Anda di halaman 1dari 20

PERBEDAAN SISTEM LISTRIK ALIRAN ATAS PADA KRL DAN SISTEM

LISTRIK ALIRAN BAWAH PADA LRT JABODEBEK

DISUSUN OLEH:

NAMA PESERTA : OKKA SAPUTRA


NIPP : 73992

Unit Operasi
Divisi LRT JABODEBEK
2021
LEMBARAN PENGESAHAN

“PERBEDAAN SISTEM LISTRIK ALIRAN ATAS PADA KRL DAN SISTEM


LISTRIK ALIRAN BAWAH PADA LRT JABODEBEK”

Disusun sebagai tugas akhir Program Kerja (POK) Calon Pekerja LRT Jabodebek
Batch 1 di Pusdiklat Ir. H. Djuanda PT Kereta Api Indonesia (Persero), terhitung
mulai tanggal 7 Juni 2021 s.d tanggal 18 Agustus 2021.

Oleh :

Nama : Okka Saputra


NIPP : 73992

Pengesahan, Koordinator
Pembimbing/Pendamping Pendamping

Jeffry Edward Werinussa Susilo Daridin


NIPP. 41008 NIPP. 40192

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘Alamin, puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT,


berkat Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Perbedaan Sistem Listrik Aliran Atas Pada KRL dengan Sistem Listrik
Aliran Bawah pada LRT Jabodebek.”, seterusnya shalawat beserta salam
teruntuk kepada Rasulullah SAW.
Makalah ini disusun disusun sebagai tugas akhir Program Orientasi Kerja
(POK) Capek Train Attendant LRT Jabodebek PT. Kereta Api Indonesia (PERSERO).
Dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini, penulis banyak
mendapatkan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua dan seluruh keluarga tercinta yang selalu mendo’akan
dan mendukung setiap langkah yang penulis tempuh dalam Program
Orientasi Kerja ini.
2. Bapak Handy Purnama sebagai Corporate Deputy Director Training and
Education (MT)
3. Bapak Susilo Daridin sebagai Koordinator Pendamping
4. Bapak Jeffry Edward Werinussa sebagai Pendamping Kelompok 1
5. Untuk semua pemateri yang telah memberikan ilmunya dan
mensupport penulis sampai makalah ini selesai tepat pada waktunya.

Dengan segala kerendahan hati, penulis berharap agar Makalah ini


dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. Amin ya rabbal’alamin.

Jakarta, Agustus 2021


Penulis,

Okka Saputra
Nipp. 73992

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEBARAN PENGESAHAN...................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 1
1.3 Tujuan............................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sistem Listrik Aliran Atas (LAA) pada Kereta Rel Listrik................................ 3
2.1.1 Defenisi Sistem Listrik Aliran Atas.............................................................. 3
2.1.2 Bagian - bagian Sistem Listrik Aliran Atas.................................................. 3
2.2 Sistem Listrik Aliran Bawah........................................................................... 11
2.2.1 Defenisi Sistem Listrik Aliran Bawah.......................................................... 11
2.2.2 Komponen – komponen pada Third Rail................................................... 12
2.3 Tabel Perbedaan LAA dengan Third Rail LRT Jabodebek.............................. 14
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Third Rail........................................................... 14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 15
3.2 Saran.............................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 16
LAMPIRAN........................................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkeretaapian merupakan salah satu sarana transportasi massal yang


berkembang pesat di Indonesia. Peranannya semakin handal dalam memenuhi
kebutuhan mobilitas masyarakat dan mengatasi kemacetan terutama di daerah
Jabodetabek.

Pada saat ini juga dalam proses pembangunan LRT Jabodebek, ini
merupakan inovasi baru dari sistem perkeretaapian di indonesia. LRT Jabodebek
di-design menggunakan tingkat otomatis Grade of Automation (GOA) level 3.
Secara keseluruhan, LRT Jabodebek menggunakan sistem driverless atau tanpa
pengemudi. Pada LRT Jabodebek menggunakan sistem listrik aliran bawah (LAB)
yang disebut Rel Ketiga (Third Rel). Ini menggunakan Conductor Rail yang
bertegangan 750 VDC untuk menghantarkan daya listrik ke trainsit dengan
menggunakan Current Colector Shoe. Sedangkan pada Kereta Rel Listrik (KRL),
daya listrik yang dibutuhkan, disuplai dari sebuah gardu traksi menggunakan
kawat konduktor yang membentang di bagian atas sepanjang rute KRL tersebut
yang disebut dengan system catenary atau LAA (Listrik Aliran Atas).

Berdasarkan perbedaan antara kedua sistem aliran listrik tersebut, penulis


ingin mengkaji lebih jauh mengenai perbedaan, karakteristik dan prinsip kerja
dari kedua sistem aliran listrik tersebut, maka penulis membuat sebuah makalah
dengan judul “Perbedaan Sistem Listrik Aliran Atas Pada KRL dengan Sistem
Listrik Aliran Bawah pada LRT Jabodebek”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, maka dapat disusun rumusan masalah yang
menjadi dasar dari penyusunan makalah ini, rumusan masalah tersebut
diantaranya:
1. Bagaimana Sistem Listrik Aliran Atas (LAA) pada Kereta Rel Listrik
(KRL).
2. Bagaimana Sistem Listrik Aliran Bawah (LAB) pada LRT Jabodebek.
3. Apa saja Komponen – komponen pada sistem Listrik Aliran Atas dan
Sistem Listrik Aliran Bawah.

1
4. Apa kekurangan dan kelebihan dari sistem Listrik Aliran Atas dan
Sistem Listrik Aliran Bawah.

1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai salah satu tugas akhir Program Orientasi Kerja (POK) Calon
Pekerja Train Attendant LRT Jabodebek tahun 2021.
2. Untuk mengetahui prinsip kerja dari sistem Listrik Aliran Atas pada
Kereta Api Listrik.
3. Untuk mengetahui prinsip kerja dari Sistem Listrik Aliran Bawah (LAB)
pada LRT Jabodebek.
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari sistem Listrik Aliran
Atas dan Sistem Listrik Aliran Bawah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Listrik Aliran Atas (LAA) pada Kereta Rel Listrik.
2.1.1 Defenisi sistem Listrik Aliran Atas
Listrik Aliran Atas (LAA) atau Jaringan Catenary adalah instalasi listrik
perkeretaapian yang menggunakan jaringan listrik aliran atas, berupa saluran
kawat atas (overhead catenary) dengan tegangan 1500 VDC di sepanjang jalur
yang digunakan untuk operasi Kereta Rel Listrik (KRL).
Berdasarkan Peraturan Dinas 13C Jilid 1 pada pasal 2 menjelaskan
mengenai sistem Listrik Aliran Atas sebagai berikut :
1. Instalasi listrik aliran atas (LAA)terdiri atas:
a. Gardu Traksi.
b. Jaringan Catenary.
2. Tegangan operasi LAA ditentukan sebesar:
a. tegangan nominal 1500 V DC.
b. tegangan minimal 1100 V DC.
c. tegangan maksimal 1800 V DC.

2.1.2 Bagian – bagian Sistem Listrik Aliran Atas


A. Substation (Gardu listrik)
Berfungsi sebagai sistem catu daya penyedia aliran listrik untuk digunakan
menggerakan kereta bertenaga listrik, peralatan persinyalan, telekomunikasi dan
peralatan lainnya.
Secara garis besar Substation dibagi menjadi 7 bagian yaitu :
1. Peralatan Penerima Daya
Berfungsi untuk menerima, menurunkan dan mendistribusikan tegangan dari
jaringan listrik umum atau sumber listrik lain untuk kemudian disalurkan ke
peralatan penyearah dan atau peralatan distribusi.
Peralatan Penerima Daya terdiri atas:
a. Panel Penerima.
b. Peralatan Penurun Tegangan.
c. Panel Distribusi.
2. Peralatan Penyearah (Silicon Rectifier/SR)
Berfungsi untuk mengubah tegangan AC (bolak-balik) dari transformator
menjadi tegangan DC (searah) untuk menggerakkan kereta api bertenaga listrik.

3
3. Peralatan DC kubikel (HSCB)
Berfungsi untuk mendistribusikan dan memutus tegangan DC yang diterima
dari peralatan penyearah untuk dialirkan ke Jaringan Katenari. Peralatan DC
kubikel terdiri atas:
a. kubikel utama.
b. kubikel keluaran dan kubikel cadangan.
c. kubikel negatif.
4. Peralatan Tegangan Rendah AC-DC
Berfungsi sebagai sumber daya listrik untuk peralatan kontrol, proteksi,
indikator, space heater, baterai dan lain lain yang berkaitan dengan Gardu Traksi
serta penerangan bangunan. Peralatan tegangan rendah AC yang berupa trafo
harus memiliki 2 sumber listrik berbeda, yaitu sumber utama dari Gardu Traksi
setempat dan sumber cadangan dari sumber lain. Perpindahan sumber utama ke
sumber cadangan atau sebaliknya bekerja secara otomatis dengan catu daya
darurat (baterai).
5. Pencatu / Penyulang (Out Going)
berfungsi untuk menyalurkan daya dari kubikel keluaran melalui kabel penyulang
positif dan saklar pemisah ke kawat penyulang serta menerima kembali arus
balik melalui kabel penyulang negatif ke kubikel negatif.
6. Peralatan Distribusi Daya
Berfungsi menerima dan mendistribusikan daya untuk penggerak peralatan
listrik bagi sistem persinyalan, telekomunikasi dan fasilitas penunjang yang lain.
Peralatan distribusi daya terdiri atas:
a. sistem distribusi daya menggunakan tegangan menengah3 phasa 6
kVatau 20 kVAC.
b. sistem distribusi daya tegangan rendah 3 phasa 380/220VAC atau 1
phasa 220VAC.
c. sistem distribusi daya signal hut (SDSH)yang berfungsi untuk
mensuplai peralatan persinyalan dan telekomunikasi.
7. Sistem Pengendali Jarak Jauh (SPJJ)/ Remote Control
Berfungsi untuk memantau dan mengendalikan peralatan listrik di Gardu
Traksi dan peralatan distribusi daya. SPJJ dioperasikan secara terpusat dari suatu
ruang kendali yang berdekatan atau menyatu dengan ruang pusat pengendalian
operasi kereta api. Petugas pengendali distribusi listrik aliran atas (PDLA) di
ruang kendali SPJJ harus dapat memantau dan mengendalikan Gardu Traksi atau
peralatan distribusi daya di wilayah pengendaliannya.

4
B. Jaringan Catenary
Sebagai saluran penghubung daya listrik sebesar 1500 Volt DC, kemudian
ditansmisikan oleh gardu listrik sepanjang rel dengan perantara kawat kontak
(trolley) yang terhubung ke pantograf KRL. 
Bagian – bagian Sistem Catenary adalah sebagai berikut :
1. Feeder system ( Sistem Penyulang )
Sistem penyulang yang berfungsi sebagai penyalur daya listrik dari
substation ke jaringan catenary, terdiri dari :
 Feeder Wire
Berfungsi sebagai jalur utama penyalur tegangan 1500 VDC yang keluar
dari gardu listrik dan untuk menyalurkan daya listrik ke cabang penyulang
(feeding branch).

Gambar 3. Feeder Wire


 Feeding Branch
Adalah kawat pencabangan yang menyalurkan daya listrik dari feeder wire
ke kawat kontak dan juga untuk meminimalkan perbedaan tegangan. Dipasang
pada interval tertentu (250 m) dan <125 m pada ujung kawat feeder.

Gambar 4. Feeding Branch


 Disconnecting Switch
Adalah suatu perangkat dalam sistem jaringan LAA yang berfungsi untuk
keperluan pemeliharaan dan penanggulangan gangguan pada petak catu daya
listrik yang jauh dan untuk perawatan pembagian jalur di emplasemen atau di
dipo KRL.

Gambar 5. Disconnecting Switch

5
 Return Cable
Berfungsi untuk menyalurkan arus balik dari KRL/lokomotif listrik kembali
ke Sub Station melalui rel dan peralatan negati Sub Station.

Gambar 6. Return Cable


2. Catenary System
Sistem katenari (catenary system) berfungsi untuk menyalurkan daya listrik
dari sistem penyulang ke KRL/Lokomotif listrik. Sistem katenari terdiri atas:
 Contact Wire
Adalah kawat kontak yang menghubungkan arus listrik dari feeding system
ke pantograph.

Gambar 7. Contact Wire


 Messenger Wire
Kawat yang digunakan untuk menggantung atau menahan beban kawat
kontak agar ketinggiannya dari top rail dapat dibuat konstan.

Gambar 8. Messenger
 Hanger Wire
Adalah kawat untuk menggantungkan kawat kontak ke messenger wire.
Agar ketinggian kawat kontak tetap konstan maka ketegangan dan
kemulurannya harus dijaga. Interval tiap hanger adalah 5 meter dengan panjang
minimal 150 mm. Hanger menggunakan bahan alumunium bar untuk transmisi
tenaga listrik di lintas dan fiber untuk area stasiun serta menggunakan protector
pada hanger-hanger tertentu.

6
Gambar 9. Hanger Wire
 Pull – Off

Berfungsi memegang kawat kontak dan membentuk deviasi sesuai yang


diinginkan.

Gambar 10. Pull – Off

 Tensioning Device
Berfungsi untuk mempertahankan ketegangan kawat kontak yang berubah
– ubah akibat pengaruh suhu udara maupun panas yang ditimbulkan oleh aliran
listrik. Jika kawat kontak memuai dan mengendur, maka akan berakibat pada
tidak sempurnanya kontak antara kawat kontak dan pantograph.

Gambar 11. Automatic Tensioning Device


 Sectioning Device
Adalah peralatan pemisah yang membagi bentangan sistem katenari secara
elektrik kedalam beberapa ruas untuk melokalisir gangguan.

Gambar 12. Air Section


3. Supporting Facilities
 Pole (tiang)
Berfungsi sebagai penopang gelagar melintang atau kantilever dan
peralatan transmisi tenaga listrik. Pada LAA sistem Jepang, tiang terbuat dari

7
beton. Tiang ini memiliki panjang 12 m dengan 1/3 bagiannya ditanam
kedalam tanah.
 Pole Ban (Pengikat)
merupakan salah satu perangkat dalam sistem jaringan LAA yang berfungsi
untuk mengikat instalasi transmisi tenaga listrik pada beton yang bulat.

Gambar 13. Pole Ban


 Stay Guy
Berfungsi untuk mempertahankan kestabilan konstruksi tiang akibat
tarikan dan beban kawat transmisi tenaga listrik.

Gambar 14. Stay Guy


 Insulator
Terbuat dari bahan keramik atau kaca. Berfungsi untuk memisah bagian
peralatan yang bertegangan dengan yang tidak bertegangan.

Gambar 15. Insulator

 Cantilever
Penyangga untuk instalasi transmisi tenaga listrik pada tiang yang
biasanya melayani satu jalur.
 Supporting Beam / Truss
penyangga peralatan transmisi tenaga listrik, di area stasiun lokasi pada
transmisi tenaga listrik yang mempunyai banyak peralatan (jalur).

Gambar 16. V Truss Beam


4. Protection Facilities
Berfungsi untuk melindungi peralatan Jaringan Katenari lainnya dari
kerusakan akibat sambaran dan induksi petir, terdiri atas:

8
 Overhead Ground Wire
Adalah kawat yang berada pada bagian teratas dari jaringan LAA sebagai
pelindung peralatan transmisi tenaga listrik dibawahnya dari sambaran langsung
dari petir.

Gambar 17. Overhead Ground Wire


 Arrester
Digunakan untuk menghubung singkatkan rangkaian ketika terjadi
gangguan arus berlebih seperti sambaran petir. Arus yang melalui arrester akan
diteruskan ke bumi (ground), sehingga tidak mengalir ke perangkat yang
dilindunginya.

Gambar 18. Arrester


 Arching Horn
Berbentuk seperti tanduk yang berfungsi untuk melompatkan arus yang
berlebih dari satu bagian kawat menerima arus listrik dari petir.

Gambar 19. Arching Horn


 Grounding Device
Berfungsi untuk meneruskan arus listrik yang mengalir dari overhead
ground wire dan arrester ke tanah sehingga tidak memiliki efek merusak
terhadap peralatan transmisi tenaga listrik.

GROUND
E
ING

Gambar 20. Grounding Device

9
5. Jaringan distribusi daya
Berfungsi menyalurkan daya listrik untuk keperluan peralatan persinyalan,
telekomunikasi dan pintu perlintasan. Jaringan distribusi daya dapat berupa:
a. OE Wire
b. kabel (Twisted Cable dengan messenger atau jenis kabel distribusi daya
lainnya).

2.2 Sistem Listrik Aliran Bawah


2.2.1 Defenisi Sistem Listrik Aliran Bawah
Sistem Listrik Aliran Bawah yang disebut dengan Third Rail atau rel ketiga
adalah sarana untuk menyediakan daya traksi listrik ke kereta menggunakan rel
tambahan yang disebut rel konduktor. Rel konduktor ditopang pada isolator
keramik (dikenal sebagai “pot”) atau braket berinsulasi, biasanya dengan interval
sekitar 10 kaki (3,0 m).
Sedangkan pada Kereta memiliki blok kontak logam yang disebut CCS
“Current Collector Shoe” (atau sepatu kolektor atau sepatu kontak). CCS yang
bersentuhan langsung dengan third rail atau rel konduktor. Prinsip kerja Third
rail di LRT sama saja dengan Pantograf KRL yang menerima arus dari kawat LAA
kemudian diterima dan diteruskan.
CCS (Current Collector Shoe) atau Sepatu kontak dapat ditempatkan di
bawah, di atas, atau di samping rel ketiga, tergantung pada jenis rel ketiga yang
digunakan, rel ketiga ini masing-masing disebut sebagai kontak bawah, kontak
atas, atau kontak samping. Namun pada LRT Jabodebek menggunakan Bottom
Contact.

Gambar 21. Macam – macam posisi CCS

10
2.2.2 Komponen – komponen pada Third Rail
1. Conductor Rail
Conductor Rail terbuat dari aluminium ekstrusi dengan permukaan atau
tutup kontak baja tahan karat, yang berfungsi sebagai penghantar listrik.

Gambar 22. Conductor Rail

2. Splice Joint

Splice joint adalah sepasang sambungan yang terbuat dari aluminium yang
diekstrusi dan berbentuk seperti plat yang dipasang untuk menyambungkan rel
konduktor dengan sambungan baut.

Gambar 23. Splice Joint

3. Ramp
Ramp adalah posisi rel konduktor yang agak condong/miring, yang
berfungsi untuk transisi keluar dan masuknya sepatu kontak.

Gambar 24. Ramp


4. Insulator dan Bracket
Insulator yang didesign untuk memutus arus listrik, dan bracket yang
digunakan telah dibuat sedemikian rupa agar mampu menahan gaya mekanik
dari gaya yang timbul akibat kontak antara rel konduktor dengan sepatu kontak.

Gambar 25. Insulator dan Bracket

5. Cover Conductor Rail

Cover adalah penutup third rail, yang berfungsi untuk meminimalisir dan
melindungi para tenaga perawatan agar terhindar dan tidak terjadi kontak
langsung dengan third rail.

Gambar 26. Cover Conductor Rail

6. Expansion Joint
Dirancang untuk mengakomodasi pemuaian dan kontraksi termal dari rel
konduktor. karena variasi suhu lingkungan dan kenaikan panas.

Gambar 27. Expansion Joint


7. Mid Point Anchor

Dirancang untuk mengatur pemuaian dan kontraksi dari rel konduktor


karena perubahan suhu.

