Disusun oleh :
Sundara Sudibya Jaya
NIM: 171321063
Disusun oleh :
Sundara Sudibya Jaya
NIM. 171321063
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT
karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
Laporan Kerja Praktik. Kerja Praktik ini merupakan salah satu mata kuliah yang
wajib ditempuh di Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bandung. Laporan
Kerja Praktik ini disusun sebagai syarat kerja praktik yang telah dilaksanakan
selama 1 bulan di PT. Pindad (Persero) khususnya di divisi Alat Berat pada
bagian Mesin – Mesin Listrik.
Dengan selesainya laporan kerja praktik ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu
penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
ii
6. Bapak Asep Sofyan, yang telah banyak membimbing dan berbagi ilmu
mengenai motor listrik di tempat kerja praktik. Selain itu, penulis melihat
beliau amat rajin dalam bekerja dan memahami mendalam menganai proses
baik produksi maupun perbaikan motor. Bersama beliau penulis dapat
memahami pola proses winding stator.
7. Bapak Sahru Ramdan, Bapak Ade, Kang Lucky, yang banyak berbagi ilmu
praktis mengenai proses rewinding motor.
8. Seluruh karyawan PT. Pindad (Persero) khususnya di lingkungan Divisi Alat
Berat.
9. Ari Sujoko, yang selalu membersamai penulis melaksanakan kerja praktik,
selama kerja praktik penulis selalu diberi tumpangan motornya sehingga
dapat berangkat menuju tempat Kerja Praktik secara bersama – sama.
10. Semua rekan - rekan kerja praktik di PT. Pindad (Persero) yang membuat
suasana kerja praktik terasa menyenangkan.
11. Seluruh pihak yang telah terlibat dalam kelancaran kerja praktik ini yang
belum disebutkan di atas, penulis ucapkan terima kasih.
Penulis menyadari penyusunan laporan kerja praktik ini masih jauh dalam
kesempurnaan. Oleh karena itu segala saran dan kritik membangun senantiasa
penulis pertimbangkan guna perbaikan laporan ini. Semoga laporan kerja praktik
ini dapat bermanfaat bagi penulis dan siapapun yang membacanya.
Wassalammu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
iii
DAFTAR ISI
iv
III. 5. Proses Rewinding dan Final Test ............................................................ 27
v
III. 6. 4. After Impregnating .............................................................................. 43
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1. Pejabat Hindia Belanda Berpose Bersama Karyawan ACW
di Lokasi PT. Pindad Saat Ini ………………………………………………….....9
Gambar II.2. Kunjungan Kasad Jenderal A.H. Nasution ……..………………10
Gambar II.3. Mr. Sartono selaku pejabat Presiden R.I tengah memperhatikan
produk-produk PSM tahun 1957 dan didampingi oleh Direktur PSM …………..11
Gambar II.4. Penandatanganan serah terima pengelolaan Perindustrian TNI-AD
(Pindad) dari Jenderal (TNI) Rudini kepada B.J. Habibie ………………………14
Gambar II.5. Prosesi Penyerahan Pindad dari TNI-AD ………………………..15
Gambar II.6. Budaya Perusahaan……………………………………………….16
Gambar II.7. Logo PT. Pindad (Persero).………………………………………17
Gambar II.8. Struktur organisasi PT. Pindad (Persero) …………….…………..19
Gambar II.9. Lokasi PT. PINDAD (Persero) …………………….…………….20
Gambar III.10. Diamond Coil …………………………...………………………30
vi
Gambar III.11. Bagian – bagian diamond coil ……………...…………………...31
Gambar III.12. Proses test impulse ……………………...………………………32
Gambar III.13. Gelombang test impulse …………………...……………………32
Gambar III.14. Skema connecting per seri ………………...……………………,38
Gambar III.15. Skema connecting per grup………………...……………………38
Gambar III.16. Skema connecting kabel supply ………………...………………40
DAFTAR RUMUS
Perhitungan kecepatan putaran motor …………………………………………...22
Perhitungan tegangan uji Impulse Test IEC 60034-15 …………………………..30
Perhitungan tegangan uji Impulse Test IEEE 522-2004 …………………………31
Perhitungan tegangan uji High Potential ……………………………………………..32
Perhitungan jumlah coil per phasa ………………………………………………34
Peritungan jumlah slot per phasa kutub …………………………………………35
Perhitungan jumlah grup ………………………………………………………...35
Perhitungan jumlah grup per phasa ……………………………………………...36
Penentuan slot untuk terminal U1………………………………………………..37
Penentuan slot untuk terminal V1………………………………………………..37
Penentuan slot untuk terminal W1……………………………………………….37
Perhitungan sudut elektrik stator ………………………………………………..37
Perhitungan AC HiPot Test IEEE 95 (tanpa safety factor)……………………..39
Perhitungan AC HiPot Test IEEE 432 (menggunakan safety factor)…………..39
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
2
BAB I
PENDAHULUAN
Motor listrik mempunyai prinsip kerja mengubah energy listrik menjadi energy
mekanik. Energi mekanik ini dalam penerapannya digunakan sebagai mesin
penggerak, mesin angkat, mesin penghisap, dan lain – lain. Salah satu motor
listrik yang paling banyak digunakan sebagai penggerak adalah motor 3 fasa atau
motor induksi 3 fasa, karena konstruksinya lebih sederhana dan perputarannya
relatif lebih konstan dengan perubahan beban dibandingkan dengan motor listrik
jenis lain.
Motor induksi 3 fasa yang digunakan sebagai penggerak mesin yang dicatu oleh
sumber listrik 3 fasa dalam pemasangannya harus menempatkan beberapa
peralatan proteksi untuk mengamankan motor dan rangkaian motor dari
gangguan yang akan terjadi saat motor dioperasikan.
Salah satu proses perbaikan motor listrik yaitu rewinding atau penggulungan
ulang kumparan pada stator atau rotor motor. Karena pada umumnya, sebagian
besar kerusakan pada motor listrik terjadi pada lilitan kumparan motor listrik itu
sendiri.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk membahas tentang
rewinding dengan maksud untuk lebih mendalami mengenai motor listrik
khususnya pada proses menggulung ulang atau rewinding motor listrik.
I.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam melaksanakan kerja praktik di PT. Pindad (PERSERO) ini
adalah:
1. Menerapkan pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah untuk
memahami konsep mesin listrik khususnya motor traksi tiga fasa.
2. Merasakan dan beradaptasi dengan lingkungan industry sebagai bekal
memasuki dunia kerja di industri.
3. Mengetahui definisi dari kegiatan merewinding motor AC tiga fasa.
4. Mengetahui kegiatan dari awal hingga akhir proses rewinding motor AC
traksi tiga fasa 130 kW untuk LRT Palembang.
5. Mengetahui langkah-langkah proses dalam penggulungan ulang motor
induksi tiga fasa.
6. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah kerja praktik pendidikan diploma
Program Studi D3 Teknik Listrik Politeknik Negeri Bandung.
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
Pada tahun 1808, William Herman Daendels, Gubernur Jenderal Belanda yang
tengah berkuasa saat itu mendirikan bengkel untuk pengadaan, pemeliharaan dan
perbaikan alat-alat perkakas senjata Belanda bernama Contructie Winkel (CW) di
Surabaya dan inilah awal mulanya PT. Pindad (Persero) sebagai satu-satunya
industri manufaktur pertahanan di Indonesia. Selain bengkel senjata, Daendels
kala itu juga mendirikan bengkel munisi berkaliber besar bernama Proyektiel
Fabriek (PF) dan laboratorium Kimia di Semarang. Kemudian, pemerintah
kolonial Belanda pun mendirikan bengkel pembuatan dan perbaikan munisi dan
bahan peledak untuk angkatan laut mereka yang bernama Pyrotechnische
