Anda di halaman 1dari 23

Supervisory Education II

ANALISA DEVIASI PEMBACAAN PRESSURE GAUGE GUNA


MENINGKATKAN KUALITAS SUPERVISI KONSTRUKSI
INSTRUMENTASI DAN KONTROL PADA
PLTU PALABUHANRATU

Uais Rizqan
Junior Engeineer Manajemen Konstruksi Listrik
8509291Z

PT PLN (PERSERO) JASA MANAJEMEN KONSTRUKSI


UNIT MANAJEMEN KONSTRUKSI I
JAKARTA
MARET 2014
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

LAPORAN PROJECT ASSIGNMENT

Nama : Uais Rizqan

NIP : 8509291Z

Jabatan : Junior Engineer Manajemen Konstruksi Listrik

JUDUL : ANALISA DEVIASI PEMBACAAN PRESSURE


GAUGE GUNA MENINGKATKAN KUALITAS
SUPERVISI KONSTRUKSI INSTRUMENTASI
DAN KONTROL PADA PLTU PALABUHANRATU

Tahun 2014

Uais Rizqan i
 
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : ANALISA DEVIASI PEMBACAAN PRESSURE GAUGE


GUNA MENINGKATKAN KUALITAS SUPERVISI
KONSTRUKSI INSTRUMENTASI DAN KONTROL
PADA PLTU PALABUHANRATU

Nama : Uais Rizqan

NIP : 8509291Z

Jabatan : Junior Engineer Manajemen Konstruksi Listrik

Menyetujui, Jakarta,Maret 2014


Mentor, Peserta,

M. Ramadhansyah Uais Rizqan

Mengetahui,
Manajer UMK I,

M. Ramadhansyah

Uais Rizqan ii
 
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
atas rahmat dan berkatnya, sehinggapenulis diberi kelancaran dalam melaksanakan
Program Diklat Supervisory Education II .
Salah satu syarat kelulusan Program Diklat SE II ini adalah mengerjakan
Laporan Project Assignment (PA) dan melaksanakan uji sidang.Maka dari itu penulis
membuat Laporan PA dengan judul “Analisa Deviasi Pembacaan Pressure Gauge
Guna Meningkatkan Kualitas Supervisi Konstruksi Instrumentasi Dan Kontrol Pada
Pltu Palabuhanratu”.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih atas segala
bantuannya, khususnya kepada:
1. Orang tua dan adik-adik yang senantiasa mendoakan dan mendukung kami dari
jauh dalammenjalankan tugas di PT PLN (Persero).
2. Bapak Muhammad Ramadhansyah, selaku Manajer Unit Manajemen Konstruksi I,
sekaligus juga sebagai mentor penulis dalam menuntun dan memberikan
masukan serta bimbingannya dalam pembuatan laporan PA ini.
3. Teman-teman UMK I yang selalu mewarnai hari-hari bekerja di PT. PLN
(Persero)UMK I, menjadi teman dalam bertukar pikiran, serta memberikan
bimbingan.
4. Seluruh karyawan PT. PLN (Persero) JMK TSK PALABUHANRATU yang
telah membantu proses pembuatan Laporan ini hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa PA ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Oleh karena itu masukan-masukan ataupun kritik yang membangun dari berbagai
pihak akan sangat penulis hargai.
Jakarta, Maret 2014

Penulis

Uais Rizqan iii


 
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ 3
EXECUTIVE SUMMARY ....................................................................................... 6
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Permasalahan ........................................................................................... 1
BAB II. PEMBAHASAN ........................................................................................... 4
2.1 Penyusunan Diagram Alir Root Cause Problem Solving (RCPS). ....... 4
2.2 Bagan Inisiatif Perbaikan (BIP) dan Realisasi Work Plan ................... 5
2.2.1 Knowledge sharing tentang cara kalibrasi pressure gauge......... 6
2.2.2 Formulir checklist guna referensi dalam pengawasan kalibrasi.
7
2.2.3 Pelatihan cara pemasangan pressure gauge. ............................... 9
2.2.4 Instruction Manual pemasangan pressure gauge. .................... 10
BAB III. PENUTUP ................................................................................................. 11
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 11
3.2 Tindakan Yang Disarankan.................................................................. 11 
 

