Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH KERJA PRAKTEK

PENGUKURAN BEBAN GARDU DISTRIBUSI PADA PENYULANG


TARAKAN DI PT PLN (PERSERO) ULP SUKARAMI

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah


Kerja Praktek Pada Jurusan Teknik Elektro
Program Studi Teknik Listrik

OLEH :
Nurul Fadilah 062130310911
Kelas 5 LD

Dosen Pembimbing :
Yessi Marniati, S.T., M.T

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


PALEMBANG
2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah Kerja Praktek yang berjudul “Pengukuran Beban Gardu
Distribusi Pada Penyulang Tarakan di PT PLN (Persero) ULP Sukarami” ini dengan
baik, meskipun jauh dari kata sempurna.

Penulisan makalah ini merupakan sebuah tugas dari Mata Kuliah Kerja
Praktek. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan
dan pengetahuan pada mata kuliah yang sudah dipelajari, agar kami semua menjadi
mahasiswa yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada


Dosen Pembimbing yaitu Ibu Yessi Marniati, S.T., M.T. Terima kasih kepada
kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan baik doa, moral, materi dan
kebutuhan lainnya. Kepada teman-teman, yang tidak dapat disebutkan satu-persatu
terima kasih atas doa dan bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini.

Terlepas dari upaya penulis untuk menyusun Makalah Bahasa Indonesia ini
dengan sebaik baiknya, penulis tetap menyadari bahwa tentunya selalu ada
kekurangan.

Demikianlah Makalah Kerja Praktek ini dibuat dengan sepenuh hati. Tidak
lupa kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Palembang, Januari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ............................................................................................... 2

1.3 Rumusan Masalah .................................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 4

2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik.......................................................................... 4

2.2 Gardu Distribusi ..................................................................................................... 6

2.3 Penyulang .............................................................................................................. 11

2.4 Transformator ....................................................................................................... 13

2.5 Tang Ampere (Clamp Meter) ............................................................................. 20

2.6 Fungsi Pengukuran Beban Gardu Distribusi .................................................... 23

BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 25

3.1 Hasil Meeting Gardu Pada Penyulang Tarakan ............................................... 25

3.2 Perhitungan Pembebanan Transformator .......................................................... 31

3.3 Data Persentase Pembebanan Transformator ................................................... 33

3.4 Analisa Pembahasan Data Hasil Perhitungan Pembebanan Distribusi Pada


Penyulang Tarakan .............................................................................................. 36

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 38

4.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 38

4.2 Saran ...................................................................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada saat ini, listrik memang telah menjadi salah satu kebutuhan pokok dalam
kehidupan manusia. Hampir semua aktivitas sehari-hari, baik di rumah tangga,
bisnis, industri, hingga sektor publik, memerlukan pasokan listrik yang handal.
Oleh karena itu, peran PT PLN (Persero) sebagai penyedia listrik di Indonesia
sangatlah penting. PT PLN (Persero) berperan dalam menyediakan listrik untuk
berbagai jenis pelanggan, mulai dari rumah tangga dengan tegangan rendah hingga
pelanggan industri dan bisnis yang membutuhkan tegangan tinggi.
PT PLN (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak
di bidang ketenagalistrikan yang membawahi seluruh aspek ketenagalistrikan di
Indonesia. Dalam pelayanan distribusi tenaga listrik, PLN membagi fungsi
utamanya menjadi beberapa unit utama berdasarkan sistem tenaga listriknya, yaitu
pembangkitan, transmisi, dan distribusi. Di antara tiga bidang utama PLN,
distribusi merupakan bagian yang paling berhubungan langsung dengan pelanggan
karena menyalurkan listrik langsung ke berbagai konsumen, baik rumah tangga,
sektor bisnis, pabrik, instansi pemerintah, dan lembaga sosial. Sejalan dengan visi
transformasi PLN 2020-2024 yang bertujuan untuk menjadi perusahaan listrik
terkemuka di Asia Tenggara dan pilihan solusi energi nomor 1 di kalangan
pelanggan, PLN memiliki tugas penting untuk meningkatkan keandalan
jaringannya untuk memenuhi kebutuhan listrik konsumen dan meningkatkan
kualitas layanan, kualitas jaringan listrik, dan kepuasan pelanggan. Keandalan
tenaga listrik diartikan sebagai kemungkinan peralatan beroperasi sesuai fungsinya
dalam jangka waktu tertentu dan dalam kondisi operasional tertentu.
Untuk memenuhi kebutuhan listrik konsumen, keandalan sistem distribusi
harus dijaga dan dijunjung tinggi. Salah satu pendekatan untuk memastikan
keandalan sistem di PLN (Persero) adalah memonitoring kegiatan pengukuran
beban pada gardu distribusi. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui jumlah beban

1
pada masing-masing jurusan. Hal ini untuk melihat apakah kondisi pembebanan
trafo distribusi dalam kondisi overload (kelebihan beban), baik (normal), ataupun
underload (kekurangan beban) agar pendistribusian tenaga listrik dapat selalu
optimal dan handal serta untuk mengurangi risiko kerusakan dan kerugian yang
dikeluarkan oleh perusahaan.
Berdasarkan permasalahan tersebut penulis mengangkat judul “Pengukuran
Beban Gardu Distribusi Pada Penyulang Tarakan di PT PLN (Persero) ULP
Sukarami”.

1.2 Tujuan dan Manfaat


1.2.1 Tujuan
Tujuan penulisan makalah kerja praktik ini adalah :

1. Untuk mengetahui sistem kerja dari gardu distribusi pada penyulang


tarakan di PT PLN (Persero) ULP Sukarami.
2. Untuk mengetahui peralatan dan komponen yang digunakan digardu
distribusi pada penyulang tarakan di PT PLN (Persero) ULP Sukarami.
3. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan pengukuran beban pada
gardu distribusi pada penyulang tarakan di PT PLN (Persero) ULP
Sukarami.
4. Untuk mengetahui persentase pembebanan transformator gardu
distribusi pada penyulang tarakan di PT PLN (Persero) ULP Sukarami.

1.2.2 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dalam penulisan makalah kerja praktik ini
adalah :
1. Dapat mengetahui sistem kerja dari gardu distribusi pada penyulang
tarakan di PT PLN (Persero) ULP Sukarami.
2. Dapat mengetahui peralatan dan komponen yang digunakan digardu
distribusi pada penyulang tarakan di PT PLN (Persero) ULP Sukarami.
3. Dapat mengetahui prosedur pelaksanaan pengukuran beban pada gardu
distribusi pada penyulang tarakan di PT PLN (Persero) ULP Sukarami.

2
4. Dapat menjelaskan hasil pengukuran dan perhitungan pembebanan
gardu distribusi.

1.3 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penulisan makalah kerja praktik ini adalah :
1. Apa fungsi dari pengukuran beban gardu distribusi di PT PLN (Persero).
2. Apa saja alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran beban pada
gardu distribusi di PT PLN (Persero) ULP Sukarami.
3. Bagaimana prosedur pelaksanaan pengukuran beban pada gardu distribusi
di PT PLN (Persero) ULP Sukarami.
4. Bagaimana nilai persentase pembebanan transformator gardu distribusi
pada penyulang tarakan di PT PLN (Persero) ULP Sukarami.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem


distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik
besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik
adalah; 1) pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat
(pelanggan), dan 2) merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung
berhubungan dengan pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban
(pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi. Tenaga listrik yang
dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik besar dengan tegangan dari 11 kV sampai
24 kV dinaikan tegangannya oleh gardu induk dengan transformator penaik
tegangan menjadi 70 kV ,154kV, 220kV atau 500kV kemudian disalurkan melalui
saluran transmisi.

Tujuan menaikkan tegangan ialah untuk memperkecil kerugian daya listrik


pada saluran transmisi, dimana dalam hal ini kerugian daya adalah sebanding
dengan kuadrat arus yang mengalir (I2 .R). Dengan daya yang sama bila nilai
tegangannya diperbesar, maka arus yang mengalir semakin kecil sehingga kerugian
daya juga akan kecil pula. Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi
20 kV dengan transformator penurun tegangan pada gardu induk distribusi,
kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh
saluran distribusi primer. Dari saluran distribusi primer inilah gardu-gardu
distribusi mengambil tegangan untuk diturunkan tegangannya dengan trafo
distribusi menjadi sistem tegangan rendah, yaitu 220/380Volt. Selanjutnya
disalurkan oleh saluran distribusi sekunder ke konsumen-konsumen. Dengan ini
jelas bahwa sistem distribusi merupakan bagian yang penting dalam sistem tenaga
listrik secara keseluruhan.

