Universitas Sriwijaya
Oleh:
ANISA AULIA RAHMA
03041181822011
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan laporan Kerja Praktik
yang berjudul Inspeksi dan Pengujian Peralatan Breaker 52G STG PLTGU 1
Keramasan Palembang. Kerja praktik ini dilakukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan kurikulum di Jurusan Teknik Elektro Universitas Sriwijaya. Selain itu,
kerja praktik merupakan salah satu cara untuk menambah wawasan dan penerapan
ilmu Teknik Elektro di PT. PLN (Persero). Laporan ini terwujud atas bimbingan,
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Allah SWT karena atas rahmat dan ridho-Nya lah penyusun telah
menyelesaikan kerja praktik dan laporan.
2. Orang tua yang telah memberi dukungan moril selama kerja praktik.
3. Bapak Muhammad Abu Bakar Sidik, S.T., M.Eng., Ph.D. selaku Ketua
Jurusan Teknik Elektro.
4. Ibu Dr. Eng. Suci Dwijayanti, S.T., M.S. selaku Sekretaris Ketua Jurusan
Teknik Elektro dan dosen Pembimbing Akademik.
5. Bapak Shodiqin selaku Manajer UPDK Keramasan.
6. Bapak Hasymi Irawan selaku Manajer ULPL Keramasan.
7. Bapak Dicky Hermindo selaku Supervisor Pemeliharaan ULPL PLTGU
Keramasan.
8. Bapak Herawan Fatoni selaku Pejabat Pelaksana Keselamatan, Kesehatan
Kerja (K3) dan di PLTGU Keramasan.
9. Bapak Januar Rizky Auliya selaku Pembimbing kami dari bagian
Pemeliharaan Pusat Listrik Keramasan.
10. Bapak Hendri, Bapak Heriyanto, dan Bapak Triadi, selaku pembimbing
kami selama menangani pemeliharaan di lapangan secara langsung.
vi
11. Evita Lionica dan Indah Febiola, selaku rekan kerja praktik yang telah
bekerja sama, berbagi semangat, dan dukungan selama praktik di PLTGU
Keramasan.
12. Serta pihak-pihak yang sangat membantu didalam penyusunan laporan kerja
praktik ini, yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa laporan Kerja Praktik ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan untuk perbaikan laporan Kerja Praktik ini agar lebih
baik di masa mendatang. Diharapkan laporan Kerja Praktik ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan di akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
vii
DAFTAR ISI
viii
2.3.3 Makna Logo PT PLN (Persero) ............................................................. 9
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................... 29
ix
4. 2. 2 Hasil Pengujian dan Pengukuran Keserempakan ............................ 33
5. 1 Kesimpulan ............................................................................................. 41
5. 2 Saran ....................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Logo PLN .............................................................................................9
Gambar 2.2 Persegi ..................................................................................................10
Gambar 2.3 Petir .......................................................................................................10
Gambar 2.4 Tiga Gelombang ...................................................................................10
Gambar 2.5 Bagan Tenaga Kerja PT PLN (Persero) ULPL Keramasan ..................12
Gambar 3.1 Ruang Bakar PLTGU ULPL Keramasan .............................................14
Gambar 3.2 Gas Turbin PLTGU ULPL Keramasan ................................................14
Gambar 3.3 Gas Turbin Generator PLTGU ULPL Keramasan ...............................15
Gambar 3.4 Turbin Uap PLTGU ULPL Keramasan ................................................15
Gambar 3.5 Generator Turbin Uap ULPL Keramasan .............................................16
Gambar 3.6 Kerja PLTGU Keramasan 2 X 40 MW ................................................16
Gambar 3.7 Jenis - Jenis PMT ..................................................................................20
Gambar 3.8 PMT Single Pole ...................................................................................21
Gambar 3.9 PMT Three Pole ...................................................................................22
Gambar 3.10 PMT Bulk oil ......................................................................................23
Gambar 3.11 PMT Udara Hembus / Air Blast .........................................................23
Gambar 3.12 PMT dengan Hampa Udara (vacuum) ................................................24
Gambar 3.13 PMT 20kV Media Pemadam Busur Api SF6 .....................................25
Gambar 3.14 Pengujian Tahanan Isolasi Menggunakan Sangkar Faraday ..............26
Gambar 4.1 Panel Kontrol dan Tenaga 52G STG 1 Keramasan ..............................29
Gambar 4.2 Spesifikasi Vacuum Circuit Breaker VK 10M40H ..............................30
Gambar 4.3 Koneksi Breaker Sirkuit 3 Fase ............................................................30
Gambar 4.4 Hasil Pengukuran Keserampakan Ketika Open ....................................33
Gambar 4.5 Hasil Pengukuran Keserampakan Ketika Close ...................................33
Gambar 4.6 ISA CBA 1000......................................................................................35
Gambar 4.7 Hasil Pengukuran Tahanan Kontak pada Fasa R ..................................36
Gambar 4.8 Hasil Pengukuran Tahanan Kontak pada Fasa S ..................................36
Gambar 4.9 Hasil Pengukuran Tahanan Kontak pada Fasa T ..................................36
Gambar 4.10 VBT-80P Vacuum Bottle Tester .........................................................38
Gambar 4.11 Hasil Pengukuran Vacuum Test Breaker Pada Fasa R, S, danT .........39
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu pembangkit yang dioperasikan oleh PT. PLN (Persero) adalah
Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU). PLTGU merupakan
pembangkit listrik yang memanfaatkan tenaga gas dan uap, yaitu pembangkitan
dengan turbin gas yang dikenal dengan Gas Turbine Generator (GTG) dan
pembangkitan dengan turbin uap yang dikenal dengan Steam Turbine Generator
(STG).
