Low Pressure Separator C-3-10A - RU V Balikpapan
Low Pressure Separator C-3-10A - RU V Balikpapan
Oleh:
CEPU
2023
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh:
Suwega Drestantiarto.
Instrument Engineer
Mengetahui,
Adi Nugroho.
Lead of Electrical & Instrument Engineering
i
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh:
Christian Putra D. Siburian
NIM 201440007
Program Studi Teknik Instrumentasi Kilang
Tingkat III
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Oleh:
Christian Putra D. Siburian
NIM 201440007
Program Studi Teknik Instrumentasi Kilang
Tingkat III
Menyetujui,
iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
NIM : 201440007
Tingkat : III
Dengan ini menyatakan bahwa Kertas Kerja Wajib (KKW) dengan judul
“Operation Dan Maintenance Level Transmitter LT – 167 Pada Low
Pressure Separator C – 3 – 10 Di PT. Pertamina RU V Balikpapan” adalah
benar-benar karya saya sendiri dan bukan plagiat dari karya yang lain dan
sudah dilakukan verifikasi menggunakan program Turnitin (hasil terlampir).
Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat pada kertas kerja waib
(KKW) ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
iv
HASIL TURNITIN
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan dan
dapat menyusun Laporan Praktek Kerja Lapangan yang berjudul “Operation Dan
Maintenance Level Transmitter LT – 167 Pada Low Pressure Separator C – 3 – 10
Di PT. Pertamina RU V Balikpapan”. Penulisan Laporan Praktikum Kerja
Lapangan ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Ibu Dr. Erdilla Indriani, S.Si., M.T. sebagai Direktur PEM Akamigas Cepu
2. Bapak Chalidia Nurin Hamdani, S.T., M.T. sebagai Ketua Program Studi
Teknik Instrumentasi Kilang PEM Akamigas Cepu
3. Bapak Wasis Waskito Adi, S.ST., M.T. sebagai Dosen Pembimbing Praktek
Kerja Lapangan dan Kertas Kerja Wajib
4. Bapak Adi Nugroho sebagai Lead of E&I Eng.
5. Bapak Suwega Drestantiarto sebagai Pembimbing Lapangan di E&I Eng
6. Pak Bayu Erfastianto sebagai Pembimbing Lapangan di Maintenance Area 3
7. Seluruh Instrument Technician dan pekerja TKJP di setiap Maintenance Area
yang sudah memberikan ilmu lapangan selama penulis melakukan PKL
8. Kedua orang tua, kakak, dan adik penulis tercinta.
9. Semua Pihak yang telah membantu proses Praktek Kerja Lapangan dan
penyusunan Laporan PKL ini
Penulis menyadari bahwa Kertas Kerja Wajib (KKW) ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik untuk keperluan pendidikan serta menambah
pengetahuan dan wawasan.
vi
ABSTRAK
Low Pressure Separator dengan tag C–3–10 merupakan vessel pemisah fasa
dengan panjang 9.2 m dengan diameter 4.4 m. Separator C-3-10 berfungsi
memisahkan fluida campuran dengan kondisi operasi pada pressure yang rendah
sehingga gas hidrogen (H2), air, dan minyak terpisah sesuai dengan spesifikasinya
untuk selanjutnya diproses pada masing-masing unit. Gas hidrogen (H2) yang
kemudian dialirkan ke kolom H2 Recovery C-38-03. Sedangkan air selanjutnya
dialirkan ke unit Sour Water Stripper (SWS) di Plant 7, dan Crack oil yang dialirkan
sebagai feed pada kolom Debutanizer E-3-22A. Level dari separator perlu
dikendalikan dengan bantuan elemen sistem instrumentasi. Displacer Level
Transmitter 03-LT-167 adalah electronic level transmitter yang digunakan untuk
mengendalikan level LPS bermanufaktur Masoneilan 12120. Pengoperasiannya
menggunakan daya buoyancy dari muatan transmitter yang akan menambah atau
mengurangi beban pada torque arm. Torsi menghasilkan sudut rotor pada Rotary
Variable Difference Transfo (RVDT) dimana perubahan tegangan sebanding
dengan torque arm yang nantinya diubah menjadi arus DC. Perubahan pada level
fluida akan mengangkat displacer sebanding dengan berat fluida yang berpindah,
hal ini sesuai dengan hukum Archimedes yang berlaku pada prinsip kerja displacer,
pergerakan displacer secara vertikal akan menghasilkan gerakan angular pada
displacer rod dan menyebabkan torque tube memutar setiap kali terjadi perubahan
level. Pemeliharaan pada Displacer Level Transmitter LT – 167 berupa kalibrasi
Interface karena level yang diukur merupakan level antar minyak dengan air.
