Anda di halaman 1dari 43

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I

Laporan Lengkap Praktikum Kimia Organik I dengan Judul:

IDENTIFIKASI GUGUS-GUGUS FUNGSI SENYAWA ORGANIK

Disusun oleh:

Benedikta Yohan (220105502006)

Nurhasanah (220105500008)

Sri Yuliana Konna (220105500016)

Nurtaqwa (220105500004)

Muhammad Naufal (220105501002)

telah diperiksa dan dikonsultasikan kepada Asisten dan Koordinator Asisten dan
dinyatakan diterima.

Makassar, 29 Mei
2023
Mengetahui,
Koordinator Asisten, Asisten,

Suhardi Suhardi
NIM. 1913040019 NIM. 1913040019

Menyetujui:
Dosen Penanggung Jawab,

Dr. Iwan Dini, S.Si., M.Si.


NIP. 19781205 200604 1 002

i
IDENTIFIKASI GUGUS-GUGUS FUNGSI SENYAWA ORGANIK
Benedikta Yohan 1, Nurhasanah 2, Sri Yuliana Konna 3, Nurtaqwa 4 & Muhammad
Naufal 5

(2023). 1,2,3,4&5 Pendidikan Kimia. Jurusan Kimia B. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Makassar.

ABSTRAK
Gugus fungsi ialah atom atau kelompok atom dalam molekul yang memiliki sifat-
sifat kimia yang khas. Pada percobaan ini dilakukan identifikasi gugus fungsi
yang bertujuan dapat membedakan Alkohol Primer, Sekunder, dan Tersier, serta
membedakan Aldehid dan Keton yang dilakukan dengan beberapa uji yaitu uji
kelarutan, uji alkali, uji lucas, uji fenol dengan FeCl 3, uji fehling dan benedict,
serta uji dengan fenilhidrazin untuk melihat setiap reaksi yang dihasilkan oleh
sampel-sampel alkohol, aldehid dan keton untuk melihat setiap reaksi yang
dihasilkan oleh sampel-sampel alkohol, aldehid dan keton. Percobaan yang
dilakukan menggunakan metode kualitatif, yaitu dengan mengamati perubahan
warna atau reaksi yang terjadi pada sampel yang diuji. Hasil dari percobaan ini
dapat digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsi pada senyawa organik dan
memahami sifat dan reaktivitasnya. Identifikasi gugus fungsi alkohol, aldehid,
dan keton penting untuk berbagai aplikasi dalam bidang kimia organik.

Kata Kunci: Gugus Fungsi, Alkohol, Aldehid, Keton

ii
IDENTIFY THE FUNCTIONAL GROUPS OF ORGANIC COMPOUNDS
Benedikta Yohan 1, Nurhasanah 2, Sri Yuliana Konna 3, Nurtaqwa 4 & Muhammad
Naufal 5
(2023). 1,2,3,4&5. Chemical Education. Department Of Chemistry B. Faculty of
Mathematics and Natural Sciences. State University Of Makassar.

ABSTRACT

A functional group is an atom or group of atoms in a molecule that has distinctive


chemical properties. In this experiment, the identification of functional groups
aimed at distinguishing Primary, Secondary, and Tertiary alcohols, and
distinguishing aldehydes and ketones was carried out with several tests, namely
solubility test, alkali test, lucas test, phenol test with FeCl3, fehling and benedict
test, and test with phenylhydrazine to see each reaction produced by alcohol,
aldehyde and ketone samples to see each reaction produced by alcohol, aldehyde
and ketone samples. Experiments conducted using qualitative methods, namely by
observing the color changes or reactions that occur in the samples tested. The
results of these experiments can be used to identify functional groups in organic
compounds and understand their properties and reactivity. The identification of
functional groups of alcohols, aldehydes and ketones is important for a wide
range of applications in the field of organic chemistry.

Keywords: Functional Group, Alcohol, Aldehyde, Ketone

DAFTAR ISI

iv
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIKUM.....................................i
IDENTIFIKASI GUGUS-GUGUS FUNGSI SENYAWA ORGANIK..............i
ABSTRAK..............................................................................................................ii
ABSTRACT...........................................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................2
D. Manfaat............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
BAB III METODE PRAKTIKUM.......................................................................9
A. Alat dan Bahan..............................................................................................9
1. Alat...............................................................................................................9
2. Bahan............................................................................................................9
B. Prosedur Kerja.............................................................................................10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................15
BAB V PENUTUP................................................................................................32
A. Kesimpulan....................................................................................................32
B. Saran..............................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................33
LAMPIRAN-LAMPIRAN

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Analisis kuantitatif dari suatu senyawa organik yaitu identifikasi kelompok
fungsional suatu senyawa. Senyawa organik yang gugus fungsinya telah diketahui
dapat diidentifikasi karena setiap golongan dari senyawa organik memiliki
golongan tertentu dengan sifat-sifat yang tergantung pada gugus fungsi yang pada
umumnya memiliki keasaman. Gugus fungsi mengacu pada atom tertentu yang
terikat dalam susunan tertentu yang memberikan sifat fisik dan kimia tertentu
pada suatu senyawa. Gugus fungsi adalah sekelompok atom yang bertanggung
jawab untuk reaksi karekteristik senyawa.
Percobaan yang dilakukan bertujuan agar dapat memahami dan
membedakan antara alkohol primer, alkohol sekunder dan alkohol tersier serta
membedakan antara aldehid dan keton. Percobaan identifikasi gugus fungsi ini
juga berguna untuk memperluas pemahaman tentang sifat-sifat senyawa organik
dan hubungan antara struktur molekul dan sifat-sifatnya. Selain itu, praktikum ini
juga dapat membantu mahasiswa memahami konsep-konsep dasar kimia organik
khususnya kelompok gugus fungsi seperti alkohol, aldehid dan keton.
Percobaan yang dilakukan yakni percobaan identifikasi gugus fungsi,
mahasiswa akan belajar mengenai berbagai metode analisis kualitatif untuk
mengidentifikasi gugus fungsi dalam senyawa organik, seperti reaksi dengan
pereaksi khusus, reaksi dengan alkali, uji lucas, reaksi fenol dengan besi(III)
klorida, uji fenilhidrazin serta uji fehling dan uji benedict. Metode kualitatif dalam
percobaan yaitu dilakukan dengan mengamati perubahan warna atau reaksi yang
terjadi pada sampel yang diuji.
Laporan praktikum ini, tujuan utamanya adalah untuk mengidentifikasi
gugus-gugus fungsi yang ada dalam sampel senyawa organik yang diberikan.
Langkah-langkah eksperimen yang dilakukan, termasuk persiapan sampel,
pengukuran, analisis data, dan interpretasi hasil, dijelaskan secara rinci dalam
laporan. Laporan ini berguna bagi para mahasiswa dalam memperoleh

1
2

pemahaman yang lebih baik tentang struktur senyawa organik dan metode analisis
yang digunakan.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari percobaan identifikasi Gugus-gugus Fungsi
Senyawa Organik adalah:
1. Bagaimana cara membedakan alkohol primer, alkohol sekunder dan
alkohol tersier?
2. Bagaimana cara membedakan aldehid dan keton?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan identifikasi Gugus-gugus Fungsi Senyawa
Organik adalah:
1. Mahasiswa dapat membedakan alkohol primer, alkohol sekunder dan
alkohol tersier?
2. Mahasiswa dapat membedakan aldehid dan keton?