Generator sebagai salah satu peralatan listrik yang digunakan pada pembangkit
harus memiliki sistem pengaman yang baik karena berperan dalam menyediakan
energi listrik yang sangat dibutuhkan. Sistem keamanan diperlukan untuk
melindungi generator dari kondisi-kondisi abnormal. Dalam kehidupan sehari-hari,
berbagai macam gangguan dalam penggunaan listrik, termasuk pada generator,
dapat terjadi. Oleh karena itu, untuk mencegah gangguan tersebut diperlukan circuit
breaker. Circuit breaker (CB) atau pemutus tenaga (PMT) adalah peralatan
pemutus yang berfungsi untuk membuka atau memutus rangkaian listrik dalam
keadaan berbeban [1].
1
praktik ini akan dibahas inspeksi dan pengujian peralatan breaker 52G STG
PLTGU 1 Keramasan Palembang.
Rumusan masalah dalam penulisan laporan kerja praktik di PT. PLN (Persero)
Unit Layanan Pusat Listrik (ULPL) Keramasan Palembang, yaitu:
1. Jelaskan apa itu peralatan breaker 52G?
2. Bagaimana cara inspeksi dan pengujian peralatan breaker 52G?
3. Bagaimana kondisi peralatan breaker 52G STG PLTGU 1 Keramasan
Palembang?
1.3 Tujuan
Penyusunan laporan kerja praktik di PT. PLN (Persero) Unit Layanan Pusat
Listrik (ULPL) Keramasan Palembang mempunyai tujuan umum dan tujuan khusus
sebagai berikut:
2
1.4 Pembatasan Masalah
a. Metode Wawancara
Metode ini dilakukan dengan cara diskusi secara langsung dan konsultasi dengan
pembimbing lapangan, teknisi pemeliharaan, supervisor pemelihaaan dan juga
karyawan di bagian Pemeliharaan Pusat Listrik PT. PLN (Persero) ULPL
Keramasan Palembang.
b. Metode Observasi
Metode ini dilakukan dengan cara observasi di lapangan untuk mengamati proses
dan prinsip kerja breaker 52G di PT. PLN (Persero) ULPL Keramasan
Palembang.
c. Metode Literatur
Metode ini dilaksanakan dengan melakukan pengumpulan materi yang sesuai
dengan isi laporan yang akan dibuat seperti dengan melihat kembali buku, dan
jurnal sebagai acuan, serta teori yang berasal dari berbagai sumber, seperti
internet dan lainnya yang dapat menjadi acuan dalam menyusun laporan kerja
praktik ini dan berkaitan dengan topik masalah yang diangkat pada laporan ini.
3
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, pembatasan
masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB IV PEMBAHASAN
Menjelaskan mengenai cara inspeksi dan pengujian peralatan breaker 52G STG
PLTGU 1 Keramasan Palembang.
BAB V PENUTUP
Berisikan tentang kesimpulan yang dapat ditarik dari laporan kerja praktik
beserta saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
4
BAB II
TINJAUAN UMUM
2. 1 Profil Perusahaan
5
Oleh karena itu, pada tahun 1963, dimulailah perencanaan pembangunan
pembangkit Keramasan. Perencanaan tersebut diawali dengan adanya pembebasan
lahan di beberapa kawasan, antara lain meliputi area penimbunan rawa-rawa,
pembangunan, serta daerah tempat penampungan dan pengadaan bahan baku dari
negara Yugoslavia. Namun, pembangunan ini sempat tertunda beberapa tahun pada
tahun 1964 hingga empat tahun lamanya karena pendapatan dana yang kecil.
