Anda di halaman 1dari 83

Noon

Sunset
0
81.50 N

S
280

Sunrise E

DIAGRAM LINTASAN MATAHARI


DALAM ARSITEKTUR
Laina Hilma Sari - Era Nopera Rauzi

Noon
W
Sunset
0
34.60 N

280
S
Sunrise
E
DIAGRAM LINTASAN MATAHARI
DALAM ARSITEKTUR
Laina Hilma Sari - Era Nopera Rauzi
DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR
LAINA HILMA SARI yang lahir di Banda Aceh pada tanggal 12 Juli 1980
ini merupakan dosen di Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Universitas
Syiah Kuala (Unsyiah). Beliau menyelesaikan S1 di Jurusan Arsitektur,
Unsyiah pada tahun 2003. Gelar Master of Science dan Doctor of Philosophy
di perolehnya pada tahun 2005 dan 2012 di School of the Built Environment,
Heriot Watt University, Edinburgh, Inggris. Minat pada bidang Architectural
Science dan Sustainable Architecture membuatnya banyak menulis tentang
evaluasi kenyamanan spasial yang mencakup kenyamanan termal dan
visual pada bangunan seperti perumahan dan masjid. Ibu dengan 3 anak ini
telah menghasilkan beberapa buku diantaranya “Buku Ajar Sains
Arsitektur”, “Mesjid Bersejarah Aceh dalam Perspektif Kenyamanan Spasial
Arsitektur”, “Pengaruh Arsitektur Tropis pada Desain Rumah Belanda”, dan “Dokumentasi Desain Masjid
Indrapuri dan Tengku Dipucok Krueng sebagai Langkah Konservasi Bangunan Masjid Bersejarah Aceh”
yang diterbitkan oleh Syiah Kuala Press. Saat ini Laina menjabat sebagai Koordinator Program Magister
Arsitektur, di Universitas Syiah Kuala dan aktif dalam beberapa hibah penelitan.

ERA NOPERA RAUZI, berasal dari Kota Banda Aceh, Indonesia,


mendapat gelar Master of Architecture dari National United University,
Taiwan, tahun 2012, kemudian menyelesaikan beberapa projek penting,
yaitu Desain Ruang Terbuka Tepi Pantai di Meulaboh dan Desain Lansekap
Mesjid Agung Baitul Makmur, Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat. Pada
tahun 2013, menerbitkan publikasi perdananya pada International Journal
of Green Economics berjudul Durability of quality of life enhancement of
social community networks after the tsunami disaster in Aceh. Setelah
menekuni profesi pendidik tahun 2014, berperan aktif pada kegiatan
organisasi profesi (Ikatan Arsitektur Indonesia – Aceh dan Nasional) dalam
mengorganisir kegiatan sayembara desain dan perencanaan tingkat
nasional. Dalam kegiatan akademik, selain menjabat sebagai Sekretaris Jurusan Arsitektur dan
Perencanaan, fokus pada matakuliah Teknik Komunikasi Arsitektur, Metode Perancangan Arsitektur, dan
Studio Perancangan. Kegiatan Penelitian dan Pengabdian yang dilakukan berkaitan dengan kenyamanan
termal dan perancangan ruang luar yang telah dipulikasikan secara nasional pada jurnal dan seminar
nasional.
DIAGRAM LINTASAN
MATAHARI
DALAM ARSITEKTUR

DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR |i


Sanksi Pelanggaran Pasal 113
Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

1. Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak


ekonomi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf
i untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta
atau pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi
pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf
c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk penggunaan secara
komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).
3. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta
atau pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi
pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf
a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk penggunaan secara
komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat)
tahun dan/atau pidana denda pa-ling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).
4. Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar
rupiah).

ii | DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR


DIAGRAM LINTASAN
MATAHARI
DALAM ARSITEKTUR

SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS

DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR | iii


Judul Buku:
DIAGRAM LINTAS MATAHARI DALAM ARSITEKTUR

Penulis:
LAINA HILMA SARI
ERA NOPERA RAUZI

Editor:
Afrillia Fahrina

Sampul dan Layout:


Aris Jufrizal

ISBN:
978-623-264-152-5
E-ISBN:
978-623-264-151-8 (PDF)

Pracetak dan Produksi:


SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS

Penerbit:
Syiah Kuala University Press
Jln. Tgk Chik Pante Kulu No.1, Kopelma Darussalam 23111,
Kec. Syiah Kuala. Banda Aceh, Aceh
Telp: 0651 - 8012221
Email: upt.percetakan@unsyiah.ac.id
Website: http://www.unsyiahpress.unsyiah.ac.id
Anggota IKAPI 018/DIA/2014
Anggota APPTI 005.101.1.09.2019

Dilarang keras memfotokopi atau memperbanyak sebagian atau


seluruh buku ini tanpa seizin tertulis dari penerbit.

iv | DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. dan salawat serta salam kepada Rasulullah
Muhammad saw. Hanya dengan kehendak Allah Swt. lah buku Diagram
Lintasan Matahari ini dapat diselesaikan.