D. Manfaat
Adapun manfaat dari percobaan identifikasi Gugus-gugus Fungsi Senyawa
Organik adalah:
1. Dapat mengetahui cara membedakan alkohol primer, alkohol sekunder dan
alkohol tersier?
2. Dapat mengetahui cara membedakan aldehid dan keton?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya


mengandung karbon kecuali karbida, karbonat dan oksida karbon. Studi
mengenai senyawa organik disebut kimia organik. Banyak diantara senyawa
organik, seperti protein, lemak dan karbohidrat merupakan komponen penting
dalam biokimia. Diantara beberapa golongan senyawa organik adalah senyawa
alifatik, rantai karbon yang dapat diubah gugus fungsinya, hidrokarbon aromatik,
senyawa yang mengandung paling tidak satu cincin benzena, senyawa
heterosiklik yang mencakup atom-atom nonkarbon dalam struktur cincinnya, dan
polimer, molekul rantai panjang gugus berulang (Biomed, 2017: 108).
Gugus fungsi merupakan bagian molekul yang mempunyai kereaktivan
kimia. Senyawa yang mempunyai gugus fungsi sama akan mengalami reaksi
kimia yang sama. Untuk senyawa dengan gugus fungsi sama maka akan lebih
mudah menggunakan rumus umum untuk senyawa-senyawa tersebut. Sebagai
contoh : etana merupakan senyawa alkana mempunyai rumus molekul CH 3-CH3
pada senyawa ini hanya mempunyai ikatan C-H. rumus umum untuk alkana
dituliskan sebagai R-H, dimana R menyatakan gugus alkil. Gugus alkil pada
CH3CH3 adalah CH3CH2-. CH3OH dan CH3CH2OH merupakan contoh senyawa
alkohol yang mempunyai gugus fungsi –OH, sehingga rumus umum untuk
alkohol dituliskan sebagai R-OH, dimana pada CH 3CH2OH gugus R atau gugus
alkilnya adalah CH3CH2- (Wardiyah, 2019: 23). Gugus fungsi yang mengandung
oksigen, nitrogen dan belerang dominan untuk adsorpsi logam berat. Interaksi
antara gugus fungsi dan logam berat secara langsung atau tidak memengaruhi
mekanisme adsorpsi dengan modifikasi kimia salah satunya denga oksidasi (Yang
dkk, 2019: 617).
Sifat-sifat gugus fungsi (functional group), yang terdiri atas atom
nonkarbon serta bagian- bagian molekul yang tepat bersebelahan dengannya.
Gugus fungsi cenderung menjadi tapak reaktif dalam molekul organik, dan sifat
kimianya kurang bergantung pada sifat hidrokarbon yang dilekatinya. Kenyataan

3
ini menyebabkan kita memandang molekul organik sebagai kerangka
hidrokarbon, yang terutama me

4
5

ngendalikan ukuran dan bentuk, dengan gugus fungsi yang melekat pada
kerangka tersebut adalah yang paling menentukan sifat kimia molekulnya
(Oxtoby, 2003: 121). Proses identifikasi gugus fungsi dilakukan dengan
mencocokkan nilai puncak dari suatu serapan bilangan gelombang tertentu dari
sampel yang telah diperoleh. Setiap gugus fungsi memiliki puncak serapan yang
khas pada suatu bilangan dengan gelombang tertentu (Farah dkk, 2022: 32).
Alkohol merupakan senyawa organik yang paling dikenal. Etil alkohol
(CH, OH) sudah diketahui dan digunakan sejak zaman dahulu; karena senyawa ini
merupakan hasil fermentasi anaerob dari karbohidrat yang terdapat dalam
tumbuhan. Zat ini digunakan secara luas dalam rumah tangga sebagai pelarut
berbagai obat-obatan dan kosmetika, dan merupakan alkohol'nya minuman
beralkohol. Isopropil alkohol [(CH), CHOH] merupakan alkohol gosok yang
umum, yang digunakan sebagai larutan 70% dalam air karena sifat anti-
bakterinya, Metil alkohol (CH, OH), yaitu alkohol yang berbobot molekul
terendah, merupakan pelarut yang digunakan secara luas di dalam industri. Ketiga
alkohol itu merupakan zat antara yang penting dalam proses sintesis senyawa
organik. Bagian yang berperanan dari suatu alkohol ialah gugus hidroksil yang
dirangkaikan pada gugus alkil. Alkohol dapat dianggap sebagai turunan dari air,
yang satu atom hidrogennya diganti oleh atom karbon suatu molekul organik.
Banyak sifat alkohol berbobot molekul rendah serupa dengan sifat air (Pine, 2002:
49).
Alkohol bereaksi dengan hidrogen halida (HCl, HBr, dan HI) yang
menghasilkan alkil halida (klorida, bromida dan iodide). Reaksi yang terjadi ialah
reaksi substitusi. Reaksi substitusi ini merupakan cara umum yang berguna untuk
menghasilkan alkil halida. Karena ion halida merupakan nukleofili yang baik,
terutama dalam memperoleh produk substitusi serta laju reaksi dan mekanismenya
bergantung pada golongan alkohol (tersier, sekunder atau primer) (Hart, 2003:
232). Reaksi oksidasi alkohol, dibawah kondisi optimal menggunakan beberapa
alkohol (alkohol primer, sekunder dan tersier) untuk menghasilkan keton, aldehida
dan asam karboksilat (Dehaghani, 2022: 16395).
6

Penamaan primer, sekunder, dan tersier digunakan dalam berbagai situasi


untuk menentukan pusat karbon, atau untuk menentukan gugus fungsi seperti
alkohol, halida, amina, dan amida. Mengidentifikasi gugus fungsi dengan cara ini
dapat menjadi penting karena sifat dan reaktivitas gugus tersebut. dapat bervariasi
tergantung pada apakah mereka primer, sekunder dan tersier. Salah satu cara
termudah untuk menentukan apakah suatu pusat karbon adalah 1, 2 atau 3 adalah
dengan menghitung jumlah ikatan yang mengarah dari pusat karbon itu ke atom
karbon lain (Patrick, 2004: 43). Eliminasi alkoksi a-hidrida ditemukan sebagai
langkah penentu untuk laju untuk proses oksidasi alkohol. Melalui mekanisme
eliminasi a-hidrida didapatkan bahwa oksidasi alkohol sekunder lebih mudah
diakses daripada alkohol primer (Farshadfar, 2019: 6518)
Fraksi variabel bahan organik dihiasi dengan gugus fungsi yang dapat
terionisasi dengan penambahan ion OH- (basa). Untuk bereaksi dengan basa,
gugus fungsi ini harus memiliki kemampuan untuk memisahkan proton bermuatan
positif (H+), dan kemampuan ini dikenal sebagai keasaman. Konversi gugus
karboksil menjadi alkohol terdisosiasi dari memiliki konsekuensi penting untuk
kelarutan senyawa repektif, karena secara dramatis meningkatkan kalor larutan
yang dapat dilepaskan (Kleber dan Johannes, 2019: 208).
Suatu gugus hidroksil, satu atom hidrogen terikat dengan satu atom
oksigen, yang kemudian terikat dengan kerangka karbon molekul organik.
Senyawa organik yang mengandung gugus hidroksil disebut alkohol, dengan
nama spesifik yang umumnya diakhiri dengan -ol, seperti pada etanol, senyawa
kimia yang terdapat dalam minuman beralkohol. Pada suatu rumus struktur, gugus
hidroksil umumnya disingkat dengan menghilangkan ikatan kovalen antara
oksigen dan hidrogen, dan ditulis sebagai -OH atau HO-. Gugus hidroksil bersifat
polar sebagai akibat atom oksigen elektronegatif yang menarik elektron ke arah
dirinya sendiri. Akibatnya, molekul air tertarik ke gugus hidroksil, dan hal ini
akan membantu melarutkan senyawa organik yang mengandung gugus seperti ini
(Campbell, 2002: 59).
Hidrokarbon adalah senyawa organik yang paling sederhana. Dalam
bidang kimia, hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri dari unsur karbon
7