Penetapan pembangunan PLTU secara massif menjadi salah satu hal positif
dari keberhasilan proyek yang bernama pembangunan lima tahun (Pelita) I
Nasional yang kemudian menjadi awal dari kelanjutan pembangunan PLTU di
Keramasan pada 1974. Kemudian, pengembangan daerah PLTG unit I dimulai
1968 berlokasi di daerah Boom Baru. Selain itu, pada tahun 1975, unit PLTG II
dibangun di Keramasan dan unit PLTG III berikutnya pada tahun 1979.
Pada 1 Januari 1975, trial operation PLTU Unit I dan PLTU Unit II Keramasan
Palembang diresmikan oleh Soeharto, Presiden ke-II Republik Indonesia. PLTU
Unit I dan PLTU Unit II Keramasan Palembang merupakan bagian dari unit kerja
6
PT. PLN (Persero) Pembangkitan Sumbagsel sebagai penyedia dan pelayanan dari
kebutuhan energi listrik di daerah Sumatera bagian selatan melalui sistem yang
interkoneksi dengan pasokan kebutuhan energi listrik sebesar 70 KV.
Pada tahun 1979, PLTG Unit III di Keramasan yang berkapasitas 14,5 MW
dibangun. Namun, sistem yang terinterkoneksi belum memadai untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan di Kota Palembang.
Pada tahun 2005, PLTG Unit II di Indralaya dibangun. Pembangkit ini berada
langsung dibawah manajemen PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana Pengendalian
Pembangkitan (UPDK) Keramasan.
Pada tanggal 22 maret 2011, PLTU unit I dan II berhenti beroperasi dan
digantikan oleh PLTGU Unit I dan Unit II PT. PLN (Persero) UPDK Keramasan di
Palembang. Selanjutnya, PLTGU Unit I dan Unit II Sektor Keramasan Palembang
melakukan dan mengadakan perjanjian kerjasama dengan kotraktor bernama
Marubeni Corp. sebagai kontraktor dengan nilai kontrak Rp98.208.800.000 untuk
memenuhi kebutuhan energi listrik di Sumbagsel sebesar 1.320.163.15 MW.
7
Direktur PT. PLN (Persero) telah mengambil kebijakan untuk menata kembali
organisasi pengelolaan ketenagalistrikan di pulau Sumatera dengan tujuan untuk
meningkatkan produktivitas maupun efisiensi ketenagalistrikan di wilayah
Sumatera. Hal ini telah dilaksanakan oleh PT. PLN (Persero) wilayah III dan IV
dengan membentuk Unit Organisasi Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan
dengan mengacu pada keputusan direksi PT. PLN (Persero) No.
177.K/010./DIR/2004 tanggal 24 Agustus 2004.
8
2. 3 Visi, Misi dan Makna Logo PT. PLN (Persero)
Sesuai dengan Anggaran Dasar PT. PLN (Persero) maka ditetapkan Misi
Perusahaan sebagai berikut:
Bentuk warna dan makna lambang yang digunakan oleh PLN mengacu
pada Lampiran Surat Keputusan Direksi Perusahaan Umum Listrik Negara
No: 031/DIR/76 tentang Pembakuan Lambang Perusahaan Umum Listrik
Negara yang dikeluaurkan pada tanggal 1 Juni 1976. Bentuk lambang PLN
(Persero) dapat dilihat pada Gambar 2.1.
9
B. Elemen – Elemen Dasar Lambang
1. Persegi
10
2. 4 Motto Perusahaan
PT. PLN (Persero) memiliki motto perusahaan, yaitu “ Listrik untuk kehidupan
yang lebih baik “.
