Anda di halaman 1dari 38

PT PLN (PERSERO)

UIW RIAU DAN KEPULAUAN RIAU


UP3 DUMAI
ULPLTD BAGAN BESAR

PT. PLN (PERSERO)

UNIT INDUK WILAYAH RIAU DAN KEPRI

UP3 DUMAI

ULPLTD BAGAN BESAR

LAPORAN TUGAS AKHIR ON THE JOB TRAINING (OJT)

NAMA : MIKAIL ANANDA SAPUTRA


NO. TES : 1810/BDG/64/D3-MES/15963
JABATAN : JUNIOR ENGINEER PEMELIHARAAN MESIN

“ANALISA DAN PENERAPAN POLA OPERASI DAN


MANAJEMEN BEBAN UNTUK MENEKAN ANGKA SFC
PLTD BENGKALIS”

TAHUN 2019

Mikail Ananda Saputra, 1810/BDG/64/D3-MES/15963 i


PT PLN (PERSERO)
UIW RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
UP3 DUMAI
ULPLTD BAGAN BESAR

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS AKHIR ON THE JOB TRAINING (OJT)

NAMA : MIKAIL ANANDA SAPUTRA


PROYEKSI : JUNIOR ENGINEER PEMELIHARAAN MESIN

NO. TES : 1810/BDG/64/D3-MES/15963

Menyetujui,
Mentor II Bengkalis,
Manager ULPLTD Bagan Besar PesertaOjt

IWAN EKA PUTRA MIKAIL ANANDA SAPUTRA


NIP: 7596063R No.Tes : 1810/BDG/64/D3-MES/15963

Mengetahui,
Manager Bidang SDM Manager UP3 DUMAI
PT PLN (Persero) PT PLN (Persero)
Wilayah Riau danKepulauan Wilayah Riau danKepulauan
Riau Riau

VICK NAWAN PRANIKO BANU RENDRA


NIP: 6895032Z NIP: 7604003R

Mikail Ananda Saputra, 1810/BDG/64/D3-MES/15963 ii


PT PLN (PERSERO)
UIW RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
UP3 DUMAI
ULPLTD BAGAN BESAR
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat ALLAH SWT karna atas Rahmat dan Karunia-
Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan Telahaan Staf dengan judul
“ANALISA DAN PENERAPAN POLA OPERASI DAN MANAJEMEN
BEBAN UNTUK MENEKAN ANGKA SFC PLTD BENGKALIS” sebagai
evaluasi terhadap program On The Job Training (OJT) untuk diklat Prajabatan
Angkatan 65 jalur pelaksana yang diikuti penulis Siswa Prajabatan D3 / S1 di PT.
PLN (Persero) UP3 Dumai.
Selama melaksanakan kegiatan OJT, banyak sekali bimbingan dan bantuan
yang diberikan kepada penulis. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar besarnya kepada :
1. Kedua Orang Tua dan keluarga besar berserta orang-orang tercinta yang
telah memberikan material,moril dan doa yang terbaik kepada penulis.
2. Bapak Praniko Banu Rendra, selaku mentor I dan manager PT PLN
(persero) UP3 Dumai, memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.
3. Bapak Iwan Eka Putra, selaku mentor II penulis,yang membimbing dan
juga mengarahkan penulisan dalam kegiatan OJT.
4. Bapak Suwardi selaku supervisor pemeliharaan yang memberikan
motivasi dan saran kepada penulis.
5. Bapak Muslim, selaku Supervisor Operasi pembangkit yang memberikan
motivasi dan saran mental kepada penulis.
6. Seluruh karyawan/karyawati pegawai dan Out Sourcing PLN ULPLTD
Bagan Besar baik ADM, PEMELIHARAAN,dan OPERATOR yang telah
membantu penulis.
7. Seluruh Pegawai Kantor ULP BENGKALIS yang telah memberi semangat
serta bantuan dalam pengumpulan data.
8. Serta rekan-rekan OJT yang telah memberikan dorongan dan semangat
bersamaan yang solid.

Mikail Ananda Saputra, 1810/BDG/64/D3-MES/15963 iii


PT PLN (PERSERO)
UIW RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
UP3 DUMAI
ULPLTD BAGAN BESAR
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Telahaan Staf ini
masih jauh dari kesempurnaan,oleh karena itu penulis dengan hati
terbuka mengharapkan saran dan kritikan untuk penyempurnaan
Telahaan Staf ini dapat berguna bagi para pembaca.

Bengkalis, 22 September 2019


Penulis,

Mikail Ananda Saputra

Mikail Ananda Saputra, 1810/BDG/64/D3-MES/15963 iv


PT PLN (PERSERO)
UIW RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
UP3 DUMAI
ULPLTD BAGAN BESAR
ABSTRAK

Perubahan pengunaan bahan bakar solar murni (HSD) dengan penggunaan


bahan bakar Bio Solar B30 mesin pembangkit tenaga diesel sesuai dengan
peraturan kementerian ESDM menyebabkan rata-rata Specific Fuel Consumption
(SFC) mesin pembangkit tenaga diesel mengalami kenaikan yang cukup
signifikan begitu juga yang dialami dengan PLTD Bengkalis.

Hal ini sangat mempengaruhi capaian SFC dari pembangkit khususnya


PLTD bengkalis yang salah satu target kinerja atau KPI (Key Performance
Indicator) nya adalah capaian dari nilai SFC mesin pembangkit. Apabila tidak ada
tindakan yang dilakukan maka hal ini akan terjadi secara terus menerus

Upaya penurunan atau efisiensi pemakaian konsumsi bahan bakar harus


senantiasa di lakukan secara berkesinambungan terutama pada mesin pembangkit
berbahan bakar Bio Solar, sehingga menurut penulis perlu dilakukan upaya
penekanan atau penurunan SFC mesin pembangkit.

Efisiensi dan keandalan operasi adalah dua hal yang tidak dapat
dipisahkan, hal ini wajib bagi pembangkit. Namun kenyataannya pola operasi
dilakukan tanpa mempertimbangkan efisiensi. Mesin dioperasikan dengan beban
rendah dengan alasan untuk menjaga fluktuasi beban sistim. Mengoperasikan
mesin secara acak, dan tidak mempertimbangkan mesin yang paling efisien.

Dalam hal pemeliharaan juga tidak kalah penting yang harus menjadi
perhatian untuk ditingkatkan agar kondisi mesin tetap dalam kondisi siap operasi,
handal, mampu beroperasi secara maksimal dengankonsumsi bahan bakar tetap
efisien.

Untuk itu prosedur harus diperbaharui untuk pengaturan operasi yang lebih
tepat, operator harus lebih sering di beri pengarahan untuk dapat bekerja dengan
baik dan konsisten untuk senantiasa melengkapi data operasi, menganalisa data,
dan tidak ragu dalam mengambil keputusan operasi serta menjalin hubungan
koordinasi dan komunikasi antara operator pelaksana, supervisor dan manager.