(C) dan unsur hidrogen (H). Hal ini bergantung pada ukuran molekul hidrokarbon
dan penempatan rantai karbon. Hidrokarbon bermassa molar rendah, memiliki
atom karbon dari 1 hingga sekitar 10 atau lebih serta seluruh hidrokarbon
memiliki rantai karbon dan atom-atom hidrogen yang berikatan (Rengga, 2021:
9).
Senyawa hidrokarbon adalah sebagai senyawa organik yang terdiri dari
unsur karbon dan unsur hidrogen. Hidrokarbon terbagi menjadi hidrokarbon
ikatan jenuh dan ikatan tak jenuh. Hidrokarbon ikatan jenuh hanya memiliki
ikatan tunggal sedangkan ikatan tak jenuh setidaknya memiliki ikatan rangkap dua
atau ikatan rangkap tiga (Susanti, 2019: 358). Senyawa hidrokarbon jenuh
(alkana) dan hidrokarbon tidak jenuh (alkena dan alkuna). alkana adalah senyawa
hidrokarbon yang hanya memiliki ikatan tunggal dan termasuk hidrokarbon jenuh,
alkena adalah senyawa hidrokarbon dengan ikatan rangkap dua pada atom C=C
dan termasuk hidrokarbon tak jenuh, dan alkuna adalah senyawa yang memiliki
ikatan rangkap tiga dan termasuk hidrokarbon tak jenuh (Vellayati, 2020: 134).
Jenis atom karbon adalah atom karbon yang memiliki 4 jenis atom karbon
berdasarkan ikatan kovalen dengan atom karbon lainnya yaitu diantaranya atom
karbon primer yaitu atom karbon yang terikat dengan 1 atom karbon, atom karbon
sekunder yaitu atom karbon yang terikat 2 atom karbon dan atom karbon tersier
adalah atom karbon yang terikat dengan 3 atom karbon (Rico, 2021: 1498).
Ikatan hidrogen terjadi ketika sebuah molekul memiliki atom N, O, atau F
yang mempunyai pasangan elektron bebas (ione pair electron). Hidrogen dari
molekul lain akan berinteraksi dengan pasangan elektron bebas ini membentuk
suatu ikatan hidrogen. Banyaknya gugus OH yang memungkinkan berikatan
dengan air (Zaroh, 2019: 19).
Gugus karbonil dibagi menjadi 2 bagian senyawa organik yang
berhubungan, yaitu aldehida dan keton. Gugus karbonil terdapat pada berbagai
senyawa biologis. Dapat dijumpai pada senyawa organik yang penting untuk
sistem kehidupan seperti karbohidrat, lemak, protein, asam nukleat, hormon, dan
vitamin. Pada gugus fungsi aldehida, terdapat sebuah atom hidrogen. Keton,
terdapat dua gugus karbon terikat pada atom karbon karbonil, dimana R
8

melambangkan sebuah gugus alkil dan Ar merupakan gugus aril.Pada keadaan


jenuh, kita menggunakan CHO untuk mengidentifikasi aldehida daripada COH,
yang mungkin dapat membingungkan menggunakan alkohol. Hal ini mengikuti
aturan umum bahwa dalam kondisi yang jenuh atom H muncul setelah atom itu
terikat (Biasanya C, N, atau O) (Rengga, 2021: 87).
Transformasi gugus fungsi memungkinkan konversi gugus fungsi menjadi
aldehida atau keton tanpa mempengaruhi kerangka karbon molekul. Aldehida
dapat disintesis dengan oksidasi alkohol primer, atau dengan reduksi ester, klorida
asam, atau nitril. Keton dapat disintesis dengan oksidasi alkohol sekunder. Metil
keton dapat disintesis dari alkin terminal. Reaksi yang menghasilkan
pembentukan aldehida dan keton melalui pembentukan ikatan karbon-karbon
berguna dalam pembuatan kerangka karbon yang lebih kompleks dari bahan awal
yang sederhana. Aldehida dan keton dengan berat molekul kecil larut dalam
larutan berair karena mereka dapat berpartisipasi dalam ikatan hidrogen antar
molekul dengan air. Aldehida dan keton dengan berat molekul lebih tinggi tidak
larut dalam air karena karakter hidrofobik dari rantai alkil atau cincin aromatik
melebihi karakter polar dari gugus karbonil (Patrick, 2004: 167-169).
Aldehid dan keton merupakan senyawa organik yang mengandung gugus
karbonil di ujung rantai karbon. Aldehid mempunyai satu gugus alkil atau aril,
sedangkan keton mempunyai dua gugus alkil atau aril yang terikat pada karbon
karbonilnya. Aldehid merujuk pada segolongan senyawa organik yang memiliki
gugus fungsional karbonil yang terikat pada rantai karbon di satu sisi dan atom
hidrogen di sisi yang lain. (aldehid juga merupakan nama gugus fungsional).
Contoh senyawa yang paling dikenal dari golongan ini adalah metanal atau lebih
populer dengan nama trivialnya formaldehida atau formalin. Keton bisa berarti
gugus fungsi yang dikarakterisasikan oleh sebuah gugus karbonil (O=C) yang
terhubung dengan dua atom karbon ataupun senyawa kimia yang mengandung
gugus karbonil (Subandi, 2010: 63).
Aldehida (RCHO) dan keton (RCO) lazim terdapat dalam sistem
makhluk hidup. Contoh yang penting secara biologis dari aldehid adalah gula
ribosa dan keton adalah hormon progesteron. Penggunaan aldehid dan keton
9

sangat luas baik dibidang industri maupun farmakologi. Aldehid yang paling
sederhana adalah formaldehida (H,C=O) atau metanal yang mempunyai nama
dagang formalin. Formaldehida banyak digunakan sebagai bahan pengawet karena
formaldehida mempunyai kemampuan untuk membunuh bakteri. Karena sifatnya
bakterisid ini maka formaldehid banyak disalahgunakan sebagai pengawet
makanan dalam baso, tahu, dan lain-lain. Formaldehid juga digunakan dalam
industri kayu lapis atau triplek karena formaldehid merupakan bahan baku
pembuatan resin untuk lem permanen. Propanon atau aseton ((CH);C=O)
merupakan keton paling sederhana yang banyak digunakan sebagai pelarut
(Wardiyah, 2019: 111).
Dalam aldehida dan keton, pemisahan muatan ini menyebabkan interaksi
dipol yang cukup besar untuk mempengaruhi titik didih. Ikatan tunggal polar
dalam eter memiliki pengaruh yang kecil, sedangkan ikatan hidrogen antar
molekul alkohol bahkan lebih kuat. Formaldehida adalah gas pada suhu kamar.
Asetaldehida mendidih pada suhu 20°C di wadah terbuka, mendidih di ruangan
yang hangat. Aldehida umum lainnya adalah cairan pada suhu kamar (Rengga,
2021: 89). Aldehida lebih melimpah daripada keton dengan formaldehida dan
asetaldehida menjadi aldehida yang paling melimpah dan aseton merupakan keton
yang paling melimpah (Aponte dkk, 2019: 467).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Alat
No Nama Alat Jumlah Fungsi dalam Percobaan

Sebagai tempat
1. Tabung reaksi 26 buah mereaksikan dua
larutan/bahan kimia atau
lebih
2. Gelas kimia 100 mL 3 buah Untuk menampung larutan
3. Gelas kimia 500 mL 1 buah Untuk memanaskan larutan
Alat membakar zat atau
4. Hot plate 1 buah
memanaskan larutan
Alat untuk memindahkan
5. Pipet tetes 6 buah
larutan dalam volume kecil
6. Spatula 1 buah Untuk mengambil padatan
Tempat meletakkan tabung
7. Rak Tabung Reaksi 4 buah
reaksi
Alas untuk meletkkan alat
8. Lap Kasar 1 buah
alat yang sudah dicuci.
Alat mengeringkan sisa
9. Lap Halus 1 buah sisa air pada alat yang
sudah dicuci
Tempat menyimpan
10. Botol semprot 1 buah
aquades
11. Gelas ukur 1 buah Mengukur volume larutan

2. Bahan
Rumus
No Nama Bahan Jumlah Fungsi
Kimia
Larutan Natrium
1. NaOH(aq) 6 pipet Pereaksi
Hidroksida 10%
2. Etanol C2H6O(aq) 2 pipet Sampel uji
3. 2-Butanol C4H10O(aq) 2 pipet Sampel uji
4. 2-Propanol C3H8O(aq) 2 pipet Sampel uji
5. Reagen Lucas (HCl + ZnCl2)(aq) 8 pipet Katalisator
6. n-Butil alkohol C4H10O(a) 6 pipet Sampel uji

10
7. tert. Butil alkohol C4H10O(aq) 4 pipet Sampel uji

11
12

8. Sikhloheksanol C6H12O(aq) 6 pipet Sampel uji


9. Etilen glikol C2H6O2(aq) 2 pipet Sampel uji
10. Resorsinol C6H6O2(aq) 2 pipet Katalisator
Besi (III) klorida FeCl3(aq)
11. 6 pipet Pereaksi
1%
12. Fenol C6H6O(aq) 6 tetes Sampel uji
13.. Aseton C3H6O(aq) 2 pipet Sampel uji
14. Formaldehid CH2O(aq) 4 pipet Sampel uji
15. Benzeldehid C7H6O(aq) 4 pipet Sampel uji
16. Sikhloheksanon C6H10O(aq) 4 pipet Sampel uji
(CuSO4.5H2O + Na2CO3
17. Reagen Benedict 8 pipet Katalisator
+ Na3C6H5O7)(aq)

18. Fehling (A) (CuSO4)(aq) 6 pipet Katalisator


19. Fenilhidrazin C6H8N2(aq) 2 tetes Pereaksi
20. Aquades H2O(s) 12 pipet Pelarut
(C6H10O5)n(s) Untuk
21. Tissue Secukupnya
mengelap
(C6H10O5)n(s) Penanda
22. Label Secukupnya
pada tabung
23. 1-butanol C4H10O(aq) 2 tetes Sampel uji
24. Fehling (B) K.NaC4H5O7.4H2O(aq) 6 pipet Katalisator

B. Prosedur Kerja
1.Uji Kelarutan

Dimasukkan masing-masing 2
pipet, dari etanol, n-butil Ditambahkan 2 pipet air
alkohol, tersier butil alkohol, ketiap-tiap tabung reaksi
sikloheksanol, etilen glikol,
dan fenol.
13

Amati perubahan warna pada tabung Larutan dikocok

2. Reaksi dengan alkali

Dimasukkan masing- Ditambahkan 2 pipet Larutan dikocok


masing, 2 pipet n-butil larutan NaOH 10%
alkohol, sikloheksanol, dan kedalam tiap-tiap tabung
fenol reaksi

Amati perubahan
warna pada tabung

3. Uji Lucas

Dimasukkan masing- masing 2 Tambahkan 2 pipet


Larutan
pipet 1-butanol, 2-butanol, tert- alkohol yang hendak
dikocok
butanol, dan sikloheksanol diuji
kedalam tabung reaksi
14

Amati perubahan
warna pada tabung
4. Reaksi fenol dengan besi (III) klorida

Dimasukkan masing-masing 2 pipet fenol+FeCl3, Resorsinol+ FeCl3 dan


2-propanol+ FeCl3

Amati perubahan
warna pada tabung

Larutan dikocok

5. Aldehid dan Keton


A. Uji Fehling (A)
15

Tambahkan 2 pipet reagen Tambahkan 2 pipet formaldehid,


fehling (A) benzaldehid dan sikloheksanon

Amati perubahan warna pada tabung Panaskan tabung reaksi selama


15 menit

B. Uji Fehling (B)


16

Tambahkan 2 pipet reagen Tambahkan 2 pipet formaldehid,


fehling (A) benzaldehid dan sikloheksanon

Amati perubahan warna pada tabung Panaskan tabung


reaksi selama 15
menit

C. Uji Benedict

Tambahkan 2 pipet Tambahkan 2 pipet formaldehid,


reagen benedict aseton benzaldehid dan
sikloheksanon
17

Panaskan tabung reaksi selama


Amati perubahan warna pada tabung
15 menit

C. Pengujian dengan Fenilhidrazin

Masukkan 2 pipet
sikloheksanon dan Tambahkan 1 pipet fenilhidrazin
benzaldehid

Amati perubahan Larutan dikocok


warna pada tabung
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Alkohol Primer, Alkohol Sekunder dan Alkohol Tersier
a. Uji Kelarutan
No Perlakuan Hasil
1. 2 pipet etanol + 2 pipet air Berwarna bening
2. 2 pipet n-butil alkohol + 2 pipet air Berwarna bening
3. 2 pipet tersier butil alkohol + 2 pipet air Berwarna bening
Lapisan atas: bening
4. 2 pipet sikloheksanol + 2 pipet air
Lapisan bawah: keruh
5. 2 pipet etilen glikol + 2 pipet air Berwarna bening
6. 2 pipet fenol + 2 pipet air Berwarna merah bata

b. Uji Alkali
No Perlakuan Hasil
1. 2 pipet fenol + 2 NaOH 10 % Berwarna ungu
Lapisan atas: keruh
2. 2 pipet sikloheksanol + 2 NaOH 10 %
Lapisan bawah: bening
3. 2 pipet n-butil alkohol + 2 NaOH 10 % Berwarna bening

c. Uji Lucas
No Perlakuan Hasil
1. 2 pipet 1-butil butanol + 2 pipet reagen lucas Berwarna orange keruh
2. 2 pipet 2-butanol + 2 pipet reagen lucas Berwarna orange
3. 2 pipet tersier butanol + 2 pipet reagen lucas Berwarna bening
Lapisan atas: bening
4. 2 pipet sikloheksanol + 2 pipet reagen lucas
Lapisan bawah: keruh

d. Uji Reaksi Fenol dengan FeCl3


No Perlakuan Hasil
1. 2 pipet resorsinol + 2 pipet FeCl3 Berwarna hitam pekat
Berwarna hitam bening,
2. 2 pipet fenol + 2 pipet FeCl3
hitam pekat
Berwarna kuning
3. 2 pipet 2-prpanol + 2 pipet FeCl3
bening
19

2. Aldehid dan Keton


a. Uji Fehling
No Perlakuan Hasil
2 pipet fehling (A,B) + 2 pipet formaldehid + Berwarna bening kristal
1.
dipanaskan pink
2 pipet fehling (A,B) + 2 pipet benzaldehid +
2. Berwarna keruh
dipanaskan
Berwarna cokelat
2 pipet fehling (A,B) + 2 pipet sikloheksanon
3. dengan endapan merah
+ dipanaskan
bata
2 pipet fehling (A,B) + 2 pipet aseton +
4. Hitam kecoklatan
dipanaskan

b. Uji Benedict
No Perlakuan Hasil
2 pipet benedict + 2 pipet formaldehid +
1. Berwarna biru bening
dipanaskan
2 pipet benedict + 2 pipet aseton +
2. Berwarna biru pucat
dipanaskan
Berwarna cokelat
3. 2 pipet benedict + 2 pipet sikloheksanon dengan endapan merah
bata
2 lapisan (kuning dan
4. 2 pipet benedict + 2 pipet benzaldehid
biru)

c. Pengujian dengan Fenilhidrazin


No Perlakuan Hasil
Kristal berwarna
1. 2 pipet sikloheksanon + 1 pipet fenilhidrazin
kuning
2. 2 pipet benzaldehid + 1 pipet fenilhidrazin Berwarna orange