Uais Rizqan iv
 
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Jarum pressure gauge tidak berada di posisi 0, padahal tidak
ada tekanan………………………………………………………………2

Gambar 2.vacuum pressure gauge tidak berada di posisi 0, padahal tidak


ada tekanan………………………………………………………………2

Gambar 3.RCPS...………………………………………………………5

Uais Rizqan v
 
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

EXECUTIVE SUMMARY

Tim Supervisi Konstruksi dari PT PLN (Persero) Jasa Manajemen Konstruksi


diberi tugas untuk mensupervisi suatu pekerjaan proyek pembangunan Pembangkit
Listrik Tenaga Uap.Lokasi pembangunannya berada di Palabuhanratu.Pekerjaan
supervisi terdiri dari berbagai bidang, yaitu Sipil, Mekanikal, Elektrikal, dan
Instrumentasi & Kontrol.

BidangInstrumentasidan Kontrol bertugas untuk mensupervisi pekerjaan


kalibrasi dan pemasangan suatu peralatan instrumentasi.Ada pun permasalahan
yang terdapat pada pekerjaan instrumentasi dan kontrol yaitu tidak akuratnya suatu
pembacaan pada pressure gauge.Hal ini tentunya dipengaruhi oleh beberapa
hal.Olehkarena itu Laporan Project Assignment ini mengangkat topik yang mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tidak akuratnya pembacaan suatu
pressure gauge dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pengawasan supervisor
dalam melaksanakan proses supervisi konstruksi.

Kata Kunci : Supervisi, Pressure Gauge, Checklist, Knowledge Sharing,SOP,


Pelatihan.

Uais Rizqan vi
 
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

PLTU Palabuhanratudengan kapasitas 3x350 MW merupakan salah


satu unitpembangkitlistrik yang telah beroperasi sejak 26 Agustus 2013 dan
saat ini masih dalam masa garansi. PLTU Palabuhanratu dibangun oleh
Shanghai Electric Corporation – Maxima Infra Structure (SEC-MIS) dan
pelaksanaan supervisi konstruksinya oleh PLN Jasa Manajemen Konstruksi
(PLN JMK).

Salah satu pekerjaan pada proyek pembangunan PLTU adalah


pekerjaan instrumentasi dan kontrol.Instrumentasi dan kontrol memegang
peranan yang sangat penting dalam sistem operasi pembangkit tenaga
listrik.Instrumentasi adalah alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk
pengukuran tekanan fluida (gas atau liquid) dan pengendalian dalam suatu
sistem yang lebih besar dan lebih kompleks.

Selama masa garansi dimana Penulis bertugas sebagai tenaga


supervisor untuk pekerjaan instrumentasi dan kontrol menemukan beberapa
peralatan instrumentasi khususnyapressure gauge mengalami ketidak-
akurasian (deviasi) pada pembacaannya. Deviasi pembacaan yang terjadi
tentunya akan sangat berpengaruh pada sistem operasi.Oleh karena hal
tersebut, Penulis merasa sangat penting untuk mengetahui
penyebabnyasehingga berharap dapat memberikan alternatif solusi yang
dapat diterapkan pada kasus serupabaik pada saat ini maupun untuk yang
akan datang.

1.2. Permasalahan

Ukuran keberhasilan suatu proyek adalah tepat waktu, tepat biaya dan
tepat mutu, sesuai dokumen kontrak. Dengan telah beroperasinya PLTU
Palabuhanratumaka seluruh peralatan terpasang telah melalui tahapan
pengujian dan komisioning serta harus memperoleh Sertifikat Laik Operasi

Uais Rizqan 1
 
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

sebelum dioperasikan.Namun, ditemukannya deviasi pembacaan pressure


gaugeselama masa garansi menjadi perhatian khusus untuk ditindaklanjuti
sebagaimana data MOM Warranty Meeting dan Warranty Claim yang bisa
dilihat pada Lampiran-1.