11
2. 6 Struktur Organisasi
Struktur organisasi dari PT. PLN (Persero) ULPL Keramasan dapat dilihat
pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Bagan Tenaga Kerja PT. PLN (Persero) ULPL Keramasan
2. 7 Sistem Kepegawaian
PT. PLN (Persero) Pembangkitan Sumbagsel Unit Pelaksana Pengendalian
Pembangkitan Keramasan memiliki sistem kerja yang digunakan yaitu sistem kerja
shift dan non shift.
a. Pekerja Non Shift
Untuk pekerja non shift berlaku bagi staf dengan waktu jam kerja selama
lima hari, yaitu dimulai dari hari senin hingga hari jum'at dengan rincian:
Hari Senin-Jum’at : 07.30-16.00 WIB
Istirahat : 12.00-12.30 WIB (Senin-Kamis)
11.00-13.00 WIB (Jum’at)
b. Pekerja Shift
Pembagian waktu kerja terbagi menjadi tiga waktu yaitu shift sore pukul
15.00 s/d 23.00 WIB, shift malam 23.00 s/d 07.00 WIB, dan shift pagi 07.00
s/d 15.00 WIB. Sedangkan waktu libur pada sistem kerja shift selama dua
hari, berlaku setelah dilakukan 2 kali shift pagi.
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3. 1. 1 Bagian-Bagian PLTGU
Secara umum PLTGU memiliki bagian sebagai berikut:
1. Cranking Motor
Crangking motor adalah motor yang digunakan sebagai penggerak mula pada
turbin sebelum menghasilkan tenaga penggerak untuk generator atau kompresor.
Motor crangking mendapatkan suplai listrik dari jaringan tegangan medium 6 kV.
3. Kompresor
Kompresor berfungsi untuk menghisap udara luar dan meningkatkan
tekanannya hingga delapan kali tekanan aslinya, lalu mengubahnya menjadi
atomisasi untuk sebagian kecil dari pembakaran dan sebagian besar sebagai
pendingin turbin yang terlebih dahulu melewati air filter.
13
5. Combustion Chamber (Ruang Bakar)
Combustion chamber adalah ruang yang digunakan sebagai tempat untuk
membakar bahan bakar (solar) dan udara atomisasi, seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 3.1. Panas gas yang dihasilkan dari proses pembakaran di ruang bakar
digunakan untuk menggerakkan turbin gas.
14
7. Gas Turbine Generator (GTG)
Gas turbine generator adalah alat pembangkit yang menghasilkan keluaran
daya melalui pemanfaatan gas yang telah di bakar di dalam ruang bakar dengan
menggunakan tenaga putaran yang dihasilkan oleh turbin gas. Bentuk gas turbine
generator dapat dilihat pada Gambar 3.3.
15
Gambar 3.5 Generator Turbin Uap ULPL Keramasan
10. Cooling Tower (Menara Pendingin)
Cooling tower adalah tempat terjadi bersentuhannya air dan kalor yang
merupakan tempat terjadinya pertukaran suhu untuk menghasilkan beberapa uap.
16
1. Siklus Terbuka (Open Cycle)
Siklus terbuka adalah proses produksi listrik di PLTGU dimana gas buangan
dari turbin gas langsung dibuang ke udara melalui cerobong saluran keluaran.
Temperatur gas buang pada outlet ini mencapai 550°C. Proses dalam PLTGU ini
dapat dikatakan sebagai proses pembangkitan tenaga turbin gas, yaitu suatu proses
pembangkitan listrik yang dihasilkan oleh putaran turbin gas.
Generator turbin uap atau yang dikenal dengan steam turbine generator (STG)
adalah alat pembangkit tenaga (generator) yang digerakkan oleh turbin dengan
memanfaatkan uap bertekanan yang dihasilkan dari air yang dipanaskan dalam
ketel uap (boiler).
17
3. 2. 1 Bagian Utama dari Steam Turbin Generator (STG)
18
3. 2. 2 Prinsip Kerja Steam Turbin Generator (STG)
Uap bertekanan yang dihasilkan boiler dialirkan melalui pipa menuju turbin
melalui turbine governor valve yang berfungsi untuk mengatur seberapa besar
volume uap yang dibutuhkan turbin untuk menggerakkan poros generator. Semakin
tinggi beban daya listrik maka semakin tinggi steam yang dibutuhkan, sehingga
governor valve akan otomatis terbuka semakin besar. Hal tersebut membuat steam
yang masuk juga akan bertambah, begitu juga sebaliknya.
Hasil putaran dari input shaft ini dialirkan melalui roda gigi pada gear box turbin
untuk diturunkan membentuk kecepatan putaran (RPM) yang dibutuhkan oleh shaft
generator. Umumnya, RPM di input shaft turbin mencapai sekitar 5000 RPM.
Sementara itu, kebutuhan RPM generator biasanya hanya 1500 RPM, sehingga
gear box akan berfungsi untuk menurunkan dari 5000 RPM menjadi 1500 RPM.