B. Pembahasan
1. Alkohol primer, alkohol Sekuder dan Alkohol Tersier
a. Uji Kelarutan
Alkohol memiliki sifat polar (berasal dari gugus -OH) dan
nonpolar (berasal dari gugus alkil). Sehingga, alkohol sering dipandang
sebagai hidrokarbon yang mengalami hidroksilasi dan sebagai derivat alkil
dan air. Kelarutan alkohol dalam air akan mengalami penurunan dengan
meningkatnya panjang rantai karbon yang dapat dikonversikan dengan
20

bertambahnya sifat nonpolar. Alkohol primer, sekunder, dan tersier masing-


masing memiliki 1, 2, dan 3 gugus alkil terikat pada atom karbon yang
mempunyai gugus –OH (Saraswati, 2018: 47-48).
Percobaan yang dilakukan pada praktikum ini menggunakan
beberapa larutan alkohol diantaranya yaitu etanol, n-butil alkohol, etilen
glikol, fenol, tert-butil alkohol dan sikloheksanol yang masing-masing
direaksikan dengan air untuk menguji kelarutannya. Tujuan dilakukannya
percobaan ini untuk untuk menguji dan membuktikan kelarutan suatu
alkohol dalam air dan membuktikan apakah percobaan yang dilakukan
sesuai dengan teori yang mengatakan air sebagai molekul polar akan
melarutkan senyawa polar yang mengandung gugus –OH dan larut dalam
air karena senyawa mampu membentuk ikatan hidrogen dengan air (James,
2008: 22).
Percobaan pertama etanol direaksikan dengan air yang
menghasilkan larutan yang tidak berwarna atau larutan bening yang berarti
bahwa tidak terjadi reaksi. Akan tetapi hal tersebut membuktikan bahwa
etanol larut dalam air. Hal tersebut menunjukkan bahwa percobaan yang
dilakukan sesuai dengan teori bahwa etanol dapat larut dalam air.
Berdasarkan percobaan Hasil percobaan menunjukkan pada tabung I,
dimana etanol direaksikan dengan air menghasilkan larutan berwarna
bening. Hal ini menunjukkan bahwa etanol merupakan alkohol primer yang
mudah larut sesuai dengan teori yang menyatakan tiga suku pertama
alkohol (metanol, etanol, dan propanol) mudah larut dalam air (Tim Dosen
Kimia Organik, 2018: 14). Adapun reaksinya menurut (Antonius, dkk.
2021), yaitu:

(aq) (aq)

Percobaan yang kedua yaitu dengan menggunakan n-butil alkohol


yang kemudian direaksikan dengan air yang juga menghasilkan larutan
tidak berwarna (bening) yang menandakan bahwa larutan tersebut juga
larut dalam air, dimana n-butil alkohol bersifat polar yang menunjukkan
21

bahwa larutan tersebut dapat larut dalam air. hal


ini menunjukkan bahwa n-butanol dapat larut
dalam air, namun untuk kecepatan larutnya n-
butanol lebih lama larut dalam air jika
dibandingkan dengan etanol, hal ini dikarenakan
jumlah atom C pada butanol lebih banyak
dibandingkan etanol, sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa apabila atom karbonnya
mencapai empat atau lebih, penurunan
kelarutannya sangat jelas terlihat, dan campuran kemungkinan tidak
menyatu (Anugrah, 2020: 29). Adapun reaksinya menurut (Ramlan, dkk.
2022: 17), yaitu:

Selanjutnya pada tabung ketiga berisi etilen glikol yang


direaksikan dengan air akan menghasilkan warna tetap bening yang
menunjukkan bahwa tidak terjadi reaksi akan tetapi etilen glikol larut
dalam air karena bersifat polar. hal ini menunjukkan bahwa etilen glikol
larut dalan air sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Etilen glikol
bercampur sempurna dengan air dan karena ikatan hidrogennya baik, titik
didihnya sangat tinggi dibandingkan dengan molekul lain dengan bobot
molekul yang sama (Rasyid, 2009: 138). Adapun reaksinya yang terjadi
menurut (Syafiah, 2021), yaitu:

Selanjutnya percobaan keempat yaitu dengan mereaksikan fenol


dengan air yang menghasilkan larutan merah bata, hal tersebut
menunjukkan bahwa fenol tidak larut dalam air karena fenol bersifat non
polar sedangkan air bersifat polar. Hal ini menunjukkan bahwa fenol tidak
22

bereaksi dengan air sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa fenol
tidak larut karena bersifat non polar (Antonius, dkk. 2021). Adapun
reaksinya yang terjadi menurut (Antonius, dkk. 2021), yaitu:

Kemudian percobaan yang kelima yaitu tert butil alkohol yang jika
ditambahkan dengan air menghasilkan larutan yang tidak berwarna atau
tetap bening, yang menjelaskan bahwa tidak terjadi reaksi namun tert butil
alkohol dapat larut dalam air karena tert butil alkohol dan air sama-sama
memiliki sifat polar. Dimana tert-butil alkohol direaksikan dengan air
menghasilkan warna bening, hal ini menunjukkan bahwa tert-butil alkohol
larut dalam air sesuai teori yang menyatakan tertier butanol merupakan
senyawa yang dapat larut dalam air (Antonius, dkk. 2021). Adapun reaksi
yang terjadi menurut (Hart, 2003) yaitu:
CH 3 CH 3
CH 3 – C – OH(aq) + H 2O(l) CH 3 – C - O_ + H3O+(l)
(aq)
CH3 CH3
(tersier butanol) (air) ( 2-metil propane)
Selanjutnya percobaan yang keenam yaitu larutan sikloheksanol
yang direaksikan dengan air menghasilkan dua lapisan yang mana lapisan
atas yang berwarna bening dan lapisan bawah yang berwarna keruh. Hal
tersebut menjelaskan bahwa sikloheksanol tidak dapat larut dalam air
karena memiliki sifat yang berbeda dengan sikloheksanol dimana air
bersifat polar dan sikloheksanol bersifat non polar. Hal ini menunjukkan
bahwa sikloheksanol tidak dapat larut dalam air sesuai dengan teori yang
menyatakan semakin panjang rantai organik (sikloheksanol rantai C6)
alkohol semakin bersifat hidrokarbon, sehingga kelarutannya dalam air
menurun, atau semakin panjang rantai C, alkohol tersebut semakin bersifat
non polar (Abikusna, 2021: 55). Adapun reaksinya Adapun reaksi yang
terjadi menurut (Ramlan, dkk. 2022: 18), yaitu:
23

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil


tingkat kelarutan dari keenam senyawa diatas adalah: kelarutan etilen
glikol > kelarutan etanol > kelarutan tert-butil alkohol > kelarutan n-
butanol > kelarutan fenol > kelarutan sikloheksanol. Perbedaan tingkat
kelarutan ini diakibatkan oleh adanya ikatan hidrogen antara alkohol dan
air. Kelarutan berkurang seiring dengan bertambahnya rantai hidrokarbon
dalam alkohol (Anugrah, 2020: 28-29).
b. Reaksi dengan Alkali
Percobaan dilakukan dengan menggunakan 3 sampel uji yaitu
fenol, sikloheksanol dan n-butil alkohol.
Percobaan dilakukan dengan tujuan untuk
menguji keasaman alkohol sebagaimana teori
yang ada yaitu Reaksi alkohol tersebut
mengindikasikan keasaman secara alami.
Keasaman alami alkohol berhubungan dengan
polaritas rantai -OH. Keasaman alkohol menurun
ketika gugus pendonor elektron berikatan dengan
Gambar 4.2 Reaksi dengan
gugus hydroxyl yang meningkatkan intensitas Alkali
elektron atom oksigen. Alkohol primer secara umum memiliki keasaman
lebih tinggi dibandingkan dengan alkohol sekunder dan tersier (Wiratno,
2022: 4).
Percobaan menggunakan NaOH sebagai sampel pengujinya yang
merupakan basa kuat. Tabung pertama berisi larutan fenol kemudian
direaksikan dengan NaOH yang menghasilkan larutan berwarna ungu, hal
tersebut menunjukkan bahwa fenol bereaksi dengan NaOH dan
membuktikan teori yang ada yang menyatakan bahwa asam lemah dalam
hal ini fenol dapat bereaksi dengan basa kuat (NaOH) (Arifiyana, 2017:
24

17). NaOH digunakan pada percobaan karena merupakan basa kuat, dan
juga karena Na salah satu logam alkali yang mudah didapatkan.
Adapun reaksi yang terjadi menurut (Ramlan, dkk. 2022: 19), yaitu:

Sedangkan untuk larutan sikloheksanol yang direaksikan dengan


NaOH terbentuk larutan dengan dua lapisan yaitu lapisan atas berwarna
keruh dan lapisan bawah yang berwarna bening. Hal tersebut
menunjukkan bahwa tidak terjadi reaksi antara sikloheksanol dengan
natrium hidroksida (NaOH). Dan sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa alkohol adalah alkohol tidak bereaksi dengan basa (Tim Dosen
Kimia Organik, 2018: 14). Adapun reaksi yang terjadi menurut (Ramlan,
dkk. 2022: 18), yaitu:

Dan untuk n-butil alkohol yang direaksikan dengan NaOH


menghasilkan larutan yang tidak berwarna atau bening yang menunjukkan
bahwa larutan tersebut tidak bereaksi. Kedua senyawa tersebut tidak
bereaksi karena senyawa tersebut hampir bersifat basa sehingga sukar
untuk bereaksi dengan NaOH. Hal tersebut sesuai dengan teori yang
menyatakan alkohol tidak bereaksi dengan basa (karena sifatnya yang
sangat lemah) (Tim Dosen Kimia Organik, 2018: 14). Adapun reaksi yang
terjadi menurut (Ramlan, dkk. 2022: 18), yaitu:

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan


bahwa senyawa fenol dan turunannya dapat bereaksi dengan alkali,
sementara alkohol tidak dapat bereaksi dengan alkali. Hal ini karena
25

alkohol bersifat netral, sementara fenol bersifat asam. Sifat asam pada
fenol lebih kuat daripada alkohol karena fenol
memiliki anion dengan muatan negatif yang
disebar oleh cincin karbon melingkar. Alkohol
adalah asam yang sangat lemah (Tim Dosen
Kimia Organik, 2023: 14).
c. Uji Lucas
Uji ini dilakukan untuk membedakan
alkohol-alkohol primer, sekunder dan tersier yang
Gambar 4.3 Uji Lucas.
dapat larut dalam air. Reagen Lucas merupakan
suatu campuran asam klorida pekat dengan seng klorida. Seng klorida
adalah suatu asam Lewis, yang ketika ditambahkan ke dalam asam klorida
akan membuat larutan menjadi lebih asam (Tim Dosen, 2023: 2). Percobaan
menggunakan 1 - butanol, 2 – butanol, sikloheksanol, dan tertier butanol
yang masing-masing direaksikan dengan reagen lucas yang didasarkan atas
perbedaan kecepatan reaksi.
Percobaan pertama dilakukan dengan menambahkan reagen lucas
pada larutan 1-butanol yang menghasilkan larutan berwarna orange. Hal
tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi reaksi sesuai dengan teori yang
menyatakan alkohol primer, saat direaksikan dengan reagen lucas tidak
akan terjadi reaksi atau tidak akan mengalami perubahan apapun (Indriani,
dkk. 2021: 40-41). Adapun reaksinya menurut (Ramlan, dkk. 2022: 20),
yaitu:

(aq) (aq) (aq) (l)

Kemudian tabung kedua berisi larutan 2-butanol yang ditambahkan


dengan reagen lucas dan menghasilkan larutan berwarna orange yang
menunjukkan bahwa reagen lucas bereaksi dengan alkohol sekunder.
Percobaan tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa alkohol
26

sekunder, saat direaksikan akan terjadi reaksi namun lambat (Indriani, dkk.
2021: 41). Adapun reaksinya menurut (Ramlan, dkk. 2022: 20), yaitu:

Kemudian pada tabung ketiga yang berisi larutan sikloheksanol dan


reagen lucas menghasilkan larutan keruh dan terbagi menjadi 2 lapisan,
lapisan atas bening dan bawah terdapat endapan orange (keruh). Ini terjadi
karena struktur dari sikloheksanol yang merupakan alkohol sekunder. Hal ini
menunjukkan bahwa sikloheksanol bereaksi dengan reagen lucas sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa alkohol sekunder, saat direaksikan
akan terjadi reaksi namun lambat (Indriani, dkk. 2021: 41). Adapun reaksi
yang terjadi menurut (Ramlan, dkk. 2022: 20), yaitu:

Berdasarkan hasil yang didapatkan reaksi diatas bereaksi namun sangat


lambat.
Kemudian tabung keempat berisi tertier butanol yang direaksikan
dengan reagen lucas menghasilkan larutan tidak berwarna atau bening. Hal
ini menunjukkan bahwa tert-butanol dapat bereaksi dengan reagen lucas
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa alkohol tersier, reaksi reagen
lucas akan cepat terbentuk senyawa alkil klorida yang tidak larut (Indriani,
dkk. 2021: 41). Adapun reaksinya Adapun reaksi yang terjadi menurut
(Ramlan, dkk. 2022: 21), yaitu:
27

Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa


percobaan sudah sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa jika alkohol
diberikan reagen lucas maka alkohol primer tidak terjadi pemisahan fase,
alkohol sekunder terjadi pemisahan fase (apabila
dipanaskan) dan alkohol tersier terjadi pemisahan
fase tanpa pemanasan (Tim Dosen Medan, 2018).
d. Uji reaksi fenol dengan FeCl3
Alkohol dan fenol merupakan dua
senyawa organik yang mempunyai struktur yang
serupa, tetapi gugus fungsi pada fenol melekat
langsung pada cincin aromatik.Alkohol dan fenol
adalah senyawa yang sama-sama mengandung gugus OH. Walaupun sama-
sama memiliki gugus -OH, akan tetapi sifat keduanya tidaklah sama (Tim
Dosen Medan, 2018). Percobaan dilakukan dengan tujuan untuk
membedakan antara fenol dan alkohol.
Percobaan menggunakan sampel yaitu Gambar 4.4 Uji Reaksi
Fenol dengan FeCl3
resorsinol, fenol dan 2-propanol yang masing-
masing direaksikan dengan FeCl3. Tabung pertama berisi resorsinol yang
direaksikan dengan FeCl3 menghasilkan larutan berwarna hitam pekat, hal
tersebut menunjukkan resorsinol merupakan alkohol yang gugus
hidroksilnya terikat pada karbon jenuh. sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa resorsinol termasuk dalam fenol polivalen yang saat
direaksikan dengan pereaksi FeCl3 akan menghasilkan larutan berwarna
ungu gelap (Haqqi, 2014: 19). Adapun reaksinya yang terjadi menurut
(Haqqi, 2014: 14), yaitu:
28

Kemudian pada tabung kedua berisi fenol yang ditambahkan


dengan FeCl3 menghasilkan larutan berwarna hitam yang menunjukkan
bahwa jika fenol direaksikan dengan FeCl3 memberikan perubahan warna
yang bergantung pada struktur fenol. Dan menunjukkan fenol bereaksi
dengan besi(III) klorida, sesuai dengan teori yang menyatakan fenol bereaksi
dengan FeCl3 (Tim Dosen Kimia Organik, 2018: 13). Adapun reaksi yang
terjadi menurut (Manongko, dkk. 2020: 67), yaitu:

Selanjutnya untuk tabung ketiga berisi 2-propanol yang


ditambahkan dengan air dan FeCl 3 menghasilkan larutan berwarna kuning.
Hal tersebut terjadi karena 2-propanol merupakan alkohol yang tidak
memiliki cincin benzena sehingga tidak memungkinkan terjadinya
resonansi. Serta hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi reaksi antara 2-
propanol dengan besi (III) klorida. Mekanisme reaksi yang terjadi
seharusnya sampel akan bereaksi dengan reagen ferri klorida dimana akan
terjadi reaksi subtitusi antara H+ pada sampel dengan reagen FeCl3. 2-
propanol adalah jenis alkohol sekunder (Andriyani, 2021). Adapun
reaksinya menurut (Cahyadi, 2015), yaitu:
29