Gambar-gambar berikut menunjukkan ketidak-akurasian pressure


gaugekarena telah melewati toleransi pembacaan yang ditemukan di Boiler
Feed Pump Turbine(BFP-T) A Unit 1 PLTU Palabuhanratu.

Gambar 1. Jarum pressure gauge tidak berada di posisi 0, padahal tidak ada tekanan

Gambar 2. Jarum vacuum pressure gauge tidak berada di posisi 0, sudah tidak ada
tekanan vakum

Penulis menganggap bahwa deviasi pembacaan pada pressure


gaugebisa disebabkan oleh :
- Kualitas pressure gauge yang kurang baik,

Uais Rizqan 2
 
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

- Cara pemasangan yang tidak sesuai dengan instruction manual,


- Kurang profesionalnya tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan
pemasangan,
- Kurang profesionalnya tenaga supervisor yang mengawasi pekerjaan.

Oleh karena hal tersebut diatas, maka Penulis akan menitikberatkan


pembahasan terhadap adanya deviasi pembacaan pressure gauge dengan
maksud mencari penyebabnyamulaipadatahapankonstruksi dengantujuan
untuk meningkatkan kualitas supervisi konstruksi pada masa yang akan
datang sesuai dengan peran dan tanggung jawab PLN JMK.

Uais Rizqan 3
 
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

BAB II. PEMBAHASAN

Pressure gauge adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan fluida
(gas atau liquid) dalam tabung tertutup.Satuan dari alat ukur tekanan ini berupa psi
(pound per square inch), psf (pound per square foot), mmHg (millimeter of mercury),
inHg (inch of mercury), bar, atm (atmosphere), N/m2 (pascal).

Penggunaan pressure gauge pada PLTU gunanya untuk mengetahui tekanan


kerja mesin tersebut.Hasil/nilai yang terukur dapat digunakan untuk mengetahui sifat
thermal fluidasteam untuk analisis termal mesin PLTU tersebut.

Tidak akuratnya suatu pembacaan pressure gaugeakan memiliki potensi


bahaya yang cukup tinggi pada pengoperasian PLTU,baik itu terhadap peralatan
maupun terhadap manusia.Potensi bahaya yang bisa muncul ialah terjadinya
kerusakan pada unit pembangkit dikarenakan adanya alat ukur pressure gaugeyang
tidak bekerja atau pembacaannya tidak sama dengan kondisitekanan yang
sebenarnya.Oleh karena itu, keakurasian pembacaan tekanan padapressure
gaugemerupakan hal yang sangat penting.

2.1 Penyusunan Diagram Alir Root Cause Problem Solving (RCPS).

Tidak akuratnya pembacaan pada pressure gaugeyang terjadi di


PLTU Palabuhanratu bisa disebabkan oleh 3 hal yang besar yaitu :
a. Pressure gauge rusak,
b. Hasil kalibrasi saat pengawasan kurang bagus,
c. Terdapat kebocoran pada saat pemasangan.
Dari ketiga item tersebut diatas dapat diuraikanakar permasalahan seperti
pada bagan RCPS (Root Cause Problem Solving) sebagai berikut :

Uais Rizqan 4
 
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Saat Proses
Penggudangan
Pressure Gauge 
Rusak
Saat Proses
Transport

Pengawas yang 
mengawasi proses
kalibrasi kurang
Hasil kalibrasi saat kompeten
Pembacaan pengawasan
Pressure Gauge  kurang bagus
Belum ada
tidak normal
Checklist yang 
baku

