OLEH :
Nurul Fadilah 062130310911
Kelas 5 LD
Dosen Pembimbing :
Yessi Marniati, S.T., M.T
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah Kerja Praktek yang berjudul “Pengukuran Beban Gardu
Distribusi Pada Penyulang Tarakan di PT PLN (Persero) ULP Sukarami” ini dengan
baik, meskipun jauh dari kata sempurna.
Penulisan makalah ini merupakan sebuah tugas dari Mata Kuliah Kerja
Praktek. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan
dan pengetahuan pada mata kuliah yang sudah dipelajari, agar kami semua menjadi
mahasiswa yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.
Terlepas dari upaya penulis untuk menyusun Makalah Bahasa Indonesia ini
dengan sebaik baiknya, penulis tetap menyadari bahwa tentunya selalu ada
kekurangan.
Demikianlah Makalah Kerja Praktek ini dibuat dengan sepenuh hati. Tidak
lupa kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pada masing-masing jurusan. Hal ini untuk melihat apakah kondisi pembebanan
trafo distribusi dalam kondisi overload (kelebihan beban), baik (normal), ataupun
underload (kekurangan beban) agar pendistribusian tenaga listrik dapat selalu
optimal dan handal serta untuk mengurangi risiko kerusakan dan kerugian yang
dikeluarkan oleh perusahaan.
Berdasarkan permasalahan tersebut penulis mengangkat judul “Pengukuran
Beban Gardu Distribusi Pada Penyulang Tarakan di PT PLN (Persero) ULP
Sukarami”.
1.2.2 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dalam penulisan makalah kerja praktik ini
adalah :
1. Dapat mengetahui sistem kerja dari gardu distribusi pada penyulang
tarakan di PT PLN (Persero) ULP Sukarami.
2. Dapat mengetahui peralatan dan komponen yang digunakan digardu
distribusi pada penyulang tarakan di PT PLN (Persero) ULP Sukarami.
3. Dapat mengetahui prosedur pelaksanaan pengukuran beban pada gardu
distribusi pada penyulang tarakan di PT PLN (Persero) ULP Sukarami.
2
4. Dapat menjelaskan hasil pengukuran dan perhitungan pembebanan
gardu distribusi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Pengelompokan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik
5
dengan nominal tegangan 20 kV yang biasa disebut JTM (Jaringan Tegangan
Menengah) lalu disalurkan ke lokasi-lokasi Pelanggan listrik kemudian di turunkan
tegangannya ditrafo pada gardu distribusi untuk disalurkan ke Pelanggan.
6
dengan Tegangan Menengah (TM 20 kV) maupun Tegangan Rendah (TR
220/380V). Konstruksi Gardu distribusi dirancang berdasarkan optimalisasi biaya
terhadap maksud dan tujuan penggunaannya yang kadang kala harus disesuaikan
dengan peraturan Pemda setempat.
7
Gambar 3.3 Gardu Portal dan Single Line Diagram
8
Perlengkapan perlindungan transformator tambahan LA (Lightning
Arrester) dipasang terpisah dengan Penghantar pembumiannya yang dihubung
langsung dengan badan transformator. Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan
Rendah (PHB-TR) maksimum 2 jurusan dengan saklar pemisah pada sisi masuk
dan pengaman lebur (type NH, NT) sebagai pengaman jurusan. Semua Bagian
Konduktif Terbuka (BKT) dan Bagian Konduktif Ekstra (BKE) dihubungkan
dengan pembumian sisi Tegangan Rendah.
9
2.2.3 Gardu Beton
Seluruh komponen utama instalasi yaitu transformator dan peralatan
switching/proteksi, terangkai didalam bangunan sipil yang dirancang, dibangun dan
difungsikan dengan konstruksi pasangan batu dan beton (masonrywall building).
Konstruksi ini dimaksudkan untuk pemenuhan persyaratan terbaik bagi
keselamatan ketenagalistrikan.
10
Gambar 3.8 Gardu Kios
2.3 Penyulang
Penyulang listrik adalah bagian dari jaringan distribusi listrik yang
menghubungkan gardu distribusi atau gardu induk dengan pelanggan listrik. Ini
merupakan saluran atau jalur distribusi listrik yang mengalirkan daya dari gardu
distribusi ke area atau wilayah tertentu yang di layani oleh gardu tersebut.
11
tersebut bergantung pada ketepatan penyetelan peralatan proteksinya (Sutikno,
2010).
12
4. Sistem Proteksi dan Pengamanan : Penyulang dilengkapi dengan perangkat
proteksi dan pemutus sirkuit yang memonitor aliran listrik untuk menghindari
gangguan serius dan melindungi jaringan dari kerusakan.
2.4 Transformator
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan
mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik
yang lain dengan frekuensi yang sama, melalui suatu gandengan magnet dan
berdasarkan prinsip induksi electromagnet.
13
lempengan-lempengan baja tipis, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi panas
yang diakibatkan oleh arus eddy (eddy current).
14
2.4.1.8 Indikator Suhu Trafo
Untuk mengetahui serta memantau keberadaan temperature pada oil trafo
saat beroperasi, untuk trafo yang berkapasitas besar indikator limit tersebut
dihubungkan dengan rele temperature.
15
2.4.2 Prinsip Kerja dan Jenis Transformator
Sebuah transformator sederhana pada dasarnya terdiri dari 2 kumparan yaitu
kumparan primer dan kumparan sekunder. Pada kebanyakan transformator
kumparan ini dililiti pada suatu inti.
1. Transformator Step-Up
Transformator step-up berfungsi untuk menaikkan tegangan arus listrik
bolak-balik. Adapun karakteristik transformator step-up, yaitu :
a. Besar tegangan pada kumparan sekunder umumnya mempunyai nilai yang jauh
lebih tinggi jika dibandingkan dengan besar tegangan pada kumparan primer
(Vs > Vp).
b. Besar arus listrik yang berjalan memasuki kumparan primer akan mempunyai
nilai yang lebih tinggi dibandingkan kumparan sekunder (Ip > Is).
2. Transformator Step-Down
Transformator step-down berfungsi sebaliknya dari transformator step-up,
yaitu untuk menurunkan besar tegangan arus listrik. Adapun karakteristik
transformator step-down, yaitu :
a. Besar tegangan pada kumparan primer umumnya mempunyai nilai yang lebih
tinggi dibandingkan kumparan sekunder (Vp > Vs).
b. Lilitan yang terdapat pada kumparan primer lebih banyak dibandingkan
kumparan sekunder (Np > Ns).
16
c. Arus listrik yang memasuki kumparan primer lebih kecil dibandingkan
kumparan sekunder (Ip < Is).
𝑆 = √3 × 𝑉 × 𝐼 …………………(2.1)
Dimana :
I = Arus (A)
17
handal tersebut, suatu sistem tenaga listrik haruslah dapat mengatasi semua
gangguan yang terjadi tanpa melakukan pemadaman terhadap bebannya.
Menurut keterangan yang penulis dapatkan dari pihak ULP PT. PLN
(Persero) dan berdasarkan pedoman SPLN No 50 Tahun 1997, kondisi pembebanan
transformator distribusi hendaknya berada pada nilai 36% - 80%. Jika persentase
pembebanan berada pada nilai 0% - 35% dinyatakan dengan underload, dan jika
persentase pembebanan berada pada nilai 81% - >100% dinyatakan dengan
overload. Bila beban transformator terlalu besar maka dilakukan penggantian
transformator atau penyisipan transformator atau mutasi transformator.
𝑘𝑉𝐴 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛
% beban transformator = × 100% ………(2.4)
𝑘𝑉𝐴 𝑇𝑟𝑎𝑓𝑜
Dimana :
Setiap fasa dari sisi sekunder tiap transformator distribusi harus memiliki
beban yang seimbang satu sama lain. Apabila terjadi ketidakseimbangan beban
18
pada tiap fasanya maka selain menyebabkan berkurangnya umur atau masa pakai
transformator, juga menyebabkan terjadinya losses atau rugi-rugi karena terdapat
arus yang mengalir pada netral. Persentase ketidakseimbangan beban pada trafo
distribusi ini disarankan untuk berada dibawah angka 10% yang mana ini adalah
titik normal dan dapat ditolerir dari tingkat ketidakseimbangan beban trafo.
Berdasarkan Edaran Direksi PT PLN (Persero) No 0017 Tahun 2014 Tentang
Metode Pemeliharaan Trafo Distribusi Berbasis Kaidah Manajemen Aset sebagai
tindak on-line assessment tier-1 pada gardu distribusi, yaitu pada bagian Load
Reading and Profiling pada trafo distribusi, diketahui nilai health index
ketidakseimbangan arus antar fasa yaitu <10% untuk kondisi baik, 10% - <20%
untuk kondisi cukup, 20% - <25% untuk kondisi kurang, dan >=25% untuk kondisi
buruk. Apabila terjadi ketidakseimbangan beban antar fasa trafo distribusi maka
akan dilakukan kegiatan pemerataan beban sebagai tindak lanjut untuk mencegah
losses (rugi-rugi) dan penyusutan umur masa pakai trafo distribusi.
Dimana :
19
𝐼𝑆
[𝐼𝑆 ] = b [I] maka b = …….(2.6)
𝐼 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
𝐼𝑇
[𝐼𝑇 ] = c [I] maka c =
𝐼 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
Dimana :
Dimana :
20
mengalir pada kabel konduktor akan menghasilkan Medan Magnet. Arus AC
merupakan arus dengan polaritas yang bolak-balik, hal ini akan menyebabkan
fluktuasi dinamis dalam medan magnet yang sebanding dengan aliran arus
listriknya. Sebuah Transformator yang terdapat di dalam Clamp Meter/Tang
Ampere akan merasakan fluktuasi magnet tersebut dan kemudian
mengkonversikannya menjadi nilai Ampere (arus listrik) sehingga kita dapat
membacanya di layar Clamp Meter.
Selain itu juga, Tang Ampere (Clamp Meter) juga dapat dibedakan menjadi :
21
1. Tang Ampere Analog
22
diolah oleh komponen-komponen penyusun Clamp Meter (Tang Ampere)
Digital.
Induktor merupakan clamp yang menerima input berdasarkan hukum
Faraday. Tegangan yang diukur perlu dimasukkan ke dalam sebuah rangkain
buffer karena masalah impedansi yang tepat. Hal ini bertujuan untuk
menghindari drop tegangan pada sistem. Karena tegangan yang dihasilkan
kecil, maka perlu dikuatkan oleh sebuah amplifier.
Tegangan yang dihasilkan sampai tahap ini masih berupa AC, padahal
ICL 7107 (ICL 7107 adalah sebuah ADC/Analog Digital Converter yang
keluarannya dapat langsung ditampilkan ke 3½ 7-segment. IC ini menerima
input tegangan maksimal 2V) hanya menerima sinyal DC. Dengan adanya
kondisi ini, diperlukan sebuah penyearah.
Penyearah yang dipakai harus menggunakan precision rectifier karena
apabila menggunakan diode saja akan terdapat tegangan yang hilang. Selain itu
sinyal yang terukur juga termasuk kecil.
23
meningkatkan infrastruktur distribusi listrik di daerah tertentu yang
mungkin mengalami pertumbuhan beban yang signifikan.
3. Pemantauan Kualitas Listrik
Selain jumlah energi yang digunakan, pengukuran beban gardu distribusi
juga memungkinkan pemantauan kualitas listrik. Ini termasuk pemantauan
tegangan, arus, faktor daya, dan gangguan yang mungkin terjadi pada gardu.
Informasi ini penting dalam menjaga kualitas dan keandalan pasokan listrik
kepada pelanggan.
4. Pembebanan Optimal
Pengukuran beban membantu dalam mendistribusikan beban secara optimal
di antara gardu-gardu distribusi. Hal ini membantu dalam menghindari
overloading gardu yang dapat menyebabkan gangguan dan pemadaman
listrik. Pengendalian yang lebih baik atas pembebanan gardu juga
membantu dalam mengurangi kerugian energi.
5. Pemantauan Keandalan
Data pengukuran beban juga digunakan untuk memantau keandalan
jaringan listrik. Operator dapat menggunakan informasi ini untuk
mengidentifikasi gardu yang mungkin memerlukan pemeliharaan atau
perbaikan, sehingga dapat mengurangi risiko pemadaman listrik.