Penulisan buku ini adalah bagian dari hasil penelitian Lektor yang didanai
oleh Unsyiah tahun 2020. Buku ini memuat pengenalan terhadap diagram
lintasan matahari dan cara pembuatannya. Diagram lintasan matahari
bermanfaat di dalam desain arsitektur untuk dapat mengetahui ukuran
desain teduhan yang optimal dalam memberikan pembayangan dan manfaat
lainnya yang dijabarkan di dalam buku ini. Pengetahuan orientasi matahari
dalam desain arsitektur juga sangat membantu terciptanya desain bangunan
yang hemat energi dan dapat beradaptasi dengan lingkungan. Pada dunia
pendidikan arsitektur, buku ini akan bermanfaat pada mata kuliah Fisika
Bangunan, Sains Arsitektur, dan Studio Perancangan Arsitektur.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada mahasiswa Arsitektur


Unsyiah yang telah berperan dalam pembuatan diagram lintasan matahari.
Semoga buku ini bermanfaat untuk para pembaca.

Banda Aceh,
1 September2020

Penulis

DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR |v


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................V
DAFTAR ISI............................................................................................................................................VI
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................................VIII
DAFTAR TABEL...................................................................................................................................... X

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1

BAB 2 ARSITEKTUR DAN ORIENTASI MATAHARI......................................................................3


2.1 DESAIN ARSITEKTUR.............................................................................................................3
2.2 ANALISA MATAHARI PADA DESAIN ARSITEKTUR........................................................ 7

BAB 3 DIAGRAM LINTASAN MATAHARI..................................................................................... 13

BAB 4 METODE MEMBUAT MAKET DIAGRAM MATAHARI 3 DIMENSI............................. 21


.
BAB 5 PERANGKAT DESAIN MATAHARI.....................................................................................33
5.1 PERANGKAT FISIK................................................................................................................33
5.1.1 HELIODON....................................................................................................................34
5.1.2 SOLAR SCOPE..............................................................................................................37
5.2 PERANGKAT DIG ITAL.........................................................................................................39
5.2.2 GOOGLESKETCHUP.................................................................................................... 40
5.2.3. AUTODESK® REVIT® ARCHITECTURE 2012..................................................... 40
5.2.4. VECTORWORKS.......................................................................................................... 40
5.2.5. AUTODESK® ECOTECT®......................................................................................... 41
.
BAB 6 MANFAAT DIAGRAM LINTASAN MATAHARI PADA DESAIN BANGUNAN...............43
6.1 DIAGRAM JALUR MATAHARI SEBAGAI PENENTU SUDUT BAYANGAN HORZOTAL
DAN VERTIKAL .......................................................................................................... 45
6.2 DIGRAM JALUR MATAHARI SEBAGAI PENENTU DURASI IRADIASI MATAHARI
DALAM FASAD DENGAN ARAH MATA ANGIN SEMBARANG...................... 46
6.3MENGEVALUASI PENAUNGAN PADA BANGUNAN YANG TELAH SELESAI
DIRANCANG ............................................................................................................ 47
6.4 MERANCANG DIMENSI PENEDUH........................................................................... 49

vi | DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR


.
BAB 7 MANFAAT DIAGRAM LINTASAN MATAHARI PADA DESAIN LANSEKAP...............53
7.1 POLA NAUNGAN...................................................................................................................54
7.1.1 BENTUKAN LAHAN (LANDFORM)...................................................................56
7.1.2 TANAMAN (VEGETATION).......................................................................................58
7.1.3 BANGUNAN (BUILDING)......................................................................................... 61
7.2 ANALISA TAPAK.....................................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................65

DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR | vii


DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1.1 LINTASAN MATAHARI DAN EFEK PENCAHAYAAN PADA BANGUNNAN ........2
GAMBAR 2.1 RUMAH IGLOO DI DAERAH KUTUB......................................................................2
GAMBAR 2.2 RUMAH KOPEL (TERRACED HOUSE) DI INGGRIS............................................3
GAMBAR 2.3 RUMAH TRADISIONAL ACEH, INDONESIA..........................................................5
GAMBAR 2.4 RUMAH -RUMAH DI ARAB SAUDI..........................................................................7
GAMBAR 2.5 DESAIN RUMAH PADA LAHAN YANG MIRING.....................................................9
GAMBAR 2.6 PENEMPATAN RUANG DENGAN MEMPERHATIKAN POSISI MATAHARI......11
GAMBAR 2. 7 GARIS LINTANG BUMI.......................................................................................... 12
GAMBAR 2.8 ALTITUDE DAN AZIMUTH SEBAGAI PENENTU DARI POSISI MATAHARI.... 12
GAMBAR 2.9 MODEL TEDUHAN VERTICAL ............................................................................ 14
GAMBAR 2.10 MODEL TEDUHAN HORIZONTAL ...................................................................... 15
GAMBAR 2.11 POHON SEBAGAI TEDUHAN ALAMI YANG MURAH ...................................... 19
GAMBAR 3.1. PERPUTARAN BUMI MENGELILINGI MATAHARI ............................................ 20
GAMBAR 3.2 POSISI BUMI PADA SAAT MENGELILINGI MATAHARI DI BULAN DESEMBER
DAN JUNI................................................................................................................ 21
GAMBAR 3.4 POSISI MATAHARI DI GARIS EQUNINOX, SUMMER SOLSTICE DAN WINTER
SOLSTICE............................................................................................................... 22
GAMBAR 3.5. PERGERAKAN LINTASAN MATAHARI TAHUNAN............................................. 30
GAMBAR 3.6 JALUR LINTASAN MATAHARI PADA BELAHAN BUMI UTARA DAN
SELATAN................................................................................................................ 31
GAMBAR 3.7 DIAGRAM MATAHARI DENGAN POSISI SUDUT AZIMUT, KETINGGIAN
(ALTITUDE), TANGGAL DAN BULAN, DAN GARIS JAM................................... 37
GAMBAR 3.8 DIAGRAM MATAHARI STEREOGRAHIC............................................................ 38
GAMBAR 3.9 DIAGRAM MATAHARI EQUIDISTANT.................................................................. 40
GAMBAR 3.10 DIAGRAM MATAHARI SPHERICAL (ORTHOGRAPHIC)................................... 41
GAMBAR 3.11 DIAGRAM MATAHARI CARTESIAN .................................................................... 43
GAMBAR 4.1 MODEL JALUR MATAHARI................................................................................... 44
GAMBAR 4.2 DIAGRAM MATAHARI ORTOGRAPHIC DAN KUADRAN PENDUKUNG
PADA GARIS LINTANG 00...................................................................................... 46
GAMBAR 4.3 DIAGRAM MATAHARI ORTOGRAPHIC DAN KUADRAN PENDUKUNG .............
PADA GARIS LINTANG 200 LU.............................................................................. 47
GAMBAR 4.4 DIAGRAM MATAHARI ORTOGRAPHIC DAN KUADRAN PENDUKUNG
PADA GARIS LINTANG 400LU............................................................................... 48
GAMBAR 4.5 DIAGRAM MATAHARI ORTOGRAPHIC DAN KUADRAN PENDUKUNG
PADA GARIS LINTANG 600LU............................................................................... 48
GAMBAR 4.6 DIAGRAM MATAHARI ORTOGRAPHIC DAN KUADRAN PENDUKUNG
PADA GARIS LINTANG 900LU............................................................................... 49

viii | DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR


GAMBAR 4.7 PEMBUATAN ALAS DAN PROYEKSI ORTHOGRAPHIC PADA GARIS
LINTANG YANG DIINGINKAN.............................................................................. 51
GAMBAR 4.8 PELETAKAN KUADRAN PENDUKUNG PADA PROYEKSI ORTOGRAPHIC. 52
GAMBAR 4.9 EVALUASI PENEMPATAN KAWAN SEBAGAI JALUR LINTASAN MATAHARI... 60
GAMBAR 4.10 PENYELESAIAN MAKET DIAGRAM LINTASAN MATAHARI............................. 62
GAMBAR 4.11 POSE SETELAH PEMBUATAN MAKET LINTASAN MATAHARI........................ 63
GAMBAR 4.12 CONTOH HASIL MAKET DIAGRAM MATAHARI PADA BEBERAPA
GARIS LINTANG..................................................................................................... 64
GAMBAR 4.13 DIAGRAM MATAHARI 2-D ANDREWMARSH..................................................... 64
GAMBAR 4.14 DIAGRAM MATAHARI 3-D ANDREWMARSH..................................................... 65
GAMBAR 5.1 HELIODON SEDERHANA..................................................................................... 65
GAMBAR 5.2 CARA KERJA HELIODON SEDERHANA............................................................. 67
GAMBAR 5.3 MESIN HELIODON MODEREN YANG DIKEMBANGKAN OLEH NOBERT
LECHNER................................................................................................................ 69
GAMBAR 5.4 HELIODON DENGAN REL LINTASAN IMAGINER............................................. 69
GAMBAR 5.5 SOLAR SCOPE...................................................................................................... 70
GAMBAR 5.6 SOLAR SCOPE DENGAN MEJA STATIS............................................................. 71
GAMBAR 6.1 BUSUR DERAJAT PENGUKUR BAYANGAN...................................................... 72
GAMBAR 6.2 HSA DAN VSA........................................................................................................ 73
GAMBAR 6.3. PENENTUAN SUDUT BAYANGAN PADA DIAGRAM JALUR LINTASAN
MATAHARI STEREOGRAFI................................................................................... 74
GAMBAR 6.4 SUDUT AZIMUTH DAN ALTITUDE....................................................................... 77
GAMBAR 6.5 DURASI PENYINARAN (IRADIASI) MATAHARI.................................................. 77
GAMBAR 6.6 PENEDUH HORIZONAL DAN SUDUT VSA YANG TERBENTUK..................... 78
GAMBAR 6.7 PENEDUH VERTIKAL DAN SUDUT HSA YANG TERBENTUK......................... 79
GAMBAR 6.8 EFEK PENAUNGAN DAN PENYINARAN PADA SAAT VSA 460........................ 80
GAMBAR 6.9 EFEK PENAUNGAN DAN PENYINARAN PADA SAAT HSA 570....................... 80
GAMBAR 6.10 MODEL TEDUHAN YANG TEPAT UNTUK BERBAGAI ORIENTASI
MATAHARI DI BANDA ACEH................................................................................. 72
GAMBAR 7.1 LINTASAN MATAHARI............................................................................................ 73
GAMBAR 7.2 POLA NAUNGAN YANG TERJADI MENGIKUTI BENTUK BENDA YANG
MENGHALANGI SUMBER CAHAYA.................................................................... 74
GAMBAR 7.3 PERGESERAN LINTASAN MATAHARI................................................................ 77
GAMBAR 7.4 POLA PERGERAKAN NAUNGAN SELAMA SIANG HARI................................. 77
GAMBAR 7.5 HSA DAN VSA......................................................................................................... 78
GAMBAR 7.6 POLA NAUNGAN PADA BANGUNAN DI LAHAN BERKONTUR....................... 79
GAMBAR 7.7 PENATAAN VEGETASI SEBAGAI PENAHAN BEBAN ANGIN PADA
BANGUNAN............................................................................................................ 80
GAMBAR 7.8 JARAK TATA MASA YANG IDEAL TERHADAP NAUNGAN SINAR
MATAHARI............................................................................................................... 80
GAMBAR 7.9 CONTOH SUN AND SHADOW STUDY................................................................ 80
GAMBAR 7.10 CONTOH STUDI DAN ANALISA SINAR MATAHARI DAN NAUNGAN
SEPANJANG TAHUN............................................................................................. 80

DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR | ix


DAFTAR TABEL

TABEL 4.1 CONTOH MAKET DIAGRAM MATAHARI PADA BEBERAPA GARIS


LINTANG YANG DITRANSFORMASI KE SUN-PATH 3D
(ANDREWMARSH)................................................................................................. 24
TABEL 6.1 WAKTU DAN ILUMINANSI IRADIASI MATAHARI............................................... 28

x | DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR


DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR | xi
BAB I
PENDAHULUAN

Bangunan hemat energi sangat menjadi sorotan saat ini. Bangunan


hemat energi adalah bangunan yang dapat menghadirkan
pencahayaan dan kenyamanan termal alami sehingga mengurangi
pemakaian listrik secara berlebihan. Analisa terhadap lintasan
matahari menjadi salah satu faktor dalam desain arsitektur untuk
menghadirkan bangunan yang nyaman alami secara termal dan
visual. Lintasan matahari di dalam arsitektur dapat dipahami
baik secara dua dimensi, tiga dimensi, melalui perangkat lunak
(software) ataupun perangkat keras (hardware).

Gambar 1.1 Lintasan matahari dan efek pencahayaan pada


bangunan
Sumber: https://www.archdaily.com/473409/north-city-campus-jwda

Buku memaparkan pemahaman terhadap diagram lintasan


matahari serta pemanfaatannya dalam desain arsitektur. Pada
Bab 2 dijelaskan tentang pengantar desain arsitektur pada daerah-
daerah di iklim matahari yang berbeda. Keberagaman desain
arsitektur tersebut muncul karena adapatasi desain terhadap
posisi matahari. Pada bab ini juga dijelaskan faktor-faktor yang

DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR |1


harus diperhatikan untuk menganalisa dan mengevaluasi lokasi
terkait dengan posisi matahari.
Pada Bab 3 dijelaskan tentang diagram lintasan matahari. Pada bab
ini juga diuraikan pemahaman akan azimut, ketinggian, tanggal
dan bulan, serta garis jam yang termuat dalam diagram matahari.
Model-model diagram lintasan matahari juga di paparkan.
Bab 4 menjelaskan metode membuat maket diagram matahari
3 dimensi. Pembuatan maket ini ditujukan untuk memberikan
pemahaman fenomena perjalanan matahari sehingga dapat
memahami pentingnya analisa matahari pada desain bangunan.
Bab ini juga menampilkan workshop pembuatan diagram matahari
yang dilaksanakan oleh mahasiswa arsitektur Unsyiah.
Bab 5 menguraikan perangkat desain matahari baik secara
fisik (hardware) ataupun digital (software). Di negara maju
perangkat desain matahari telah secara luas dimanfaatkan oleh
dunia akademisi arsitektur. Oleh karena itu, bab ini menjelaskan
perangkat tersebut untuk dapat meningkatkan kualitas desain
mahasiswa arsitektur menuju desain bangunan yang hemat energi.
Pada bab 6 dijelaskan manfaat diagram lintasan matahari pada
desain bangunan. Diagram jalur matahari akan membantu
arsitek untuk merancang dimensi jendela dan naungan yang akan
memberikan akses pencahayaan siang yang optimal tanpa panas
yang berlebihan. Pada bab ini juga akan dibahas oritentasi dan
model penaungan yang tepat dalam mengarahkan bukaan ke
orientasi matahari (arah mata angin) dengan kasus di kota Banda
Aceh.
Pada bab terakhir yaitu Bab 7 dijelaskan kaitan diagram matahari
dengan lansekap. Lintasan matahari mempengaruhi tiga elemen
dasar dalam perancangan lansekap, yaitu bentukan lahan
(landform), tanaman (vegetation), dan bangunan (building).
Dengan memahami elemen ini, maka akan hadir desain bangunan
alam desain bukaan dan penaungan.

2 | DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR


BAB II
ARSITEKTUR DAN ORIENTASI
MATAHARI

1.1 Desain Arsitektur


Pada desain arsitektur, kondisi termal bangunan adalah hal yang
sangat penting diperhatikan untuk menghadirkan kenyamanan
ruang dalam. Kondisi termal sangat berkaitan dengan iklim
yang memberikan kontribusi masuknya radiasi matahari melalui
jendela dan bukaan lainnya pada bangunan. Analisa matahari
terhadap bangunan juga merupakan prinsip dasar dalam desain
arsitektur. Orientasi matahari memainkan peran besar dalam
desain arsitektur. Seorang arsitek harus terbiasa menganalisa
matahari sebelum mendesain bentuk bangunan. Sebagai sumber
energi panas, posisi matahari pada berbagai lintang akan
menyumbang pemanasan yang bisa terlalu berlebihan sehingga
harus diminimalisir dengan menggunakan corak atau sebaliknya.
Tanpa memahami hal ini, sebuah bangunan tidak akan menjadi
ruang yang nyaman secara termal.
80 persen keputusan desain yang mempengaruhi kinerja energi
bangunan, diambil pada tahap desain arsitektur awal (SHC, 2017).
Oleh karena itu, pada tahap awal perancangan, desain arsitektur
perlu mempertimbangkan garis lintang matahari dari lokasi
bangunan yang akan dirancang. Hal ini disebabkan setiap garis
lintang memberikan rekomendasi desain yang berbeda. Kaitannya
dengan arsitektur berkelanjutan, seorang arsitek harus memahami
cara meminimalkan beban energi yang dibutuhkan bangunan
untuk pendinginan, pemanasan, ventilasi, dan penerangan. Untuk
memecahkan permasalahan ini, maka seorang arsitek harus
memahami lintasan matahari di dalam memberikan pendekatan
cahaya alami pada bangunan (Baldwin, 2020).

DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR |3


Arsitektur tradisional menunjukkan keberhasilan para pembuat
bangunan bersinergi dengan alam dan matahari sehingga
memiliki bentuk yang berbeda-beda di setiap tempat yang
berbeda garis lintang. Desain yang berbeda ini menunjukkan cara
mereka untuk beradaptasi dengan jalur matahari untuk mencapai
kenyamanan spasial dalam ruangan seperti kenyamanan termal
dan pencahayaan alami secara pasif. Di daerah beriklim dingin,
posisinya jauh dari lintasan matahari. Untuk mengantisipasi hal
ini, maka bentuk arsitektur tradisionalnya padat. Hal ini untuk
meminimalkan kehilangan panas pada bangunan (Gambar 2.1).

Gambar 2.1 Rumah Igloo di daerah kutub


Sumber: https://i.pinimg.com/originals/fe/76/73/
fe7673ce051ba018b662dfd2308e30d6.jpg

Di daerah dengan mayoritas musim dingin sepanjang tahunnya


efek pemanasan dan pencahayaan alami diperlukan. Sehingga tak
heran kita akan melihat rumah-rumah di Eropa memiliki cerobong
asap pada atap rumahnya. Rumah-rumah di Eropa juga kerap di
desain secara kopel (terraced house) dan bentuk flat (apartemen).
Rumah-rumah model ini akan memberikan efek menghangatkan
pada ruangan dan juga akan meminimalisir kehilangan panas
(Gambar 2.2) Rumah di Eropa dengan garis lintang di utara

4 | DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR


akan menghadapakan bukaannya ke arah selatan, sedangkan di
Australia yang berada di Selatan akan menghadapakan bukaannya
ke arah utara. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan cahaya
dan kehangatan matahari di musim dingin secara maksimal.

Gambar 2.2 Rumah Kopel (Terraced house) di Inggris


Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/6/64/Edith_
Avenue_in_Moss_Side.jpg

Di daerah beriklim panas lembap, bentuk panjang dan tipis


yang sisi panjangnya berorientasi ke arah datangnya angin
memungkinkan terjadinya ventilasi silang secara maksimum.
Di daerah tropis lembap dengan tingkat kelembapan udara
yang tinggi, rumah atau bangunan dituntut untuk memiliki
banyak bukaan untuk melepaskan udara panas dan menurunkan
kelembapan dari dalam ruangan. Bangunan tropis karena berada
di bawah lintasan matahari, maka bukaan yang optimal adalah
ke arah utara dan selatan. Bangunan tropis juga hadir dengan
material kayu dan atap daun yang memiliki nilai konduktivitas
dan absorbansi yang kecil. Rumah biasanya didesain berbentuk
panggung untuk memaksimalkan pelepasan panas lewat bukaan
pada lantai (Gambar 2.3).

DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR |5


Gambar 2.3 Rumah tradisional Aceh, Indonesia
Di daerah beriklim panas-kering, bentuk dan halaman yang kecil
meminimalkan perolehan panas dan membantu menyediakan
ruang hidup yang teduh dan dingin. Bukaan yang kecil-kecil
juga berguna untuk mencegah masuknya iradiasi matahari yang
berlebihan dan angin yang membawa debu padang pasir (Gambar
2.3). Dalam iklim ini bentuk juga lebih kompak, lebih fleksibel dan
lebih adaptif (Yuksek et al., 2017).

Gambar 2.4 Rumah-rumah di Arab Saudi


Sumber: https://saudinesia.com/wp-content/uploads/2017/12/Di-Arab-Saudi-36-
Perumahan-Dihuni-Ekspatriat-640x394.jpg

6 | DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR


Ulasan diatas menjadi alasan kuat bagi seorang arsitek untuk
memahami jalur lintasan matahari untuk dapat merancang
bangunan yang nyaman termal sepanjang tahunnya. Untuk
memahami desain yang adaptif dengan posisi garis lintang, maka
buku ini dihadirkan untuk memberikan pemahaman terhadap
garis lintas dan posisi matahari. Lintasan matahari dipelajari
melalui diagram lintasan matahari (sun-path) yang akan dibahas
pada bab-bab selanjutnya.

2.2 Analisa Matahari Pada Desain Arsitektur


Sebelum mendesain bangunan, maka hal yang penting adalah
menganalisa dan mengevaluasi lokasi terkait dengan posisi
matahari. Kaitannya dengan hal ini, maka yang harus diperhatikan
adalah:
a. Menilai atau menganalisa lokasi (site) terhadap posisi
matahari
Kita harus mengetahui waktu-waktu matahari bersinar dan
tenggelam. Pada saat yang sama kita juga harus memahami
garis lintasan matahari sepanjang tahunnya karena matahari
memiliki garis edar yang berbeda setiap waktunya. Untuk negara
yang berada di iklim sub-tropis, iklim sedang, dan iklim dingin,
penduduknya akan sangat sadar bahwa matahari memberikan
intensitas iradiasi yang berbeda sepanjang tahunnya; sedangkan di
iklim tropis, orang-orang selalu merasa matahari bergerak tepat di
atas kepalanya dari timur ke barat. Padahal ada masanya matahari
bergerak dari timur ke barat dengan posisi agak condong ke utara
ataupun sebaliknya ke selatan.

DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR |7


Gambar 2.5 Desain rumah pada lahan yang miring
Sumber: https://rumahhokie.com/beritaproperti/wp-content/uploads/2018/08/
vila-rumah-di-lahan-berbukit-berkontur-feng-shui-rumahhokie-4-dok.jpg

Selanjutnya kita juga harus paham bentuk lokasi, apakah di atas bukit atau di
lembah atau pada kemiringan tertentu (Gambar 2.4). Dan kemana tampak
depan bangunan kita akan diarahkan. Lalu kemana orientasi jendela dan
bukaan lainnya akan kita arahkan. Kita juga harus mempertimbangkan
penghalang di sekitar lokasi kita seperti bangunan lain, pepohonan, bukit dan
lainya yang mungkin akan menghalangi jatuhnya cahaya matahari ke
dalam bangunan kita.

Gambar 2.6 Penempatan ruang dengan memperhatikan posisi


matahari
Sumber: https://www.yourhome.gov.au/passive-design/orientation

8 | DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR


Kita harus mengetahui keinginan yang akan menghuni bangunan
nantinya, apakah mau dengan cahaya yang melimpah, ataukan
ingin mendapatkan penaungan yang optimal. Selanjutnya kita
juga perlu mencocokkan ruang-ruang yang akan kita rancang. Di
Eropa rumah dibangun dengan ruang tamu yang menghadap ke
selatan, membutuhkan energi minimal yang dibeli untuk pemanas
ruangan. Sebaliknya, di Australia ataupun New Zealand yang
berada di bagian selatan bumi, akan menempatkan ruang tamunya
ke arah selatan untuk mendapatkan matahari yang melimpah;
sedangkan di daerah tropis, ruang tamu, ruang keluarga, dan
ruang lainnya yang dimanfaatkan pada siang hari akan lebih
nyaman bila ditempatkan ke arah utara ataupun selatan. Bila
tidak memperhatikan hal-hal tersebut maka jumlah energi yang
dibutuhkan untuk menghangatkan atau mendinginkan ruangan
lebih tinggi, dan karenanya memiliki jejak karbon yang lebih besar.
b. Mendapatkan informasi garis lintasan matahari
Untuk medapatkan informasi lintasan matahari, maka kita harus
mengetahu posisi garis lintang dan garis lintang dari tempat kita
berada. Selanjutknya kita dapat mengetahui lintasan matahari
melalui diagram matahari seperti yang akan dijelaskan dalam
bab-bab selanjutnya di buku ini. Dengan memanfaatkan diagram
matahari, maka kita akan mendapatkan informasi seberapa besar
penaungan dari bangunan yang kita desain.