Hasil putaran yang dikonversi tersebut lalu akan memutar output shaft yang
terhubung ke shaft rotor di generator dengan sambungan coupling joint, sehingga
generator akan menghasilkan energi listrik.
19
mengalirkan (pada periode waktu tertentu) dan memutuskan arus beban pada
kondisi abnormal/gangguan sesuai dengan ratingnya [4].
PMT umumnya terdiri atas satu atau lebih ruangan pemutus yang memiliki unit
kontak tetap. Mekanisme aktuasi pemutus sirkuit ialah menyediakan energi yang
dibutuhkan untuk membuka dan menutup kontak tersebut. Dalam kondisi
gangguan, relay akan mendeteksi dan menutup “tripcircuit”, “tripenergize”.
Mekanisme penggerak siap beroperasi dan kemudian kontak pemutus tenaga
terbuka, maka gangguan hilang.
3. 3. 2 Klasifikasi PMT
20
3. PMT High Voltage (Tegangan Tinggi)
Memiliki besar range tegangan 35 s/d 245 kV (Berdasarkan SPLN 1.1995 –
3.5).
21
2. PMT Three Pole
PMT three pole memiliki satu penggerak mekanis untuk tiga fasa dan
dilengkapi kopling mekanis untuk menghubungkan satu fasa ke fasa lainnya.
Umumnya, PMT ini dipasang di bay trafo dan kopling serta PMT 20 kV untuk
distribusi. PMT ini umumnya beroperasi pada transformator dan coupler bay,
dimana PMT tersebut bekerja untuk memotong beban pada ketiga fasa secara
bersamaan. Gambar 3.9 menunjukkan bentuk dari PMT three pole.
22
Gambar 3.10 PMT Bulk Oil [5]
23
3. Sakelar PMT Vakum (Vacuum Circuit Breaker)
Sakelar PMT vakum digunakan untuk memutus rangkaian bertegangan
hingga 38 kV. Ruang vakum memiliki kekuatan dielektrik (dielektrik strength)
yang tinggi dan dapat menjadi media pemadam busur api yang baik. Jarak
(gap) antar katoda ialah 1 cm untuk 15 kV dan merenggang 0,2 cm setiap
kenaikan 3 kV. Umumnya, PMT ini digunakan untuk tegangan menengah
(24kV). Pada tegangan tinggi, pemutus vakum yang digunakan adalah PMT
jenis ini yang dihubungkan secara seri [5]. Gambar 3.12 merupakan bentuk
PMT vakum.
Dalam PMT vakum, kontak ditempatkan di ruang hampa udara. Jika kontak
dibuka, maka kontak katoda akan mengalami emisi termal dan medan tegangan
tinggi akan menghasilkan partikel bebas. Partikel emisi akan berjalan menuju
anoda, partikel bebas ini tidak memenuhi molekul udara sehingga tidak
menghasilkan proses ionisasi. Sehingga, tidak ada partikel bebas tambahan
yang memulai pembentukan busur yang artinya busur api dapat dipadamkan.
24
Sakelar PMT Gas SF6 memiliki dua jenis, yaitu PMT tipe tekanan tunggal
(single pressure type) dan PMT tipe tekanan ganda (double pressure type). Saat
PMT beroperasi, gas SF6 ditekan ke dalam tabung/silinder yang menempel di
kontak bergerak. Pada saat pemutusan, gas SF6 ditekan melalui nosel dan
hembusannya yang akan mematikan busur api. Gambar 3.13 adalah bentuk
PMT 20kV media pemadam busur api SF6.
Gambar 3.13 PMT 20kV Media Pemadam Busur Api SF6 [5]
Pemeliharaan dilakukan untuk menjaga peralatan agar menjadi tahan lama dan
dapat beroperasi dengan baik. Pedoman dasar pemeliharaan peralatan instalasi
listrik ialah SE Direksi No. 032/PST/1984 tanggal 23 Mei 1984 tentang Himpunan
Buku Petunjuk Operasi dan Pemeliharaan Peralatan Penyaluran Tenaga Listrik.
Pemeliharaan peralatan dilakukan dengan rekomendasi pabrik serta instruction
manual dari masing-masing peralatan instalasi listrik. Adapun jenis-jenis
pemeliharaan adalah:
1. Pemeliharaan preventif (time base maintenance) adalah pemeliharaan yang
dilakukan untuk mencegah kerusakan peralatan secara tiba-tiba dan untuk
mempertahankan kinerja peralatan yang optimal sesuai dengan umur teknisnya.