24
BAB III
PEMBAHASAN
25
3.1.2 Gardu Distribusi PC1319
Kode gardu distribusi : PC1319
Konstruksi gardu : Portal
Merk transformator : Starlite
Daya transformator : 100 kVA
26
S-T 401 C 0 0 0 0
R-N 234 D 0 0 0 0
S-N 230
JUMLAH 47 65 50 36
T-N 232
27
Tabel 4.5 Hasil pengukuran beban gardu distribusi PC0088
TEGANGAN BEBAN
R S T N
URUTAN VOLTASE JURUSAN
(Amp) (Amp) (Amp) (Amp)
R-S 403 A 36 21 35 7
R-T 406 B 22 4 10 6
S-T 403 C 0 0 0 0
R-N 233 D 36 19 32 18
S-N 231
JUMLAH 94 44 77 31
T-N 235
28
3.1.7 Gardu Distribusi PC0074
Kode gardu distribusi : PC0074
Konstruksi gardu : Portal
Merk transformator : Sintra
Daya transformator : 315 kVA
29
S-T 403 C 0 0 0 0
R-N 232 D 0 0 0 0
S-N 233
JUMLAH 135 141 149 11
T-N 230
30
Tabel 4.10 Hasil pengukuran beban gardu distribusi PC1312
TEGANGAN BEBAN
R S T N
URUTAN VOLTASE JURUSAN
(Amp) (Amp) (Amp) (Amp)
R-S 399 A 24 0 0 24
R-T 399 B 0 0 0 0
S-T 396 C 114 128 125 28
R-N 230 D 0 0 0 0
S-N 226
JUMLAH 138 128 125 52
T-N 228
= 15,021 kVA
31
2. Jurusan C
(𝑉𝑅−𝑁 × 𝐼𝑅 )+ (𝑉𝑆−𝑁 × 𝐼𝑆 )+ (𝑉𝑇−𝑁 × 𝐼𝑇 )
kVA Beban = 1000
(232 × 33) + (233 × 75) + (236 × 17)
= 1000
7.656 + 17.475 + 4.012
= 1000
= 29,143 kVA
3. Jurusan D
(𝑉𝑅−𝑁 × 𝐼𝑅 )+ (𝑉𝑆−𝑁 × 𝐼𝑆 )+ (𝑉𝑇−𝑁 × 𝐼𝑇 )
kVA Beban = 1000
(232 × 20) + (233 × 26) + (236 × 49)
= 1000
4.640 + 6.058 + 11.564
= 1000
= 22,262 kVA
4. Total Jurusan
Jumlah kVA beban = jurusan A + jurusan C + jurusan D
= 15,021 +29,143 + 22,262
= 66,426 kVA
= 7,51%
32
2. Jurusan C
𝑘𝑉𝐴 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
% 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑇𝑟𝑎𝑓𝑜 = × 100%
𝑘𝑉𝐴 𝑡𝑟𝑎𝑓𝑜
29,143
= × 100%
200
= 14,57%
3. Jurusan D
𝑘𝑉𝐴 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
% 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑇𝑟𝑎𝑓𝑜 = × 100%
𝑘𝑉𝐴 𝑡𝑟𝑎𝑓𝑜
22,262
= × 100%
200
= 11,131%
4. Total Jurusan
𝑘𝑉𝐴 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
% 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑇𝑟𝑎𝑓𝑜 = × 100%
𝑘𝑉𝐴 𝑡𝑟𝑎𝑓𝑜
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑉𝐴 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
= × 100%
𝑘𝑉𝐴 𝑡𝑟𝑎𝑓𝑜
66,426
= × 100%
200
= 33,21%
33
Tabel 4.11 Data Persentase Pembebanan Transformator Penyulang Tarakan
34
Dengan menggunakan data tersebut, maka didapat perhitungan persentase
ketidakseimbangan beban transformator sebagai berikut :
𝐼𝑅 + 𝐼𝑆 + 𝐼𝑇
𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
58 +122 + 104
=
3
= 94,67 A
35
3.4 Analisa Pembahasan Data Hasil Perhitungan Pembebanan Distribusi
Pada Penyulang Tarakan
Menurut keterangan yang penulis dapatkan dari pihak ULP Sukarami PT
PLN (Persero) dan berdasarkan pedoman SPLN No 50 Tahun 1997, transformator
distribusi sebaiknya mempertahankan kondisi pembebanan normal dengan nilai
persentase berada di kisaran 36% hingga 80%. Apabila persentase pembebanan
berada di kisaran 0% hingga 35%, dikategorikan underload / kekurangan beban,
sementara jika berada di kisaran 81% hingga >100%, dikategorikan overload /
kelebihan beban. Dengan merujuk pada data yang telah diambil dan hasil
perhitungan, didapatkan bahwa kondisi pembebanan transformator distribusi di
penyulang Tarakan mencakup tiga kondisi: underload, normal, dan overload.
Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan adanya enam transformator dalam kondisi
underload / kekurangan beban dengan kode gardu PC0129, PC1319, PC0044,
PC1367, PC0088 dan PC0880, dengan nilai terendah untuk kondisi underload /
kekurangan beban yaitu gardu PC0880 dengan nilai 6,00%, tiga transformator
dalam kondisi normal dengan kode gardu PC0074, PC0261, dan PC1312, dengan
nilai tertinggi untuk kondisi normal yaitu gardu PC0261 dengan nilai 49,22% , dan
satu transformator dalam kondisi overload / beban lebih dengan kode gardu PC0286
dengan nilai 81,84%. Underload / kekurangan beban disebabkan oleh kebutuhan
beban yang belum terpenuhi pada transformator, sementara overload / beban lebih
terjadi akibat peningkatan pertumbuhan penduduk yang menyebabkan peningkatan
penggunaan listrik oleh pelanggan.
36
transformator, pecah beban transformator dan rotasi transformator. Pemasangan
transformator sisipan yaitu pemasangan transformator baru di dekat transformator
yang mengalami overload / beban lebih, guna untuk membagi beban transformator
yang overload /beban lebih ke transformator yang baru. Peningkatan kapasitas
transformator yaitu mengganti transformator yang lama dengan transformator yang
baru dengan kapasitas transformator yang lebih tinggi. Pecah beban transformator
dapat dilakukan dengan memanfaatkan JTR (Jaringan Tegangan Rendah) dari
transformator lain apabila transformator tersebut mengalami underload /
kekurangan beban. Manuver dapat dilakukan dengan melakukan koneksi atau
sambungan melalui JTR (Jaringan Tegangan Rendah). Rotasi transformator yaitu
melakukan penukaran transformator dari gardu satu ke gardu lainnya, contohnya
transformator PC0129 (200 kVA) dirotasikan dengan gardu PC0286 (100 kVA)
sesuai dengan pembebanan pada transformator.
37
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari kegiatan kerja praktek yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan
bahwa :
1. Gardu distribusi adalah suatu bangunan gardu listrik yang terdiri dari PHB-
TM, Transformator Distribusi, dan PHB-TR untuk memasok kebutuhan
tenaga listrik bagi Pelanggan dengan Tegangan Menengah (TM 20 kV)
maupun Tegangan Rendah (220/380 V). Gardu distribusi menerima daya
listrik dari Gardu Induk, dimana sistem kerjanya yaitu dari Saluran Transmisi,
tegangan diturunkan menjadi Tegangan Menengah (JTM) dengan nominal
tegangan 20 kV dengan transformator penurun tegangan pada Gardu Induk,
lalu disalurkan ke lokasi Pelanggan listrik dengan klasifikasi JTM, kemudian
diturunkan tegangannya dengan transformator pada gardu distribusi menjadi
Tegangan Rendah (JTR) yaitu 220 V / 380 V untuk disalurkan ke Pelanggan
JTR (disalurkan ke rumah Pelanggan).
2. Komponen utama konstruksi gardu distribusi terdiri dari Transformator
Distribusi Fase 3, Transformators Completely Self Protected (CSP), PHB sisi
Tegangan Menengah (PHB-TM) yang memiliki komponen ; pemisah –
Disconnecting Switch (DS), Pemutus Beban – Load Breaker Switch (LBS),
Pemutus Tenaga – Circuit Breaker (CB), dan LBS – Transformator
Protection (TP), PHB sisi Tegangan Rendah (PHB-TR) yang memiliki
komponen ; Rak TR, Saklar Utama, NH/NT Fuse, Rel Tembaga, Alat Ukur
Arus dan Tegangan, dan Sistem Pembumian (Grounding), Peralatan
Pengukuran ; Transformator Tegangan – Potential Transformator (PT), dan
Transformator Arus – Current Transformator (CT), Peralatan Switch dan
Pengaman sisi TM ; Fuse Cut Out (FCO), dan Lightning Arrester (LA),
Konektor.