4
Pengelompokan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik

Untuk kemudahan dan penyederhanaan, lalu diadakan pembagian serta


pembatasan-pembatasan, yaitu :

Daerah I : Bagian pembangkitan (Generation)


Daerah II : Bagian penyaluran (Transmission), bertegangan tinggi
(HV, UHV, EHV)
Daerah III : Bagian distribusi primer, bertegangan menengah (6 atau
20kV)
Daerah IV : (Di dalam bangunan pada beban/konsumen), instalasi,
bertegangan rendah.
Berdasarkan pembatasan-pembatasan tersebut, maka diketahui bahwa
Sistem Distribusi adalah Daerah III dan IV, yang pada dasarnya dapat
dikelasifikasikan menurut beberapa cara, bergantung dari segi apa kelasifikasi itu
dibuat.

Gambar 3.1 Sistem Tenaga Listrik

2.1.1 Jaringan Sistem Distribusi Primer


Yaitu jaringan distribusi yang berasal dari jaringan transmisi yang
diturunkan tegangannya di Gardu Induk (GI) menjadi Tegangan Menengah (TM)

5
dengan nominal tegangan 20 kV yang biasa disebut JTM (Jaringan Tegangan
Menengah) lalu disalurkan ke lokasi-lokasi Pelanggan listrik kemudian di turunkan
tegangannya ditrafo pada gardu distribusi untuk disalurkan ke Pelanggan.

2.1.2 Jaringan Sistem Distribusi Sekunder


Yaitu jaringan distribusi dari gardu distribusi untuk disalurkan ke Pelanggan
dengan klasifikasi tegangan rendah yaitu 220 V atau 380 V (antar fasa). Pelanggan
yang memakai tegangan rendah ini adalah Pelanggan paling banyak karena daya
yang dipakai tidak terlalu banyak. Jaringan dari gardu distribusi dikenal dengan JTR
(Jaringan Tegangan Rendah), lalu dari JTR dibagi-bagi untuk ke rumah pelanggan,
saluran yang masuk dari JTR ke rumah Pelanggan disebut Sambungan Rumah (SR).
Pelanggan trgangan ini banyaknya menggunakan satu fasa, walau ada beberapa
memakai listrik tiga fasa.

Gambar 3.2 Sistem Distribusi

2.2 Gardu Distribusi


Gardu Distribusi adalah suatu bangunan gardu listrik berisi atau terdiri dari
instalasi Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Menengah (PHB-TM),
Transformator Distribusi (TD) dan Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah
(PHB-TR) untuk memasok kebutuhan tenaga listrik bagi para pelanggan baik

6
dengan Tegangan Menengah (TM 20 kV) maupun Tegangan Rendah (TR
220/380V). Konstruksi Gardu distribusi dirancang berdasarkan optimalisasi biaya
terhadap maksud dan tujuan penggunaannya yang kadang kala harus disesuaikan
dengan peraturan Pemda setempat.

Secara garis besar gardu distribusi dibedakan atas :


a. Jenis pemasangannya :
a) Gardu pasangan luar : Gardu Portal, Gardu Cantol
b) Gardu pasangan dalam : Gardu Beton, Gardu Kios
b. Jenis Konstruksinya :
a) Gardu Beton (bangunan sipil : batu, beton)
b) Gardu Tiang : Gardu Portal dan Gardu Cantol
c) Gardu Kios
c. Jenis Penggunaannya :
a) Gardu Pelanggan Umum
b) Gardu Pelanggan Khusus
Khusus pengertian Gardu Hubung adalah gardu yang ditujukan untuk
memudahkan manuver pembebanan dari satu penyulang ke penyulang lain yang
dapat dilengkapi/tidak dilengkapi RTU (Remote Terminal Unit). Untuk fasilitas ini
lazimnya dilengkapi fasilitas DC Supply dari Trafo Distribusi pemakaian sendiri
atau Trafo distribusi untuk umum yang diletakkan dalam satu kesatuan.

2.2.1 Gardu Portal


Umumnya konfigurasi Gardu Tiang yang dicatu dari SUTM adalah T
section dengan peralatan pengaman Pengaman Lebur Cut-Out (FCO) sebagai
pengaman hubung singkat transformator dengan elemen pelebur (pengaman lebur
link type expulsion) dan Lightning Arrester (LA) sebagai sarana pencegah naiknya
tegangan pada transformator akibat surja petir.

7
Gambar 3.3 Gardu Portal dan Single Line Diagram

Gambar 3.4 Monogram Gardu Portal

2.2.2 Gardu Cantol


Pada Gardu Distribusi tipe cantol, transformator yang terpasang adalah
transformator dengan daya ≤ 100 kVA Fase 3 atau Fase 1. Transformator terpasang
adalah jenis CSP (Completely Self Protected Transformer) yaitu peralatan
switching dan proteksinya sudah terpasang lengkap dalam tangki transformator.

8
Perlengkapan perlindungan transformator tambahan LA (Lightning
Arrester) dipasang terpisah dengan Penghantar pembumiannya yang dihubung
langsung dengan badan transformator. Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan
Rendah (PHB-TR) maksimum 2 jurusan dengan saklar pemisah pada sisi masuk
dan pengaman lebur (type NH, NT) sebagai pengaman jurusan. Semua Bagian
Konduktif Terbuka (BKT) dan Bagian Konduktif Ekstra (BKE) dihubungkan
dengan pembumian sisi Tegangan Rendah.

Gambar 3.5 Gardu Cantol dan Single Line Diagram

Gambar 3.6 Monogram Gardu Cantol

9
2.2.3 Gardu Beton
Seluruh komponen utama instalasi yaitu transformator dan peralatan
switching/proteksi, terangkai didalam bangunan sipil yang dirancang, dibangun dan
difungsikan dengan konstruksi pasangan batu dan beton (masonrywall building).
Konstruksi ini dimaksudkan untuk pemenuhan persyaratan terbaik bagi
keselamatan ketenagalistrikan.

Gambar 3.7 Gardu Beton

2.2.4 Gardu Kios


Gardu tipe ini adalah bangunan prefabricated terbuat dari konstruksi baja,
fiberglass atau kombinasinya, yang dapat dirangkai di lokasi rencana pembangunan
gardu distribusi. Terdapat beberapa jenis konstruksi, yaitu Kios Kompak, Kios
Modular dan Kios Bertingkat. Gardu ini dibangun pada tempat-tempat yang tidak
diperbolehkan membangun Gardu Beton. Karena sifat mobilitasnya, maka
kapasitas transformator distribusi yang terpasang terbatas. Kapasitas maksimum
adalah 400 kVA, dengan 4 jurusan Tegangan Rendah. Khusus untuk Kios Kompak,
seluruh instalasi komponen utama gardu sudah dirangkai selengkapnya di pabrik,
sehingga dapat langsung di angkut kelokasi dan disambungkan pada sistem
distribusi yang sudah ada untuk difungsikan sesuai tujuannya.

10
Gambar 3.8 Gardu Kios

2.3 Penyulang
Penyulang listrik adalah bagian dari jaringan distribusi listrik yang
menghubungkan gardu distribusi atau gardu induk dengan pelanggan listrik. Ini
merupakan saluran atau jalur distribusi listrik yang mengalirkan daya dari gardu
distribusi ke area atau wilayah tertentu yang di layani oleh gardu tersebut.

Penyulang tegangan menengah adalah sarana untuk pendistribusian tenaga


listrik dari gardu induk ke konsumen. Di mana kontinuitas pendistribusian tenaga
listrik tersebut harus selalu dijaga. Namun pada kenyataannya, penyulang tersebut
sering mengalami gangguan yang dapat disebabkan adanya kejadian secara acak
dalam sistem yang dapat berupa terganggunya fungsi peralatan, peningkatan beban
dan lepasnya peralatan-peralatan yang tersambung ke sistem. Selain itu, biasanya
gangguan tersebut juga disebabkan oleh jaringan dengan konduktor telanjang yang
banyak terdapat di Indonesia yang digelar di udara bebas yang akan beresiko
menyebabkan terjadinya gangguan seperti gangguan hubung singkat 3 fasa, 2 fasa
dan 1 fasa ke tanah yang sifatnya temporerdan permanen. Gangguan atau kegagalan
dalam penyulang dapat mengakibatkan pemadaman listrik yang signifikan di area
yang dilayani oleh gardu distribusi tersebut. Oleh karena itu untuk melokalisasi
gangguan tersebut diperlukan sistem proteksi yang memenuhi persyaratan
sensitifitas, andal, selektifitas, serta kecepatan, dimana keseluruhan persyaratan

11
tersebut bergantung pada ketepatan penyetelan peralatan proteksinya (Sutikno,
2010).