Mikail Ananda Saputra, 1810/BDG/64/D3-MES/15963 v


PT PLN (PERSERO)
UIW RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
UP3 DUMAI
ULPLTD BAGAN BESAR
Untuk menjamin keandalan dan efisiensi operasi pembangkit dapat
tercapai diperlukan langkah perbaikan baik dari kemampuan mesin pembangkit,
pengarutan-pengaturan operasi yang dituangkan dalam prosedur dan instruksi
kerja yang jelas dan sesuai dengan kondisi operasi sistim terkini.

Kata kunci : SFC, Pengaturan pola operasi, Efisiensi, Pemeliharaan.

Mikail Ananda Saputra, 1810/BDG/64/D3-MES/15963 vi


PT PLN (PERSERO)
UIW RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
UP3 DUMAI
ULPLTD BAGAN BESAR
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ........................................... Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ............................................................................................................. iv

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................................1

1.2 Permasalahan .............................................................................................6

1.3 Identifikasi Masalah ................................ Error! Bookmark not defined.

1.4 Pra Anggapan .......................................... Error! Bookmark not defined.

1.5 Fakta yang Mempengaruhi ........................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................5

A Pembangkit Listrik Tenaga Diesel ............................................................5

B. Sistem Bahan Bakar ..................................................................................7

C Pipa Injektor ..............................................................................................9

D. Perbaikan Pipa Injektor ...........................................................................11

E Pembahasan .............................................................................................13

BAB III PENUTUP................................................................................................14

3.1. Kesimpulan ..............................................................................................14

3.2. Saran ........................................................................................................14

Mikail Ananda Saputra, 1810/BDG/64/D3-MES/15963 vii


PT PLN (PERSERO)
UIW RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
UP3 DUMAI
ULPLTD BAGAN BESAR
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1................................................................................................………… 13

Mikail Ananda Saputra, 1810/BDG/64/D3-MES/15963 viii


PT PLN (PERSERO)
UIW RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
UP3 DUMAI
ULPLTD BAGAN BESAR
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Pembangkit listrik tenaga diesel...........................………..…………6

Gambar 1.2 Skema sistem bahan bakar diesel ………………………………...….7

Gambar 1.3 Skema sistem bahan bakar diesel ...................................................…8

Gambar 1.4 Pipa Injektor .........................………………………………………...9

Gambar 1.5 Pipa Injektor........................................................................................9

Gambar 1.6 Mur pipa injektor ..............................................................................11

Mikail Ananda Saputra, 1810/BDG/64/D3-MES/15963 ix


PT PLN (PERSERO)
UIW RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
UP3 DUMAI
ULPLTD BAGAN BESAR

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Aktifitas OJT


Kegiatan OJT angkatan 65 dilaksanakan di unit OJT yakni PLN Unit
Induk Wilayah Riau dan Kepulauan RIAU. Siswa Mikail Ananda Saputra
mendapatkan proyeksi jabatan yakni “JUNIOR ENGINEER Pemeliharaan
Mesin pada Seksi pemeliharaan ULPTD Bagan Besar UP3 Dumai PT PLN
(Persero) Unit Induk Wilayah Riau dan Kepulauan Riau”. Unit Induk
Wilayah Riau & Kepulauan Riau memiliki wilayah kerja di 2 provinsi, yaitu
Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau. Dalam menjalankan bisnisnya UIW
Riau & Kepri dibantu oleh 8 Unit Pelaksana dan 34 Unit Layanan.

Unit Induk Wilayah Riau dan Kepulauan riau Membawahi 4 Unit UP3, 1
Unit UP2D, 2 unit UP2K, dan 1 unit UPK. Dalam pelaksanaan nya UIWRKR
dipimpin oleh seorang General Manager didukung oleh 5 Departemen yaitu Dept.
Perencanaan, Dept. Teknik, Dept. Niaga, Dept. Keuangan, dan Dept. Sumber
Daya Manusia (SDM) yang setiap dept. nya dipimpin oleh seorang Senior
Manager.

GENERAL
MANAGER

Dept. Dept.
Dept. TEKNIK Dept. NIAGA Dept. SDM
PERENCANAAN KEUANGAN
SRM SRM SRM SRM SRM

Gambar 1. Struktur kepemimpinan UIWRKR

Adapun 8 Unit Pelaksana dalam UIWRKR adalah UP3 Pekanbaru, UP3


Dumai, UP3 Rengat, UP3 Tanjung Pinang, UP2D Pekanbaru, UP2K Riau, UP2K
Kepulauan Riau dan UPK Tanjung Pinang. 34 Unit Layanan tersebar di 19
Kabupaten untuk melayani pelanggan sebanyak 1.801.200 orang. Masing-masing

Mikail Ananda Saputra, 1810/BDG/64/D3-MES/15963 1


PT PLN (PERSERO)
UIW RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
UP3 DUMAI
ULPLTD BAGAN BESAR
bagian dari UIWRKR tersebut saling bersinergi untuk melayani pelanggan di
Wilayah Riau & Kepulauan Riau.

UP3 adalah Unit Pelayanan pelanggan. Dalam WRKR Sendiri Ada 4 Unit
UP3 yaitu UP3 Pekanbaru, UP3 Dumai, UP3 Rengat, dan UP3 Tanjung Pinang.
UP3 sendiri memiliki wewenang dan tugas untuk mengatur transaksi serta
menjaga proses bisnis PLN tetap berjalan seperti penjualan Listrik, Distribusi dari
Gardu Induk menuju pelanggan, Perawatan jaringan, Pelayanan Pelanggan,
Pelayanan gangguan teknis, dan juga Pembangkit di area mereka masing2. Dalam
Pelaksanaannya UP3 didalamnya masih akan dibagi menjadi beberapa rayon
dalam lingkup daerah sesuai tempat lokasi unit tersebut berada.

UP3 Dumai dalam pelaksanaan nya dipimpin oleh seorang Manager yang
didukung oleh 6 orang Manager bagian yaitu MB Perencanaan, MB Jaringan, MB
Pembangkit, MB Transaksi Energi Listrik, MB Pemasaran dan Pelayanan
Pelanggan, MB Keuangan, SDM & Administrasi. Dan didukung oleh dua
supervisor Bagian Pengadaan serta Supervisor Bagian Keselamatan, kesehatan
kerja, keamanan dan lingkungan (K3L). Dalam kegiatan prajabatan 65 ini
Manager UP3 dumai berperan sebagai mentor 1 Siswa Mikail Ananda Saputra

Gambar 2. Struktur Kepemimpinan UP3 Dumai

Mikail Ananda Saputra, 1810/BDG/64/D3-MES/15963 2


PT PLN (PERSERO)
UIW RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
UP3 DUMAI
ULPLTD BAGAN BESAR
UP3 dumai membawahi 6 unit Layanan Pelanggan yaitu ULP Dumai
Kota, ULP Duri, ULP Bagan Siapiapi, ULP Bagan Batu, ULP Bengkalis, ULP
Selat Panjang dan ULPLTD Bagan Besar.

Gambar 3. Bagan Proses Bisinis UP3 Dumai

ULPLTD Bagan Besar dipimpin oleh seorang manager dan didukung oleh
4 orang pejabat setara Supervisor dengan jumlah staff sejumlah 7 orang. Manager
ULPLTD Bagan Besar berperan sebagai Mentor II siswa Mikail Ananda Saputra.

MANAGER

SPV PJ
SPV Operasi PJ K3 & KAM
Pemeliharaan LINGKUNGAN

Assistant
TIM HAR OP.Control
OUTSOURCING Room

Junior OP
Control Room

Junior OP
Mesin

OPERATOR
OUTSOURCING

Gambar 4. Struktur Organisasi UPLTD Bagan Besar


Mikail Ananda Saputra, 1810/BDG/64/D3-MES/15963 3
PT PLN (PERSERO)
UIW RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
UP3 DUMAI
ULPLTD BAGAN BESAR
ULPLTD sendiri bertanggung jawab untuk seluruh kegiatan pembangkitan
liatrik di wilayah kerja nya khususnya berjumlah 3 PLTD yaitu PLTD Bengkalis,
PLTD Selat Panjang, serta PLTD sewa Gogok.

Pelaksanaan kegiatan OJT angkatan 65 dilaksanakan selama enam bulan,


dimulai pada bulan April hingga bulan September tahun 2019. Pelaksanaan
kegiatan OJT siswa ini sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan siswa
dengan didampingi oleh mentor II yang berupa workplan sesuai dengan proyeksi
jabatan dari masing – masing siswa. Sesuai dengan proyeksi jabatan yakni Junior
Engineer Pemeliharaan Mesin pada JUNIOR ENGINEER Pemeliharaan Mesin
pada Seksi pemeliharaan ULPTD Bagan Besar UP3 Dumai PT PLN (Persero)
Unit Induk Wilayah Riau dan Kepulauan Riau. Pada proyeksi jabatan tersebut,
siswa memiliki tiga kompetensi utama yang harus dilaksanakan selama kegiatan
OJT berlangsung. Kompetensi tersebut yakni pemeliharaan Mesin Diesel,
Pemeliharaan Piping & Valve, dan Pemeliharaan Pompa & Kompressor. Tiga
kompetensi tersebut mencakup 49 kriteria unjuk kerja (KUK). Dan siswa telah
mendapat approve mentor II sebanyak 46 KUK. Berikut merupakan kegiatan yang
tercakup dalam kriteria unjuk kerja yang telah dilakukan oleh siswa :

1. Melaksanakan Pemeliharaan Mesin Diesel


Pelaksanaan pemeliharaan ini terdiri dari beberapa tahapan, diantaranya
yakni : tahapan perencanaan, tahapan persiapan, tahapan pelaksanaan kegiatan,
dan yang terakhir yakni membuat laporan dari hasil kegiatan pemeliharaan.
Pelaksaan kegiatan pemeliharaan ini dilakukan pada Mesin Diesel pembangkit
jenis CATERPILLAR dengan tipe 3512B yang ada di PLTD Bengkalis. Siswa
melakukan beberapa kegiatan guna menunjang ketercapaian KUK pada
pemeliharaan Mesin Diesel. Diantaranya yakni mempelajari bagian-bagian umum
Mesin Diesel, mengetahui tujuan dari pemeliharaan Mesin Diesel, mempersiapkan
peralatan kerja, APD dan SOP pekerjaan yang dibutuhkan, melakukan
pemeliharaan Mesin Diesel sesuai SOP/IK, melaporkan hal-hal yang tidak sesuai
dengan perintah kerja pemeliharaan Mesin Diesel, sekaligus memberitahukan
kepada pihak yang bertanggung jawab dalam pengoperasian alat, melakukan

Mikail Ananda Saputra, 1810/BDG/64/D3-MES/15963 4


PT PLN (PERSERO)
UIW RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
UP3 DUMAI
ULPLTD BAGAN BESAR
dokumentasi baik foto maupun dokumen yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
kegiatan dan membuat laporan pekerjaan pemeliharaan yang sesuai dengan format
dan prosedur yang ditetapkan perusahaan.

2. Melaksanakan Pemeliharaan Piping & Valve


Pelaksanaan pemeliharaan Piping dan Valve terdiri dari beberapa
tahapan, diantaranya yakni: tahapan perencanaan, tahapan persiapan, tahapan
pelaksanaan kegiatan, dan yang terakhir yakni membuat laporan dari hasil
kegiatan pemeliharaan. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan ini dilakukan pada
Mesin Diesel DEUTZ KHD BV 8M 628. Siswa melakukan beberapa kegiatan
guna menunjang ketercapaian Kompetensi Unjuk Kerja (KUK) pada
pemeliharaan Piping & Valve. Diantaranya yakni mempelajari bagian-bagian
umum Piping & Valve, mengetahui tujuan dari pemeliharaan Mesin Diesel,
mempersiapkan peralatan kerja, APD dan SOP pekerjaan yang dibutuhkan,
melakukan pemeliharaan Piping & Valve sesuai SOP/IK, melaporkan hal-hal
yang tidak sesuai dengan perintah kerja pemeliharaan Piping & Valve, sekaligus
memberitahukan kepada pihak yang bertanggung jawab dalam pengoperasian alat,
melakukan dokumentasi baik foto maupun dokumen yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan kegiatan dan membuat laporan pekerjaan pemeliharaan yang sesuai
dengan format dan prosedur yang ditetapkan perusahaan.

3. Melaksanakan Pemeliharaan Pompa & Kompressor


Pelaksanaan pemeliharaan ini terdiri dari beberapa tahapan, diantaranya
yakni : tahapan perencanaan, tahapan persiapan, tahapan pelaksanaan kegiatan,
dan yang terakhir yakni membuat laporan dari hasil kegiatan pemeliharaan.
Pelaksaan kegiatan pemeliharaan ini dilakukan pada Pompa bahan bakar mesin
CATERPILLAR dan Kompressor peralatan bantu untuk mesin YANMAR M220
L EN. Siswa melakukan beberapa kegiatan guna menunjang ketercapaian
Kompetensi Unjuk Kerja (KUK) pada pemeliharaan Pompa & Kompressor.
Diantaranya yakni mempelajari mempelajari bagian-bagian umum Mesin Diesel
beserta alat bantu nya, mengetahui tujuan dari pemeliharaan Pompa &

Mikail Ananda Saputra, 1810/BDG/64/D3-MES/15963 5


PT PLN (PERSERO)
UIW RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
UP3 DUMAI
ULPLTD BAGAN BESAR
Kompressor, mempersiapkan peralatan kerja, APD dan SOP pekerjaan yang
dibutuhkan, melakukan pemeliharaan Pompa & Kompressor sesuai SOP/IK,
melaporkan hal-hal yang tidak sesuai dengan perintah kerja pemeliharaan Pompa
& Kompressor, sekaligus memberitahukan kepada pihak yang bertanggung jawab
dalam pengoperasian alat, melakukan dokumentasi baik foto maupun dokumen
yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan dan membuat laporan pekerjaan
pemeliharaan yang sesuai dengan format dan prosedur yang ditetapkan
perusahaan.

1.2 Issue Strategis


Perubahan pengunaan bahan bakar solar murni (HSD) dengan penggunaan
bahan bakar Bio Solar B30 mesin pembangkit tenaga diesel sesuai dengan
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 41 Tahun
2018 menyebabkan rata-rata Spesific Fuel Consumption mesin pembangkit tenaga
diesel mengalami kenaikan yang cukup signifikan begitu juga yang dialami
dengan PLTD bengkalis.
Pembangkit berbahan bakar Bio Solar PLTD Bengkalis yang pada tahun
2018 memiliki rata-rata SFC di angka 0.272 lalu pada bulan februari tahun 2019
meningkat pada level 0.273 bersamaan dengan kebijakan penggunaan bio solar
B30 dan terus berlanjut pada dua bulan selanjutnya.

Grafik 1. SFC PLTD Bengkalis bulan Januari-Mei

Mikail Ananda Saputra, 1810/BDG/64/D3-MES/15963 6


PT PLN (PERSERO)
UIW RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
UP3 DUMAI
ULPLTD BAGAN BESAR
SFC PLTD Bengkalis kurang lebih stabil diangka 0.2731-0.2735 pada bulan
Februari hingga april. Sebelum akhirnya terjadi lonjakan yang cukup signifikan
pada bulan mei yang meningkat hampir menyentuh angka 2.738.

Dengan penggunaan BBM di bulan mei total 2.335.238 liter tersebut


mengalami kenaikan sebesar 133.530 liter dari bulan April yang hanya
menggunakan BBM sebesar 2.201.708.

Grafik 2. Pemakaian total Bio Solar B30 PLTD Bengkalis


Meskipun kenaikan dari konsumsi bahan bakar minyak diimbangi dengan total
dari KWH produksi PLTD Bengkalis, namun tidak diimbangi dengan stabilnya
nilai SFC yang justru bertambah besar.

Grafik 3. Total Kwh Produksi PLTD Bengkalis tahun 2019


Hal ini akan berpengaruh pada Target Key Performance Indicator (KPI)
ULPLTD Bagan Besar serta kehandalan dan keoptimalan dari operasi PLTD
khususnya PLTD Bengkalis sehingga diperlukan langkah-langkah perbaikan.

Mikail Ananda Saputra, 1810/BDG/64/D3-MES/15963 7


PT PLN (PERSERO)
UIW RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
UP3 DUMAI
ULPLTD BAGAN BESAR
Sehingga untuk menekan penggunaan BBM Bio Solar B30 dan mengurangi
angka SFC maka penulis mencoba “menganalisa dan menerapkan Pola Operasi
dan manajemen beban untuk PLTD Bengkalis” yang dapat digunakan sebagai
standard dan acuan dalam pengoperasian PLTD pada setiap hari operasi PLTD
tersebut.

Mikail Ananda Saputra, 1810/BDG/64/D3-MES/15963 8


PT PLN (PERSERO)
UIW RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
UP3 DUMAI
ULPLTD BAGAN BESAR
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Identifikasi Masalah


Sejak awal tahun 2019 kondisi SFC PLTD Bengkalis mengalami rata-rata
yang jauh dibawah target kinerja. Rata-rata dibulan Januari tercapai SFC sejumlah
0.2723 kemudian tren nya semakin naik pada bulan februari yang level nya
menjadi diangka 0.2734. kenaikan rata-rata SFC ini sangat berpengaruh dengan
kinerja khususnya ULPLTD Bagan Besar yang membawahi PLTD Bengkalis
karena dari target kinerja SFC yang harus dicapai hanya di angka 0.270.

Penyebab dari naiknya SFC ini sendiri dapat dipengaruhi oleh banyak hal
mulai dari penggunakan bahan bakar, performa mesin, ataupun tata cara operasi
dari mesin itu sendiri. Dengan kondisi PLTD bengkalis yang mensupply sistem
yang cukup besar dengan operasi mesin yang cukup banyak sejumlah 19 mesin
belum memiliki acuan untuk pengoperasiannya

Dengan mengumpulkan data-data operasi mesin pembangkit PLTD


Bengkalis maka dapat dilakukan analisa mengenai hal-hal atau pun fenomena
abnormal yang mungkin muncul ketika mesin beroperasi setiap harinya.

Masalah utama yang muncul dengan kondisi mesin yang cukup banyak
adalah tidak merata nya pembebanan mesin pembangkit PLTD Bengkalis hal ini
diperburuk dengan sering terjadinya pembebanan mesin yang kurang dari Standar
optimal pengoperasian mesin. Sebagai contoh untuk mesin yang paling banyak
beroperasi di PLTD Bengkalis yaitu mesin Caterpillar sejumlah 15 mesin Standar
pembebanan yang optimal mesin operasi adalah 850-950 KW.

Salah satu contoh kesalahan pembebanan mesin adalah sebagai berikut:

Mikail Ananda Saputra, 1810/BDG/64/D3-MES/15963 9


PT PLN (PERSERO)
UIW RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
UP3 DUMAI
ULPLTD BAGAN BESAR

Tabel 1. Data Pembebanan Mesin Pembangkit PLTD Bengkalis dari data


Logsheet

Dalam tabel tersebut didapatkan bahwa ada beberapa mesin dioperasikan


dengan beban 750 s/d 800 KW jauh dibawah beban minimal pengoperasian
mesin. Pengoperasian mesin yang tidak sesuai dengan Standar Operasi Optimal
seperti ini menyebabkan konsumsi bahan bakar yang lebih besar namun tidak
sebanding dengan KWH yang dihasilkan mengakibatkan SFC dari mesin tersebut
akan menjadi besar.

Selain itu ada beberapa data ditemukan bahwa pola pengoperasian seperti
ini tidak hanya dilakukan dalam waktu yang singkat namun dalam waktu yang
cukup lama ketika disisi lain mesin masih dapat dioperasikan dengan beban yang
lebih tinggi.

Tabel 2. Pembebanan abnormal yang terjadi dalam waktu yang cukup lama

Mikail Ananda Saputra, 1810/BDG/64/D3-MES/15963 10


PT PLN (PERSERO)
UIW RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
UP3 DUMAI
ULPLTD BAGAN BESAR
Hal tersebut yang menyebabkan kerja dari suatu mesin menjadi tidak
maksimal dan dikarenakan jumlah mesin pembangkit yang cukup banyak efek
yang ditimbulkan semakin besar dan harus segera dilaksanakan langkah
perbaikan.