3. Prosedur pengukuran beban gardu distribusi dimulai dengan petugas
menerima surat kerja, menyiapkan peralatan, dan menggunakan
38
perlengkapan K3L. Setelah melihat lokasi gardu distribusi melalui single line
diagram penyulang, petugas menuju ke lokasi yang akan diukur. Setibanya di
lokasi, mereka membuka pintu PHB TR dengan hati-hati dan menyalakan
tang ampere dan mengubah function switch-nya menjadi A untuk mengukur
arus. Pengukuran melibatkan arus per jurusan dan arus total, selanjutnya
pengukuran tegangan fasa-fasa dan fasa-netral menggunakan tang ampere
dengan kabel probe. Setelah pengukuran selesai, petugas mengisi kolom
tegangan dan arus pada form pengukuran beban. Terakhir, mereka menutup
pintu PHB-TR dan merapikan peralatan. Dengan demikian, pekerjaan
pengukuran beban gardu distribusi dianggap selesai sesuai dengan prosedur
yang ditetapkan.
4. Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan nilai arus yaitu 0 - 247 ampere
sedangkan nilai tegangan antar fasa yaitu 396 - 406 volt serta nilai tegangan
antar fasa-netral yaitu 226 - 236 volt. Menurut keterangan yang didapatkan
dari pihak ULP Sukarami PT PLN (Persero) dan berdasarkan pedoman SPLN
No 50 Tahun 1997 maka pada transformator penyulang Tarakan, kondisi
pembebanan dapat diidentifikasi sebagai berikut ; terdapat enam
transformator dengan persentase pembebanan underload / kekurangan beban
(0% - 35%), masing-masing PC0129 sebesar 33,21%, PC0088 sebesar
25,08%, PC1367 sebesar 22,26%, PC1319 sebesar 20,60%, PC0044 sebesar
18,77%, dan PC0880 sebesar 6,00%. Selain itu, terdapat tiga transformator
dengan persentase pembebanan normal (36% - 80%), yaitu PC0074 sebesar
44,07%, PC1312 sebesar 44,58%, dan PC0261 sebesar 49,22%. Satu
transformator mengalami kondisi pembebanan overload / beban lebih (81% -
<100%), yaitu PC0286 dengan nilai persentase sebesar 81,84%.
Transformator dengan kondisi pembebanan overload / beban lebih perlu
dilakukan tindakan pemeliharaan karena dapat berdampak pada kontinuitas
penyaluran energi listrik dan mengurangi keandalan kinerja pada
transformator dikarenakan umur transformator yang berkurang, serta
meningkatnya suhu transformator yang dapat menyebabkan rusaknya isolasi
lilitan transformator. Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
39
transformator distribusi yang mengalami pembebanan transformator yang
overload / beban lebih yaitu dengan pemasangan transformator / gardu
sisipan, peningkatan kapasitas transformator, pecah beban trafo transformator
dan rotasi transformator. Transformator distribusi juga dapat mengalami
ketidakseimbangan beban pada setiap fasa. Apabila terjadi
ketidakseimbangan beban antar fasa transformator distribusi maka akan
dilakukan kegiatan pemerataan beban, dalam hal ini penulis telah melakukan
perhitungan untuk mengetahui persentase ketidakseimbangan beban
transformator pada salah satu gardu yaitu gardu PC0129 dan didapatkan nilai
persentase ketidakseimbangan beban sebasar 0%, maka menurut Edaran
Direksi PT PLN (Persero) No 0017 Tahun 2014 nilai ketidakseimbangan
beban transformator pada gardu PC0129 dikategorikan baik karena berada
pada nilai <10%, sehingga tidak diperlukannya kegiatan pemerataan beban.
4.2 Saran
Adapun saran dari pembahasan ini yaitu :
1. Sebaiknya memperhatikan aspek prosedur keselamatan kerja atau K3 yang
menggunakan peralatan dan perlengkapan yang sesuai.
2. Sebaiknya melakukan kegiatan meeting gardu ini secara rutin dalam satu
semester (6 bulan) dan pelaksana membuat rekap data hasil pengukuran
gardu sehingga dapat memudahkan untuk melakukan pemeliharaan.
3. Sebaiknya ketika melakukan pengukuran gardu distribusi pelaksana
memastikan alat ukur dalam keadaan tidak rusak dan dipasang dengan baik
sehingga didapatkan hasil pengukuran yang sesuai.
40
DAFTAR PUSTAKA
[4] PT PLN (Persero). 2010. Buku 4 : Standar Konstruksi Gardu Distribusi dan
Gardu Hubung Tenaga Listrik. Jakarta.
[6] Suhadi, dkk. 2008. Teknik Distribusi Tenaga Listrik Jilid 1. Jakarta :
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
[7] Suhadi, dkk. 2008. Teknik Distribusi Tenaga Listrik Jilid 3. Jakarta :
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.