Berikut adalah beberapa komponen utama dalam penyulang listrik :


1. Kabel dan Saluran : Penyulang menggunakan kabel listrik atau saluran
distribusi yang terpasang di atas tiang listrik atau tertanam di bawah tanah
untuk mengalirkan listrik dari gardu distribusi.
2. Peralatan Pengaman dan Pemantauan : Di sepanjang jalur penyulang, terdapat
perangkat pengaman seperti pemutus sirkuit dan pemantauan jaringan untuk
memantau kualitas aliran listrik dan mendeteksi gangguan atau kegagalan.
3. Transformator : Terkadang transformator dipasang di sepanjang jalur
penyulang untuk menyesuaikan tegangan listrik sebelum mencapai pelanggan.
Ini membantu menyesuaikan tegangan agar sesuai dengan kebutuhan di
wilayah tertentu.
4. Perangkat Proteksi dan Kendali : Sistem proteksi seperti relay dan pengontrol
secara otomatis dapat mengisolasi bagian yang terganggu dalam jalur
penyulang, meminimalkan dampak gangguan pada pasokan listrik.
5. Pengatur Tegangan : Beberapa penyulang memiliki perangkat pengatur
tegangan untuk memastikan tegangan yang dikirimkan ke pelanggan tetap
stabil dan sesuai dengan kebutuhan.

Fungsi utama penyulang listrik meliputi :


1. Mengalirkan Daya : Penyulang bertanggung jawab untuk mengalirkan listrik
dari sumber gardu distribusi ke berbagai area pelanggan atau konsumen listrik.
2. Pemisahan dan Distribusi : Ini membagi daya listrik menjadi cabang-cabang
atau sirkuit yang lebih kecil untuk memasok ke berbagai wilayah, bangunan,
atau rumah tangga.
3. Pemeliharaan Kualitas Listrik : Penyulang harus mempertahankan kualitas
tegangan yang stabil dan dalam batas yang diizinkan serta melindungi jaringan
dari gangguan atau kegagalan yang dapat mempengaruhi pasokan listrik.

12
4. Sistem Proteksi dan Pengamanan : Penyulang dilengkapi dengan perangkat
proteksi dan pemutus sirkuit yang memonitor aliran listrik untuk menghindari
gangguan serius dan melindungi jaringan dari kerusakan.

2.4 Transformator
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan
mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik
yang lain dengan frekuensi yang sama, melalui suatu gandengan magnet dan
berdasarkan prinsip induksi electromagnet.

Secara konstruksinya transformator terdiri atas dua kumparan yaitu primer


dan sekunder. Bila kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-
balik, maka fluks bolak-balik akan terjadi pada kumparan sisi primer, kemudian
fluks tersebut akan mengalir pada inti transformator, dan selanjutnya fluks ini akan
mengimbas pada kumparan yang ada pada sisi sekunder yang mengakibatkan
timbulnya fluks magnet disisi sekunder, sehingga pada sisi sekunder akan timbul
tegangan.

Gambar 3.9 Fluks Magnet Transformator

2.4.1 Bagian-Bagian Transformator


2.4.1.1 Inti Besi
Inti besi tersebut berfungsi untuk membangkitkan fluksi yang timbul karena
arus listrik dalam belitan atau kumparan trafo, sedang bahan ini terbuat dari

13
lempengan-lempengan baja tipis, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi panas
yang diakibatkan oleh arus eddy (eddy current).

2.4.1.2 Kumparan Primer dan Kumparan Sekunder


Kawat email yang berisolasi terbentuk kumparan serta terisolasi baik antar
kumparan maupun antara kumparan dan inti besi. Terdapat dua kumparan pada inti
tersebut yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder, bila salah satu kumparan
tersebut diberikan tegangan maka pada kumparan akan membangkitkan fluksi pada
inti serta menginduksi kumparan lainnya sehingga pada kumparan sisi lain akan
timbul tegangan.

2.4.1.3 Minyak Trafo


Belitan primer dan sekunder pada inti besi pada trafo terendam minyak
trafo, hal ini dimaksudkan agar panas yang terjadi pada kedua kumparan dan inti
trafo oleh minyak trafo dan selain itu minyak tersebut juga sebagai isolasi pada
kumparan dan inti besi.

2.4.1.4 Isolator Bushing


Pada ujung kedua kumparan trafo baik primer ataupun sekunder keluar
menjadi terminal melalui isolator yang juga sebagai penyekat antar kumparan
dengan body badan trafo.

2.4.1.5 Tangki dan Konserfator


Bagian-bagian trafo yang terendam minyak trafo berada dalam tangki,
sedangkan untuk pemuaian minyak tangki dilengkapi dengan konserfator yang
berfungsi untuk menampung pemuaian minyak akibat perubahan temperature.

2.4.1.6 Kutub Pembuangan dan Pengisian


Katup pembuangan pada trafo berfungsi untuk menguras pada penggantian
minyak trafo, hal ini terdapat pada trafo diatas 100 kVA, sedangkan katup pengisian
berfungsi untuk menambahkan atau mengambil sample minyak pada trafo.

2.4.1.7 Oil Level


Fungsi dari oil level tersebut adalah untuk mengetahui minyak pada tangki
trafo, oil level inipun hanya terdapat pada trafo diatas 100 kVA.

14
2.4.1.8 Indikator Suhu Trafo
Untuk mengetahui serta memantau keberadaan temperature pada oil trafo
saat beroperasi, untuk trafo yang berkapasitas besar indikator limit tersebut
dihubungkan dengan rele temperature.

2.4.1.9 Pernafasan Trafo


Karena naik turunnya beban trafo maupun suhu udara luar, maka suhu
minyaknya akan berubah-ubah mengikuti keadaan tersebut. Bila suhu minyak
tinggi, minyak akan memuai dan mendesak udara diatas permukaan minyak keluar
dari tangki, sebaliknya bila suhu turun, minyak akan menyusut maka udara luar
akan masuk kedalam tangki. Kedua proses tersebut diatas disebut pernapasan trafo,
akibatnya permukaan minyak akan bersinggungan dengan udara luar, udara luar
tersebut lembab. Oleh sebab itu pada ujung pernapasan diberikan alat dengan bahan
yang mampu menyerap kelembaban udara luar yang disebut kristal zat Hygrokopis
(Clilicagel).

2.4.1.10 Pendinginan Trafo


Perubahan temperature akibat perubahan beban maka seluruh komponen
trafo akan menjadi panas, guna mengurangi panas pada trafo dilakukan pendingin
pada trafo, guna mengurangi pada trafo dilakukan pendinginan pada trafo.
Sedangkan cara pendinginan trafo terdapat dua macam yaitu : alamiah/natural
(Onan) dan paksa/tekanan (Onaf). Pada pendinginan alamiah (natural) melalui
sirip-sirip radiator yang bersirkulasi dengan udara luar dan untuk trafo yang besar
minyak pada trafo disirkulasikan dengan pompa. Sedangkan pada pendinginan
paksa pada sirip-sirip trafo terdapat fan yang bekerjanya sesuai setting
temperaturnya.

2.4.1.11 Tap Changer Trafo (Perubahan Tap)


Tap changer adalah alat perubah pembanding transformasi untuk
mendapatkan tegangan operasi sekunder yang sesuai dengan tegangan sekunder
yang diinginkan dari tegangan primer yang berubah-ubah. Tiap changer hanya
dapat dioperasikan pada keadaan trafo tidak bertegangan atau disebut dengan “Off
Load Tap Changer” serta dilakukan secara manual.

15
2.4.2 Prinsip Kerja dan Jenis Transformator
Sebuah transformator sederhana pada dasarnya terdiri dari 2 kumparan yaitu
kumparan primer dan kumparan sekunder. Pada kebanyakan transformator
kumparan ini dililiti pada suatu inti.

Apabila kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan AC maka


arus AC akan mengalir pada kumparan tersebut dan mengakibatkan timbulnya fluks
magnetic di sekeliling kumparan. Akibat yang ditimbulkan dengan adanya fluks
dikumparan primer maka akan terjadi induksi sendiri dan induksi dikumparan
sekunder karena pengaruh induksi dari kumparan primer atau disebut sebagai
induksi bersama yang menyebabkan timbulnya fluks magnet dikumparan sekunder,
maka jika rangkaian sekunder dibebani maka arus akan mengalir di sekunder.

Berdasarkan cara kerjanya transformator terbagi menjadi dua jenis, yaitu :

1. Transformator Step-Up
Transformator step-up berfungsi untuk menaikkan tegangan arus listrik
bolak-balik. Adapun karakteristik transformator step-up, yaitu :
a. Besar tegangan pada kumparan sekunder umumnya mempunyai nilai yang jauh
lebih tinggi jika dibandingkan dengan besar tegangan pada kumparan primer
(Vs > Vp).
b. Besar arus listrik yang berjalan memasuki kumparan primer akan mempunyai
nilai yang lebih tinggi dibandingkan kumparan sekunder (Ip > Is).

2. Transformator Step-Down
Transformator step-down berfungsi sebaliknya dari transformator step-up,
yaitu untuk menurunkan besar tegangan arus listrik. Adapun karakteristik
transformator step-down, yaitu :
a. Besar tegangan pada kumparan primer umumnya mempunyai nilai yang lebih
tinggi dibandingkan kumparan sekunder (Vp > Vs).
b. Lilitan yang terdapat pada kumparan primer lebih banyak dibandingkan
kumparan sekunder (Np > Ns).

16
c. Arus listrik yang memasuki kumparan primer lebih kecil dibandingkan
kumparan sekunder (Ip < Is).

2.4.3 Perhitungan Arus Beban Penuh Transformator


Daya transformator bila ditinjau dari sisi tegangan tinggi (primer) dapat
diketahui dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

𝑆 = √3 × 𝑉 × 𝐼 …………………(2.1)
Dimana :

S = Daya Transformator (VA)

V = Tegangan Sisi Primer Transformator (V)

I = Arus (A)

Sehingga untuk menghitung arus beban transformator (𝐼𝐹𝐿 ) dapat


menggunakan persamaan :
𝑆
𝐼𝐹𝐿 = …………………(2.2)
√3 × 𝑉
Dimana :

IFL = Arus Beban Penuh (A)

S = Daya Transformator (VA)

V = Tegangan Sisi Sekunder Transformator (V)

2.4.4 Pembebanan Transformator


Beban adalah suatu sirkuit akhir pemanfaatan dari suatu jaringan tenaga
listrik, yang berarti tempat terjadinya suatu perubahan energi dari energi listik
menjadi energi lainnya, seperti cahaya, panas, gerakan, magnet, dan sebagainya.
Oleh karena itu, pelayanan terhadap beban haruslah terjamin kontinuitasnya untuk
menjaga kehandalan dari sistem tenaga listrik. Untuk mencapai keadaan yang

17
handal tersebut, suatu sistem tenaga listrik haruslah dapat mengatasi semua
gangguan yang terjadi tanpa melakukan pemadaman terhadap bebannya.

Menurut keterangan yang penulis dapatkan dari pihak ULP PT. PLN
(Persero) dan berdasarkan pedoman SPLN No 50 Tahun 1997, kondisi pembebanan
transformator distribusi hendaknya berada pada nilai 36% - 80%. Jika persentase
pembebanan berada pada nilai 0% - 35% dinyatakan dengan underload, dan jika
persentase pembebanan berada pada nilai 81% - >100% dinyatakan dengan
overload. Bila beban transformator terlalu besar maka dilakukan penggantian
transformator atau penyisipan transformator atau mutasi transformator.

Pembebanan transformator distribusi tersebut diperoleh melalui persamaan


berikut :

(𝑉𝑅−𝑁 × 𝐼𝑅 )+ (𝑉𝑆−𝑁 × 𝐼𝑆 )+ (𝑉𝑇−𝑁 × 𝐼𝑇 )


kVA Beban = …………(2.3)
1000
Dimana :

kVA Beban = Daya Pengukuran Pada Sisi Sekunder (kVA)

𝐼𝑅 , 𝐼𝑆 , 𝐼𝑇 = Arus Fasa Sekunder (A)

𝑉𝑅−𝑁 , 𝑉𝑆−𝑁 , 𝑉𝑇−𝑁 = Tegangan Fasa Netral Sekunder (V)

Untuk mengetahui persentase besar kapasitas transformator yang ada dapat


digunakan rumus berikut :

𝑘𝑉𝐴 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛
% beban transformator = × 100% ………(2.4)
𝑘𝑉𝐴 𝑇𝑟𝑎𝑓𝑜

Dimana :

kVA Beban = Daya Pengukuran Pada Sisi Sekunder (kVA)

kVA Trafo = Daya Nominal Trafo (kVA)

Setiap fasa dari sisi sekunder tiap transformator distribusi harus memiliki
beban yang seimbang satu sama lain. Apabila terjadi ketidakseimbangan beban

18
pada tiap fasanya maka selain menyebabkan berkurangnya umur atau masa pakai
transformator, juga menyebabkan terjadinya losses atau rugi-rugi karena terdapat
arus yang mengalir pada netral. Persentase ketidakseimbangan beban pada trafo
distribusi ini disarankan untuk berada dibawah angka 10% yang mana ini adalah
titik normal dan dapat ditolerir dari tingkat ketidakseimbangan beban trafo.
Berdasarkan Edaran Direksi PT PLN (Persero) No 0017 Tahun 2014 Tentang
Metode Pemeliharaan Trafo Distribusi Berbasis Kaidah Manajemen Aset sebagai
tindak on-line assessment tier-1 pada gardu distribusi, yaitu pada bagian Load
Reading and Profiling pada trafo distribusi, diketahui nilai health index
ketidakseimbangan arus antar fasa yaitu <10% untuk kondisi baik, 10% - <20%
untuk kondisi cukup, 20% - <25% untuk kondisi kurang, dan >=25% untuk kondisi
buruk. Apabila terjadi ketidakseimbangan beban antar fasa trafo distribusi maka
akan dilakukan kegiatan pemerataan beban sebagai tindak lanjut untuk mencegah
losses (rugi-rugi) dan penyusutan umur masa pakai trafo distribusi.

Untuk mengetahui ketidakseimbangan beban dapat digunakan persamaan


sebagai berikut :

 Rumus menghitung nilai arus rata-rata


𝐼𝑅 + 𝐼𝑆 + 𝐼𝑇
𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = ………(2.5)
3

Dimana :

𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = Arus Rata-rata 3 fasa

𝐼𝑅 = Arus Fasa R (A)

𝐼𝑆 = Arus Fasa S (A)

𝐼𝑇 = Arus Fasa T (A)

 Rumus perhitungan koefisien a, b, dan c


𝐼𝑅
[𝐼𝑅 ] = a [I] maka a =
𝐼 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎

19
𝐼𝑆
[𝐼𝑆 ] = b [I] maka b = …….(2.6)
𝐼 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
𝐼𝑇
[𝐼𝑇 ] = c [I] maka c =
𝐼 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎

Dimana :

𝐼𝑅 , 𝐼𝑆 , dan 𝐼𝑇 = Arus Fasa R, S, dan T (A)

[I] = Arus Rata-rata (A)

 Rumus persentase ketidakseimbangan beban


{(𝑎−1)+(𝑏−1)+(𝑐−1)}
% ketidakseimbangan beban = × 100% ……...(2.7)
3

Dimana :

% Ketidakseimbangan Beban = Persen (%)

(a-1), (b-1), (c-1) = Nilai Koefisien a, b, c

2.5 Tang Ampere (Clamp Meter)


Tang Ampere (Clamp Meter) adalah alat ukur yang digunakan untuk
mengukur arus listrik pada sebuah kabel konduktor yang dialiri arus listrik dengan
menggunakan dua rahang penjepitnya (Clamp) tanpa harus memiliki kontak
langsung dengan terminal listriknya. Dengan demikian, tidak perlu mengganggu
rangkaian listrik yang akan diukur, cukup dengan ditempatkan pada sekeliling kabel
listrik yang akan diukur.

Pada umumnya, Tang Ampere yang dijual dipasaran rata-rata telah


dilengkapi fungsi layaknya multimeter. Jadi tang ampere juga memiliki dua probe
yang dapat digunakan untuk mengukur hambatan, tegangan AC maupun DC dan
bahkan ada model lainnya yang dapat mengukur kapasitansi, frekuensi, arus listrik
DC dan suhu.

Tang Ampere (Clamp Meter) menggunakan prinsip induksi Magnetik untuk


menghasilkan pengukuran non kontak terhadap arus listrik AC. Arus Listrik yang

20
mengalir pada kabel konduktor akan menghasilkan Medan Magnet. Arus AC
merupakan arus dengan polaritas yang bolak-balik, hal ini akan menyebabkan
fluktuasi dinamis dalam medan magnet yang sebanding dengan aliran arus
listriknya. Sebuah Transformator yang terdapat di dalam Clamp Meter/Tang
Ampere akan merasakan fluktuasi magnet tersebut dan kemudian
mengkonversikannya menjadi nilai Ampere (arus listrik) sehingga kita dapat
membacanya di layar Clamp Meter.

Cara Pengukuran dengan teknologi ini sangat mempermudahkan kita dalam


mengukur arus listrik AC terutama pada arus listrik AC yang tinggi. Alat ukur ini
sangat praktis digunakan dan mudah untuk dibawa , karena memiliki ukuran yang
kecil dan tidak terlalu berat. Alat ukur ini memiliki “rahang penjepit” yang sudah
terintegrasikan ke meteran listrik sehingga memudahkan pengguna untuk
melakukan pengukuran karena hanya perlu menjepit di sekitar kawat, kabel ataupun
konduktor lainnya di setiap titik sistem listrik dan bisa langsung mengukur tanpa
perlu melepaskan atau mengupas lapisan kabelnya.

2.5.1 Jenis Tang Ampere (Clamp Meter)


Ada dua jenis clamp meter atau tang amper: instrumen yang dirancang untuk
mengukur arus beban dan instrumen yang dirancang untuk mengukur arus bocor.
Yang pertama dapat dibagi lagi sebagai berikut :

1. Model yang dirancang untuk mengukur arus AC dengan karakteristik pita


frekuensi yang berpusat pada frekuensi catu daya komersial
2. Model yang dirancang untuk mengukur arus DC serta arus AC pada frekuensi
di dan di bawah frekuensi catu daya komersial dari perangkat seperti inverter
untuk keperluan umum

Clamp meter juga dapat diklasifikasikan berdasarkan metode rektifikasi yang


mereka gunakan (baik rektifikasi-nilai rektifikasi atau RMS).

Selain itu juga, Tang Ampere (Clamp Meter) juga dapat dibedakan menjadi :

21
1. Tang Ampere Analog

Gambar 3.10 Tang Ampere Analog

Tang ampere model ini menggunakan sistem analog. Setelah arus


mengalir dalam kumparan dengan tegangan tertentu maka akan langsung
diolah oleh komponen-komponen penyusun Clamp Meter (Tang Ampere)
Analog dan di kirim ke Display.
Prinsip kerja Display ini adalah menggunakan prinsip kerja alat ukur
kumparan putar. Alat ukur kumparan putar ialah alat ukur yang berkerja atas
dasar prinsip dari adanya suatu kumparan listrik, yang ditempatkan pada medan
magnet, yang berasal dari suatu magnet permanen.
Arus yang di alirkan melalui kumparan akan menyebabkan kumparan
tersebut berputar. Ketika kumparan berputar maka jarum penunjuk berputar
sesuai dengan besarnya arus listrik yang masuk kedalam kumparan pada alat
ukur kumparan putar.
2. Tang Ampere Digital

Gambar 3.11 Tang Ampere Digital


Tang amper model ini menggunakan sistem Digital. Setelah arus
mengalir dalam kumparan dengan tegangan tertentu maka akan langsung

22
diolah oleh komponen-komponen penyusun Clamp Meter (Tang Ampere)
Digital.
Induktor merupakan clamp yang menerima input berdasarkan hukum
Faraday. Tegangan yang diukur perlu dimasukkan ke dalam sebuah rangkain
buffer karena masalah impedansi yang tepat. Hal ini bertujuan untuk
menghindari drop tegangan pada sistem. Karena tegangan yang dihasilkan
kecil, maka perlu dikuatkan oleh sebuah amplifier.
Tegangan yang dihasilkan sampai tahap ini masih berupa AC, padahal
ICL 7107 (ICL 7107 adalah sebuah ADC/Analog Digital Converter yang
keluarannya dapat langsung ditampilkan ke 3½ 7-segment. IC ini menerima
input tegangan maksimal 2V) hanya menerima sinyal DC. Dengan adanya
kondisi ini, diperlukan sebuah penyearah.
Penyearah yang dipakai harus menggunakan precision rectifier karena
apabila menggunakan diode saja akan terdapat tegangan yang hilang. Selain itu
sinyal yang terukur juga termasuk kecil.

2.6 Fungsi Pengukuran Beban Gardu Distribusi


Pengukuran beban gardu distribusi memiliki beberapa fungsi penting dalam
pengelolaan jaringan listrik dan distribusi energi listrik. Beberapa fungsi utama
pengukuran beban gardu distribusi meliputi:
1. Monitoring Beban
Pengukuran beban gardu distribusi digunakan untuk memantau besarnya
beban yang terhubung ke gardu tersebut. Informasi ini membantu operator
jaringan listrik dalam memahami konsumsi energi saat itu dan seiring
waktu. Dengan informasi ini, mereka dapat mengoptimalkan operasi
jaringan dan memutuskan tindakan yang diperlukan untuk menjaga
stabilitas sistem.
2. Perencanaan Jaringan
Data pengukuran beban gardu distribusi juga digunakan dalam perencanaan
jaringan listrik. Ini membantu dalam menentukan kapasitas yang diperlukan
untuk gardu distribusi, serta mengidentifikasi apakah ada kebutuhan untuk

23
meningkatkan infrastruktur distribusi listrik di daerah tertentu yang
mungkin mengalami pertumbuhan beban yang signifikan.
3. Pemantauan Kualitas Listrik
Selain jumlah energi yang digunakan, pengukuran beban gardu distribusi
juga memungkinkan pemantauan kualitas listrik. Ini termasuk pemantauan
tegangan, arus, faktor daya, dan gangguan yang mungkin terjadi pada gardu.
Informasi ini penting dalam menjaga kualitas dan keandalan pasokan listrik
kepada pelanggan.
4. Pembebanan Optimal
Pengukuran beban membantu dalam mendistribusikan beban secara optimal
di antara gardu-gardu distribusi. Hal ini membantu dalam menghindari
overloading gardu yang dapat menyebabkan gangguan dan pemadaman
listrik. Pengendalian yang lebih baik atas pembebanan gardu juga
membantu dalam mengurangi kerugian energi.
5. Pemantauan Keandalan
Data pengukuran beban juga digunakan untuk memantau keandalan
jaringan listrik. Operator dapat menggunakan informasi ini untuk
mengidentifikasi gardu yang mungkin memerlukan pemeliharaan atau
perbaikan, sehingga dapat mengurangi risiko pemadaman listrik.

24
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Hasil Meeting Gardu Pada Penyulang Tarakan


Disini penulis melakukan pengukuran terhadap 10 gardu distribusi pada
penyulang tarakan di wilayah kerja ULP Sukarami pada tanggal 26 September
2023, 10 gardu tersebut adalah gardu distribusi dengan kode nomor gardu PC0129,
PC1319, PC0044, PC1367, PC0088, PC0880, PC0074, PC0261, PC0286, dan
PC1312. Pengukuran beban dilakukan pada waktu beban normal (Siang Hari).
Petugas pengukuran :
1. Pramoko
2. Nurul Fadilah

3.1.1 Gardu Distribusi PC0129


Kode gardu distribusi : PC0129
Konstruksi gardu : Portal
Merk transformator : Starlite
Daya transformator : 200 kVA

Tabel 4.1 Hasil pengukuran beban gardu distribusi PC0129


TEGANGAN BEBAN
R S T N
URUTAN VOLTASE JURUSAN
(Amp) (Amp) (Amp) (Amp)
R-S 403 A 5 21 38 33
R-T 406 B 0 0 0 0
S-T 404 C 33 75 17 32
R-N 232 D 20 26 49 8
S-N 233
JUMLAH 58 122 104 73
T-N 236

25
3.1.2 Gardu Distribusi PC1319
Kode gardu distribusi : PC1319
Konstruksi gardu : Portal
Merk transformator : Starlite
Daya transformator : 100 kVA

Tabel 4.2 Hasil pengukuran beban gardu distribusi PC1319


TEGANGAN BEBAN
R S T N
URUTAN VOLTASE JURUSAN
(Amp) (Amp) (Amp) (Amp)
R-S 398 A 4 0 11 8
R-T 400 B 0 10 0 4
S-T 396 C 23 30 34 24
R-N 231 D 12 5 51 41
S-N 227
JUMLAH 39 45 96 77
T-N 229

3.1.3 Gardu Distribusi PC0044


Kode gardu distribusi : PC0044
Konstruksi gardu : Portal
Merk transformator : Starlite
Daya transformator : 100 kVA

Tabel 4.3 Hasil pengukuran beban gardu distribusi PC0044


TEGANGAN BEBAN
R S T N
URUTAN VOLTASE JURUSAN
(Amp) (Amp) (Amp) (Amp)
R-S 403 A 33 35 21 16
R-T 403 B 14 30 29 20

26
S-T 401 C 0 0 0 0
R-N 234 D 0 0 0 0
S-N 230
JUMLAH 47 65 50 36
T-N 232

3.1.4 Gardu Distribusi PC1367


Kode gardu distribusi : PC1367
Konstruksi gardu : Portal
Merk transformator : Starlite
Daya transformator : 100 kVA

Tabel 4.4 Hasil pengukuran beban gardu distribusi PC1367


TEGANGAN BEBAN
R S T N
URUTAN VOLTASE JURUSAN
(Amp) (Amp) (Amp) (Amp)
R-S 401 A 62 65 66 12
R-T 402 B 0 0 0 0
S-T 399 C 0 0 0 0
R-N 230 D 0 0 0 0
S-N 230
JUMLAH 62 65 66 12
T-N 232

3.1.5 Gardu Distribusi PC0088


Kode gardu distribusi : PC0088
Konstruksi gardu : Portal
Merk transformator : Sintra
Daya transformator : 160 kVA

27
Tabel 4.5 Hasil pengukuran beban gardu distribusi PC0088

TEGANGAN BEBAN

R S T N
URUTAN VOLTASE JURUSAN
(Amp) (Amp) (Amp) (Amp)
R-S 403 A 36 21 35 7
R-T 406 B 22 4 10 6
S-T 403 C 0 0 0 0
R-N 233 D 36 19 32 18
S-N 231
JUMLAH 94 44 77 31
T-N 235

3.1.6 Gardu Distribusi PC0880


Kode gardu distribusi : PC0880
Konstruksi gardu : Portal
Merk transformator : Trafindo
Daya transformator : 160 kVA

Tabel 4.6 Hasil pengukuran beban gardu distribusi PC0880


TEGANGAN BEBAN
R S T N
URUTAN VOLTASE JURUSAN
(Amp) (Amp) (Amp) (Amp)
R-S 400 A 17 19 16 8
R-T 403 B 0 0 0 0
S-T 399 C 0 0 0 0
R-N 231 D 0 0 0 0
S-N 229
JUMLAH 17 19 16 8
T-N 233

28
3.1.7 Gardu Distribusi PC0074
Kode gardu distribusi : PC0074
Konstruksi gardu : Portal
Merk transformator : Sintra
Daya transformator : 315 kVA

Tabel 4.7 Hasil pengukuran beban gardu distribusi PC0074


TEGANGAN BEBAN
R S T N
URUTAN VOLTASE JURUSAN
(Amp) (Amp) (Amp) (Amp)
R-S 403 A 127 98 134 35
R-T 406 B 0 0 0 0
S-T 402 C 2 8 9 5
R-N 233 D 0 0 0 0
S-N 231
JUMLAH 129 106 143 40
T-N 235

3.1.8 Gardu Distribusi PC0261


Kode gardu distribusi : PC0261
Konstruksi gardu : Portal
Merk transformator : Centrado
Daya transformator : 200 kVA

Tabel 4.8 Hasil pengukuran beban gardu distribusi PC0261


TEGANGAN BEBAN
R S T N
URUTAN VOLTASE JURUSAN
(Amp) (Amp) (Amp) (Amp)
R-S 401 A 135 141 149 11
R-T 400 B 0 0 0 0

29
S-T 403 C 0 0 0 0
R-N 232 D 0 0 0 0
S-N 233
JUMLAH 135 141 149 11
T-N 230

3.1.9 Gardu Distribusi PC0286


Kode gardu distribusi : PC0286
Konstruksi gardu : Portal
Merk transformator : Voltra
Daya transformator : 100 kVA

Tabel 4.9 Hasil pengukuran beban gardu distribusi PC0286


TEGANGAN BEBAN
R S T N
URUTAN VOLTASE JURUSAN
(Amp) (Amp) (Amp) (Amp)
R-S 398 A 0 0 0 0
R-T 398 B 20 26 23 25
S-T 396 C 18 8 4 7
R-N 230 D 211 167 247 75
S-N 230
JUMLAH 239 201 274 107
T-N 228

3.1.10 Gardu Distribusi PC1312


Kode gardu distribusi : PC1312
Konstruksi gardu : Portal
Merk transformator : Voltra
Daya transformator : 100 kVA

30
Tabel 4.10 Hasil pengukuran beban gardu distribusi PC1312
TEGANGAN BEBAN
R S T N
URUTAN VOLTASE JURUSAN
(Amp) (Amp) (Amp) (Amp)
R-S 399 A 24 0 0 24
R-T 399 B 0 0 0 0
S-T 396 C 114 128 125 28
R-N 230 D 0 0 0 0
S-N 226
JUMLAH 138 128 125 52
T-N 228

3.2 Perhitungan Pembebanan Transformator


Disini penulis akan mengambil data pengukuran beban pada salah satu
gardu untuk dijadikan contoh atau acuan dari perhitungan pembebanan
transformator. Penulis akan mengambil data pengukuran beban dari gardu PC0129
tabel 4.1.
Berdasarkan data beban dari tiap jurusan pada tabel 4.1, maka dapat dihitung
pembebanan transformator dengan menggunakan persamaan (3.3) dan (3.4).

3.2.1 Daya Tiap Jurusan Pada Gardu PC0129


Dengan menggunakan data hasil pengukuran pada tabel 4.1, maka didapat
perhitungan daya tiap jurusan pada gardu PC0129 adalah sebagai berikut :
1. Jurusan A
(𝑉𝑅−𝑁 × 𝐼𝑅 )+ (𝑉𝑆−𝑁 × 𝐼𝑆 )+ (𝑉𝑇−𝑁 × 𝐼𝑇 )
kVA Beban = 1000
(232 × 5) + (233 × 21) + (236 × 38)
= 1000
1.160 + 4.893 + 8.968
= 1000

= 15,021 kVA

31
2. Jurusan C
(𝑉𝑅−𝑁 × 𝐼𝑅 )+ (𝑉𝑆−𝑁 × 𝐼𝑆 )+ (𝑉𝑇−𝑁 × 𝐼𝑇 )
kVA Beban = 1000
(232 × 33) + (233 × 75) + (236 × 17)
= 1000
7.656 + 17.475 + 4.012
= 1000

= 29,143 kVA

3. Jurusan D
(𝑉𝑅−𝑁 × 𝐼𝑅 )+ (𝑉𝑆−𝑁 × 𝐼𝑆 )+ (𝑉𝑇−𝑁 × 𝐼𝑇 )
kVA Beban = 1000
(232 × 20) + (233 × 26) + (236 × 49)
= 1000
4.640 + 6.058 + 11.564
= 1000

= 22,262 kVA

4. Total Jurusan
Jumlah kVA beban = jurusan A + jurusan C + jurusan D
= 15,021 +29,143 + 22,262
= 66,426 kVA

3.2.2 Persentase Besar Kapasitas Transformator Pada Gardu PC0129


Dengan menggunakan data hasil pengukuran pada tabel 4.1, maka didapat
persentase besar kapasitas transformator pada gardu PC0129 adalah sebagai
berikut:
1. Jurusan A
𝑘𝑉𝐴 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
% 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑇𝑟𝑎𝑓𝑜 = × 100%
𝑘𝑉𝐴 𝑡𝑟𝑎𝑓𝑜
15,021
= × 100%
200