8. Terminal Kabel
Sebagai terminal untuk kabel-kabel menghantarkan listrik ke rel konduktor
yang berasal dari gardu.

2.3 Tabel Perbedaan Listrik Aliran Atas KRL dengan Third Rail LRT Jabodebek
Perbedaan sistem listrik aliran atas dengan Third Rail adalah sebagai berikut
ini :
LAA Third Rail
1. Adalah listrik aliran atas. 1. Merupakan sistem listrik aliran
2. Menggunakan tiang – tiang bawah.
penyangga untuk pengaliran 2. Menggunakan Conductor Rail
listrik. untuk menghubungkan listrik.
3. Menggunakan Pantograf untuk 3. Menggunakan Current Collector
menghubungkan listrik. Shoe untuk menghubungkan
4. Membutuhkan tegangan 1500 aliran listrik dari Conductor Rail.
VDC. 4. Membutuhkan tegangan 750
VDC.

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Third Rail dibandingkan Sistem Listrik Aliran
Atas.
Kelebihan dan kekurangan Third Rail adalah sebagai berikut ini :
Kelebihan Kekurangan
1. Meminimalisir polusi Visual 1. Hanya bisa di aplikasikan pada
2. Sistem ini lebih murah karena lintas layang.
tidak memerlukan penyangga
kabel seperti LAA.
3. Dari perawatannya tidak rumit
dari Sistem LAA.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang penulis susun, maka penulis dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. PT Kereta Api Indonesia (Persero) sudah menggunakan sistem Listrik
Aliran Atas yaitu di Daop 1 jakarta dan Daop 6 Yogyakarta serta sudah
menggunakan Sistem Listrik Aliran Bawah pada LRT palembang dan akan
di operasikan juga pada LRT Jabodebek.
2. Dengan menggunakan sistem Listrik Aliran Atas masih dapat terjadi
kecelakaan KA di perlintasan sebidang seperti : KRL menemper
kendaraan, menemper orang, kendaraan berat tersangkut jaringan LAA.
Sedangkan dengan menggunakan LAB masalah tersebut tidak terjadi
sama sekali.
3. Dengan menggunakan Sistem Listrik Aliran Bawah maka dapat menekan
biaya pembangunannya karena tidak memerlukan penyangga kawat
listrik, serta lebih efisien dan mudah dalam perawatannya.
4. Kekurangan Sistem Listrik Aliran Bawah yaitu sistem ini hanya bisa
digunakan di lintas layang, jika dibangun di pemukiman pendudukan akan
menimbulkan bahaya tersengat listrik.

3.2 Saran
1. Penulis mengusulkan, jika dikemudian hari ada pembangunan sistem
elektrifikasi sebaiknya dibangun menggunakan sistem Listrik Aliran Bawah
karena dari segi biaya dan perawatannya lebih murah dan efisien, yang
dibangun dengan Jalur Layang.
2. Sebaiknya menghilangkan perlintasan sebidang dengan cara membuat
pembangunan Fly Over (Jalan Layang) atau pembangunan Under Pass
(Jalan Bawah) untuk menghindari terjadinya Kecelakaan Kereta Api.
DAFTAR PUSTAKA
1. Paparan Materi mengenai Pengetahuan Listrik Aliran Atas dari Bapak Jeffry
Edward Werinussa.
2. Peraturan Dinas 13C Jilid 1 Ketentuan Umum Instalasi Listrik Aliran Atas Arus
Searah dengan Tegangen 1500V.
3. Paparan Materi Mengenai Third Rail LRT Jabodebek.
4. https://keretapedia.com/2020/05/05/sekilas-elektrifikasi-listrik-aliran-ataslaa-

krl-di-jabodetabek/

5. https://www.widodogroho.com/2020/02/mengenal-rel-ketiga-rel

konduktorpada.html
LAMPIRAN
1. Single Line Diagram Gardu Listrik 1500 VDC ke KRL

2. Single Line Diagram Kelistrikan LRT Jabodebek

Anda mungkin juga menyukai