Metode kalibrasi interface menggunakan hukum Buoyancy dimana nilai akan
dipengaruhi dari specific gravity fluida yang diukur.
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. v
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.3 Tujuan....................................................................................................... 2
vi
2.3.3 Control Element ..................................................................................... 9
METODE PENELITIAN...................................................................................... 16
PEMBAHASAN ................................................................................................... 23
PENUTUP............................................................................................................. 41
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
Gambar 4.4 P&ID untuk Pengendalian Level C-3-10 .......................................... 25
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
PENDAHULUAN
1.2 Permasalahan
Penulis memberikan batasan – batasan masalah dalam pembahasan, antara lain:
1. Alat instrumentasi khususnya variabel level pada LPS C – 3 – 10
2. Prinsip dan cara kerja Electronic Level Transmitter LT – 167
3. Prinsip dan cara kerja Displacer Masoneilan 12120
3. Operation dan Maintenance pada instrument Level Transmitter LT – 167
1
1.3 Tujuan
Penulisan Laporan ini secara umum bertujuan sebagai syarat kelulusan D3
Teknik Instrumentasi Kilang PEM Akamigas Cepu. Sedangkan secara khusus
tujuan penulisan Kertas Kerja Wajib ini adalah :
1. Untuk mendalami pemahaman dari kinerja instrument level pada Low Pressure
Separator C-3-10
2. Mendalami pemahaman teknis mengenai Level Transmitter LT – 167 dengan
sensor displacer baik dari sisi operation dan maintenance
3. Mengembangkan ilmu teori yang sudah diperoleh dalam perkuliahan untuk
diaplikasikan di lapangan
4. Dapat membedakan ilmu teknis lapangan dari ilmu teori di perkuliahan dalam
Operation dan Maintenance
1.4 Metode
Dalam penyusunan laporan ini, penulis memakai metode yang sifatnya teknis
berdasarkan keadaan lapangan. Yang pertama, melakukan interview dengan
Instrument Technician di lapangan terhadap prinsip maupun cara kerja dari alat
instrument. Yang kedua, mencatat pekerjaan yang dilakukan oleh Instrument
Technician saat ada indikasi abnormal dalam keadaan proses. Yang ketiga,
melakukan overview dengan Supervisor agar data di lapangan lebih aktual
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Separator
Separator adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk memisahkan minyak
dan gas bumi dengan menggunakan tekanan tertentu agar fase gas dan minyak dapat
dipisahkan secara optimal1. Terdapat dua prinsip perbedaan dalam separator, yaitu
flash separation dan differential separation. Pada flash separation, tekanan dalam
sistem diturunkan sehingga cairan dan gas tetap berkontak, dimana gas tidak lepas
dari kontak dengan cairan saat tekanan menurun, yang memungkinkan gas keluar
dari larutan (proses ini menghasilkan lebih banyak gas dan lebih sedikit cairan).
Sedangkan pada differential separation, gas dipisahkan dari kontaknya dengan
cairan pada tekanan rendah dan memungkinkan gas keluar dari larutan (proses ini
menghasilkan lebih banyak cairan dan lebih sedikit gas)1.