= 7,51%

32
2. Jurusan C
𝑘𝑉𝐴 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
% 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑇𝑟𝑎𝑓𝑜 = × 100%
𝑘𝑉𝐴 𝑡𝑟𝑎𝑓𝑜
29,143
= × 100%
200

= 14,57%

3. Jurusan D
𝑘𝑉𝐴 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
% 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑇𝑟𝑎𝑓𝑜 = × 100%
𝑘𝑉𝐴 𝑡𝑟𝑎𝑓𝑜
22,262
= × 100%
200

= 11,131%

4. Total Jurusan
𝑘𝑉𝐴 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
% 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑇𝑟𝑎𝑓𝑜 = × 100%
𝑘𝑉𝐴 𝑡𝑟𝑎𝑓𝑜
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑉𝐴 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
= × 100%
𝑘𝑉𝐴 𝑡𝑟𝑎𝑓𝑜

66,426
= × 100%
200

= 33,21%

3.3 Data Persentase Pembebanan Transformator


Berdasarkan data hasil pengukuran beban, maka dapat dihitung persentase
besar kapasitas transformator pada penyulang tarakan. Perhitungan pembebanan
dilakukan persis seperti pada bab 3.2 dan berlaku untuk semua gardu distribusi
penyulang tarakan. Berikut data hasil perhitungan persentase besar kapasitas
transformator pada penyulang tarakan.

33
Tabel 4.11 Data Persentase Pembebanan Transformator Penyulang Tarakan

Menurut keterangan yang penulis dapatkan dari pihak ULP Sukarami PT


PLN (Persero), dan berdasarkan pedoman SPLN No 50 Tahun 1997, kondisi
pembebanan transformator distribusi dengan status trafo normal berada pada nilai
36% - 80%. Untuk kondisi status trafo underload berada pada nilai 0% - 35%, dan
kondisi status trafo overload berada pada nilai 81% - >100%. Berdasarkan standar
nilai status trafo tersebut, maka dari data persentase pembebanan trafo pada tabel
4.11 didapatkan 6 trafo dengan status underload, 3 trafo dengan status normal, dan
1 trafo dengan status overload. Transformator distribusi yang mengalami
pembebanan transformator yang overload maka dilakukan pemasangan trafo/gardu
sisipan, peningkatan kapasitas trafo, pecah beban trafo dan rotasi trafo.

Transformator distribusi juga dapat mengalami ketidakseimbangan beban


pada setiap fasa. Apabila terjadi ketidakseimbangan beban antar fasa trafo distribusi
maka akan dilakukan kegiatan pemerataan beban sebagai tindak lanjut untuk
mencegah losses (rugi-rugi) dan penyusutan umur masa pakai trafo distribusi.
Untuk mengetahui persentase ketidakseimbangan beban antar fasa trafo distribusi
maka dapat menggunakan persamaan (2.5), (2.6), dan (2.7). Disini penulis akan
mengambil data pengukuran beban pada salah satu gardu untuk dijadikan contoh
atau acuan dari perhitungan persentase ketidakseimbangan beban transformator.
Penulis akan mengambil data pengukuran beban dari gardu PC0129 tabel 4.1.

34
Dengan menggunakan data tersebut, maka didapat perhitungan persentase
ketidakseimbangan beban transformator sebagai berikut :

 Perhitungan arus rata-rata

𝐼𝑅 + 𝐼𝑆 + 𝐼𝑇
𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
58 +122 + 104
=
3
= 94,67 A

 Perhitungan koefisien a, b, dan c


𝐼𝑅 58
[𝐼𝑅 ] = a [I] maka a = = = 0,61
𝐼 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 94,67
𝐼𝑆 122
[𝐼𝑆 ] = b [I] maka b = = = 1,29
𝐼 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 94,67
𝐼𝑇 104
[𝐼𝑇 ] = c [I] maka c = = = 1,10
𝐼 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 94,67

 Perhitungan persentase ketidakseimbangan beban trafo


{(𝑎−1)+(𝑏−1)+(𝑐−1)}
% ketidakseimbangan beban = × 100%
3
{(0,61−1)+(1,29−1)+(1,10−1)}
= × 100%
3
{(−0,39)+(0,29)+(0,10)}
= × 100%
3
= 0%

Dari hasil perhitungan tersebut diketahui nilai persentase


ketidakseimbangan beban trafo sebesar 0%. Menurut Edaran Direksi PT PLN
(Persero) No 0017 Tahun 2014 dikategorikan baik jika nilai ketidakseimbangan
beban transformator <10%. Sehingga nilai ketidakseimbangan beban trafo pada
gardu PC0129 dikategorikan baik, maka tidak diperlukannya kegiatan pemerataan
beban.

35
3.4 Analisa Pembahasan Data Hasil Perhitungan Pembebanan Distribusi
Pada Penyulang Tarakan
Menurut keterangan yang penulis dapatkan dari pihak ULP Sukarami PT
PLN (Persero) dan berdasarkan pedoman SPLN No 50 Tahun 1997, transformator
distribusi sebaiknya mempertahankan kondisi pembebanan normal dengan nilai
persentase berada di kisaran 36% hingga 80%. Apabila persentase pembebanan
berada di kisaran 0% hingga 35%, dikategorikan underload / kekurangan beban,
sementara jika berada di kisaran 81% hingga >100%, dikategorikan overload /
kelebihan beban. Dengan merujuk pada data yang telah diambil dan hasil
perhitungan, didapatkan bahwa kondisi pembebanan transformator distribusi di
penyulang Tarakan mencakup tiga kondisi: underload, normal, dan overload.
Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan adanya enam transformator dalam kondisi
underload / kekurangan beban dengan kode gardu PC0129, PC1319, PC0044,
PC1367, PC0088 dan PC0880, dengan nilai terendah untuk kondisi underload /
kekurangan beban yaitu gardu PC0880 dengan nilai 6,00%, tiga transformator
dalam kondisi normal dengan kode gardu PC0074, PC0261, dan PC1312, dengan
nilai tertinggi untuk kondisi normal yaitu gardu PC0261 dengan nilai 49,22% , dan
satu transformator dalam kondisi overload / beban lebih dengan kode gardu PC0286
dengan nilai 81,84%. Underload / kekurangan beban disebabkan oleh kebutuhan
beban yang belum terpenuhi pada transformator, sementara overload / beban lebih
terjadi akibat peningkatan pertumbuhan penduduk yang menyebabkan peningkatan
penggunaan listrik oleh pelanggan.

Transformator dengan kondisi pembebanan overload perlu dilakukan


tindakan pemeliharaan karena dapat berdampak pada kontinuitas penyaluran energi
listrik dan mengurangi keandalan kinerja pada transformator dikarenakan umur
trafo yang berkurang, serta meningkatnya suhu trafo yang dapat menyebabkan
rusaknya isolasi lilitan trafo.

Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi transformator distribusi


yang mengalami pembebanan transformator yang overload / beban lebih yaitu
dengan pemasangan transformator / gardu sisipan, peningkatan kapasitas

36
transformator, pecah beban transformator dan rotasi transformator. Pemasangan
transformator sisipan yaitu pemasangan transformator baru di dekat transformator
yang mengalami overload / beban lebih, guna untuk membagi beban transformator
yang overload /beban lebih ke transformator yang baru. Peningkatan kapasitas
transformator yaitu mengganti transformator yang lama dengan transformator yang
baru dengan kapasitas transformator yang lebih tinggi. Pecah beban transformator
dapat dilakukan dengan memanfaatkan JTR (Jaringan Tegangan Rendah) dari
transformator lain apabila transformator tersebut mengalami underload /
kekurangan beban. Manuver dapat dilakukan dengan melakukan koneksi atau
sambungan melalui JTR (Jaringan Tegangan Rendah). Rotasi transformator yaitu
melakukan penukaran transformator dari gardu satu ke gardu lainnya, contohnya
transformator PC0129 (200 kVA) dirotasikan dengan gardu PC0286 (100 kVA)
sesuai dengan pembebanan pada transformator.