2. Pemeliharaan prediktif (conditional maintenance) adalah pemeliharaan yang
dilakukan dengan cara memprediksi kondisi peralatan listrik, apakah dan kapan
kemungkinan peralatan listrik tersebut akan mengalami kegagalan.
25
3. Pemeliharaan korektif (corective maintenance) adalah pemeliharaan yang
dilakukan secara terencana pada saat peralatan listrik sedang beroperasi dengan
tujuan untuk mengembalikan kondisi perbaikan dan peningkatan instalasi.
4. Pemeliharaan darurat (breakdown maintenance) adalah pemeliharaan yang
dilakukan setelah terjadi kerusakan mendadak dan bersifat darurat.
26
Berdasarkan Buku Pemeliharaan Peralatan SE.032/PST/1984 dan standar
VDE (catalouge 228/4) nilai minimal tahanan isolasi saat pengoperasian dihitung
sebagai 1 kV = 1 MΩ (Mega Ohm). Dengan 1 kV = nilai tegangan fasa terhadap
tanah, kebocoran arus yang diizinkan setiap kV = 1 mA.
Nilai tahanan kontak PMT yang sesuai standar (referensi awal) harus
disinkronkan dengan instruksi masing–masing pabrik PMT (nilai antar merek
bervariasi), misalnya:
– Standar General Electric (GE) ≤ 100 – 350 μΩ
– Standar ASEA ≤ 45 μΩ
– Standar MG ≤ 35 μΩ
– Standard PLN (apabila tidak tercantum pada nameplate) ≤ 100 μΩ (sesuai P3B
O&M PMT/001.01).
3. 5. 3 Pengujian Keserempakan
27
ataupun three pole (fasa R, S, dan T) maka PMT harus trip 3 fasa secara bersamaan
untuk mencegah gangguan yang akan menyebabkan sistem proteksi beroperasi.
Saat PMT trip, PMT dapat beroperasi dengan cepat sehingga clearing time
diharapkan sesuai dengan SPLN No. 52-1 1983 untuk sistem 70 kV = 150 milidetik
dan SPLN No. 52-1 1984 untuk sistem 150 kV = 120 milidetik, dan draf akhir Grid
Code 2002 untuk sistem 500 kV = 90 milidetik bisa dipenuhi.
28
BAB IV
PEMBAHASAN
Benda uji yang digunakan dalam pembahasan ini memiliki spesifikasi sebagai
berikut:
29
Gambar 4.2 Spesifikasi Vacuum Circuit Breaker VK 10M40H
Gambar 4.1 merupakan bentuk fisik dari panel kontrol dan tenaga 52G STG 1
Keramasan. Spesifikasi dari tipe benda uji vacuum CB VL 10M40H dapat dilihat
pada Gambar 4.2.
30
2. Mengubah parameter pengaturan.
1) Memasukkan informasi header catatan tes sebelum melakukan pengujian.
Header rekaman termasuk informasi identitas seperti perusahaan, stasiun,
sirkuit, nomor model, dan lain-lain. Sekali informasi header telah
dimasukkan, maka dapat berlaku untuk semua catatan pengujian berikutnya.
2) Mengatur waktu pengoperasian (SET DATE & TIME) dengan
memasukkan bulan, tanggal, dan waktu (dalam format 24 jam)
menggunakan keypad alfanumerik.
3) Melakukan konfigurasi pencetakan hasil tes otomatis atau manual untuk
mencetak grafik dan hasil tabulasi secara otomatis atau secara manual
setelah setiap tes.
4) Mengatur poin analisis waktu buka dua titik analisis digunakan untuk
menghitung kecepatan pemutus sirkuit di OPEN operasi.
5) Mengatur mulai perintah pulse width, dimana perintah pulsa OPEN dan
CLOSE dengan nilai default adalah 100ms, namun ini dapat diubah ke nilai
apa pun antara 1 hingga 250 ms.
6) Memilih frekuensi membaca siklus kontak waktu kontak dicetak pada
cetakan hasil tes yang ditabulasi dalam milidetik dan siklus. Pembacaan
siklus bisa dalam 50 Hz atau 60 Hz.
7) Melakukan konfigurasi pengaturan saluran, dimana pada CT-7000 S3
tersedia dengan 3 atau 6 input kontak. Sebagian besar aplikasi pengaturan
waktu yang umum memerlukan penggunaan hanya 3 saluran pengaturan
waktu kontak dan satu saluran transduser perjalanan sehingga tidak perlu
mencetak data untuk lebih dari 3 saluran pengaturan waktu dan satu saluran
transduser pada laporan grafik dan tabulasi. CT-7000 S3 dikonfigurasi
untuk mencetak 3 saluran kontak secara default (saluran 1, 2, dan 3) dan
satu saluran transduser (saluran transduser #1).