3
5. Vortex breaker, memiliki fungsi untuk mencegah terjadinya pusaran pada outlet
2) Separator Vertikal
Separator vertikal merupakan salah satu jenis separator berdasarkan
bentuknya, dan dirancang khusus untuk mengatasi fluida yang mengandung
konsentrasi padatan tinggi, seperti pasir atau lumpur. Perbedaan utama dari
separator ini terletak pada peralatan ekstraksi kebut (mist extraction) yang
digunakan untuk memurnikan gas. Namun, prinsip operasional separator vertikal
ini tetap sama dengan separator horizontal 3.
4
Gambar 2.3 Three-phase Vertical Separator
3) Separator Spherical
Separator sperikal adalah jenis separator yang berbentuk bola dan umumnya
didudukkan diatas skid dan digunakan pada lapangan minyak yang kecil atau
sebagai test unit
5
2.2 Fungsi Instrumentasi
Instrumentasi adalah seperangkat alat yang digunakan untuk mengontrol,
memanipulasi, mengukur, menampilkan atau menghitung nilai variabel kuantitatif
yang ada dalam proses industri4. Fungsi dari instrumentasi dapat diklasifikasikan
menjadi:
1. Measurement (Alat Ukur)
Alat ukur yang berarti proses tersebut memerlukan monitoring dari operasi
melalui pengukuran dari proses variabel yang lagi berjalan di operasi yang
bersangkutan.
2. Control (Pengendali)
Alat pengendali berarti untuk agar mendapat nilai yang diinginkan, maka
pengendalian jalan operasi proses dilakukan5.
3. Safety (Pengaman)
Alat pengaman berarti pencegahan kerusakan pada komponen dan pencegahan
kecelakaan pada pekerja. Selain itu, safety dapat juga berfungsi untuk
mengindikasi operator sebagai alarm.
4. Analyze (Penganalisa)
Alat analisa artinya penganalisaan produk layak atau tidakkah produk tersebut
dengan memenuhi spesifikasi yang telah diinginkan. Penganalisa digunakan pula
pencegahan polusi dalam produk seperti pencegahan timbulnya bahaya untuk
keadaan di sekitar 6
6
b) Secondary element (elemen pengirim): Bertugas mengubah sinyal yang diterima
dari primary element menjadi bentuk yang dapat diproses lebih lanjut. Misalnya,
transmitter yang mengubah sinyal sensor menjadi sinyal listrik yang dapat diolah
oleh kontroler.
7
Contoh primary element yang umum digunakan adalah Displacer dimana
sebuah pelampung diapungkan pada permukaan fluida, pelampung tersebut akan
naik dan turun mengikuti pergerakan permukaan fluida yang dimaksud8.
Selanjutnya dengan mekanisme pergerakan pelampung ini dapat diterjemahkan
menjadi alat ukur level displacer berdasarkan prinsip Archimedes9. Hukum
Archimedes berbunyi “suatu benda yang seluruhnya atau sebagian tercelup dalam
zat cair akan mengalami gaya ke atas sebesar berat zat cair yang dipindahkan oleh
benda tersebut” 6.
Dalam industri minyak dan gas, standar yang umum digunakan untuk sinyal
pneumatik adalah rentang 3-15 psig, sementara sinyal arus menggunakan rentang
4-20 mA. Perubahan ini dilakukan oleh perangkat khusus yang dikenal sebagai
transmitter. Tugas transmitter adalah mengubah besaran fisik atau gerakan
mekanik dari sensor menjadi sinyal standar yang dapat dibaca oleh elemen
selanjutnya dalam sistem dengan bantuan Transducer dan mengirim sinyal ke
controller berupa sinyal 4-20 mA6.
8
Gambar 2.7 Level Transmitter sebagai secondary element 4
9
Aksi yang dilakukan elemen pengendali untuk mengendalikan final element
ada dua yaitu :
• Direct, yakni sinyal keluaran kontroler naik jika sinyal dari transmitter naik. Jika
sinyal dari transmitter turun maka sinyal keluaran kontroler akan turun.
10
Gambar 2.11 Bagian dari Actuator 5
2) Body Valve
Bentuk body control valve telah berkembang seiring dengan perkembangan
industri, namun secara umum dapat dibedakan ke dalam dua kelompok berdasarkan
kepada cara penutupan (Close action), yaitu gerak rotasi dan gerak linear12. Bagian
ini berguna untuk mengatur aliran fluida yang nanti dikendalikan sesuai dengan
kebutuhan industri. Fluida mengalir melalui body valve, sehingga bagian body
harus memiliki ketahanan yang cukup untuk erosi dan korosi. Selain erosi dan
korosi, body harus tahan pula terhadap tekanan dan temperatur fluida 13.
11
Valve memiliki karakteristik yang dapat digambarkan secara grafik sebagai
hubungan antara persentase aliran yang melewati valve dengan persentase
pergerakan stem dari valve. Grafik ini dibuat berdasarkan rentang penuh valve,
yaitu dari 0 hingga 100%. Terdapat tiga karakteristik utama pada valve, yaitu
karakteristik aliran linier, karakteristik aliran equal %, dan karakteristik aliran quick
opening11.
• Quick Opening: mengacu pada situasi perubahan kecil plug valve akan
menghasilkan perubahan besar pada kecepatan aliran
• Linier: menunjukkan kecepatan aliran berbanding langsung dengan gerakan
valve pada pressure drop konstan
• Equal Percent: mengacu pada penambahan yang sama dari gerakan plug
menghasilkan persen yang konstan dari kecepatan aliran saat plug bergerak11
12
yang diukur8. Karena bentuk dari displacer berbentuk silindris, maka besar volume
dari displacer ditulis secara matematis:
Vdisplacer = 𝜋 𝑟 2 L
dimana, r = jari – jari displacer
L = panjang displacer
13
2.5 Pemeliharan Sistem Instrumentasi
Maintenance atau pemeliharaan merupakan proses dan kegiatan yang dilakukan
untuk menjaga suatu peralatan dengan tujuan memperpanjang life time dari sebuah
alat14. Terdapat 6 alasan mengapa pemeliharaan dilakukan, yaitu:
1. Physical Integrity, yaitu menjaga performance kerja peralatan untuk
meminimalisasi downtimes
2. Risk Management, yaitu menjaga peralatan dalam kondisi sehat untuk
keamanan pekerja dan perusahaan
3. Aesthetic Presevation, yaitu menjaga peralatan agar tidak terlihat buruk
4. Responsible Stewardship, yaitu menjaga peralatan sampai dengan tercapai
sevice life-nya
5. Fiscal Resposibility, merupakan cara untuk meningkatkan nilai efisiensi
6. Duty to Mitigate, untuk menghindari kerusakan yang mengakibatkan
premature failure14
14
menempel pada sensor dan bersihkan dengan hati-hati menggunakan metode
yang sesuai.
4. Pengecekan koneksi: Periksa koneksi kabel antara sensor displacer dan level
transmitter. Pastikan kabel terpasang dengan baik dan tidak ada kerusakan pada
konektor atau isolasi kabel. Pengecekan ini penting untuk mencegah
terganggunya sinyal pengukuran dan memastikan transmisi data yang akurat.
5. Pemeriksaan kebocoran: Periksa apakah ada kebocoran pada sistem fluida yang
dapat mempengaruhi kinerja level transmitter. Periksa perangkat penahan
tekanan atau segel dan pastikan tidak ada kebocoran yang signifikan yang dapat
mengurangi akurasi pengukuran.
15
METODE PENELITIAN
Kilang Balikpapan I dan Kilang Balikpapan II, yang terletak di tepi Teluk
Balikpapan dengan luas area sekitar 2,5 km2, merupakan bagian dari unit
pengolahan (RU) V Balikpapan. Kilang Balikpapan secara keseluruhan mengolah
sekitar 260 MBSD (Metric Barrel per Stream Day) minyak mentah. Kilang
Balikpapan I memiliki kapasitas pengolahan sebesar 60 MBSD, sementara Kilang
Balikpapan II memiliki kapasitas pengolahan sebesar 200 MBSD. Fungsi kilang ini
adalah untuk mengolah minyak mentah menjadi berbagai produk bahan bakar
minyak (BBM) dan non-bahan bakar minyak (NBBM) yang siap untuk dipasarkan.
