UP3 DUMAI
TAHUN 2019
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui,
Mentor II Bengkalis,
Manager ULPLTD Bagan Besar PesertaOjt
Mengetahui,
Manager Bidang SDM Manager UP3 DUMAI
PT PLN (Persero) PT PLN (Persero)
Wilayah Riau danKepulauan Wilayah Riau danKepulauan
Riau Riau
Puji dan Syukur kehadirat ALLAH SWT karna atas Rahmat dan Karunia-
Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan Telahaan Staf dengan judul
“ANALISA DAN PENERAPAN POLA OPERASI DAN MANAJEMEN
BEBAN UNTUK MENEKAN ANGKA SFC PLTD BENGKALIS” sebagai
evaluasi terhadap program On The Job Training (OJT) untuk diklat Prajabatan
Angkatan 65 jalur pelaksana yang diikuti penulis Siswa Prajabatan D3 / S1 di PT.
PLN (Persero) UP3 Dumai.
Selama melaksanakan kegiatan OJT, banyak sekali bimbingan dan bantuan
yang diberikan kepada penulis. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar besarnya kepada :
1. Kedua Orang Tua dan keluarga besar berserta orang-orang tercinta yang
telah memberikan material,moril dan doa yang terbaik kepada penulis.
2. Bapak Praniko Banu Rendra, selaku mentor I dan manager PT PLN
(persero) UP3 Dumai, memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.
3. Bapak Iwan Eka Putra, selaku mentor II penulis,yang membimbing dan
juga mengarahkan penulisan dalam kegiatan OJT.
4. Bapak Suwardi selaku supervisor pemeliharaan yang memberikan
motivasi dan saran kepada penulis.
5. Bapak Muslim, selaku Supervisor Operasi pembangkit yang memberikan
motivasi dan saran mental kepada penulis.
6. Seluruh karyawan/karyawati pegawai dan Out Sourcing PLN ULPLTD
Bagan Besar baik ADM, PEMELIHARAAN,dan OPERATOR yang telah
membantu penulis.
7. Seluruh Pegawai Kantor ULP BENGKALIS yang telah memberi semangat
serta bantuan dalam pengumpulan data.
8. Serta rekan-rekan OJT yang telah memberikan dorongan dan semangat
bersamaan yang solid.
Efisiensi dan keandalan operasi adalah dua hal yang tidak dapat
dipisahkan, hal ini wajib bagi pembangkit. Namun kenyataannya pola operasi
dilakukan tanpa mempertimbangkan efisiensi. Mesin dioperasikan dengan beban
rendah dengan alasan untuk menjaga fluktuasi beban sistim. Mengoperasikan
mesin secara acak, dan tidak mempertimbangkan mesin yang paling efisien.
Dalam hal pemeliharaan juga tidak kalah penting yang harus menjadi
perhatian untuk ditingkatkan agar kondisi mesin tetap dalam kondisi siap operasi,
handal, mampu beroperasi secara maksimal dengankonsumsi bahan bakar tetap
efisien.
Untuk itu prosedur harus diperbaharui untuk pengaturan operasi yang lebih
tepat, operator harus lebih sering di beri pengarahan untuk dapat bekerja dengan
baik dan konsisten untuk senantiasa melengkapi data operasi, menganalisa data,
dan tidak ragu dalam mengambil keputusan operasi serta menjalin hubungan
koordinasi dan komunikasi antara operator pelaksana, supervisor dan manager.
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
E Pembahasan .............................................................................................13
Tabel 1.1................................................................................................………… 13
BAB I
PENDAHULUAN
Unit Induk Wilayah Riau dan Kepulauan riau Membawahi 4 Unit UP3, 1
Unit UP2D, 2 unit UP2K, dan 1 unit UPK. Dalam pelaksanaan nya UIWRKR
dipimpin oleh seorang General Manager didukung oleh 5 Departemen yaitu Dept.
Perencanaan, Dept. Teknik, Dept. Niaga, Dept. Keuangan, dan Dept. Sumber
Daya Manusia (SDM) yang setiap dept. nya dipimpin oleh seorang Senior
Manager.
GENERAL
MANAGER
Dept. Dept.
Dept. TEKNIK Dept. NIAGA Dept. SDM
PERENCANAAN KEUANGAN
SRM SRM SRM SRM SRM
UP3 adalah Unit Pelayanan pelanggan. Dalam WRKR Sendiri Ada 4 Unit
UP3 yaitu UP3 Pekanbaru, UP3 Dumai, UP3 Rengat, dan UP3 Tanjung Pinang.
UP3 sendiri memiliki wewenang dan tugas untuk mengatur transaksi serta
menjaga proses bisnis PLN tetap berjalan seperti penjualan Listrik, Distribusi dari
Gardu Induk menuju pelanggan, Perawatan jaringan, Pelayanan Pelanggan,
Pelayanan gangguan teknis, dan juga Pembangkit di area mereka masing2. Dalam
Pelaksanaannya UP3 didalamnya masih akan dibagi menjadi beberapa rayon
dalam lingkup daerah sesuai tempat lokasi unit tersebut berada.
UP3 Dumai dalam pelaksanaan nya dipimpin oleh seorang Manager yang
didukung oleh 6 orang Manager bagian yaitu MB Perencanaan, MB Jaringan, MB
Pembangkit, MB Transaksi Energi Listrik, MB Pemasaran dan Pelayanan
Pelanggan, MB Keuangan, SDM & Administrasi. Dan didukung oleh dua
supervisor Bagian Pengadaan serta Supervisor Bagian Keselamatan, kesehatan
kerja, keamanan dan lingkungan (K3L). Dalam kegiatan prajabatan 65 ini
Manager UP3 dumai berperan sebagai mentor 1 Siswa Mikail Ananda Saputra
ULPLTD Bagan Besar dipimpin oleh seorang manager dan didukung oleh
4 orang pejabat setara Supervisor dengan jumlah staff sejumlah 7 orang. Manager
ULPLTD Bagan Besar berperan sebagai Mentor II siswa Mikail Ananda Saputra.
