Anda di halaman 1dari 27

PT PLN (PERSERO)

PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI


KANTOR INDUK

PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN
JAWA BALI

TELAAHAN STAF

NAMA : MOHAMAD TRESNA WIKARSA


NIP : 7093447K3
JABATAN : PLT SUPERVISOR ANEV SISTEM PENYALURAN

JUDUL : STUDI UNDER FREQUENCY RELAY, SISTEM


TENAGA LISTRIK JAWA BALI

TAHUN 2013

Mohamad Tresna Wikarsa, 7093447K3 1


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI
KANTOR INDUK

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : STUDI UNDER FREQUENCY RELAY, SISTEM TENAGA


LISTRIK JAWA BALI
NAMA : MOHAMAD TRESNA WIKARSA
NIP : 7093447K3
JABATAN : PLT SUPERVISOR ANEV SISTEM PENYALURAN

Menyetujui, Jakarta, 08 Maret 2013


Mentor Siswa OJT
DM Sistem Operasi

M. Taufik Mohamad Tresna Wikarsa


NIP : 6181185K3 NIP : 7093447K3

Mengetahui,

General Manager Manajer SDM dan Umum


PT PLN (Persero) P3B JB PT PLN (Persero) P3B JB

E. Haryadi Sri Wiratmo


NIP : 6993001H NIP : 5984013JA

Mohamad Tresna Wikarsa, 7093447K3 2


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI
KANTOR INDUK

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkah dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan Telaahan Staf dengan judul Studi Under Frequency
Relay, Sistem Tenaga Listrik Jawa Bali. Penulisan telaahan staf ini merupakan
salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan program Executive Education IV
angkatan 2 tahun 2013. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, sangatlah sulit menyelesaikan Telaahan Staf ini. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. M. Taufik, sebagai Mentor sekaligus Atasan yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran selama Mentee melakukan OJT dan menyusun
Telaahan Staf;

2. Bapak Ahmad Taufik dan Bapak Hendrawan Susanto, yang bersedia meluangkan
waktu dan sumbangan pikiran dalam penyusunan Telaahan Staf ini;

3. Mas Teguh Rilanto, Kang Heri Irwansyah, Mas Inggih SP dan Rekan-Rekan
ANEV Operasi Sistem lainnya yang telah membantu dan memberi masukan serta
semangat kepada penyusun;

4. Orang tua, istri dan keluarga yang telah memberikan bantuan dukungan moral;

Akhir kata, saya berharap Allh SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan Telaahan Staf dan semoga bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, 08 Maret 2013


Penulis

Mohamad Tresna Wikarsa, 7093447K3 3


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI
KANTOR INDUK

Mohamad Tresna Wikarsa

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
ABSTRAK ........................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xi

1. PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.3 Metodologi ................................................................................ 2
1.4 Batasan Masalah ....................................................................................... 2
1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................... 2

2. KONSEP DASAR ............................................................................... 3


2.1 Sistem Tenaga Listrik ................................................................................ 3

2.2 Tujuan Operasi Sistem Tenaga listrik ................................................... 4

Mohamad Tresna Wikarsa, 7093447K3 4


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI
KANTOR INDUK

Mohamad Tresna Wikarsa, 7093447K3 5


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI
KANTOR INDUK

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram satu garis sistem tenaga listrik .. 3


Gambar 2.2 Tujuan operasi sistem tenaga listrik . 4
Gambar 2.3 Kondisi operasi sistem tenaga listrik ... 6
Gambar 2.4 Kurva masukan keluaran pembangkit listrik termal ................ 8
Gambar 2.5 Kurva masukan keluaran pembangkit listrik hidro .............. 9
Gambar 2.6 N Buah unit termal yang melayani beban Pload 13
Gambar 2.7 Prakiraan beban dengan metode Least Square .. 19

Mohamad Tresna Wikarsa, 7093447K3 6


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI
KANTOR INDUK

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Komposisi DMN Pembangkit STLJB Tahun 2009 28


Tabel 3.2 Komposisi Energi Primer Pembangkit STLJB Tahun 2009 .. 29
Tabel 3.3 Komposisi Instalasi Penyaluran STLJB Tahun 2009 .... 31
Tabel 3.4 Prakiraan Kebutuhan Energi (GWh) PLN Distribusi Jawa & Bali 37
Tabel 3.5 Energi Produksi Pembangkit Listrik Jawa Bali (TWh) .. 38

Mohamad Tresna Wikarsa, 7093447K3 7


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI
KANTOR INDUK

ABSTRAK

Beban tenaga listrik di sistem tenaga listrik Jawa Bali terus bertambah sehingga dilakukan
penambahan kapasitas Unit Pembangkit, Saluran Transmisi, Transformator, dan lain-lain
(infrastruktur). Saat ini pengelolaan penyaluran dan pengaturan beban sistem Jawa Bali menjadi
tanggung jawab PT PLN (Persero) P3B Jawa Bali [PLN P3B-JB], sehingga PLN P3B-JB terus
mengupayakan agar tujuan operasi sistem tenaga listrik tercapai yaitu Keandalan, Mutu dan Sekuriti.
Salah satu strategi operasi di PLN P3B-JB adalah skema pelepasan beban (Load Shedding) dalam
kondisi darurat yaitu akibat dari keluarnya Pembangkit dan mengakibatkan sistem mengalami beban
lebih dan frekuensi sistem turun. Untuk mempertahankan frekuensi sistem yang turun disiapkan sistem
pencegahan/defence scheme yaitu Under Frequency Relay (UFR), dimana saat ini PLN P3B-JB
menggunakan skema pelepasan beban (Load Shedding) yang disusun pada tahun 2006. Dengan
sistem Jawa Bali yang telah berkembang dan naiknya beban sistem serta bertambahnya unit
pembangkit maka perlu dilakukan peninjauan ulang Program Load Shedding UFR dengan
menyesuaikan dengan kondisi terakhir sistem Jawa Bali .

Kata kunci:
Frekuensi Sistem Tenaga Listrik Jawa Bali, Defence Scheme Under Frequency Relay(UFR).

Mohamad Tresna Wikarsa, 7093447K3 8


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI
KANTOR INDUK

Bab I

LATAR BELAKANG

1.1 Pendahuluan

Strategi pelepasan beban di sistem tenaga listrik Jawa Bali (SJB) yang andal
merupakan hal penting dan perlu selalu diperbaharui sesuai dengan kondisi sistem.
Kondisi sistem Jawa Bali yang berkembang baik beban maupun pembangkitan,
mengindikasikan bahwa perlunya pengkajian terhadap program pelepasan beban
(Load Shedding) yang dibuat tahun 2006 dan masih digunakan sampai saat ini.
Program pelepasan beban SJB tahun 2006 dihitung dengan asumsi beban
puncak (BP) SJB sebesar 16.231 MW, sedangkan realisasi BP SJB tahun 2012 adalah
sebesar 21.237 MW yang terjadi pada tanggal 15 Oktober 2012 pukul 18.00 WIB
(tahun 2011 sebesar 19.739 MW).
Kapasitas terpasang unit pembangkit di SJB pada tahun 2006 adalah sebesar
20.554 MW, sedangkan tahun 2012 adalah sebesar 29.000 MW (tahun 2011 sebesar
23.865 MW).
Untuk itu perlu kiranya dilakukan kajian ulang strategi pelepasan beban yang
dihitung berdasarkan kondisi terakhir sistem tenaga listrik Jawa Bali.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan Studi Under Frequency Relay, Sistem Tenaga Listrik Jawa
Bali adalah untuk meninjau ulang program pelepasan beban yang disusun pada
tahun 2006 sebagai bahan masukan bagi manajemen PLN P3B Jawa Bali, mengingat
sistem Jawa Bali telah mengalami pertumbuhan di sisi beban (konsumen),
pembangkitan maupun saluran transmisi.

Mohamad Tresna Wikarsa, 7093447K3 1


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI
KANTOR INDUK

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam telaahan staf ini penyusun membatasi pembahasan masalah yaitu :


Menyesuaikan program pelepasan beban (Load Shedding) yang disusun tahun
2006;
Menentukan Indeks Kekuatan Sistem (Stiffness) dengan data realisasi SJB
tahun 2012;
Menentukan alokasi pelepasan beban (Load Shedding) dengan Under
Frequency Relay (UFR), secara bertahap sebanyak 7 tahapan shedding
seketika;

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan yang dilakukan meliputi :

1. Pembahasan/diskusi dan mengumpulkan data;

2. Analisa dan evaluasi terhadap gangguan pembangkit yang mengakibatkan


frekuensi sistem turun cukup besar.

Mohamad Tresna Wikarsa, 7093447K3 2


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI
KANTOR INDUK

Bab II

PERMASALAHAN

Sistem Tenaga Listrik Jawa Bali (SJB) merupakan sistem interkoneksi kelistrikan
terbesar di Indonesia yang terhubung satu sama lain melalui transmisi tenaga listrik
500 kV, 150 kV dan 70 kV seperti terlihat pada Gambar 2.1. Sistem interkoneksi ini
juga membuat setiap kejadian di sistem tenaga listrik akan dirasakan dan
mempengaruhi seluruh sistem interkoneksi lainnya.

Gambar 2.1. Sistem Tenaga Listrik Jawa Bali

Program pelepasan beban (Load Shedding) Under Frequency Relay (UFR)


merupakan salah satu strategi untuk mengamankan sistem Jawa Bali bila terjadi
kekurangan/kehilangan pasokan daya ke sistem. Sampai saat ini program skema
pelepasan beban UFR yang digunakan adalah hasil studi pada tahun 2006 yang
menggunakan asumsi beban puncak sebesar 16.231 MW dan Indeks Kekuatan Sistem
(IKS) sebesar 630 MW dimana sampai saat ini masih menjadi acuan pengendali

Mohamad Tresna Wikarsa, 7093447K3 3


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI
KANTOR INDUK

operasi sistem Jawa Bali untuk mengatasi kekurangan/kehilangan pasokan secara


tiba-tiba. Dalam Rencana Operasi Tahun 2013 Sistem Tenaga Listrik Jawa Bali [1]
yang dikeluarkan oleh PLN P3B JB dapat dilihat diagram batang pelepasan beban
pada beberapa tahapan frekuensi seperti terlihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Strategi Pelepasan Beban UFR Sistem Jawa Bali

Penerapan skenario pelepasan beban otomatis UFR secara bertahap adalah


sebagai berikut:
- Rentang daerah kerja UFR antara 49,0 Hz s.d 48,4 Hz dengan perbedaan antara
setiap tahap sebesar 0,1 Hz;
- Pada tahap 1, 2, 3 dan 4 pelepasan beban dilakukan di penyulang 20 kV;
- Pada tahap 5, 6 dan 7 pelepasan beban dilakukan di penyulang 20 kV, trafo
distribusi atau penghantar radial (SUTT & SKTT).
Pemisahan target beban yang dilepas dilakukan karena beban yang akan dilepas
ditahap 5 s.d 7 tidak hanya untuk Skenario Pelepasan Beban Bertahap (48,6 Hz s.d

Mohamad Tresna Wikarsa, 7093447K3 4


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI
KANTOR INDUK

48,4 Hz) tetapi juga untuk Skenario Pelepasan Beban oleh rele df/dt (49,5 Hz).
Pelepasan beban di tegangan tinggi sudah memiliki operating time yang lebih cepat
(lebih kecil 100 msec), akurasi yang lebih tinggi dan sensitifitas yang lebih peka
(~0,01 Hz) apabila dibandingkan dengan pelepasan beban di penyulang 20 kV (200
s.d 300 msec) dengan sensitifitas (~0,1 Hz). Oleh sebab itu beban yang dilepas oleh
rele UFR dengan df/dt adalah di tegangan tinggi. Alokasi beban yang dilepas oleh
UFR dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Alokasi Beban yang dilepas oleh UFR

Sehingga untuk menyesuaikan dengan kondisi terakhir sistem Jawa Bali perlu
dilakukan review terhadap skema load shedding UFR yang digunakan saat ini, serta
dilakukan perhitungan kembali Indeks Kekuatan Sistem (IKS) Jawa Bali sebagai
dasar penyusunan skema pelepasan beban UFR yang baru.

Mohamad Tresna Wikarsa, 7093447K3 5


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI
KANTOR INDUK

Bab III

PERSOALAN

Mengantisipasi gangguan kekurangan/kehilangan pasokan pembangkit di sistem


tenaga listrik Jawa Bali (SJB) sudah disiapkan strategi pengamanan pelepasan beban
(Load Shedding) Under Frequency Relay (UFR). Skema yang digunakan saat ini
merupakan hasil studi tahun 2006 dengan asumsi beban puncak (BP) SJB sebesar
16.231 MW, namun sesuai Evaluasi Operasi Sistem Jawa Bali 2012[2] yang
dikeluarkan oleh PLN P3B-JB beban puncak SJB tahun 2012 sudah jauh meningkat
yaitu 21.237 MW yang terjadi pada hari Senin tanggal 15 Oktober 2012 pukul 18:00
WIB (tahun 2011 sebesar 19.739 MW). Dengan terjadinya kenaikan beban dan
jumlah pembangkit, perlu kiranya dilakukan penyesuaian program pelepasan beban
UFR dengan kondisi yang ada saat ini.
Dampak yang dapat ditimbulkan apabila skema pelepasan beban UFR yang saat
ini digunakan tidak dapat mengantisipasi gangguan kekurangan/kehilangan pasokan
pembangkit adalah :
a. Skema pelepasan beban yang tiap tahap dialokasikan untuk mengembalikan
sistem Jawa Bali naik sebesar 0,5 Hz, berdampak kepada bekerjanya tahap
selanjutnya bekerja karena kuota yang ada tidak terpenuhi;
b. Apabila kuota yang ada tidak sesuai lagi dengan kondisi saat ini maka dapat
terjadi gangguan yang meluas atau yang lebih buruk terjadi padam total (Black
Out).
Dalam menghitung alokasi pelepasan beban UFR sangat diperlukan data-data
pendukung yang sudah diverifikasi, hal ini untuk mencapai hasil yang dapat
mendekati kondisi real time SJB.

Mohamad Tresna Wikarsa, 7093447K3 6


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI
KANTOR INDUK

Bab IV

PRA ANGGAPAN

Mengingat pentingnya skema pelepasan beban (load shedding) Under Frequency


Relay (UFR) sebagai salah satu strategi pengamanan sistem tenaga listrik Jawa Bali,
maka dengan telah berkembangnya sistem perlu dilakukan peninjauan ulang skema
pelepasan beban dengan langkah yang efektif dan terencana.
Ada 2 (dua) langkah yang dapat membantu menyelesaikan masalah tersebut yaitu :
a. Langkah jangka pendek, dengan cara mengoptimalkan skema pelepasan beban
UFR yang disusun tahun 2006 agar faktor keberhasilan mencapai 100 %;
b. Langkah jangka menengah adalah melakukan perhitungan kembali skema
pelepasan beban UFR dengan menyesuaikan kondisi sistem Jawa Bali saat ini.
Dengan melakukan langkah butir b diatas yaitu melakukan perhitungan kembali
skema pelepasan UFR maka akan didapat hasil sebagai berikut :
1. Menghindari pemadaman meluas jika terjadi gangguan pembangkit yang besar;
2. Mencegah gangguan padam besar (black out).

Mohamad Tresna Wikarsa, 7093447K3 7


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI
KANTOR INDUK

Bab V

FAKTA YANG MEMPENGARUHI

Pada tanggal 15 Januari 2013 telah terjadi gangguan di subsistem Paiton dengan
tripnya unit pembangkit sebesar 3.585 MW dan mengerjakan Under Frequency Relay
(UFR) tahap 1 s.d 6 (49,0 Hz s.d 48,5 Hz) dengan total beban yang dilepas sebesar
1.884 MW (target beban yang dilepas seharusnya 2.762 MW). Dengan melihat trip
pembangkit di atas, hasil perbandingan antara target dan realisasi menunjukkan
bahwa tingkat keberhasilan skema pelepasan beban UFR pada saat kejadian adalah
sebesar 68,2 %.
Dari kejadian diatas dapat dianalisa dan dievaluasi unjuk kerja skema pelepasan
Under Frequency Relay (UFR) saat ini, yaitu diketahui bahwa Under Frequency
Relay (UFR) yang terpasang saat ini tidak bekerja secara optimal sehingga perlu
dilakukan review terhadap alat yang terpasang dan juga kajian atas kecukupan alokasi
beban yang harus dilepas.
Kehandalan sistem merupakan suatu hal yang penting dan harus selalu dijaga,
untuk itu kajian yang selalu mengikuti perkembangan sistem sangat membantu
terjaganya pelayanan kepada beban (konsumen).

Mohamad Tresna Wikarsa, 7093447K3 8


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI
KANTOR INDUK

Bab VI

PEMBAHASAN

6.1 Pengaturan Frekuensi

Strategi pelepasan beban di sistem tenaga listrik Jawa Bali yang andal
merupakan hal penting dan perlu selalu diperbaharui sesuai dengan kondisi sistem
terakhir. Kondisi sistem Jawa Bali yang berkembang baik beban maupun
pembangkitan, mengindikasikan bahwa perlunya pengkajian terhadap program
pelepasan beban (Load Shedding) yang dibuat tahun 2006 dan masih digunakan
sampai saat ini.
Untuk mempertahankan frekuensi dalam batas toleransi yang diperbolehkan,
penyediaan/pembangkitan daya aktif dalam sistem harus selalu disesuaikan dengan
kebutuhan daya aktif konsumen. Pengaturan daya aktif dilakukan dengan mengatur
kopel penggerak generator.
Menurut hukum Newton hubungan antara kopel mekanis penggerak generator
dengan perputaran generator, yaitu :

....................................................... (2.1)

dimana : TG = Kopel penggerak generator;


TB = Kopel beban yang membebani generator ;
H = Momen Inersia dari generator beserta mesin penggeraknya;
= Kecepatan sudut perputaran generator.
sedangkan frekuensi yang dihasilkan generator adalah :

Mohamad Tresna Wikarsa, 7093447K3 9


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI
KANTOR INDUK

.
(2.2)

Hal ini berarti bahwa pengaturan frekuensi dalam suatu sistem berarti pula
pengaturan kopel penggerak generator atau juga pengaturan daya aktif dari generator.
Ditinjau dari mesin penggerak generator ini berarti pengaturan frekuensi sistem
adalah pengaturan pemberian bahan bakar pada unit termis dan pengaturan pemberian
air pada unit hidro, dimana hal tersebut dilakukan oleh governor unit pembangkit.
Ketidakseimbangan antara suplai daya pembangkit dan kebutuhan beban,
menimbulkan pergeseran nilai nominal frekuensi sistem. Hal yang dapat
menimbulkan ketidakseimbangan tersebut adalah:
a. Kenaikan beban konsumen secara tiba-tiba;
b. Terjadinya gangguan pada unit pembangkit yang sedang beroperasi yang
menyebabkan keluaran outputnya tiba-tiba menurun;
c. Gangguan pada unit pembangkit yang sedang beroperasi yang menyebabkan unit
keluar (trip) dari sistem.
Ketidakseimbangan yang menimbulkan perubahan frekuensi yang relatif kecil, relatif
aman/masih dapat diatasi oleh aksi governor unit-unit pembangkit yang sedang
beroperasi, baik secara otomatis Load Frequency Control (LFC) unit pembangkit,
ataupun pengaturan manual oleh operator/dispatcher.
Sehingga apabila unit pembangkit besar trip atau sistem kehilangan pasokan
daya yang besarnya melebihi Indeks Kekuatan Sistem (IKS) maka frekuensi sistem
akan turun mencapai < 49,0 Hz. Gangguan semacam ini dapat mengancam
kestabilan, karena governor baru memberikan output setelah 4 detik, untuk itu
diperlukan langkah penyelamatan seketika, yaitu penerapan skema pelepasan beban
(load shedding).

6.2 Pelepasan Beban

Mohamad Tresna Wikarsa, 7093447K3 10


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI
KANTOR INDUK

Di sistem Jawa Bali, pelepasan beban (load shedding) untuk


pengaturan/pengamanan frekuensi sistem dapat dilakukan dengan beberapa langkah :
- Load Curtailment, metode ini dilakukan jika sistem mangalami defisit dan
kondisi dapat diprediksi sebelumnya. Beban yang dilepas/dikurangi berasal dari
konsumen besar/ industri yang memilliki Captive Power;
- Manual Load Shedding (MLS), metode pelepasan beban yang diperintahkan oleh
operator/dispatcher;
- Load SheddingUnder Frequency Relay (UFR);
- Island Operation;
- Overload Shedding Tie Line/ Penghantar;
- Overload Shedding IBT.

6.3 Pelepasan Beban Under Frequency Relay

Bila terjadi ketidakseimbangan yang cukup besar, misalnya tripnya unit


pembangkit kapasitas besar secara tiba-tiba dapat menyebabkan frekuensi sistem
menurun dengan cepat. Penurunan frekuensi bisa mencapai titik yang kritis, diluar
batas toleransi yang diperbolehkan. Jika hal tesebut tidak diantisipasi sebelumnya
maka akan menyebabkan unit-unit pembangkit lain yang masih beroperasi, secara
beruntun terlepas (trip) dari sistem, dan terjadilah pemadaman total (Black out).
Untuk itu, perlu dilakukan pelepasan beban secara otomatis dengan Under Frequency
Relay (UFR).
Pelepasan beban dengan UFR dapat dilakukan dengan :
- Setting frekuensi (f)
- Setting frekuensi (f) dan setting laju perubahan frekuensi (df/dt)

6.3.1 Konstanta Inersia Sistem

Konstanta inersia pembangkit merupakan konstanta dari karakteristik


kelambanan suatu mesin berputar. Suatu mesin generator yang sebelumnya berputar
pada kecepatan putar konstan pada frekuensi nominalnya akan mengalami
perlambatan setelah terjadi kelebihan beban. Perlambatan ini terjadi karena adanya

Mohamad Tresna Wikarsa, 7093447K3 11


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI
KANTOR INDUK

energi kinetik yang tersimpan dalam putaran rotor. Mula-mula kelebihan beban ini
dilayani oleh sebagian energi kinetik yang dimiliki mesin-mesin tersebut. Hai inilah
yang menyebabkan frekuensi sistem turun.
Dengan demikian konstanta inersia dapat didefinisikan sebagai perbandingan
antara kinetik yang tersimpan pada rotor yang berputar pada frekuensi nominal
dengan daya generator.
Harga konstanta inersia dari suatu unit pembangkit telah ditentukan oleh
pabrikan atau juga dapat ditentukan dengan persamaan 2.4 berikut :

H =
................................................................ (2.4)

Makin besar unit pembangkit yang hilang makin cepat frekuensi turun, kecepatan
menurunnya frekuensi juga tergantung pada besar kecilnya inersia sistem. Contoh
sederhana hubungan antara penurunan frekuensi dan harga konstanta inersia pada
suatu sistem dapat dilihat seperti gambar 6.1 dan persamaan 2.5.

Area 1 Area 2

Tie Line
G1 G1

MW Line

Gambar 6.1 Interkoneksi Sistem Tenaga Listrik Sederhana

Penurunan frekuensi rata-rata :

...............
................................... (2.5)

Mohamad Tresna Wikarsa, 7093447K3 12


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI
KANTOR INDUK

dimana :
dfave(t)/dt = Rata-rata penurunan prekuensi pada sistem
PG = Beban Unit Pembangkit Trip (MW)
H1, H2 = Koefisien Inersia Area 1 dan Area 2

Dari persamaan diatas, semakin besar konstanta inersia sistem, laju penurunan
frekuensi semakin lambat. Besaran inersia sistem (H) merupakan ukuran kekakuan
sistem (Stiffness).

6.3.1 Menentukan Indeks Kekuatan Sistem

Rekapitulasi gangguan pembangkit yang terjadi pada tahun 2012 dan


menyebabkan frekuensi sistem Jawa Bali turun, menjadi dasar penyusun untuk
mendapatkan nilai Indeks Kekuatan Sistem Jawa Bali. Hasil data dan grafik
gangguan pembangkit tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 6.1 dan gambar 6.2.

Tabel 6.1. Gangguan Pembangkit dengan Penurunan Frekuensi tahun 2012

Mohamad Tresna Wikarsa, 7093447K3 13


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI
KANTOR INDUK

Gambar 6.2. Grafik Indeks Kekuatan Sistem Sistem Jawa Bali

Dari hasil rekapitulasi gangguan pembangkit tahun 2012 diperoleh Indeks Kekuatan
Sistem Jawa bali adalah sebesar 718,5 MW/Hz.

Pada saat beban puncak sistem Jawa Bali bersamaan (coincidence) sebesar 21.237
MW, beban terdistribusi dalam 5 (lima) wilayah Area Pelayanan Beban (APB) yang
merupakan Unit PLN P3B-JB dengan perincian sebagai berikut :
- Tertinggi adalah APB Jakarta dan Banten (JAKBAN) yaitu 41,4% sebesar 8.758
MW yang melayani seluruh konsumen Distribusi Jaya & Tangerang dan sebagian
konsumen Distribusi Jawa Barat;
- Pada urutan kedua adalah beban APB Jawa Timur (JATIM) yaitu 20,7% sebesar
4.397 MW yang melayani konsumen Distribusi Jawa Timur;
- Pada urutan ketiga adalah APB Jawa Barat (JABAR) yaitu 20,2% sebesar 4.280
MW yang melayani konsumen Distribusi Jawa Barat;
- Pada urutan keempat adalah APB Jawa Tengah dan DIY (JATENG) yaitu 14,8%
sebesar 3.137 MW yang melayani konsumen Distribusi Jawa Tengah & DIY;
- Terendah adalah APB Bali yaitu 2,9% sebesar 637 MW yang melayani konsumen
Distribusi Bali.

Mohamad Tresna Wikarsa, 7093447K3 14


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI
KANTOR INDUK

Data beban masing-masing APB dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Beban Puncak Region Coincidence 2012

Area MW Persen

APB Jakban 8.758 41,4%


APB Jabar 4.280 20,2%
APB Jateng 3.137 14,8%
APB Jatim 4.397 20,7%
APB Bali 637 2,9%
Sistem 21.237

Program load shedding Under Frequency Relay (UFR) merupakan


salah satu strategi untuk mengamankan sistem Jawa Bali bila terjadi
kekurangan/kehilangan pasokan daya ke sistem. Sampai saat ini program
skema load shedding UFR yang digunakan adalah hasil studi pada tahun
2006 yang menggunakan asumsi beban puncak sebesar 16.231 MW dan
masih menjadi acuan pengendali operasi sistem Jawa Bali untuk
mengatasi kekurangan/kehilangan pasokan secara tiba-tiba. Dalam
Rencana Operasi Tahun 2013 Sistem Tenaga Listrik Jawa Bali [2] yang
dikeluarkan oleh PLN P3B JB dapat dilihat diagram batang pelepasan
beban pada beberapa tahapan frekuensi seperti pada Gambar 2.2.
Adalah suatu hal yang menjadi pemikiran untuk dilakukan review
terhadap skema load shedding UFR tersebut, dan ini menjadi dorongan
kepada penyusun untuk mencoba melakukan pemutakhiran dengan
kondisi saat ini.

Mohamad Tresna Wikarsa, 7093447K3 15


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI
KANTOR INDUK

Gambar 2.2. Strategi Pelepasan Beban UFR Sistem Jawa Bali

Penerapan skenario pelepasan beban otomatis UFR secara bertahap


adalah sebagai berikut:
- Rentang daerah kerja UFR antara 49,0 Hz s.d 48,4 Hz dengan
perbedaan antara setiap tahap sebesar 0,1 Hz;
- Pada tahap 1, 2, 3 dan 4 pelepasan beban dilakukan di penyulang 20
kV;
- Pada tahap 5, 6 dan 7 pelepasan beban dilakukan di penyulang 20 kV,
trafo distribusi atau penghantar radial (SUTT & SKTT).
Pemisahan target beban yang dilepas dilakukan karena beban yang
akan dilepas ditahap 5 s.d 7 tidak hanya untuk Skenario Pelepasan Beban
Bertahap (48,6 Hz s.d 48,4 Hz) tetapi juga untuk Skenario Pelepasan
Beban oleh rele df/dt (49,5 Hz). Pelepasan beban di tegangan tinggi

Mohamad Tresna Wikarsa, 7093447K3 16


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI
KANTOR INDUK

sudah memiliki operating time yang lebih cepat (lebih kecil 100 msec),
akurasi yang lebih tinggi dan sensitifitas yang lebih peka (~0,01 Hz)
apabila dibandingkan dengan pelepasan beban di penyulang 20 kV (200
s.d 300 msec) dengan sensitifitas (~0,1 Hz). Oleh sebab itu beban yang
dilepas oleh rele UFR dengan df/dt adalah di tegangan tinggi. Alokasi
beban yang dilepas oleh UFR dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Alokasi Beban yang dilepas oleh UFR

Adalah suatu hal yang menjadi pemikiran untuk dilakukan review terhadap
skema load shedding UFR tersebut, dan ini menjadi dorongan kepada penyusun untuk
mencoba melakukan pemutakhiran dengan kondisi saat ini.

Mohamad Tresna Wikarsa, 7093447K3 17


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI
KANTOR INDUK

Bab VII

KESIMPULAN

Sistem Tenaga Listrik Jawa Bali (STLJB) adalah gabungan antara Jaringan

Bab VIII

TINDAKAN YANG DISARANKAN

Sistem Tenaga Listrik Jawa Bali (STLJB) adalah gabungan antara Jaringan

Mohamad Tresna Wikarsa, 7093447K3 18


PT PLN (PERSERO)
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI
KANTOR INDUK

REFERENSI

[1] PT PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali, Rencana
Operasi Tahun 2013 Sistem Tenaga Listrik Jawa Bali Sistem Tenaga Listrik
Jawa Bali, Januari 2013;
[2] PT PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali Evaluasi
Operasi Sistem Jawa Bali 2012, Maret 2013;

Mohamad Tresna Wikarsa, 7093447K3 19

Anda mungkin juga menyukai