2.2 RCPS (Root Cause Problem Solving)

Dari permasalahan diatas disusunlah grafik RCPS untuk mengetahui


rootcause dari permasalahan yang dihadapi



Gambar 5. Root Cause Problem Solving

Dari Grafik Root cause problem solving didapatkan ada 5 akar


permaslahan yang berhubungan secara teknis maupun non teknis. Dari ke 5 akar
permasalahan tersebut kemudian di rangkum dan didapatkan 7 langkah
penyelesaian / solusi yang dapat dilaksanakan. Sehingga disusun Matriks prioritas
untuk menentukan Solusi mana yang dapat dilaksanakan dengan mudah namun
hasil yang didapatkan lebih besar

Mikail Ananda Saputra, 1810/BDG/64/D3-MES/15963 11


PT PLN (PERSERO)
UIW RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
UP3 DUMAI
ULPLTD BAGAN BESAR
2.3 MATRIKS PRIORITAS

Setelah diketahui root cause serta solusi dari permasalahan yang muncul
disusun Matriks prioritas serta Tabel korelasi antara Tingkat kesulitan
implementasi dengan dampak yang akan dihasilkan solusi untuk memprioritaskan
langkah perbaikan mana yang harus dilaksanakan terlebih dahulu

3
HIGH 4 6
D
A 7
M
P MEDIUM 5
A
K 2
LOW
1

LOW MEDIUM HIGH

TINGKAT KESULITAN
IMPLEMENTASI
Gambar 6. Matriks Prioritas

TINGKAT KESULITAN
NO SOLUSI DAMPAK
IMPLEMENTASI

1 Pemasangan Alva Laval HIGH HIGH

2 Training Operator LOW LOW

3 Meningkatkan Pengawasan LOW LOW

Pembuatan Pola Manajemen


4 LOW HIGH
Beban

Mikail Ananda Saputra, 1810/BDG/64/D3-MES/15963 12


PT PLN (PERSERO)
UIW RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
UP3 DUMAI
ULPLTD BAGAN BESAR

5 Intensifikasi Pemeliharaan Rutin MEDIUM LOW

Pemeliharaan injector secara


6 MEDIUM LOW
berkala

Penggantian Injector secara


7 HIGH MEDIUM
berkala

Tabel 3. Perbandingan Tingkat kesulitan implementasi dan dampak yang


dihasilkan

2.4 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah melakukan
penerapan Pola Operasi serta Manajemen beban guna menekan nilai SFC PLTD
Bengkalis) untuk peningkatan pencapaian kinerja Unit Layanan Pusat Listrik
Tenaga Diesel Bagan Besar dan menjaga keaandalan unit.

2.5 Inisiatif Perbaikan


2.5.1 Analisa Kondisi Operasi PLTD BENGKALIS

Sebelum menyusun pola operasi untuk menekan penggunaan bahan


bakar minyak di PLTD Bengkalis terlebih dahulu harus diketahui kondisi
terkini PLTD serta sistem kelistrikan di Pulau bengkalis.

Untuk mencukupi kebutuhan Sistem Ketenagalistrikan khususnya


sistem Isolated pulau Bengkalis PLTD Bengkalis memiliki daya mampu total
19.000 KW dengan 19 mesin dioperasikan oleh PLN dengan daya mampu
total 17000 KW dan didukung dengan pembangkit sewa yang mensupport
sebanyak 2000 KW.

Namun pada pelaksanaan operasi PLTD terjadi beberapa gangguan


pada beberapa Mesin pembangkit khususnya pada 1 unit mesin Caterpillar
yang mengalami kerusakan klep pada salah satu silinder nya. Selain itu juga
pada mesin Deutz KHD Unit#2 yang mengalami kerusakan pada Crankshaft.

Mikail Ananda Saputra, 1810/BDG/64/D3-MES/15963 13


PT PLN (PERSERO)
UIW RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
UP3 DUMAI
ULPLTD BAGAN BESAR
Hal ini menyebabkan Daya Mampu PLTD mengalami penurunan daya mampu
sebanyak 700 KW sehingga daya mampu turun diangka 18.300 KW. Sehingga
kondisi secara umum PLTD Bengkalis dapat disimpulkan sebagai berikut:

Daya Daya Jumlah


Merk Mesin Kondisi
Terpasang Mampu Unit
CATERPILLAR 1200 Kw 1000 Kw 15 Unit CAT 1 DM Max 800 Kw
YANMAR 800 Kw 500 Kw 2 Unit 2 Unit Masuk Jam OH
DEUTZ KHD 1000 Kw 500 Kw 2 Unit Unit 2 Gangguan
MEGA POWER 2500 Kw 2000 Kw 4 Unit Mesin Sewa
TOTAL 24.500 Kw 19.000 23 Unit BELUM termasuk
Kw Gangguan
Aktual Terkini 24.500 Kw 18.300 22 Unit SUDAH termasuk
Kw Gangguan
Tabel 4. Kondisi Secara Umum PLTD Bengkalis

Sedangkan untuk kondisi dari sistem Isolated sendiri karakteristik


beban hariannya nya adalah sebagai berikut:

Karakteristik Beban Harian Sistem Bengkalis


18000
16000
14000
BEBAN (KW)

12000
10000
8000
6000
4000
2000
0

WAKTU (JAM)

Grafik 4. Karakteristik Beban Harian Sistem Bengkalis

Dengan kondisi adanya gangguan pada beberapa mesin pembangkit


system bengkalis mengalami devisit daya khususnya pada kondisi beban

Mikail Ananda Saputra, 1810/BDG/64/D3-MES/15963 14


PT PLN (PERSERO)
UIW RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
UP3 DUMAI
ULPLTD BAGAN BESAR
puncak malam. Kondisi beban puncak dari dari system isolated pulau
bengkalis dapat digambarkan dengan tabel berikut:

Waktu Beban Daya Mampu


Beban Keterangan
Puncak PLTD
Siang (13.00- ± 14.408 KW Surplus ± 3892 KW
15.00)
Sore (19.00- ± 20.000 KW Devisit ± 1700 KW
18.300KW
21.00)
Malam (22.00- ± 17.640 KW Surplus ± 660 KW
05.00)
Tabel 5. Kondisi Kelistrikan Pulau Bengkalis

Karena keterbatasan jumlah daya mampu dan tingginya devisit daya yang
terjadi maka kinerja mesin pembangkit yang masih beroperasi harus
dimaksimalkan sebaik mungkin untuk mendukung sistem dengan efisiensi
yang tinggi namun disisi lain penggunaan bahan bakar minyak juga harus
diperhitungkan.

2.5.2 Pengambilan data SFC untuk mesin-mesin pembangkit PLTD


Bengkalis

Untuk menjamin PLTD beroperasi dengan nilai efisiensi yang tinggi


maka dilaksanakan sampling nilai SFC dari setiap mesin pembangkit dengan
metode pengambilan data konsumsi bahan bakar dalam kurun waktu 1 jam
dalam kondisi pembebanan > 85 % yaitu ± 850KW untuk mesin Caterpillar
dan ± 500 Kw untuk mesin Yanmar dan Deutz KHD untuk selanjutnya
dibandingkan dengan jumlah Kwh yang dihasilkan. Hasil dari pengukuran
SFC adalah sebagai berikut:

Mikail Ananda Saputra, 1810/BDG/64/D3-MES/15963 15


PT PLN (PERSERO)
UIW RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
UP3 DUMAI
ULPLTD BAGAN BESAR

Grafik 5. Hasil Sampling Awal SFC PLTD Bengkalis

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa Mesin Deutz KHD Memiliki
SFC yang cukup tinggi sedangkan untuk Mesin Caterpillar relatif lebih rendah
dan Mesin Yanmar memiliki nilai SFC yang paling rendah atau dapat
dikatakan paling efisien.

Gambar 7. Proses Pengambilan Sample SFC Mesin Pembangkit

2.5.3 Penyusunan Pola Operasi berdasarkan Data SFC dan Beban


Puncak

Efisiensi operasi secara prinsip merupakan kendali utama pada operator


dan pengawasan dari supervisor operasi. Unit mesin mana yang menjadi
prioritas operasi, berapa beban yang di berikan pada tiap mesin saat beroperasi

Mikail Ananda Saputra, 1810/BDG/64/D3-MES/15963 16


PT PLN (PERSERO)
UIW RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
UP3 DUMAI
ULPLTD BAGAN BESAR
dan bagaimana menyesuaikan jumlah mesin yang dioperasikan dengan beban
sistim yang ada, sangat penting diperhatikan agar pengaturan operasi Mesin
dapat dilakukan dengan baik.

Dengan didapatkannya sampling data konsumsi bahan bakar diatas maka


Mesin Deutz KHD di operasikan untuk beban puncak malam saja. Sedangkan
untuk beban puncak yang lain di prioritaskan untuk mesin Caterpillar dan
Mesin Yanmar. Di sisi lain kondisi mesin Yanmar memiliki jam kerja yang
cukup tinggi dan sudah memasuki jam Overhaul sehingga belum bisa
dimaksimalkan untuk menghindari kerusakan yang lebih besar Untuk mesin
sewa megapower dimaksimalkan penggunaannya sesuai dengan kontrak yang
telah disetujui yaitu 2000 KW

Untuk mengontrol penggunaan bahan bakar minyak dan tercapai nya


efisiensi maka disusun pola operasi untuk setiap kondisi beban Berdasarkan
dari data sampling SFC serta data kondisi beban puncak sistem, maka disusun
lah pola operasi pembangkit seperti berikut ini:

BEBAN PUNCAK SIANG


JUMLAH MESIN OPERASI JUMLAH
CATERPILLAR YANMAR KHD MEGAPOWER
PLN MAKSIMAL TOTAL
I II III IV
_ _
12408 2000 13 UNIT 14408

Tabel 6. Pola Operasi beban puncak siang 14.408 Kw

BEBAN PUNCAK SORE


JUMLAH MESIN OPERASI JUMLAH
CATERPILLAR YANMAR KHD MEGAPOWER
PLN MAKSIMAL TOTAL
I II III IV

14800 1000 500 2000 18 UNIT 18300

*Ket: Ditambah Pemadaman ±1700 KW

Mikail Ananda Saputra, 1810/BDG/64/D3-MES/15963 17


PT PLN (PERSERO)
UIW RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
UP3 DUMAI
ULPLTD BAGAN BESAR
Tabel 7. Pola Operasi beban puncak sore 20.000 Kw

BEBAN PUNCAK MALAM


JUMLAH MESIN OPERASI JUMLAH
CATERPILLAR YANMAR KHD MEGAPOWER
PLN MAKSIMAL TOTAL
I II III IV

147640 1000 - 2000 17 UNIT 176.40

Tabel 8. Pola Operasi beban puncak Malam 17.640 KW

2.5.4 Penyusunan Urutan Operasi Mesin Berdasarkan SFC

Selain Pengaturan jumlah mesin yang beroperasi, Mesin Caterpillar yang


berjumlah cukup banyak perlu menjadi perhatian yang lebih agar tidak terjadi
pengoperasian mesin dengan beban yang rendah ataupun pengoperasian mesin
tertentu tanpa ada pemerataan. Khususnya pada jam-jam yang Low Demand
diluar Beban Puncak, dipastikan akan ada beberapa Unit yang di standby kan
dan mesin yang beroperasi pun berpeluang untuk mendapatkan pembebanan
yang tidak maksimal.

Demi menghindari terjadinya hal tersebut, maka disusun juga daftar


prioritas pengoperasian mesin Caterpillar yang disesuaikan dengan data
tingkat ke efisiensi an mesin yang telah didapatkan sebelumnya. Dengan
tujuan apabila dalam kondisi Low Demand maka mesin – mesin yang
memiliki nilai efisiensi tinggi saja yang dioperasikan dan menstandby kan
mesin- mesin dengan Efisiensi yang rendah untuk mendapakan pemakaian
BBM yang lebih kecil. Maka disusun lah urutan pengoperasian mesin
Pembangkit seperti berikut ini:

Mikail Ananda Saputra, 1810/BDG/64/D3-MES/15963 18


PT PLN (PERSERO)
UIW RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
UP3 DUMAI
ULPLTD BAGAN BESAR

Gambar 8. Pedoman pelaksanaan pola dan prioritas Operasi mesin pembangkit

Daftar tersebut dibuat serta dirangkum dalam SOP Pelaksanaan Pola


Manajemen Beban serta disosialisasikan kepada Operator PLTD Bengkalis
agar dapat dijadikan pedoman dan dalam pelaksanaannya dapat berjalan
dengan baik dan sesuai.

Gambar 9. Dokumen SOP Manajemen Beban PLTD

Mikail Ananda Saputra, 1810/BDG/64/D3-MES/15963 19


PT PLN (PERSERO)
UIW RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
UP3 DUMAI
ULPLTD BAGAN BESAR

Gambar 10. Sosialisasi kepada Operator PLTD

Dalam pelaksanannya tentu tingkat keefisiensi an suatu mesin tersebut


tidak akan selalu sama. Banyak faktor yang mempengaruhi serta akan
menurunkan nilai Efisiensi operasi dari suatu mesin tersebut. Diantara
beberapa hal yang mempengaruhi tersebut adalah pelaksanaan pemeliharaan
rutin 500 jam yang didalamnya dilaksanakan pengantian Part-Part mesin
tertentu seperti Filter Bahan Bakar, Filter Pelumas menggunakan Part yang
baru serta penggantian pelumas. sehingga dapat dipastikan performa dari
mesin tersebut akan semakin membaik dengan nilai efisiensi yang tinggi.

Sehingga dalam pelaksanan pola operasi berdasarkan efisiensi mesin


Caterpillar selalu di update dengan ketentuan bahwa mesin pembangkit yang
baru selesai dilaksanakan servis menempati prioritas pertama untuk
pengoperasian. Hal ini juga untuk meastikan bahwa dari 15 unit mesin
Caterpillar yang tersedia pengoperasiannya dilaksanakan secara baik dan
merata.

Mikail Ananda Saputra, 1810/BDG/64/D3-MES/15963 20


PT PLN (PERSERO)
UIW RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
UP3 DUMAI
ULPLTD BAGAN BESAR

Gambar 11. Pemasangan papan pedoman Pola Operasi PLTD Bengkalis

2.5.5 Monitoring Pelaksanaan Manajemen Beban.

Setelah penyusunan data-data pendukung selesai dilaksanakan maka


penerapan Pola Operasi dan manajemen beban dilaksanakan diawali pada awal
bulan juni dan berjalan terus hingga makalah ini dibuat

Dalam pelaksanaan manajemen beban perlu adanya ke disiplinan serta


komitmen dari masing-masing bagian khususnya Tim Operasi dengan dukungan
dari Tim Pemeliharaan. Sehingga perlu adanya pengawasan / Monitoring dalam
pelaksanaan nya di lapangan.

Masalah yang sering muncul adalah Pencatatan data dan statistik beban
harian pembangkit yang merupakan data dasar yang digunakan sebagai
monitoring dan evaluasi operasi masih belum konsisten sehingga menjadi kendala
dalam mengatur pola operasi. Beberapa hal penyebab nya adalah prosedur
pengaturan pola operasi yang kurang sesuai terhadap kondisi operasi terkini,
sehingga operator mengoperasikan mesin dengan pemahaman sendiri-sendiri
(berdasarkan kebiasaan).

Dalam penerapan pola manjemen beban ini data urutan ke efisiensi an


mesin selalu di update dengan kondisi di lapangan. Apabila salah satu unit telah
selesai dilaksanakan pemeliharaan rutin khususnya P3 maka mesin tersebut akan
masuk menjadi prioritas utama operasi dan begitu seterusnya. Hal ini juga dapat di

Mikail Ananda Saputra, 1810/BDG/64/D3-MES/15963 21


PT PLN (PERSERO)
UIW RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
UP3 DUMAI
ULPLTD BAGAN BESAR
manfaatkan oleh tim pemeliharaan untuk mengetahui mesin manakah yang sudah
tidak efisien dan segera dilaksanakan pemeliharaan.

Hal lain yang dilaksanakan untuk mengawasi terlaksananya pola


manajemen beban adalah dengan menambahkan data Monitoring sebagai berikut:

A. Data SFC harian dan di rekap untuk per bulan pelaksanaannya

Hal ini dimaksudkan agar penggunaan Bahan Bakar Minyak serta capaian
SFC dari setiap hari dapat selalu di monitor dan apabila terjadi lonjakan yang
cukup signifikan dapat segera dilaksanakan tindakan perbaikan untuk menekan
Level SFC se hemat mungkin.

Grafik 6. Rekap SFC PLTD Bengkalis bulan Juni

Grafik 7. Rekap SFC PLTD Bengkalis bulan Juli

Mikail Ananda Saputra, 1810/BDG/64/D3-MES/15963 22


PT PLN (PERSERO)
UIW RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
UP3 DUMAI
ULPLTD BAGAN BESAR

Grafik 8. Rekap SFC PLTD Bengkalis bulan Agustus

B. Monitoring Pembebanan mesin pembangkit PLTD dalam setiap hari


operasi

Monitoring ini dilaksanakan untuk mengawasi pembebanan mesin Operasi


dari PLTD Bengkalis untuk setiap unit nya. Khususnya pada waktu tertentu yang
berpotensi terjadi nya pembebanan mesin dibawah rata- rata untuk memastikan
bahwa setiap mesin beroperasi pada beban yang optimal untuk menekan
penggunaan bahan bakar minyak

Grafik 9. Sampling pembebanan mesin dalam kondisi full operasi

Mikail Ananda Saputra, 1810/BDG/64/D3-MES/15963 23


PT PLN (PERSERO)
UIW RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
UP3 DUMAI
ULPLTD BAGAN BESAR

Grafik 10. Sampling pembebanan mesin dalam kondisi campuran

Dari kedua grafik diatas dapat disimpulkan bahwa meskipun kondisi suatu
mesin yang dioperasikan secara terus menerus selama 24 jam maupun mesin yang
dioperasikan pada waktu tertentu, pembebanan nya sudah sesuai dengan standar
yang ditentukan yaitu diatas 85% dari daya mampu mesin itu sendiri. Pelaksanaan
nya secara kontinu dengan metode monitoring nya sendiri adalah pengawasan
menggunakan data Logsheet yang di inputkan oleh operator pada setiap jam nya
dan di evaluasi pada keesokan harinya agar segera dapat dilaksanakan tindakan
perbaikan jika terjadi ketidak sesuaian.

2.6 Saving and Gain

A. Cost Benefits Analysis Penerapan Pola Operasi dan Manajemen


Beban

Target dari pelaksanaan dan penerapan pola manajemen beban diatas


adalah dapat menekan Angka SFC diangka yang lebih rendah serta menghemat
penggunaan dari bahan bakar minyak. Untuk mengetahui seberapa besar
penghematan yang bisa diperoleh dengan penerapan pola Operasi Mesin
Caterpillar serta Manajemen beban maka dilakukan penghitungan sebagai berikut:

Mikail Ananda Saputra, 1810/BDG/64/D3-MES/15963 24


PT PLN (PERSERO)
UIW RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
UP3 DUMAI
ULPLTD BAGAN BESAR
Pada saat beban siang dengan operasi sejumlah 13 unit mesin misalnya.

a. Apabila pengoperasian secara acak dan dioperasikan mesin dengan Efisiensi


yang rendah berdasarkan data sampling SFC dengan men standby kan unit #6
dan Unit #1:

Biaya BBM = Total penggunaan bahan bakar mesin operasi x Harga BBM
Rupiah/liter

= ((0,2868 x 950) + (0,2738 x 950) + (0,2682 x 950) + (0,2701 x


950) + (0,2794 x 950) + (0,2679 x 950) + (0,2686 x 950) + (0,2706 x
950) + (0,2684 x 950) + (0,2724 x 950) + (0,2704 x 950) + (0,2766 x
950) + (0,2848 x 950)) Liter x 7525 Rupiah

= (272,46 + 260.11 + 254.79 + 256.60 + 265,43 254 50 255,17


+ 257,07 + 254,98 + 258,78 + 256,88 + 262,77 + 270,56) Liter x
7525 Rupiah

= 3.380 1 Liter x 7525 Rupiah

25.435.252 Rupiah untuk pemakaian 1 jam

b. Apabila pengoperasian dengan manajemen Beban dan dioperasikan mesin


yang memiliki efisiensi yang tinggi berdasarkan data sampling SFC dan men
standby kan unit #2 dan Unit #15:

Biaya BBM = Total penggunaan bahan bakar mesin operasi x Harga BBM
Rupiah/liter

= ((0,2573 x 950) + (0,2738 x 950) + (0,2682 x 950) + (0,2701 x


950) + (0,2610 x 950) + (0,2679 x 950) + (0,2686 x 950) + (0,2706 x
950) + (0,2684 x 950) + (0,2724 x 950) + (0,2704 x 950) + (0,2766 x
950) + (0,2794 x 950)) Liter x 7525 Rupiah

Mikail Ananda Saputra, 1810/BDG/64/D3-MES/15963 25


PT PLN (PERSERO)
UIW RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
UP3 DUMAI
ULPLTD BAGAN BESAR
= (244,43 260.11 ℓ 254.79 ℓ 256.60 247,95 254 50
255,17 + 257,07 + 254,98 + 258,78 + 256,88 + 262,77 + 265,43)
Liter x 7525 Rupiah

= 3.329,33 Liter x 7525 Rupiah

= 25.053.208 Rupiah untuk pemakaian 1 jam

c. Total Penghematan 25.435.252 Rupiah - 25.053.208 Rupiah


=382.044 Rupiah untuk 1 jam Operasi dengan 2
mesin Caterpillar Standby

d. Dengan menganalisa pola beban harian di Pulau Bengkalis di asumsikan


bahwa dalam 24 Jam operasi PLTD beban puncak yang mengharuskan 15
unit mesin Caterpillar bekerja secara penuh (Beban diatas 16000 KW) adalah
selama 7 Jam yaitu pada Pukul 18.00 s/d Pukul 24.00. Sehingga sisa 17 jam
dari operasi PLTD beberapa mesin Caterpillar bisa di Standby kan dengan
mengoptimalkan mesin pembangkit sewa. Sehingga jika di asumsikan bahwa
pelaksanaan Urutan Operasi mesin sesuai dengan SOP yang telah disusun,
maka penghematan dalam 1 hari operasi yang dapat dihasilkan adalah:

Penghematan Harian = Rp 382.044 x 17 Jam


= Rp. 6.494.748 / Hari
Penghematan Bulanan = Rp. 6.494.748 x 30 hari
=R / Bulan

B. Hasil Yang Dicapai


Setelah dilakukan kalkulasi awal mengenai benefit yang bisa didapatkan
dengan penerapan pola operasi dan manejemen beban maka dijadwalkan
penerapan pola operasi dan manajemen beban pada bulan juni dan telah
dilaksanakan selama 3 bulan hingga makalah ini dibuat yakni dari bulan Juni

Mikail Ananda Saputra, 1810/BDG/64/D3-MES/15963 26


PT PLN (PERSERO)
UIW RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
UP3 DUMAI
ULPLTD BAGAN BESAR
sampai dengan bulan agustus dan telah menunjukan perubahan dan hasil yang
cukup baik. Seperti pada gambar berikut ini.

Grafik 11. Grafik Angka Penurunan SFC


Dengan pencapaian diatas dapat di dibandingkan penurunan SFC pada
Bulan Mei 2019 Dengan pencapaian SFC sebanyak 0.2738 ℓ/Kwh dengan
pencapaian SFC 0.2728 ℓ/KWh di Bulan Juni 2019. Pada pencapaian ini
menghasilkan selisih penghematan pemakaian bahan bakar 0.001 liter/KWh.
Dengan KWh produksi pembangkit BIO SOLAR PLTD Bengkalis di Bulan
Juni 2019 sebesar 7.909.600 KWh maka penghematan BBM jika
dibandingkan dengan pencapaian bulan Mei mencapai 54.044 Liter,
sebanding dengan Rp. 435.596.264 (Dengan harga rupiah/liter Bulan Juni
2019 Rp. 7.525,-/liter)

Grafik 12. Grafik Angka Pemakaian Total Bio Solar

Mikail Ananda Saputra, 1810/BDG/64/D3-MES/15963 27


PT PLN (PERSERO)
UIW RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
UP3 DUMAI
ULPLTD BAGAN BESAR
Sedangkan untuk bulan-bulan selanjutnya meskipun total pemakaian
bahan bakar minyak mengalami peningkatan yang cukup signifikan namun
diimbangi dengan naiknya angka KWH Produksi PLTD. Sehingga SFC masih
dapat ditekan di angka 0.2728 s/d 0.2730 dan

Grafik 13. KWH Produksi PLTD Bengkalis Januari-Agustus

Apabila dibandingkan antara bulan Juni-Agustus didapatkan nilai SFC


yang lebih baik dibandingkan rata-rata pada bulan Februari hingga maret yang
berada diangka 0.2734 s/d 0.2735.
selisih dari sebelum penerapan pola operasi dan setelah penerapan pola
operasi adalah sebanyak 0.0004 ℓ/Kwh. Lalu dibandingkan dengan KWh Produksi
rata-rata selama bulan Juni-Agustus sejumlah 9.795.484 sehinga menghasilkan
penghematan sebesar 3918 liter setiap bulannya. Setara dengan Rp. 29.484.406

Mikail Ananda Saputra, 1810/BDG/64/D3-MES/15963 28


PT PLN (PERSERO)
UIW RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
UP3 DUMAI
ULPLTD BAGAN BESAR
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pelaksanaan dan analisa penulis mengenai pelaksanaan


Manajemen beban dan pola operasi berdasarkan SFC mesin pembangkit
PLTD Bengkalis, didapat kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan analisa mengenai naiknya SFC mesin Pembangkit pada bulan


Mei 2019, maka langkah penerapan Manajemen Beban dan Pola Operasi
Berdasarkan SFC mesin pembangkit PLTD Bengkalis adalah langkah
yang tepat untuk dilakukan guna mengurangi penggunaan bahan bakar dan
Nilai SFC mesin-mesin pembangkit PLTD Bengkalis.

2. Berdasarkan hasil penerapan yang di mulai pada bulan juni s/d bulan
agustus Saving atau penghematan yang dapat dihasilkan dalam
penggunaan bahan bakar minyak sebanyak 3918 liter setiap bulannya.

3. Dari perhitungan penghematan penggunaan Bahan Bakar minyak maka


didapat Saving sebesar Rp. 29.484.406 / Bulan dan R untuk
3 bulan

3.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan dari hasil telaah staff ini adalah
sebagai berikut:

1. Untuk PLTD lain yang mengalami masalah serupa, dapat menerapkan


solusi yang sama, yaitu penerapan Manajemen beban dan pola operasi
berdasarkan SFC mesin pembangkit.

2. Dalam pembuatan analisis penulis merekomendasikan agar melakukan


simulasi terlebih dahulu karena hasil yang diperoleh lebih mendekati
keadaan real di lapangan sehingga dapat dijadikan pembanding dalam
analisis perhitungan manual

Mikail Ananda Saputra, 1810/BDG/64/D3-MES/15963 29

Anda mungkin juga menyukai