8) Melakukan konfigurasi pengaturan filter kontak. Meskipun CT-7000 S3
secara otomatis mendeteksi waktu kontak menggunakan algoritmanya
sendiri, hal ini juga memungkinkan pengguna untuk memasukkan nilai filter
khusus, dimana nilai tersebut dapat berada antara 1 dan 300. Pengaturan
31
filter 1 memungkinkan CT-7000 S3 mengambil waktu transisi kontak
pertama setelah aktivitas kontak resistor terdeteksi. Pengaturan filter 300
memungkinkan CT-7000 S3 untuk mengambil waktu transisi kontak
terakhir setelah aktivitas kontak resistor terdeteksi.
9) Melakukan konfigurasi pengaturan filter encoder transduser. Dalam catatan
waktu 1 detik yang khas, CT-7000 S3 merekam 20.000 titik data untuk
setiap saluran kontak, saluran transduser digital, saluran input tegangan,
saluran CT, saluran DCR, saluran transduser resistor, dan saluran arus awal.
Di sebagian besar aplikasi pengaturan waktu pemutus sirkuit, aktivitas
pemutus berakhir setelah 200 milidetik. Masalah umum yang ditemukan di
lapangan adalah bahwa setelah aktivitas pemutus berakhir, CT-7000 S3
dapat merekam data yang salah pada saluran transduser karena getaran. Data
yang salah mungkin karena transduser tidak diamankan dengan benar ke
pelat pemasangan atau karena masalah hubungan yang buruk antara
transduser dan mekanisme pemutus sirkuit.
10) Untuk mengatasi masalah pada poin sebelumnya, pengaturan filter encoder
transduser CT-7000 S3 dapat digunakan untuk menghentikan perekaman
data saluran transduser setelah waktu tertentu. Fitur ini dapat menyaring
gerakan yang tidak diinginkan yang diambil oleh transduser setelah aktivitas
pemutus berakhir. Nilai filter default CT7000 S3 diatur ke “Tanpa Filter”
saat unit dihidupkan.
11) Melakukan konfigurasi pengaturan transduser rotary digital. Transduser
putar mengharuskan pengguna memasukkan jarak linier yang ditentukan
dalam milimeter atau inci per satu derajat gerakan putar.
12) Melakukan konfigurasi pengaturan transduser tipe resister. CT-7000 S3
menyediakan tiga saluran transduser tipe resistor sehingga transduser harus
dikonfigurasi sebelum dapat digunakan dengan CT-7000 S3, dimana hingga
9 pengaturan transduser resistor dapat disimpan dalam EEPROM Flash CT-
7000 S3. Ketika transduser resistif digunakan dengan CT-7000 S3, maka
ditampilkan sebagai transduser #1 pada laporan waktu.
32
4.2.2 Hasil Pengujian dan pengukuran Keserempakan
Alat Uji : VANGUARD Instrument CT-7000
Media Isolasi : Vakum
Kondisi Cuaca : Cerah
Hasil pengukuran keserempakan ketika open dan close dapat dilihat pada Gambar
4.4 dan 4.5.
33
Sehingga dapat ditulis dengan menggunakan tabel seperti yang ditunjukkan pada
Tabel 4.1 dan 4.2.
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Keserampakan
Kecepatan Kontak
Delta
Titik
No. Acuan SK DIR 520 R S T Time Kesimpulan
Pengukuran
(∆𝒕)
ms ms ms ms
1. Open T ≤ 110% nilai pabrik 23,60 23,70 23,60 0,10 Baik
2. Close ∆𝑡 < 10 ms 27,10 26,70 27,00 0,40 Baik
Tabel 4.2 SPLN 52-1 1983 untuk Waktu Closing Berdasarkan Sistem Tegangan
Rating Tegangan (kV) Kecepatan Kontak
500 ≤ 90
275 ≤ 100
150 ≤ 120
70 ≤ 150
Berdasarkan hasil pengukuran pada fasa R, S, dan T dalam kondisi open dan
close, didapatkan hasil seperti pada tabel 4.1 dan 4.2. Dengan menggunakan acuan
SK DIR 520 yang berisi T ≤ 110% nilai pabrik dan ∆𝑡 < 10 ms serta SPLN 52-1
1983 untuk waktu closing berdasarkan sistem tegangan, maka dapat disimpulkan
bahwa CB berfungsi dengan baik sesuai dengan hasil pengujian VANGUARD
Instrument CT-7000.