Proses Teknisi yang 


pemasangan yang  memasang kurang
kurang bagus Kompeten

Terdapat adanya Pemasangan O 


kebocoran pada Ring (Seal) yang 
saat pemasangan kurang bagus

Pemasangan
Pemasangan Part 
Connector yang 
yang kurang bagus
kurang bagus

Pemasangan
Socket yang 
kurang bagus

Gambar 3. RCPS

2.2 Bagan Inisiatif Perbaikan (BIP) dan Realisasi Work Plan

Salah satu dari ketiga akar permasalahan besar diatas yaitu pressure
gauge rusak yang bisa terjadi pada saat transportasi dan
penggudangan.Namun, Penulis menganggap hal ini bukan penyebab utama
terjadinya ketidak-akurasian karena semua pressure gauge yang akan
dipasang diyakini sudah memenuhi kualifikasi pada saat pemeriksaan dan
penerimaaan material.

Uais Rizqan 5
 
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Untuk menindaklanjuti penyebab-penyebab timbulnya permasalahan,


maka disusun rincian tindakan dalam Bagan Inisiatif Perbaikan (BIP) berikut.

Judul Inisiatif : Unit / Bagian :


Analisis Deviasi Pembacaan Pressure Gauge PT PLN (PERSERO) JASA MANAJEMEN
Guna Meningkatkan Kualitas Supervisi KONSTRUKSI
Konstruksi Pada PLTU Palabuhanratu

Deskripsi :

Suatu program yang dilakukan untuk meningkatkan kegiatan pengawasan dengan cara melakukan
Knowledge Sharing tentang cara pengawasan kalibrasi, membuat Checklist Parameter Kalibrasi,
Pelatihan cara pemasangan Pressure Gauge dan membuat Manual Instruction untuk pemasangan
Pressure Gauge yang rencananya akan dilakukan berjalan hingga Tanggal 27 Januari 2014

Latar belakang : Rincian tindakan :


1 Pengawas yang mengawasi proses 1 Perlu diadakan Knowledge Sharing tentang
kalibrasi kurang kompeten cara kalibrasi yang benar
2 Belum ada Checklist yang baku 2 Perlu dibuatkan Checklist guna referensi
dalam pengawasan kalibrasi
3 Proses pemasangan yang kurang bagus 3 Perlu diadakan pelatihan cara pemasangan
Pressure Gauge
4 Pemasangan Part (O-Ring, Connector 4 Perlu dibuatkan Instruction Manual untuk
dan Socket) yang kurang bagus pemasangan Pressure Gauge
Kemudahan Kemudahan /
KPI yang terpengaruh Biaya
Implementasi Dampak
Mengembangkan Sedang Memudahkan proses
Kegiatan Knowledge pengawasan, kalibrasi
Sharing Online di TSK dan pemasangan
Palabuhanratu Pressure Gauge
Pengesahan
Atasan Inisiator/Mentor, Inisiator/Talent,

M. Ramadhansyah Uais Rizqan

2.2.1 Knowledge sharing tentang cara kalibrasi pressure gauge.

Kalibrasi merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur


sesuai dengan rancangannya, dilakukan dengan membandingkannyaterhadap
standardinternasional/nasional atau bahan-bahan acuan
tersertifikasi.`Stándard yang berlaku untuk pressure gauge
adalahANSI/ASME B40.100-2005.

Uais Rizqan 6
 
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Pelaksanaan knowledge sharing pada tanggal 9 Januari 2014


menghasilkan “Standard Operating Procedure (SOP) Kalibrasi Pressure
Gauge” sebagaimana Lampiran-2

2.2.2 Formulir checklist guna referensi dalam pengawasan kalibrasi.

Evaluasi terhadap hasil kalibrasi untuk setiap pressure gauge sangat


perlu dilakukan oleh pengawas lapangan. Evaluasi ini bertujuan untuk
menentukan apakah kualitas dari pressure gauge tersebut bisa memenuhi
standard pembacaan.

Salah satu cara yang efektif untuk kegiatan evaluasi terhadap hasil
kalibrasi pressure gaugedengan menggunakan
formulirchecklist.Formulirchecklist ini berguna untuk memeriksa parameter-
parameter apa saja yang akan diperiksa dalam melakukan proses pengawasan
pekerjaan kalibrasi sehingga semua data yang dibutuhkan lengkap dan
berjalan dengan baik.

Formulirchecklistsebagaimana Lampiran-3untuk pekerjaan kalibrasi


pressure gaugedengan penjelasan sebagai berikut:

a. KKS(Kraftwerk-Kennzeichen System), merupakan sistem baku untuk


klasifikasi power plant. KKS digunakan selama tahapan engineering,
construction, operation, and maintenance dari power plant untuk
identifikasi dan klasifikasi peralatan.
b. Drawing Number, merupakan nomor gambar yang dijadikan acuan untuk
mengetahui pressure gauge tersebut bekerja untuk sistem apa.
c. Manufacture,merupakan nama pabrikan asal dari pressure gauge.
d. Location,merupakan lokasi pemasangan pressure gauge di lapangan.
e. Range,merupakan lebar tekanan yang mampu diukur oleh pressure
gaugeyang dimulai dari tekanan minimum hingga mencapai tekanan
maksimumnya.

Uais Rizqan 7
 
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

f. Unit, merupakan unit PLTU yang akan menggunakan pressure gauge


tersebut dan Unit ini digunakan pada pembangkit yang memiliki lebih
dari 1 unit pembangkit.
g. Room Temperature merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pengukuran.
h. Type merupakan tipe dari pressure gauge itu sendiri.
i. Accuracy class merupakan indikator untuk error margin dalam bentuk
persentase dari skala pembacaaan maksimumnya.
j. Criteria merupakan nilai toleransi hasil dari kalkulasi accuracy class
dalam bentuk satuan tekanan.
k. Standard pressure merupakan nilai tekanan yang akan diukur. Biasanya
terdiri atas 5 tekanan. Yaitu pada range 0%, 25%, 50%, 75% dan 100%.
l. Display Instrument (Rise). Merupakan hasil pembacaan pressure gauge
standard atau pembanding yang diambil melalui 5 nilai tekanan standard
pressure dengan tekanan yang diberikan dimulai dari skala minimum
hingga skala maksimumnya.
m. Display Instrument (Descent). Merupakan hasil pembacaan pressure
gauge standard atau pembanding yang diambil melalui 5 nilai tekanan
standard pressure dengan tekanan yang diberikan dimulai dari skala
maksimum hingga skala minimumnya.
n. Deviation (Rise) merupakan hasil pembacaan pressure gauge yang
dikalibrasi yang diambil melalui 5 nilai tekanan standard pressure dengan
tekanan yang diberikan dimulai dari skala minimum hingga skala
maksimumnya.
o. Deviation (Descent)merupakan hasil pembacaan pressure gauge yang
dikalibrasi yang diambil melalui 5 nilai tekanan standard pressure dengan
tekanan yang diberikan dimulai dari skala maksimum hingga skala
minimumnya.
p. Hysteresis Error merupakan nilai deviasi yang dihasilkan.
q. Remarkmerupakan kotak untuk memberikan keterangan.
r. Appearance Check merupakan faktor penilai untuk menentukan apakah
pressure gauge tersebut sudah memiliki kualifikasi atau tidak.

Uais Rizqan 8
 
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

s. Adjusment Statusmerupakan status yang diberitahukan apakah pressure


gauge tersebut perlu di adjusment lagi atau tidak.
t. Conclusionmerupakan kesimpulan dari hasil kalibrasi tersebut. Lulus
atau tidak.
u. Standard Instrument Namemerupakan nama dari instrument
pembanding.
v. Standard Instrument Serial Numbermerupakan nomor seri dari
instrument pembanding.
w. Standard Instrument type merupakan type dari instrument pembanding.
x. Standard Instrument accuracy class merupakan kelas akurasi dari
instrument pembanding.
y. Standard Instrument Rangemerupakan skaladari instrument
pembanding.
z. Standard Instrument Manufacturer merupakan nama pabrikan dari
instrument pembanding.
aa. Calibrated Bymerupakan kolom yang ditandatangani oleh orang yang
melakukan kalibrasi.
bb. Witness Bymerupakan kolom yang ditandatangani oleh orang yang
melihat jalannya proses kalibrasi atau saksi. Biasanya posisi pengawas
lapangan ada disini.
cc. Calibration Date merupakan tanggal dilaksanakannya kalibrasi.