Werkplaats (PW) pada tahun 1850 di Surabaya. Pada tanggal 1 Januari 1851, CW
diubah namanya menjadi Artilerie Constructie Winkel (ACW). Kemudian pada
tahun 1961, dua bengkel persenjataan yang berada di Surabaya, ACW dan PW
disatukan di bawah bendera ACW. Kebijakan penggabungan ini, menjadikan
ACW mempunyai tiga instalasi produksi yaitu; unit produksi senjata dan alat-alat
perkakasnya (Wapen Kamer), munisi dan barang-barang lain yang berhubungan
dengan bahan peledak (Pyrotechnische Werkplaats), serta laboratorium penelitian
bahan-bahan maupun barang-barang hasil produksi. Perang Dunia I pada
pertengahan 1914, melibatkan banyak Negara Eropa, termasuk Belanda. Demi
kepentingan strategis, pemerintah kolonial Belanda pun mulai mempertimbangkan
relokasi sejumlah instalasi penting yang dinilai lebih aman. Bandung dinilai tepat
sebagai tempat relokasi yang baik karena selain kontur daerahnya berupa
perbukitan dan pegunungan yang bisa dijadikan bentang pertahanan alami
terhadap serangan musuh, posisi Bandung juga sangat strategis karena sudah
memiliki sarana transportasi darat yang memadai, dilalui oleh Jalan Raya Pos (De
Grote Postweg) dan dilalui jalur kereta api Staats Spoorwegen •kota Bandung juga
9
berada tidak jauh dengan pusat pemerintahan Hindia Belanda, Batavia. ACW
dipindahkan pertama kali ke Bandung, pada rentang waktu 1918-1920. Pada tahun
1932, PW dipindahkan ke Bandung, bergabung bersama ACW dan dua instalasi
persenjataan lain yaitu Proyektiel Fabriek (PF) dan laboratorium Kimia dari
Semarang, serta Institut Pendidikan Pemeliharaan dan Perbaikan Senjata dari
Jatinegara yang direlokasi ke Bandung dengan nama baru, Geweemarkerschool.
Keempat instalasi tersebut dilebur di bawah benderta Artilerie Inrichtingen (AI).
pabrik. Pabrik pertama yang terdiri dari ACW, PF, dan PW digabungkan menjadi
Leger Produktie Bedrijven (LPB), serta satu pabrik lain yang bernama Central
Reparatie Werkplaats, yang sebelumnya bernama Geweemarkerschool.
II.1.2 Bagian dari TNI AD
Hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda menyatakan bahwa
Belanda mengakui kedaulatan Indonesia kepada Republik Indonesia Serikat (RIS)
pada tanggal 27 Desember 1949. Seiring dengan hal itu, Belanda harus
menyerahkan asset-asetnya secara bertahap pada pemerintahan Indonesia di
bawah pimpinan Presiden Soekarno termasuk LPB.
LPB kemudian diganti namanya menjadi Pabrik Senjata dan Mesiu (PSM) yang
pengelolaannya diserahkan kepada Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat
(TNI-AD). Sejak itu PSM melakukan serangkaian percobaan untuk membuat laras
senjata dan berhasil memproduksi laras senjata berkaliber 9mm dan pada bulan
November 1950, PSM berhasil membuat laras dengan kaliber 7,7 mm.
PSM mengalami krisis tenaga ahli karena para pekerja asing harus kembali ke
negara asalnya berdasarkan Peraturan Pemerintah. Oleh karena itu terjadi
sentralisasi organisasi dengan merampingkan lini produksi dari 13 menjadi 6 lini
dengan lini baru Munisi Kaliber Kecil (MKK) yang baru dibentuk. PSM juga
melakukan modernisasi pabrik dengan membeli mesin-mesin baru untuk
pembuatan senjata dan munisi, suku cadang, material, dan alat perlengkapan
militer lainnya.
11
Delapan tahun berjalan, PSM pun diubah namanya menjadi Pabrik Alat Peralatan
Angkatan Darat (Pabal AD) pada tanggal 1 Desember 1958. Pabal AD bukan
sekedar memperoduksi senjata dan munisi saja namun juga peralatan milter yang
lain, untuk mengurangi ketergantungan peralatan militer Indonesia pada negara
lain. Banyak pemuda potensial yang dikirim ke luar negeri untuk mempelajari
persenjataan dan balistik.