34
1. Menyiapkan rangkaian pada alat dan CB dengan cara menghubungkan kabel-
kabelnya sesuai buku panduan pengoperasian. Ada tiga kabel yang sudah diberi
label A1, B1, dan C1 yang akan disambungkan dengan disesuaikan dan
dicocokan dengan CBA 1000 dan Circuit Breaker (CB). Kabel probe merah
diletakkan dibagian atas dan kabel probe hitam dibagian bawah CB. Label A1
berari mewakili fasa R, B1 mewakili gasa S, dan C1 mewakili fasa T. serta juga
memperhatikan pemasangan tombol power dan grounding untuk menghindari
percikan api.
2. Memastikan koneksi pada setiap bagian telah tersambung dengan baik dan
sesuai dengan tempatnya.
3. Menyalakan On-The-Go (OTG) dengan tombol power pada bagian kanan bawah
berwarna hitam, lalu tunggu hingga semua lampu pada indikator alatnya
menyala.
4. Memasuki menu pengujian dengan cara memilih test option. Untuk memilih test
option dapat dilakukan dengan menekan tombol selector. Jika menuju opsi ke
bawah dapat dilakukan dengan memutar tombol selector berlawanan arah jarum
jam, sedangkan untuk mengarahkan option ke atas dapat memutarnya serah
jarum jam.
5. Pastikan posisi CB adalah off yang ditandai warna hijau pada kubikel, setelah itu
dapat dilanjutkan pemeriksaan dengan menggunakan option menu tersebut, dan
menjalankan test option tersebut.
35
4. 3. 2 Hasil Pengujian dan pengukuran Tahanan Kontak
Alat Uji : ISA CBA 1000 (Gambar 4.6)
Media Isolasi : Vakum
Kondisi Cuaca : Cerah
Hasil pengukuran tahanan kontak pada fasa R, S, dan T dapat dilihat pada Gambar
4.7, 4.8, dan 4.9 berturut-turut.
36
Sehingga dapat ditulis dengan menggunakan Tabel 4.3.
Berdasarkan hasil pengukuran pada fasa R, S, dan T dengan acuan standar <
100 𝜇Ω, maka dapat disimpulkan bahwa CB berfungsi dengan baik sesuai dengan
hasil pengujian ISA CBA 1000.
37
5. Setelah selesai, pilih select test dan ditekan lama (charging led akan berkedip)
hingga tampilan pada display menunjukkan hasilnya (test information : test
completed preparing the results).
6. Ketika tes selesai, maka alat akan menyiapkan hasilnya, dengan opsi pilihan
back, print, save, test.
7. Pilih save /print hasilnya.
38
Gambar 4.11 Hasil Pengukuran Vacuum Test Breaker Pada Fasa R, S, dan T
Hasil pengukuran vacuum test breaker pada fasa R, S, dan T dapat dilihat pada
Gambar 4.11 dan dapat ditulis dengan menggunakan Tabel 4.4.
39
test limit < 200 𝜇A, maka dapat disimpulkan bahwa CB berfungsi dengan baik
sesuai dengan hasil pengujian VBT-80P Vacuum Bottle Tester.
4. 5 Function Test
40
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1 Kesimpulan
5. 2 Saran
[1] D. Aribowo et al., “Analisis Hasil Uji PMT 150 kV pada Gardu Induk
Cilegon Baru BAY KS 1,” Anal. Has. Uji PMT 150 kV Pada Gardu Induk
Cilegon Baru BAY KS 1, pp. 59–65, 2018.
[2] PLN, “Pedoman Perilaku dan Etika Bisnis,” Off. Chief Leg. Couns.
Compliance, pp. 1–18, 2017.
[6] V. I. Company. (2017). “Digital Circuit Breaker Analyzer,” [Online] pp. 26-
74. Available: https://downloads.vanguard-instruments.com/download/688/
836/ct-7000_manual_rev_3.pdf.
DAFTAR PUSTAKA
[1] D. Aribowo et al., “Analisis Hasil Uji PMT 150 kV pada Gardu Induk
Cilegon Baru BAY KS 1,” Anal. Has. Uji PMT 150 kV Pada Gardu Induk
Cilegon Baru BAY KS 1, pp. 59–65, 2018.
[4] PLN, “Pedoman Perilaku dan Etika Bisnis,” Off. Chief Leg. Couns.
Compliance, pp. 1–18, 2017.