RU V Balikpapan merupakan salah satu dari enam kilang yang dimiliki oleh
PT Pertamina (Persero), dan memiliki kapasitas pengolahan sebesar 260.000 barel
per hari. Kilang ini terdiri dari dua kilang, yaitu Kilang Balikpapan I dan Kilang
16
Balikpapan II. Berikut ini adalah gambaran umum (overview) dari RU V
Balikpapan.
Minyak mentah atau crude oil dari Lawe – lawe dialirkan ke Crude Tank D-
20-01 untuk ditimbun agar jarak dari tangki ke unit proses tidak terlalu jauh. Crude
oil kemudian dialirkan ke Kilang Balikpapan II yaitu Hydro-Skimming Complex
(HSC) yang terdiri dari Crude Distilation Unit IV, Naphta Hydrotreater, Platformer
dan LPG Recovery Unit. Proses pada HSC termasuk Primary proses yakni proses
pertama dari pengolahan minyak mentah menjadi beberapa produk. Pada CDU IV,
crude oil dipisah berdasarkan titik didih menjadi fraksi ringan seperti LPG, Light
Naphta dan Reformate. Kemudian bottom product dikirim ke HVU II bagian HCC
karena CDU IV tidak bisa mengolah. Di HVU II, bottom product tadi diolah
menjadi Light Vacum Gas Oil (LVGO) dan High Vacum Gas Oil (HVGO)
Selain HSC terdapat juga Hydro-Cracking Complex (HCC) yang terdiri dari
High Vacuum Unit (HVU), Hydrocracking Unit (HCU), Hydrogen Plant Unit
(HPU). Proses pada HCC termasuk secondary proses yakni proses kedua dari
pengolahan produk jadi seperti HVGO yang tidak bisa diolah di HSC tadi. HVGO
dikirim ke HCU untuk proses pemecahan (cracking) rantai carbon. Agar bisa pecah,
HCU diinject Hidrogen (H2) dari HPU Plant 8. HPU A dan B berfungsi untuk
memproduksi hidrogen yang nantinya digunakan di HCU. Untuk mengalirkan
17
hidrogen dari HPU ke HCU, terdapat common facilities yaitu H2 Compressor di
Plant 8C.
Kilang Balikpapan I terdiri dari CDU V dan HVU III. Proses yang terjadi
pada CDU V dan HVU III sama seperti di HSC dan HCC, dimana CDU V memisah
crude berdasarkan titik didih dan HVU III memecah rantai carbon dari bottom
product dari CDU V. Perbedaan dari Kilang I dan Kilang II ialah pada kapasitasnya.
Kilang Balikpapan I berkapasitas 60 MBSD sedangkan Balikpapan II berkapasitas
200 MBSD.
18
4.2 Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan
19
4.3 Diagram Alir Penyusunan KKW
Penyusunan Kertas Kerja Wajib (KKW) ini dilakukan dengan melewati
beberapa tahapan. Tahapan pengerjaan dapat dilihat pada Gambar 3.4, yaitu:
20
3.6 Identifikasi Sistem
Tahap identifikasi sistem berfungsi agar kita dapat mengetahui komponen
penyusun dan penunjang proses pada Low Pressure Separator C – 3 – 10.
Selain data dari “PI Vision Pertamina”, penulis juga memperoleh data dari
pembimbing lapangan berupa: Datasheet untuk LT – 167 dan LCV – 167, Loop
Drawing, P&ID, dan LPS C – 3 – 10 Drawing Sheet
21
3.8 Tindakan Maintenance
Penulis melalukan maintenance dengan Instrument Technician di daerah
kilang berupa corrective maintenance. Maintenance dilakukan ketika operator dari
kilang memberi panggilan kepada technician. Setelah mendapat panggilan,
technician akan menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk melakukan
tindakan. Setelah tindakan selesai, technician akan mengkorfimasi pada operator
apakah instrumentasi sudah kembali ke keadaan normal.
22
PEMBAHASAN
Di LPS C-3-10 terjadi pemisahan fluida antara beberapa fasa yaitu gas H2,
minyak dan air sesuai dengan spec agar fasa – fasa tersebut diproses ke unit
selanjutnya. Sesuai dengan namanya “Low Pressure”, maka kondisi operasi
pressure di kolom ini rendah sebesar 6,5 kg/cm2. Sebelum masuk ke LPS, fluida
terlebih dahulu memasuki HPS C – 3 – 8 yang bekerja sebagai pemisah fluida pula
dari outlet reaktor (prinsip sama dengan LPS) dengan kondisi tekanan tinggi
sebesar 162 kg/cm2 sesuai dengan namanya “High Pressure”. Baru setelah itu
produk minyak dari HPS dialirkan ke inlet di LPS C – 3 – 10.
23
LPS C – 3 – 10 menerima feed dari outlet fluida minyak dari HPS C – 3 – 8
yang prinsip kerjanya sama. Dari HPS C – 3 – 8 yang memiliki pressure yang lebih
tinggi dari LPS C – 3 – 10. Penurunan tekanan yang signifikan dari 162 kg/cm2
menjadi 6,5 kg/cm2 ini dipengaruhi oleh temperature yang diturunkan karena sifat
gas ideal. Selanjutnya gas H2 yang terkandung dalam feed dipisah bersamaan
dengan kandungan air di dalam kandungan crack oil di dalam kolom. Tiga fase
yang merupakan outlet dari separator C-3-10 ini adalah:
• Gas H2 dibagi ke beberapa unit. Ada yang menuju ke fasilitas Hidrogen
Recovery C – 38 – 03, Fuel Gas System di Plant 15 dan Flare untuk
pembakaran
• Air pada bagian bottom akan menuju Plant 7 di fasilitas Sour Watter
Stripper, dan
• Minyak akan menuju kolom Debutanizer E – 3 – 22A sebagai feed dengan
bantuan pompa G – 3 – 5 A dan B.
Karena outlet minyak yang dialirkan ke E – 3 – 22A menjadi feed
fraksinator dengan tekanan yang harus dijaga, maka sistem kontrol atau kendali dari
level di C – 3 – 10 penting untuk dijaga. Berikut spesifikasi dari C-3-10:
2. Oil
3. Air
24
4.2 Pengendalian Level pada Low Pressure Separator C-3-10
Variabel operasi dari level di LPS C – 3 – 10 harus dipantau dan diawasi
demi menjaga kualitas dan kuantitas produk minyak dengan tidak adanya
kandungan H2 dan air di dalamnya. Proses separasi fluida campuran akan
dipengaruhi oleh level di separator coloumn. Fluida akan meluap ketika permukaan
level fluida pada LPS terlalu tinggi hingga flooding dan dapat menjadi penyebab
minyak terbawa ke outlet gas.
Sebaliknya, gas Hidrogen yang dibuat agar terpisah dari crack oil tidak
terpisah dan ikut ke outlet minyak apabila level fluida terlalu rendah yang menjadi
penyebab proses separasi pada kolom separator tidak bekerja dengan baik. Agar
menjaga keadaan level fluida pada kolom, LPS C – 3 – 10 dikendalikan oleh
controller 03 – LIC – 167 yang sistemnya single feedback control
Output dari variabel proses separator perlu dikontrol agar proses mencapai
set value yang sudah ditentukan. Untuk mencapai nilai yang telah ditetapkan,
25
kontrol pada separator harus dilakukan. Jika level melebihi nilai yang ditetapkan,
maka jumlah fluida yang keluar dari bagian bawah separator perlu ditingkatkan.
Sebaliknya, jika level berada di bawah nilai yang ditetapkan, jumlah keluaran dari
bagian bawah separator harus dikurangi. Sistem kontrol level ini menggunakan
loop tunggal, sehingga setiap perubahan kesalahan (error) akan langsung
mempengaruhi pengendali. Perubahan nilai pada pengendali dapat memengaruhi
pembukaan katup (valve), karena katup pengendali akan mengambil tindakan untuk
menjaga bukaan katup sesuai dengan kebutuhan level proses yang diinginkan.