Transformator distribusi juga dapat mengalami ketidakseimbangan beban


pada setiap fasa. Apabila terjadi ketidakseimbangan beban antar fasa transformator
distribusi maka akan dilakukan kegiatan pemerataan beban sebagai tindak lanjut
untuk mencegah losses (rugi-rugi) dan penyusutan umur masa pakai transformator
distribusi. Penulis telah melakukan perhitungan untuk mengetahui persentase
ketidakseimbangan beban transformator pada salah satu gardu yaitu gardu PC0129
dan didapatkan nilai persentase ketidakseimbangan beban sebasar 0%, maka
menurut Edaran Direksi PT PLN (Persero) No 0017 Tahun 2014 nilai
ketidakseimbangan beban transformator pada gardu PC0129 dikategorikan baik
karena berada pada nilai <10%, sehingga tidak diperlukannya kegiatan pemerataan
beban.

37
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Dari kegiatan kerja praktek yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan
bahwa :
1. Gardu distribusi adalah suatu bangunan gardu listrik yang terdiri dari PHB-
TM, Transformator Distribusi, dan PHB-TR untuk memasok kebutuhan
tenaga listrik bagi Pelanggan dengan Tegangan Menengah (TM 20 kV)
maupun Tegangan Rendah (220/380 V). Gardu distribusi menerima daya
listrik dari Gardu Induk, dimana sistem kerjanya yaitu dari Saluran Transmisi,
tegangan diturunkan menjadi Tegangan Menengah (JTM) dengan nominal
tegangan 20 kV dengan transformator penurun tegangan pada Gardu Induk,
lalu disalurkan ke lokasi Pelanggan listrik dengan klasifikasi JTM, kemudian
diturunkan tegangannya dengan transformator pada gardu distribusi menjadi
Tegangan Rendah (JTR) yaitu 220 V / 380 V untuk disalurkan ke Pelanggan
JTR (disalurkan ke rumah Pelanggan).
2. Komponen utama konstruksi gardu distribusi terdiri dari Transformator
Distribusi Fase 3, Transformators Completely Self Protected (CSP), PHB sisi
Tegangan Menengah (PHB-TM) yang memiliki komponen ; pemisah –
Disconnecting Switch (DS), Pemutus Beban – Load Breaker Switch (LBS),
Pemutus Tenaga – Circuit Breaker (CB), dan LBS – Transformator
Protection (TP), PHB sisi Tegangan Rendah (PHB-TR) yang memiliki
komponen ; Rak TR, Saklar Utama, NH/NT Fuse, Rel Tembaga, Alat Ukur
Arus dan Tegangan, dan Sistem Pembumian (Grounding), Peralatan
Pengukuran ; Transformator Tegangan – Potential Transformator (PT), dan
Transformator Arus – Current Transformator (CT), Peralatan Switch dan
Pengaman sisi TM ; Fuse Cut Out (FCO), dan Lightning Arrester (LA),
Konektor.
3. Prosedur pengukuran beban gardu distribusi dimulai dengan petugas
menerima surat kerja, menyiapkan peralatan, dan menggunakan

38
perlengkapan K3L. Setelah melihat lokasi gardu distribusi melalui single line
diagram penyulang, petugas menuju ke lokasi yang akan diukur. Setibanya di
lokasi, mereka membuka pintu PHB TR dengan hati-hati dan menyalakan
tang ampere dan mengubah function switch-nya menjadi A untuk mengukur
arus. Pengukuran melibatkan arus per jurusan dan arus total, selanjutnya
pengukuran tegangan fasa-fasa dan fasa-netral menggunakan tang ampere
dengan kabel probe. Setelah pengukuran selesai, petugas mengisi kolom
tegangan dan arus pada form pengukuran beban. Terakhir, mereka menutup
pintu PHB-TR dan merapikan peralatan. Dengan demikian, pekerjaan
pengukuran beban gardu distribusi dianggap selesai sesuai dengan prosedur
yang ditetapkan.
4. Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan nilai arus yaitu 0 - 247 ampere
sedangkan nilai tegangan antar fasa yaitu 396 - 406 volt serta nilai tegangan
antar fasa-netral yaitu 226 - 236 volt. Menurut keterangan yang didapatkan
dari pihak ULP Sukarami PT PLN (Persero) dan berdasarkan pedoman SPLN
No 50 Tahun 1997 maka pada transformator penyulang Tarakan, kondisi
pembebanan dapat diidentifikasi sebagai berikut ; terdapat enam
transformator dengan persentase pembebanan underload / kekurangan beban
(0% - 35%), masing-masing PC0129 sebesar 33,21%, PC0088 sebesar
25,08%, PC1367 sebesar 22,26%, PC1319 sebesar 20,60%, PC0044 sebesar
18,77%, dan PC0880 sebesar 6,00%. Selain itu, terdapat tiga transformator
dengan persentase pembebanan normal (36% - 80%), yaitu PC0074 sebesar
44,07%, PC1312 sebesar 44,58%, dan PC0261 sebesar 49,22%. Satu
transformator mengalami kondisi pembebanan overload / beban lebih (81% -
<100%), yaitu PC0286 dengan nilai persentase sebesar 81,84%.
Transformator dengan kondisi pembebanan overload / beban lebih perlu
dilakukan tindakan pemeliharaan karena dapat berdampak pada kontinuitas
penyaluran energi listrik dan mengurangi keandalan kinerja pada
transformator dikarenakan umur transformator yang berkurang, serta
meningkatnya suhu transformator yang dapat menyebabkan rusaknya isolasi
lilitan transformator. Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi

39
transformator distribusi yang mengalami pembebanan transformator yang
overload / beban lebih yaitu dengan pemasangan transformator / gardu
sisipan, peningkatan kapasitas transformator, pecah beban trafo transformator
dan rotasi transformator. Transformator distribusi juga dapat mengalami
ketidakseimbangan beban pada setiap fasa. Apabila terjadi
ketidakseimbangan beban antar fasa transformator distribusi maka akan
dilakukan kegiatan pemerataan beban, dalam hal ini penulis telah melakukan
perhitungan untuk mengetahui persentase ketidakseimbangan beban
transformator pada salah satu gardu yaitu gardu PC0129 dan didapatkan nilai
persentase ketidakseimbangan beban sebasar 0%, maka menurut Edaran
Direksi PT PLN (Persero) No 0017 Tahun 2014 nilai ketidakseimbangan
beban transformator pada gardu PC0129 dikategorikan baik karena berada
pada nilai <10%, sehingga tidak diperlukannya kegiatan pemerataan beban.

4.2 Saran
Adapun saran dari pembahasan ini yaitu :
1. Sebaiknya memperhatikan aspek prosedur keselamatan kerja atau K3 yang
menggunakan peralatan dan perlengkapan yang sesuai.
2. Sebaiknya melakukan kegiatan meeting gardu ini secara rutin dalam satu
semester (6 bulan) dan pelaksana membuat rekap data hasil pengukuran
gardu sehingga dapat memudahkan untuk melakukan pemeliharaan.
3. Sebaiknya ketika melakukan pengukuran gardu distribusi pelaksana
memastikan alat ukur dalam keadaan tidak rusak dan dipasang dengan baik
sehingga didapatkan hasil pengukuran yang sesuai.

40
DAFTAR PUSTAKA

[1] Arifin, C. Purwito, B. Sholihuddin, A. 2017. Studi Analisa Penempatan


Transformator Distribusi Berdasarkan Beban Lebih di PT. PLN (Persero)
Area Kediri UPJ Rayon Srengat Blitar. Jurnal Qua Teknika, (2017), 7(2):1-
15.

[2] Avif, M. Andriawan, A. Prenata, G. 2022. Analisis Pembebanan


Transformator Daya 300 kVA di Instalasi Pengolahan Air Limbah PT. Sier.
Prosiding Senakama, Vol. 1.

[3] Hidayat, S. Legino, S. Mulyanti, N. 2018. Penyeimbangan Beban Pada


Jaringan Tegangan Rendah Gardu Distribusi CD 33 Penyulang Sawah di
PT PLN (PERSERO) Area Bintaro. Jurnal Sutet, Vol 8 No. 1.

[4] PT PLN (Persero). 2010. Buku 4 : Standar Konstruksi Gardu Distribusi dan
Gardu Hubung Tenaga Listrik. Jakarta.

[5] PT PLN (Persero). Profil Perusahaan. Diakses pada 31 Oktober 2023.


https://web.pln.co.id/tentang-kami/profil-perusahaan.

[6] Suhadi, dkk. 2008. Teknik Distribusi Tenaga Listrik Jilid 1. Jakarta :
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

[7] Suhadi, dkk. 2008. Teknik Distribusi Tenaga Listrik Jilid 3. Jakarta :
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Anda mungkin juga menyukai