Di era Pabal AD ini, terjadi beberapa perkembangan dalam bidang teknologi
persenjataan. Pabal AD menjalin kerjasama dengan perusahaan senjata Eropa
untuk pembelian dan pembangunan satu unit pabrik senjata, yang berhasil
membangun pabrik senjata ringan. Keberhasilan itu membuat Pabal AD menjadi
badan pelaksana utama di kalangan TNI-AD sebagai instalasi industri. Berbagai
produk pun berhasil diproduksi Pabal AD. Di era ini pula, pemerintah Belanda
menyerahkan Cassava Factory, pabrik tepung ubi kayu yang berada di Turen,
Malang, Jawa Timur, yang kemudian menjadi lokasi Divisi Munisi PT Pindad
(Persero).
Gambar II.3. Mr. Sartono selaku pejabat Presiden R.I tengah memperhatikan produk-produk PSM
tahun 1957 dan didampingi oleh Direktur PSM
Sekitar tahun 1962, nama Pabal AD diubah menjadi Perindustrian TNI Angkatan
Darat (Pindad). Tahapan pengembangan di era Pindad lebih berfokus pada tujuan
pembinaan yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip pengelolaan terpadu dan
kemajuan teknologi mutakhir. Proses produksi Pindad pun dilakukan untuk
mendukung kebutuhan TNI AD. Serangkaian percobaan dan evaluasi pembuatan
senjata baru pun dilakukan dan menghasilkan berbagai Surat Keputusan dari
12
Gambar II.4. Penandatanganan serah terima pengelolaan Perindustrian TNI-AD (Pindad) dari
Jenderal (TNI) Rudini kepada B.J. Habibie
Ketua BPPT saat itu Prof. DR. Ing. B.J. Habibie kemudian membentuk Tim
Corporate Plan (Perencana Perusahaan) Pindad melalui Surat Keputusan BPPT
No. SL/084/KA/BPPT/VI/1981. Tim Corporate Plan diketuai langsung oleh
Habibie dan terdiri dari unsur BPPT dan Departemen Hankam.
Sebagai sebuah perusahaan Pindad diharapkan dapat memproduksi peralatan
militer yang dibutuhkan secara efisien dan menghasilkan produk-produk
komersial berorientasi bisnis. Dan memiliki biaya serta anggaran sendiri untuk
pengembangan, penelitian dan investasi serta mengembangkan profesionalisme
industrinya.
Berdasarkan hasil kajian dari Tim Corporate Plan diputuskan komposisi produksi
Pindad adalah 20% produk militer dan 80% komersial atau non militer. Tugas
pokok Pindad adalah menyediakan dan memproduksi produk-produk kebutuhan
Dephankam seperti munisi ringan, munisi berat, dan peralatan militer lain untuk
menghilangkan ketergantungan terhadap pihak lain. Tugas pokok kedua adalah
memproduksi produk-produk komersial seperti mesin perkakas, produk tempa, air
brake system, perkakas dan peralatan khusus pesanan. Pada awal 1983 Pindad
menjadi badan usaha milik Negara (BUMN) sesuai dengan keputusan pemerintah
14
yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) RI No.4 Tahun 1983 tertanggal
11 Februari 1983.
1. Visi Perusahaan
Menjadi produsen peralatan pertahanan dan keamanan terkemuka di Asia
pada tahun 2023, melalui upaya inovasi produk dan kemitraan strategik.
2. Misi Perusahaan
Melaksanakan usaha terpadu di bidang peralatan pertahanan dan
keamanan serta peralatan industrial untuk mendukung pembangunan
nasional dan secara khusus untuk mendukung pertahanan dan keamanan
negara.
II.2.2 Tujuan dan Sasaran Perusahaan
1. Tujuan Perusahaan
Mampu menyediakan kebutuhan Alat Utama Sistem Persenjataan secara
mandiri, untuk mendukung penyelenggaraan pertahanan dan keamanan
Negara Republik Indonesia.
2. Sasaran Perusahaan
Meningkatkan potensi perusahaan untuk mendapatkan peluang usaha yang
menjamin masa depan perusahaan melalui sinergi internal dan eksternal.
1. Jujur
a. Jujur dalam sikap, kata, dan tindakan
b. Bebas dari kepentingan (vested interest)
c. Menjaga integritas di setiap aspek
2. Belajar
16
2. Bintang bersudut lima, melambangkan bahwa gerak dan laju PT. Pindad
(Persero) berlandaskan Pancasila, falsafah/ dasar/ ideologi bangsa dan
negara Indonesia di dalam ikut serta mewujudkan terciptanya masyarakat
adil dan makmur.
3. Pisau Frais, melambangkan industri, dengan:
a. 4 (empat) buah lubang Spi, melambangkan kemampuan teknologi
untuk : mengelola, meniru, merubah, dan mencipta sesuatu
bahan/produk.
b. 8 (delapan) buah pisau (cakra), melambangkan kemampuan untuk
memproduksi sarana militer/hankam/dan sarana Sipil/komersil dalam
rangka ikut serta mendukung terciptanya ketahanan nasional bangsa
Indonesia yang bertumpu pada 8 (delapan) gatra (aspek).
c. Batang dan ekor, melambangkan pengendalian gerak dan laju PT.
Pindad (Persero) secara berdaya dan berhasil guna, 4 (empat) helai
sirip ekor, melambangkan keserasian gerak anta unsur-unsur :
manusia, modal, metoda dan pemasaran.
d. Warna:
i. Senjata Cakra : Biru laut
ii. Bintang : Kuning emas
iii. Tulisan “Pindad” : Kuning emas
18
BAB III
PELAKSANAAN KERJA PRAKTIK
Keterangan:
Hari dalam seminggu
Libur hari sabtu dan minggu
Pelaksanaan Kerja Praktik
III. 4. Pembahasan
2. Rotor
Rotor dari motor induksi dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Rotor Sangkar
Secara umum motor induksi banyak menggunakan rotor dengan jenis
ini. Karena rotor jenis ini, pada motor induksi adalah paling sederhana
dan kuat rotor jenis ini dibuat dari baja silicon dan terdiri dari inti yang
berbentuk silinder yang sejajar dengan alur/slot dan diisi dengan
tembaga atau alumunium yang berbentuk batangan.
b. Rotor Belitan
Rotor ini memiliki belitan–belitan kawat jadi kalau didistribusikan
maka motor jenis ini juga dapat kita fungsikan sebagai alternator
(generator) dengan demikian pada rotor ini akan memiliki kutub–kutub
pada stator belitan internal rotor dari motor ini dihubungkan secara
bintang (tiga fasa) kemudian terminal belitan tersebut dikeluarkan dan
disambungkan ke tiga buah slip ring terisolasi yang diletakkan pada
poros motor dengan sikat diatasnya. Ketiga sikat ini secara eksternal
dihubungkan ke suatu reostat yang membentuk bintang. Reostat pada
motor ini berfungsi untuk meningkatkan torsi asut motor pada saat
periode pengusutan. Apabila motor ini bekerja pada kondisi normal,
maka slip ring secara otomatis terhubung pendek. Sehingga ring diatas
tangkai terhubung bersama oleh suatu logam yang tertekan selanjutnya
secara otomatis sikat tersebut terangkat dari slip ring yang berfungsi
untuk mengurangi rugi–rugi gesekan.
Selain dua bagian utama tersebut motor induksi juga mempunyai
konsturksi tambahan antara lain rumah stator, tutup stator, kipas dan
terminal hubung.
24
Pada proses ini motor yang sudah siap untuk diperbaiki akan dicek terlebih
dahulu motor perlu di perbaiki atau hanya perlu direkondisi.
25
Mulai 1
Inserting Stop
Test Impulse
III. 4. 2. Rekomendasi
Berdasarkan tingkat kesulitan dan kualitas perbaikan, maka perbaikan yang paling
memungkinkan untuk memperbaiki bagian winding stator yang cacat yaitu dengan
mengganti seluruh winding stator (rewinding).
Dikarenakan pengadaan material tembaga dan isolasi yang masih import maka,
lama pengerjaan untuk rewinding adalah seratus hari.
27
III. 5. 4. Hotpress
Hotpress awal dilakukan pada oval coil yang sudah diisolasi pada tahap kondisi
awal. Tujuan hotpress awal adalah membantu memadatkan coil sehingga tidak
terdapat celah disetiap turn pada sebuah coil. Hotpress awal dilakukan selama 1
jam dengan temperatur 150°C.
Diamond coil terbagi menjadi dua bagian seperti pada Gambar 3.1. Bagian
pertama adalah slot region yaitu coil yang berada didalam coil stator. Bagian
kedua adalah overhang region yaitu coil yang berada diluar coil stator.
Impulse test dilakukan dengan kita mengamati kurva (bentuk gelombang) dengan
perbandingan dua hasil pengujian dari curva coil pembanding yang dijadikan
referensi. Karena inilah, impulse test disebut juga comparation test.
30
Gelombang respon dari pemberian impulse pada coil yang dihasilkan bergantung
pada resistansi dan reaktansi coil itu sendiri. Artinya, secara praktik impulse test
bergantung pada panjang dari coil dan jumlah turn coil tersebut.
Coil dengan kondisi isoalasi antar turn kurang baik akan terjadi breakdown ketika
dilakukan impulse test. Breakdown tersebut disebabkan terdapat short circuit antar
turn. Penulis menggunakan standar yang digunakan untuk menentukan nominal
tegangan impulse berdasarkan IEC 60034-15, sebagai berikut:
2
𝑈𝑝 = √ 𝑥𝑈𝑛
3
(3.2)
31
2
𝑈𝑝 = √ 𝑥430
3
𝑈𝑝 = 351 𝑉𝑜𝑙𝑡
Coil yang memiliki isolasi yang baik akan mampu menahan tegangan sesuian
persamaan 3.2. Coil dengan isolasi yang kurang baik tidak mampu menahan
tegangan sebesar sesuai Persamaan 3.2, sehingga mengakibatkan material isolasi
jenuh dan terjadi breakdown.
Kemudian dalam versi standar tegangan uji DC atau AC HiPot Test diatur dalam
IEEE 432 dan IEEE 95 sebagai berikut :
No Versi IEEE Penjelasan
Bahwa besarnya tegangan breakdown pada DC
1 IEEE 95 HiPot Test 1,7 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan AC HiPot Test.
Bahwa untuk keperluan keamanan dari kenaikan
tegangan (OverVoltage) yang biasanya dapat
2 IEEE 432 mencapai 125% maka dapat diberikan faktor
keamanan (safety factor) sebesar 1,25 pada
tegangan uji.
Diatur dalam standar IEC 60034-1 (2004) bahwa saat pengujian tegangan tinggi,
coil tidak boleh langsung diberi tegangan sebesar tegangan ujinya. Pengujian
tegangan uji dimulai dari setengah nilai tegangan ujinya sampai nilai penuh
tegangan uji tersebut. Interval waktu dari setengah nilai tegangan uji hingga nilai
penuhnya tidak kurang dari 10 detik. Waktu uji saat nilai tegangannya penuh
adalah selama 1 menit.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑙𝑜𝑡
Jumlah coil per fasa =
𝑓𝑎𝑠𝑎
(3.5)
36
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑐𝑜𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑟 𝑓𝑎𝑠𝑎 = = 12
3
35
Jumlah kutub pada motor ini sesuai dengan nameplate ada 4 buah. Sehingga untuk
setiap phasa setiap kutubnya akan berjumlah 3 slot. Dapat dihitung dengan cara
dibawah.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑙𝑜𝑡 36
= =3
𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑥 𝑘𝑢𝑡𝑢𝑏 3𝑥4
(3.6)
Karena motor ini berjenis doubled layer stator dimana Nslot=Ncoil sehingga
jumlah coil untuk masing-masing phasa setiap kutubnya akan sama berjumlah 3.
Ketiga coil inilah yang akan disambungkan menjadi satu grup dengan jumlah
sambungan (Njembatan) 2 buah.
𝑁𝑗𝑒𝑚𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛 = 𝑁𝑐𝑜𝑖𝑙 − 1
𝑁𝑗𝑒𝑚𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛 = 3 − 1 = 2
36
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑟𝑢𝑝 = = 12
3
Terdapat dua jenis impregnation yaitu drop impregnation dan VPI (Vaccum
Pressure Impregnation).
dengan nilai:
𝑈𝑝 = Tegangan Uji AC HiPot Test
𝑈𝑛 = Tegangan nominal motor
Untuk tegangan nominal pengujian arus AC adalah sama dengan dua kali
tegangan nominal motor ditambah satu Kv. Motor ini memiliki tegangan nominal
430 volt, jadi tegangan pengujian AC Hipot Test adalah:
𝑈𝑝 = (2𝑈𝑛 + 1𝑘𝑉)
40
Result
No Description Kind of Test Actual
Good No Good
Visual Test OK √
Visual Test OK √
Visual Test OK √
U-V : 26.0 Ω
Cond. Resistance U-W : 26.1 Ω √
3 After Connecting V-W : 25.9 Ω
Borring Field OK √
Visual Test OK √
U-V : 0.244 Ω
Cond. Resistance U-W : 0.244 Ω √
After V-W : 0.244 Ω
4
Impregnating
Insul. Resistance 54.4 GΩ √
tersebut menunjukan bahwa coil aman bekerja di tegangan 430 Volt. Standar
tegangan yang diberikan pada proses Impulse Test telah dibahas pada sub bab
III.5.6. Pada pengujian High Voltage Test (DC) besar tegangan yang di ujikan
adalah 5,0 kV DC. Hasil dilapangan menunjukan bahwa coil mampu menahan
tegangan 5,0 kV DC sehingga aman digunakan di tegangan 430 V. Standar
tegangan yang diberikan pada proses High Voltage Test (DC) telah dibahas pada
sub bab III.5.8.
Resistance. Boring Field Test adalah proses menguji ada atau tidaknya medan
didalam stator menggunakan boring field tester. Hasil dilapangan menunjukan
bahwa kompas yang terdapat pada boring field tester berputar. Hal tersebut
menunjukan bahwa didalam stator terdapat medan magnet.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
IV. 1. Kesimpulan
Penulis mendapatkan banyak pengetahuan dan pengalaman dari pelaksanaan
Kerja Praktek yang dilakukan di PT. Pindad selama satu bulan ini. Dari
pengalaman tersebut, didapati beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan proses
rewinding motor AC traksi 130 kW pada Divisi Alat Berat PT. Pindad sebagai
berikut:
1. Rewinding adalah proses perbaikan bagian lilitan motor. Berdasarkan hasil
yang diperoleh di lapangan menunjukan bahwa motor traksi 130 kW
berhasil diperbaiki.
2. Sebelum proses rewinding motor ada beberapa tahap yang harus dilakukan
yaitu, investigasi dan pengujian awal sebelum rewinding agar terlihat
perbedaan dari kinerja motor sebelum dan setelah rewinding.
3. Pengalaman dan keterampilan operator mengerjakan suatu pekerjaan
turut mempengaruhi lamanya sebuah proses pengerjaan dan kualitas dari
perbaikan rewinding motor.
4. Setiap tahap proses pengerjaan rewinding motor harus dilakukan test agar
memastikan pengerjaan yang telah dilakukan telah benar dan memenuhi
standar yang digunakan untuk menjamin kualitas dan lifetime dari produk
jasa yang dihasilkan.
5. Selama proses rewinding motor traksi 130 kW, proses pengerjaan
dilakukan dengan ketelitian tinggi pada tiap prosesnya, menggunakan tools
dan mesin yang kondisinya prima, dan manajemen waktu yang baik,
sehingga hasil akhir proses pemesinan pada komponen tersebut terjamin
kualitasnya.
IV. 2. Saran
Penulis ingin memberikan saran berdasarkan pengalaman penulis selama
melakukan Kerja Praktek di PT. Pindad (Persero). Penulis berharap saran ini
dapat memberikan manfaat untuk dikemudian hari.
45
DAFTAR PUSTAKA
IEC 60034-15 (2009): Rotating electrical machines – Part 15: Impulse voltage
withstand levels of form-wound stator coils for rotating a.c.
machines. International Electrotechnical Commission, Geneva,
Switzerland.
IEEE 522 (2004): Guide for Testing Turn Insulation of Form-Wound Stator Coils
for Alternating-Current Electric Machine,. The Institute of
Electrical and Electronics Engineers, Inc., United States of
America
Setiawan, I. (2018): Studi Rewinding Stator Motor Induksi 3 Phasa 500 kW Tipe
YKK-5003-8, Politeknik Negeri Bandung.