MANAGER
SPV PJ
SPV Operasi PJ K3 & KAM
Pemeliharaan LINGKUNGAN
Assistant
TIM HAR OP.Control
OUTSOURCING Room
Junior OP
Control Room
Junior OP
Mesin
OPERATOR
OUTSOURCING
PEMBAHASAN
Penyebab dari naiknya SFC ini sendiri dapat dipengaruhi oleh banyak hal
mulai dari penggunakan bahan bakar, performa mesin, ataupun tata cara operasi
dari mesin itu sendiri. Dengan kondisi PLTD bengkalis yang mensupply sistem
yang cukup besar dengan operasi mesin yang cukup banyak sejumlah 19 mesin
belum memiliki acuan untuk pengoperasiannya
Masalah utama yang muncul dengan kondisi mesin yang cukup banyak
adalah tidak merata nya pembebanan mesin pembangkit PLTD Bengkalis hal ini
diperburuk dengan sering terjadinya pembebanan mesin yang kurang dari Standar
optimal pengoperasian mesin. Sebagai contoh untuk mesin yang paling banyak
beroperasi di PLTD Bengkalis yaitu mesin Caterpillar sejumlah 15 mesin Standar
pembebanan yang optimal mesin operasi adalah 850-950 KW.
Selain itu ada beberapa data ditemukan bahwa pola pengoperasian seperti
ini tidak hanya dilakukan dalam waktu yang singkat namun dalam waktu yang
cukup lama ketika disisi lain mesin masih dapat dioperasikan dengan beban yang
lebih tinggi.
Tabel 2. Pembebanan abnormal yang terjadi dalam waktu yang cukup lama
❷
❸
❹
Setelah diketahui root cause serta solusi dari permasalahan yang muncul
disusun Matriks prioritas serta Tabel korelasi antara Tingkat kesulitan
implementasi dengan dampak yang akan dihasilkan solusi untuk memprioritaskan
langkah perbaikan mana yang harus dilaksanakan terlebih dahulu
3
HIGH 4 6
D
A 7
M
P MEDIUM 5
A
K 2
LOW
1
TINGKAT KESULITAN
IMPLEMENTASI
Gambar 6. Matriks Prioritas
TINGKAT KESULITAN
NO SOLUSI DAMPAK
IMPLEMENTASI
2.4 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah melakukan
penerapan Pola Operasi serta Manajemen beban guna menekan nilai SFC PLTD
Bengkalis) untuk peningkatan pencapaian kinerja Unit Layanan Pusat Listrik
Tenaga Diesel Bagan Besar dan menjaga keaandalan unit.
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
WAKTU (JAM)
Karena keterbatasan jumlah daya mampu dan tingginya devisit daya yang
terjadi maka kinerja mesin pembangkit yang masih beroperasi harus
dimaksimalkan sebaik mungkin untuk mendukung sistem dengan efisiensi
yang tinggi namun disisi lain penggunaan bahan bakar minyak juga harus
diperhitungkan.
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa Mesin Deutz KHD Memiliki
SFC yang cukup tinggi sedangkan untuk Mesin Caterpillar relatif lebih rendah
dan Mesin Yanmar memiliki nilai SFC yang paling rendah atau dapat
dikatakan paling efisien.
Masalah yang sering muncul adalah Pencatatan data dan statistik beban
harian pembangkit yang merupakan data dasar yang digunakan sebagai
monitoring dan evaluasi operasi masih belum konsisten sehingga menjadi kendala
dalam mengatur pola operasi. Beberapa hal penyebab nya adalah prosedur
pengaturan pola operasi yang kurang sesuai terhadap kondisi operasi terkini,
sehingga operator mengoperasikan mesin dengan pemahaman sendiri-sendiri
(berdasarkan kebiasaan).
Hal ini dimaksudkan agar penggunaan Bahan Bakar Minyak serta capaian
SFC dari setiap hari dapat selalu di monitor dan apabila terjadi lonjakan yang
cukup signifikan dapat segera dilaksanakan tindakan perbaikan untuk menekan
Level SFC se hemat mungkin.
Dari kedua grafik diatas dapat disimpulkan bahwa meskipun kondisi suatu
mesin yang dioperasikan secara terus menerus selama 24 jam maupun mesin yang
dioperasikan pada waktu tertentu, pembebanan nya sudah sesuai dengan standar
yang ditentukan yaitu diatas 85% dari daya mampu mesin itu sendiri. Pelaksanaan
nya secara kontinu dengan metode monitoring nya sendiri adalah pengawasan
menggunakan data Logsheet yang di inputkan oleh operator pada setiap jam nya
dan di evaluasi pada keesokan harinya agar segera dapat dilaksanakan tindakan
perbaikan jika terjadi ketidak sesuaian.
Biaya BBM = Total penggunaan bahan bakar mesin operasi x Harga BBM
Rupiah/liter
Biaya BBM = Total penggunaan bahan bakar mesin operasi x Harga BBM
Rupiah/liter
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
2. Berdasarkan hasil penerapan yang di mulai pada bulan juni s/d bulan
agustus Saving atau penghematan yang dapat dihasilkan dalam
penggunaan bahan bakar minyak sebanyak 3918 liter setiap bulannya.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari hasil telaah staff ini adalah
sebagai berikut: