan guru melaksanakan kegiatan remedial adalah membantu siswa yang mengalami kesulitan
menguasai kompetensi yang telah ditentukan agar mencapai hasil belajar yang lebih baik. Secara umum tujuan
kegiatan remediasi adalah sama dengan pembelajaran pada umumnya yakni memperbaiki miskonsepsi siswa
sehingga siswa dapat mencapai kompetensi yang telah ditetapkan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Secara
khusus kegiatan remediasi bertujuan membantu siswa yang belum tuntas menguasai kompetensi ditetapkan
melalui kegiatan pembelajaran tambahan. Melalui kegiatan remediasi siswa dibantu untuk mengatasi kesulitan
belajar yang dihadapinya.
3. Fungsi Remedial
a. Fungsi korektif, fungsi korektif ini berarti bahwa melalui pengajaran remedial dapat dilakukan pembetulan
atau perbaikan terhadap hal-hal yang dipandang belum memenuhi apa yang diharapkan dalam keseluruhan
proses pembelajaran.
b. Fungsi pemahaman, dengan pengajaran remedial memungkinkan guru, siswa, atau pihak-pihak lainnya akan
dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik dan komprehensif mengenai pribadi siswa.
c. Fungsi penyesuaian, pengajaran remedial dapat membentuk siswa untuk bisa beradaptasi atau menyesuaikan
diri dengan lingkungannya (proses belajarnya). Artinya, siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuannya
sehingga peluang untuk mencapai hasil yang lebih baik semakin besar.
d. Fungsi pengayaan, pengajaran remedial akan dapat memperkaya proses pembelajaran, sehingga materi yang
tidak disampaikan dalam pengajaran regular, akan dapat diperoleh melalui pengajaran remedial.
e. Fungsi akselerasi, dengan pengajaran remedial akan dapat diperoleh hasil belajar yang lebih baik dengan
menggunakan waktu yang efektif dan efisien.
f. Fungsi terapeutik, ini berarti bahwa secara langsung atau tidak, pengajaran remedial akan dapat membantu
menyembuhkan atau memperbaiki kondisi-kondisi kepribadian siswa yang diperkirakan menunjukkan adanya
penyimpangan.
4. Prosedur Remedial
Dalam melaksanakan kegiatan remedial sebaiknya mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
a. Analisis Hasil Diagnosis
Diagnosis kesulitan belajar adalah suatu proses pemeriksaan terhadap siswa yang diduga mengalami
kesulitan dalam belajar. Melalui kegiatan diagnosis guru akan mengetahui para siswa yang perlu mendapatkan
bantuan. Untuk keperluan kegiatan remedial, tentu yang menjadi fokus perhatian adalah siswa-siswa yang
mengalami kesulitan dalam belajar yang ditunjukkan tidak tercapainya kriteria keberhasilan 80%, maka siswa
yang dianggap berhasil.
Setelah guru mengetahui siswa-siswa mana yang harus mendapatkan remedial, informasi selanjutnya
yang harus diketahui guru adalah topik atau materi apa yang belum dikuasai oleh siswa tersebut. Sebelum
merancang kegiatan remedial, terlebih dahulu harus mengetahui mengapa siswa mengalami kesulitan dalam
menguasai materi pelajaran.
b. Menyusun Rencana Kegiatan Remedial
Setelah diketahui siswa-siswa yang perlu mendapatkan remedial, topik yang belum dikuasai setiap
siswa, serta faktor penyebab kesulitan, langkah selanjutnya adalah menyusun rencana pembelajaran. Sama
halnya pada pembelajaran pada umumnya, komponen-komponen yang harus direncanakan dalam
melaksanakan kegiatan remedial adalah sebagai berikut;
· Merumuskan indikator hasil belajar
· Menentukan materi yang sesuai engan indikator hasil belajar
· Memilih strategi dan metode yang sesuai dengan karakteristik siswa
· Merencanakan waktu yang diperlukan
· Menentukan jenis, prosedur dan alat penilaian.
c. Melaksanakan Kegiatan Remedial
Setelah kegiatan perencanaan remedial disusun,langkah berikutnya adalah melaksanakan kegiatan
remedial. Sebaiknya pelaksanaan kegiatan remedial dilakukan sesegera mungkin, karena semakin cepat siswa
dibantu mengatasi kesulitan yang dihadapinya, semakin besar kemungkinan siswa tersebut berhasil dalam
belajarnya.
d. Menilai Kegiatan Remedial
Untuk mengetahui berhasil tidaknya kegiatan remedial yang telah dilaksanakan, harus dilakukan
penilaian. Penilaian ini dapat dilakukan dengan cara mengkaji kemajuan belajar siswa.Apabila siswa mengalami
kemauan belajar sesuai yang diharapkan, berarti kegiatan remedial yang direncanakan dan dilaksanakan cukup
efektif membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Tetapi, apabila siswa tidak mengalami kemajuan
dalam belajarnya berarti kegiatan remedial yang direncanakan dan dilaksanakan kurang efektif.
1. Definisi Pengayaan
Kegiatan pengayaan adalah suatu kegiatan yang diberikan kepada siswa kelompok cepat agar mereka
dapat mengembangkan potensinya secara optimal dengan memanfaatkan sisa waktu yang dimilikinya.