2. Aldehid dan Keton


Aldehid dan keton merupakan senyawa
organik yang mengandung gugus karbonil di
ujung rantai karbon. Aldehid mempunyai satu
gugus alkil atau aril, sedangkan keton mempunyai
dua gugus alkil atau aril yang terikat pada karbon
karbonilnya (Subandi, 2010: 63).

a. Uji Fehling
Percobaan dilakukan dengan tujuan untuk membedakan antara
aldehid dan keton berdasarkan tingkat oksidasinya. Percobaan
menggunakan sampel formaldehid, aseton, sikloheksanon dan
benzaldehid. Direaksikan dengan reagen benedict dan fehling (A,B)
kemudian dipanaskan. Tujuan dilakukannya pemanasan adalah untuk
melihat apakah terjadi reaksi pada larutan yang ditandai dengan adanya
perubahan warna larutan. Pada percobaan pertama formaldehid
direaksikan dengan fehling (A,B) menghasilkan
Gambar 4.5 Uji Fehling
larutan berwarna bening dan terdapat endapan. dan Benedict
Hal ini menunjukkan bahwa terjadi reaksi antara formaldehid dengan
campuran fehling A dan B sesuai dengan teori yang menyatakan jika
reagen fehling mengoksidasi aldehida sederhana menjadi karboksilat
(Fleischer, 2019: 46). Adapun reaksi yang terjadi menurut (Avif, 2019:
16), yaitu:

Kemudian benzaldehid di reaksikan dengan campuran fehling A


dan B kemudian dipanaskan menghasilkan larutan berwarna keruh.
Seharusnya warna larutan yang telah diteteskan pereaksi fehling A dan B
ketika dipanaskan menghasilkan warna merah bata pada senyawa
benzaldehid, karena mengandung gugus aldehid dan mudah untuk
30

teroksidasi. Hal ini terjadi karena kurangnya kebersihan pada alat yang
digunakan sehingga memungkinkan sampel terkontaminasi dengan bahan
lain dan sampel dibiarkan terbuka terlalu lama sehingga proses
pengoksidasian pada percobaan dengan pereaksi fehling tidak sempurna
(Antonius, dkk. 2021). Adapun reaksinya menurut (Antonius, dkk. 2021),
yaitu:

Selanjutnya Aseton direaksikan dengan campuran fehling A dan B


kemudian dipanaskan menghasilkan warna larutan abu-abu. Hal ini
menunjukkan bahwa terjadi reaksi. Seharusnya tidak terjadi reaksi sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa keton sukar dioksidasi oleh fehling
(kecuali α-hidrosiketon) seperti fruktosa (Simajuntak, dkk. 2021: 32). Hal
ini terjadi kurangnya kebersihan pada alat yang digunakan sehingga
memungkinkan sampel terkontaminasi dengan bahan lain. Adapun
reaksinya menurut (Suyatno, 2020) yaitu:

R-CO-R + Cu2+(aq)

(keton) (tembaga)

Kemudian pada tabung IV Sikloheksanon direaksikan dengan


campuran fehling A dan B kemudian dipanaskan menghasilkan larutan
berwarna coklat dengan endapan berwarna merah bata. Seharusnya tidak
terjadi perubahan atau reaksi sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
aldehid mudah dioksidasi oleh pereaksi tollens, fehling dan benedict
sedangkan keton sukar (kecuali α-hidrosiketon) seperti fruktosa
(Simajuntak, dkk. 2021: 32). Hal ini terjadi disebabkan karena kurangnya
kebersihan pada alat yang digunakan sehingga memungkinkan sampel
31

terkontaminasi dengan bahan lain. Adapun reaksinya menurut (Suyatno,


2020) yaitu:

R-CO-R + Cu2+(aq)

(keton) (tembaga)

b. Uji Benedict
Kemudian pada percobaan kedua yaitu mereaksikan reagen
benedict dengan larutan folmaldehid, aseton, sikloheksanon dan
benzaldehid. Fungsi dari penambahan pereaksi benedict adalah sebagai
pereaksi dan oksidator. Setelah itu dipanaskan, fungsi dari pemanasan
adalah untuk mempercepat reaksi dan larutan homogen (Antonius, dkk.
2021).
Untuk larutan formaldehid direaksikan dengan benedict kemudian
dipanaskan menghasilkan larutan berwarna biru bening. Hal ini
menunjukkan bahwa terjadi reaksi antara formaldehid dengan benedict
sesuai dengan teori yang menyatakan pereaksi benedict dapat
mengoksidasi aldehid menjadi asam alkanoat (Simajuntak, 2021: 32).
Adapun reaksinya yang terjadi menurut (Lohita, dkk. 2021), yaitu:

Kemudian aseton yang direaksikan dengan benedict kemudian


dipanaskan menghasilkan larutan berwarna biru. Hal ini berarti tidak
terjadi reaksi pada larutan tersebut. Untuk tabung 2, antara larutan
benedict berwarna biru. Kemudian ditambah aseton dan dipanaskan.
Larutan tetap warna biru. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi reaksi
antara aseton dengan benedict sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
pereaksi benedict tidak dapat mengoksidasi keton kecuali α-hidroksi keton
(Simajuntak, 2021: 32). Adapun reaksinya yang terjadi menurut (Lohita,
dkk. 2021) yaitu:
32

Selanjutnya sikloheksanon dengan benedict dan menghasilkan


larutan berwarna cokelat dengan endapan berwarna merah bata. Hal ini
menunjukkan bahwa terjadi reaski antara sikloheksanon dengan benedict,
tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pereaksi benedict tidak
dapat mengoksidasi keton kecuali α-hidroksi keton (Simajuntak, 2021:
32). Hal ini terjadi karena kurangnya kebersihan pada alat yang digunakan
sehingga memungkinkan sampel terkontaminasi dengan bahan lain.
Adapun reaksi yang terjadi menurut (Suyatno, 2020), yaitu:

R-CO-R + Cu2+(aq)
(keton) (tembaga)

Dan untuk benzaldehid yang ditambahkan dengan benedict


terbentuk dua lapisan yaitu lapisan atas berwarna kuning dan lapisan
bawah berwarna biru. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi reaksi antara
benzaldehid dengan benedict sesuai dengan teori yang menyatakan
pereaksi benedict dapat mengoksidasi aldehid menjadi asam alkanoat
(Simajuntak, 2021: 32). Adapun reaksinya yang terjadi menurut (Antonius,
dkk. 2021), yaitu:

Pada uji benedict, aldehid akan mereduksi tembaga dengan membentuk


endapan bewarna merah bata, sedangkan keton tidak bereaksi.
b. Pengujian dengan Fenilhidrazin
33

Fenilhidrazin bereaksi dengan monosakarida dan beberapa disakarida


membentuk hidrazon dan osazon. Hidrazon merupakan substansi yang
mudah larut dan sulit diisolasi. Sedang osazon kebalikannya, ia relatif tidak
melarut dan membentuk kristal yang bentuknya spesifik untuk setiap jenis
sakarida. Itulah sebabnya mengapa osazon menjadi begitu penting dalam
membantu mengidentifikasi konfigurasi struktural dari sakarida ( Yuliana,
2018: 39).
Percobaan ini menggunakan
Gambar 4.6 Uji dengan
Fenilhidrazin fenilhidrazin yang akan diuji dengan
benzaldehid dan sikloheksanon. Percobaan pertama yaitu dengan
mereaksikan benzaldehid dengan fenilhidrazin dan menghasilkan larutan
panas berwarna kuning dan membentuk kristal berwarna orange. Hal
tersebut menujukkan bahwa aldehid jika direaksikan dengan fenilhidrazin
akan membentuk kristal. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi reaksi antara
benzaldehid dengan fenilhidrazin sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa benzaldehid dapat bereaksi dengan fenilhidrazin yang
menghasilkan fenildrazonbenzena. Hal tersebut dapat terjadi karena
pasangan bebas elektron pada atom fenilhidrazin menyebabkan senyawa-
senyawa ini bereaksi membentuk
fenilhidrazon yang mula-mula
membebaskan satu mol air. Hasil dari
reaksi ini adalah membentuk osazon (suatu
kristal yang berwarna kuning)
(Simajuntak, 2021: 32). Adapun reaksinya
menurut (Febriyana, 2021), yaitu:
34