Sensor level yang digunakan pada kolom separator C-3-10 adalah tipe
displacer, yang spesifikasinya adalah displacer dari produsen Masoneilan dengan
tag number 03-LT-167. Prinsip kerja displacer didasarkan pada hukum
Archimedes, di mana perubahan level fluida akan menggerakkan displacer sejajar
dengan berat fluida yang dipindahkan. Pergerakan vertikal pada displacer akan
menghasilkan pergerakan sudut pada batang displacer dan mengakibatkan tabung
torsi (torque tube) berputar setiap kali terjadi perubahan level. Kemudian, sensor
26
level 03 - LT - 167 mengubah perbedaan tersebut menjadi sinyal 4 - 20 mA. Berikut
spesifikasi dari LT – 167
Tabel 4.2 Spesifikasi 03 – LT – 167
Manufacture : Masoneilan
Model : 12120
Type : Displacer
Length : 810 mm
Output Signal : 4 – 20 mA
27
Tabel 4.3 Spesifikasi I/P 03 – LY – 167
Manufacture : Yokogawa
Model : PK200
2. 0.2 – 1 kg/cm2
3. 3 – 15 psi
28
Tabel 4. 4 Spesifikasi Valve 03 – LCV – 167
Manufacture : Masoneilan
Characteristic : Linier
Size : 6 inch
Type : Globe
29
Level measuring device atau dalam hal ini transmitter mengukur ketinggian
h di dalam separator. Nilai h akan dibandingkan dengan nilai SP pada hSP, yaitu
level yang diinginkan. Lalu, controller akan mengoreksi error dengan
mengirimkan sinyal ke elemen pengendali akhir. Control valve akan melakukan
aksinya yaitu membuka atau menutup dengan acuan sinyal dari controller hingga
keadaan proses tercapai. Mekanisme kontrol yang tepat adalah jika h bertambah,
maka control valve akan membuka. Dan jika h berkurang, maka control valve akan
menutup.
Output Signal : 4 – 20 mA
30
Process Variable (PV) merupakan besaran yang menyatakan keadaan
proses. PV pada LIC – 167 mengalami perubahan selama 1 hari namun
perubahannya tidak terlalu jauh dengan set value yang sudah ditentukan. Set value
(SV) pada controller diatur sebesar 25 % agar keadaan level di dalam separator
stabil. Gambar 4.9 menunjukkan grafik antara process variabel dan set value
dimana dalam sehari penuh, rata – rata PV berada pada kisaran 25.026 %
31
yang telah dipisah pada bottom LPS. Air ini akan menuju proses Sour Water
Stripper di Plant 7. Prinsip kerja di balik MLG adalah bahwa alat pengukur berbagi
cairan yang sama dan karenanya, levelnya sama dengan bejana. Indikator level
terpasang pada bejana dan terhubung langsung dengan cairan yang akan diukur. Di
dalam ruangan ada floater dengan rakitan magnet di dalamnya. Komponen pada
MLG yaitu:
• Flag indicator, merupakanbbesi berwarna yang akan menunjukkan nilai
ketinggian cairan berdasarkan sensor. Warna dari flag dibuat cerah agar dapat
dilihat dari jarak yang cukup jauh. Pilihan dari opsi skalanya biasanya: Inch,
feet, meters, percent, gallons ataupun litres. Jarak yang akurat yakni 60 m, dan
view angle 1400.
32
4.3 Wiring Configuration LT – 167 pada C – 3 – 10
33
mereka. Panduan ini harus selalu diikuti untuk memastikan pemasangan dan
pengoperasian yang benar dengan tipe, prinsip kerja, spesifikasi teknis, dan
pengujian yang harus dilakukan pada peralatan tersebut.