Kegiatan pembuatan checklist kalibrasi diselesaikan pada tanggal 7


Januari 2014.

2.2.3 Pelatihan cara pemasangan pressure gauge.

Kurang professionalnya seorang pengawas dan teksini yang


melakukan pemasangan tentunya sangat berpengaruh terhadap mutu pada
pemasangan pressure gauge. Kurang bagusnya pemasangan pressure gauge
bisa mengakibatkan terjadinya kebocoran fluida sehingga pembacaan pada
pressure gauge tidak akurat dikarenakan keluarnya fluida yang akan diukur
sehingga tekanan yang diukur oleh pressure gauge tidak maksimal.

Uais Rizqan 9
 
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Oleh karena itu perlu dibuat suatu pelatihan yang bertujuan agar
supervisor bisa mencapai kemampuan dalam mensupervisi suatu pekerjaan
agar bisa meningkatkan kualitas para supervisor dalam melaksanakan
pekerjaannya. Pelatihan dibutuhkan untuk mengembangkan keahlian,
sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif.

Kegiatan pelatihan pemasangan pressure gauge tidak terlaksana


karena engineer dari pihak kontraktor yang diharapkan menjadi instruktur
sudah tidak berada lagi di lokasi PLTU Palabuhanratu.

2.2.4 InstructionManual pemasanganpressure gauge.

Dokumen instruction manual (Petunjuk pemasangan) merupakan


dokumen standard yang seharusnya tersedia untuk setiap peralatan yang
diterbitkan oleh pihak pabrikan.Namun, kesulitan yang ditemukan di
lapangan dimana instruction manual berbahasa asing (Cina) sehingga potensi
kesalahan pemasangan oleh sub kontraktor yang bukan berasal dari negara
pembuatnya menjadi sangat mungkin untuk terjadi.

Untuk mengatasi hal tersebut diatas penulis mencoba mencari


referensi berdasarkan merk/type pressure gauge yang sejenis dengan asumsi
bahwa petunjuk pemasangannya bisa diterapkan pada peralatan terpasang.

Uais Rizqan 10
 
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan kegiatan observasi dan pembahasan pada bagian


sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Teknisi yang melakukan pemasangan pressure gauge kurang professional
dan pengawas yang melakukan supervisi juga belum cukup kompeten.
2. Tidak tersedianya instruction manual dan belum adanya formulir
checklist yang baku untuk kegiatan pemasanganpressure gauge juga
menjadi penyebab karena ketidaksempurnaan pemasangan.

3.2 Tindakan Yang Disarankan

Dengan menimbang analisa dan upaya yang dilakukan maka tindakan


yang perlu dilaksanakan adalah :
1. PLN JMK perlu mengadakanknowledge sharingsecara rutin untuk
memberikan / meningkatkan pengetahuan supervisi konstruksi kepada
para pengawas lapangan.
2. Formulir checklist perlu disiapkan untuk seluruh kegiatan supervisi
konstruksi.
3. Untuk meningkatkan kompetensi pengawas khususnya pada pemasangan
dan kalibrasi pressure gauge perlu diadakan pelatihan.
4. Memastikan tenaga teknisi dan supervisor yang terlibat dalam
pembangunan proyek memiliki sertifikat kompetensi.

Uais Rizqan 11
 
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

REFERENSI

- http://www.ehow.com/how_5907231_install-water-pressure-gauges.html

Uais Rizqan 12
 
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

LAMPIRAN

Uais Rizqan 13
 
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

LAMPIRAN I

Uais Rizqan 14
 
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

LAMPIRAN II

Uais Rizqan 15
 
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

LAMPIRAN III

Uais Rizqan 16
 

Anda mungkin juga menyukai