Kemudian untuk percobaan menggunakan sikloheksanon yang


direaksikan dengan fenilhidrazin menghasilkan larutan berwarna orange.
Hal ini menunjukkan bahwa terjadi reaksi antara sikloheksanon dengan
fenilhidrazin, sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa sikloheksanon
dapat di identifikasi dengan direaksikan dengan fenilhidrazin yang
menghasilkan hablur (Tim Dosen Kimia Organik, 2023: 24). Adapun
reaksinya menurut (Febriyana, 2021), yaitu:

Berdarsarkan percobaan jika dibandingkan antara sikloheksanon


dan benzaldehida, sikloheksanol memiliki titik didih yang lebih rendah
daripada benzaldehid. Hal ini dikarenakan pada keton tidak terdapat ikatan
hidrogen antar molekulnya sehingga terjadi ikatan yang lemah sehingga
titik lelehnya rendah dan membuktikan teori yang mengatakan Hal ini
menunjukkan bahwa terjadi reaksi antara sikloheksanon dengan
fenilhidrazin, sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa sikloheksanon
dapat di identifikasi dengan direaksikan dengan fenilhidrazin yang
menghasilkan hablur (Tim Dosen Kimia Organik, 2023: 24). Adapun
reaksinya menurut (Febriyana, 2021), yaitu:
35

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan:
1. Perbedaan antara alkohol primer sekunder dan tersier adalah jumlah atom
karbon yang terikat pada gugus Hidroksil. Berdasarkan percobaan alkohol
primer, alkohol sekunder dan alkohol tersier dapat dibedakan dengan uji
kelarutan, uji alkali, uji lucas, uji besi (III) klorida dimana perbedaan-
perbedaan sifatnya akan bisa diidentifikasi dari hasil reaksi masing-masing
uji tersebut.
2. Untuk membedakan antara aldehida dan keton, digunakan reagen fehling
dan benedict serta uji dengan fenilhidrazin. Untuk dapat membedakan
antara aldehid dan keton dapat diidentifikasi dengan hasil uji positif tiap
perlakuan dimana aldehid akan menghasilkan endapan merah bata dan
keton secara khusus akan mengkristal.
36

B. Saran
Untuk praktikan selanjutnya sebelum melakukan pratikum sebaiknya
memahami prosedur kerja agar tidsak kebingungan dalam melakukan
percobaan. Dan juga diharapkan agar lebih teliti dan berhati hati dalam
mereaksikan suatu larutan dan utamakan keselamatan di dalam laboratorium
dan senantiasa berhati-hati selama melakukan percobaan.
DAFTAR PUSTAKA

Aponte, J. C., Whitaker, D., Powner, M. W., Elsila, J. E dan Dworkin, J.


P. (2019). Analyses of Aliphatic Aldehydes and Ketones in
Carbonaceous Chondrites. ACS Earth and Space Chemistry.
3(1), 467.

Anggraini, I. (2019). Laporan Praktikum Kimia Organik. Makassar:


Universitas Negeri Makassar.

Arifiyana, R.K.W.D. (2017). Suhu, Waktu, dan Kelarutan Kalsium


Oksalat pada Umbi Porang. Gresik: Graniti.

Biomed, M.F.M. (2017). Biologi. Depok: Kencana.


Campbell, N.A. (2020). Biologi. Jakarta: Erlangga.
Dehaghani, N.A., Sadjadi, D dan Heravi, M.M. (2022). Heteroployacid
on the Composite of Boehmite and Polyionic Liquid as a
Catalyst for Alcohol Oxidation and Tandem Alcohol Oxidation
Knoevenagel Condensation Reactions. Scientific Reports. 12(1),
16395.
Farah, R.D.E., Amanda, N.F dan Sembiring, S. (2022). Studi
Pendahuluan Pembentukan Gugus Fungsi dari Komposit Perak
Silika (Ag/SiO2) Berbasis Sekam Padi. Jurnal Teori dan Aplikasi
Fisika. 10(1), 32.

Farshadfar, K., Chipman, A., Yates, B. F dan Ariafard, A. (2019). DFT


Mechanistic Investigation into BF3-Catalyzed Alcohol Oxidation
by a Hypervalent Iodine(III) Compound. ACS Catalysis. 9(7),
6518.

Hart, H.C. (2003). Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.

James, J., Baker, C dan Swain, H. (2008). Prinsip-Prinsip Sains untuk


Keperawatan. Jakarta: Erlangga.
Kleber, M dan Lehmann, J. (2019). Humic Substances Extracted by
Alkali Are Invalid Proxies for the Dynamics and Functions of
Organic Matter in Terrestrial and Aquatic Ecosystems. Jurnal of
Enviromental Quality. 48(1), 208.

Oxtoby., Gillis dan Nachtrieb. (2001). Prinsip-Prinsip Kimia Modern.


Jakarta: Erlangga.
38

Patrick, G. (2004). Organic Chemistry. Canada: Taylor & Francis.

Pine, S.H., Hendrickson, J.B., Cram, D.J dan Hammond, G.S. (1988).
Kimia Organik. Bandung: ITB.

Ramadhana, N.R., Alifka, R.A., Albaihaq, M.R., Nitami, R.D dan As,
A.N. (2019). Laporan Praktikum Kimia Organik. Makassar:
Universitas Negeri Makassar.

Rengga, W.D.P dan Putri, D.A. (2021). Kimia Organik I. Tasikmalaya:


Perkumpulan Rumah Cemerlang Indonesia (PRCI).

Rico, A.E dan Fitriza, Z. (2021). Deskripsi Miskonsepsi Siswa Pada


Materi Senyawa Hidrokarbon. Jurnal Ilmu Pendidikan. 3(4),
1498.

Saraswati, I. (2018). Panduan Praktikum Kimia. Yogyakarta: Deepublish.

Subandi. (2010). Kimia Organik. Yogyakarta: Deepublish.

Susanti, R., Fatah, A.H dan Wahyutani, S. (2019). Konsepsi Siswa Kelas
XI IPA Negeri 5 Palangka Raya Tentang Senyawa Hidrokarbon
Tahun Ajaran 2018/2019. Jurnal Ilmiah Kanderang Tingang.
10(2), 358.

Tim Dosen. (2021). Panduan Praktikum Kimia Organik. Cirebon: IAIN


Syekh Nurjati Cirebon.

Tim Dosen Medan. (2018). Penuntun Praktikum Kimia Organik. Medan:


Universitas Sumatera Utara.

Vellayati, S., Nurmaliah, C., Sulastri., Yusrizal., Saidi, N. (2020).


Identifikasi Tingkat Pemahaman Konsep Siswa Menggunakan
Tes Diagnostik Three-Tier Multiple Choice Pada Materi
Hidrokarbon. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia. 8(1), 134.

Wardiyah. (2016). Kimia Organik. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.

Wiratno, E.N. (2022). Bioteknologi Alkohol. Malang: UB Media.

Yang, X., Wan, Y., Zheng, Y., He, F., Yu, Z., Huang, J dan Gao, B.
(2019). Surface functional groups of carbon-based adsorbents
and their roles in the removal of heavy metals from aqueous
solutions: A critical review. Chemical Engineering Journal.
366(1), 617.
39

Yuliana, A. (2018). Biokimia Farmasi. Surabaya: CV Jakad.

Zaroh, P.F dan Widyastuti, S. (2019). Pemanfaatan Limbah Ampas


Tapioka Sebagai Bahan Baku Plastik Mudah Terurai
(Biodegradable). Wahana. 71(2), 19.

Anda mungkin juga menyukai