34
Gambar 4.16 Bagian dalam dari LT – 167
• Blok sisi “High” dan sisi “Low”, kemudian kosongkan chamber dengan
melakukan draining
• Avometer harus menunjukkan nilai arus sebesar 4 mA, jika tidak adjust bagian
“Zero” dengan obeng minus di bagian kiri LT – 167
35
• Setelah sesuai, buka valve “High” untuk mengisi chamber hingga 100%. Ukur
dengan avometer. Jika saat level 100% nilainya tidak 20 mA, adjust sisi span
dengan obeng minus di bagian kanan LT – 167
Transmitter LT – 167 hanya mengukur minyak (crack oil). Oleh sebab itu
pin dari specific gravity digeser ke 0.8. Transmitter ini tidak mengukur level
interface dikarenakan posisi air ada di bottom vessel. Air ini nantinya akan dialirkan
ke unit Sour Water Stripper (SWS) di Plant 7.
36
4.6 Perhitungan Berat Displacer LT – 167
Kalibrasi dari displacer dilakukan dengan melakukan perhitungan ulang
massa displacer. Perhitugan ini didasari dengan prinsip Gaya Buoyancy yang
menyatakan “Gaya ke atas yang dikerjakan oleh fluida yang melawan berat
dari benda yang direndam”8.
0 3800 4
25 3084.67 8
50 2369.34 12
75 1654 16
100 938.675 20
37
4.4.2 Interface Dry Calibration dari Displacer LT – 167
Data untuk interface dry calibration:
Diameter Dislplacer : 7.5 cm
Panjang Displacer : 81 cm
Berat Diplacer : 3800 gram
SG minyak : 0.8
SG air :1
Untuk perhitungan interface, menggunakan gaya Buoyancy
Gaya Buoyancy = V1 . SG1 + V2 . SG2
• Untuk perhitungan LRV,
Gaya buoyant = weight loss pada displacer
= SG2 . Volume minyak (l air = 0)
= 0.8 * (3.14) * (3.75)2 * 81
= 2861.325 gram
Berat yang didapat oleh Transmitter = Berat displacer – weight loss saat 0%
= 3800 – 2861.325
= 938.675 gram
Maka, LRV saat berat displacer = 938.675 gram akan sama dengan sinyal arus 4
mA.
38
Tabel 4.7 Data Interface Dry Calibration
39
4.8 Sistem Level Alarm pada LPS C – 3 – 10
Sistem alarm dan trip pada LPS C-3-10 dibuat sederhana agar kalibrasi
maupun pengujian dapat dilakukan tanpa mengganggu produksi. Sistem alarm juga
tindakan dan langkah supaya proses kembali ke daerah normal. Pada C-3-10,
Saat level berada di area LAL, indikator alarm akan hidup pada HIS
operator. Namun alarm low tidak akan membuat sistem dari separator trip. Pada
level berada di area LAH, indikator alarm akan hidup dan operator diwajibkan
Keadaan pada Low Pressure Separator C-3-10 akan trip saat level mencapai
titik LAHH (High High). Hal ini dikarenakan, operator gagal membalikan keadaan
proses balik ke normal. Ketiga alarm ini merupakan lapisan perlindungan (Layers
of Protection – SIS) yang wajib ada agar tidak terjadi kecelakaan / fail. Karena
apabila sistem gagal, akan mempengaruhi proses lainnya dan kegiatan produksi
terhambat.
40
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil Praktek Kerja Lapangan yang telah dilaksanakan dapat
disimpulkan bahwa:
1. Low Pressure Separator berfungsi untuk memisahkan campuran fluida dengan
hidrogen (H2) dialirkan ke fasilitas Hidrogen Recovery dengan tag C-38-03. Air
dialirkan ke unit Sour Water Stripper (SWS) di Plant 7. Sedangkan minyak
yang disebut sebagai Crack oil dialirkan sebagai feed pada kolom Debutanizer
5.2 Saran
41
DAFTAR PUSTAKA
42
Lampiran 1. P&ID Low Pressure Separator C – 3 – 10
43
Lampiran 2. HMI untuk Low Pressure Separator C – 3 – 10 di HCU A
44
Lampiran 3. Formulir Observasi
45
Lampiran 4. Loop Drawing untuk LT – 167 dan LCV – 167
46
Lampiran 5. Electronic Level Transmitter Manual
47
Lampiran 6. Datasheet 03 – LT – 167
48
Lampiran 7. Datasheet 03 – LCV – 167
49