Gambar 2. 7 Garis lintang bumi


Sumber: https://adagebiopower.com/world-map-with-countries-longitude-and-
latitude/world-map-with-countries-longitude-and-latitude-latitude-maps-the-world-
inspirational-105-best-latitude-longitude/Mengetahui sudut ketinggian (altitude) dan
azimuth matahari

DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR |9


Sudut Ketinggian dan azimuth matahari memberikan infomasi
terhadap pengamat akan posisi matahari. Ketinggian (altitude)
adalah sudut sinar matahari Ketika berada di ufuk timur atau
barat. Saat matahari terbit dan terbenam, ketinggiannya nol, dan
di belahan bumi selatan, ketinggian maksimum matahari di lokasi
tertentu terjadi pada tengah hari matahari pada 21/22 Desember
(hari terpanjang dalam setahun). Sedangkan sudut azimuth adalah
seperti yang ditunjukkan di kompas.

Gambar 2.8 Altitude dan Azimuth sebagai penentu dari posisi


matahari
Sumber: https://www.researchgate.net/figure/Azimuth-and-altitude-angle_
fig2_282271883

c. Mengetahui seberapa besar radiasi sinar matahari


Radiasi matahari atau ultraviolet (UV) adalah energi dari matahari.
Jumlah radiasi matahari yang tersedia di suatu lokasi bergantung
pada garis lintang dan jam sinar matahari yang diterima.
d. Merencanakan material bangunan yang akan dipakai
dengan memperhatikan nilai property termal nya
Untuk dapat menghadirkan kenyamanan termal di dalam ruangan,
maka perlu mempertimbangkan jenis material bangunan.
Bangunan di daerah tropis memerlukan material yang ringan
(light-weight). Di daerah dingin dengan iklim ekstrim, bangunan
harus didesain dengan material yang bersifat menyimpan panas
(thermal mass). Bila dikaitkan dengan radiasi sinar ultraviolet
(UV), maka kita harus perhatikan daya tahan material. Bahan
berbasis plastik dapat menjadi rapuh, kayu dapat bergerak
dan terpuntir, serta terjadi pemuaian dan kontraksi pada saat

10 | DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR


pemanasan, sedangkan pada saat kondisi dingin kayu akan
menekan banyak bahan, sehingga efek radiasi UV selama masa
pakai bangunan harus dipertimbangkan. Untuk mengantisipasi
hal ini, maka pilihlah bahan dengan nomor indeks UV yang lebih
tinggi (jika tersedia) karena lebih tahan terhadap degradasi UV.
e. Merencanakan penaungan yang akan dipakai
Penaungan atau peneduh perlu diperhatikan dalam desain
arsitektur. Di daerah dengan penyinaran matahari yang
melimpah, maka teduhan menjadi hal penting yang harus
dirancang. Di daerah dengan empat musim, perlu diperhatikan
model dan penempatan teduhan yang dapat meyesuaikan dengan
berbagai musim (Gambar 2.9 dan Gambar 2.10). Model teduhan
pun menjadi pertimbangan apakah model vertikal dan horizontal
yang akan digunakan. Penaungan berupa pepohonan juga harus
diperhatikan sehingga dapat membantu mengurangi temperatur
iklim mikro di sekitar bangunan (Gambar 2.11).

Gambar 2.9 Model teduhan Gambar 2.10 Model


vertikal teduhan horizontal
Sumber: http ://www.architecturalrecord. Sumber: https://www.alamy.
com/articles/13379-continuing-education- com/building-with-sun-shading-
building-integrated-shading blinds-at-institute-of-science-and-
technology-image61441359.html-
shading

DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR | 11


Gambar 2.11 Pohon sebagai teduhan alami yang murah
Sumber: https://www.homedit.com/modern-house-in-the-woods/

12 | DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR


BAB III
DIAGRAM LINTASAN
MATAHARI

Pada buku Solar Geometry oleh Szokolay (2007) dipaparkan


bahwa bumi hampir berbentuk bulat, memiliki diameter sekitar
12.700 km dan berputar mengelilingi matahari dalam orbit yang
agak elips (hampir bundar). Jarak bumi dan matahari sekitar 150
juta km, bervariasi antara 152 juta km (di aphelion, pada 1 Juli)
dan 147 juta km (di perihelion, pada 1 Januari). Revolusi penuh
membutuhkan waktu 365,24 hari (tepatnya, 365 hari 5 jam 48 ‘46
“) dan karena tahun kalender 365 hari, diperlukan penyesuaian:
satu hari ekstra setiap empat tahun (tahun kabisat).

Gambar 3.1.Perputaran bumi mengelilingi matahari


Sumber: https://courses.lumenlearning.com/earthscience/chapter/sun-earth-
relationship-the-seasons/

DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR | 13


Pesawat revolusi bumi disebut sebagai ekliptika. Sumbu rotasi
bumi dimiringkan 23,45° dari normal ke bidang ekliptika (Gambar
3.1). Sudut antara bidang ekuator bumi dan bidang ekliptika (atau
garis bumi–matahari) adalah deklinasi (DEC) dan bervariasi
antara +23,45° pada 22 Juni (titik balik matahari utara) dan -23,45°
pada 22 Desember (titik balik matahari selatan).

Gambar 3.2 Posisi bumi pada saat mengelilingi matahari di


bulan Desember dan Juni
Sumber: http://funnel.sfsu.edu/courses/gm309/labs/seasons/facts.html

Putaran bumi pada porosnya mengakibatkan terjadinya pergantian


siang dan malam, sedangkan putaran bumi mengelilingi matahari
selama kurang lebih satu tahun mengakibatkan terjadinya
pergantian musim. Dan perbedaan garis lintang mengakibatkan
terjadinya perbedaan iklim pada bumi (Gambar 3.3).

Gambar 3.3 Iklim matahari berdasarkan perbedaan garis lintang


Sumber: https://agnazgeograph.wordpress.com/2013/01/24/klasifikasi-iklim-
matahari/

14 | DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR


Cara memahami jalur lintasan matahari adalah dengan
membayangkan putaran matahari pada satu titik objek, misalnya
bangunan berada pada kubah langit (sky dome). Gambar 3.4
menunjukkan posisi jalur matahari paling tinggi ada di musim
panas solstice. Posisi tengah berada di equinox dan posisi yang
terendah berada di musim dingin solstice.

Gambar 3.4 Posisi matahari di garis equinox, summer solstice


dan winter solstice
Sumber: Szokolay, 2007

DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR | 15


Pada hari-hari equinox, matahari tampak terbit di timur dan
terbenam di barat, (masing-masing tepat pada pukul 6:00 dan
18:00) dan pada siang hari mencapai ketinggian ALT = 90 –
|LAT|, yaitu posisi ketika sudut puncaknya adalah sama dengan
garis lintang (ZEN = |LAT|). Di sini LAT diambil sebagai nilai
absolutnya.
Pada pertengahan musim panas, matahari akan menjadi 23,45°
lebih tinggi:
ZEN = LAT - 23.45° atau ALT = 90° - LAT + 23,45°;
dan pada pertengahan musim dingin 23,45° lebih rendah:
ZEN = LAT + 23.45° atau ALT = 90° - LAT - 23.45°

Gambar 3.6 Jalur lintasan matahari pada belahan bumi utara dan
selatan
Sumber: Szokolay, 2007

Gambar 3.5 menunjukkan dua belahan bumi yaitu utara dan


selatan. Perhatikan bahwa bidang jalur matahari pertengahan
musim dingin dan pertengahan musim panas sejajar dengan jalur
equinox, tetapi masing-masing bergeser ke utara dan selatan.
Sudut kemiringan lintasan matahari pada jalur equinox sama
dengan besar sudut latitude dari lokasi. Selanjutnya, jalur lintasan
matahari pada musim panas dan musim dingin akan bergerak
23,5° ke utara dan selatan. Lokasi di bagian utara bumi memiliki
jalur lintasan matahari yang condong ke arah belahan selatan
bumi. Sebaliknya lokasi di bagian selatan bumi akan memiliki
jalur lintasan matahari yang condong ke belahan utara.

Kubah dan jalur lintasan dapat diproyeksikan dalam bentuk

16 | DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR


diagram lintasan matahari dua dimensi. Diagram jalur matahari
dua dimensi dirancang mengikuti skala lingkaran ketinggian.
Gambar 3.7 menunjukkan diagram jalur matahari yang umumnya
muncul sebagai diagram stereografi. Ini memiliki azimut,
ketinggian, tanggal dan bulan, dan garis jam (Sriram, 2015). Garis
azimutal adalah sudut yang berjalan di sekitar tepi diagram dengan
kenaikan 15°. Titik azimut dari posisi referensi diukur searah
jarum jam dari arah utara pada bidang horizontal. Arah utara pada
diagram stereografi adalah sumbu Y positif (lurus ke atas) dan
ditandai dengan N. Sementara garis ketinggian direpresentasikan
sebagai garis putus-putus konsentris yang membentang dari pusat
diagram ke luar, dengan kenaikan 10° dari 90° ke 0°. Ketinggian
titik dari posisi referensi diukur dari bidang horizontal ke atas.
Garis tanggal dan bulan mewakili jalur matahari melalui langit
pada suatu hari tertentu dalam setahun. Mereka mulai di sisi
timur grafik dan berlari ke sisi barat. Ada dua belas baris yang
ditampilkan untuk hari pertama setiap bulan. Enam bulan pertama
ditampilkan sebagai garis padat (Jan-Jun), sedangkan enam bulan
terakhir ditampilkan sebagai titik (Juli-Des) untuk memungkinkan
perbedaan yang jelas meskipun jalur matahari adalah siklus. Hour
lines mewakili posisi matahari pada jam tertentu, sepanjang tahun
(Sriram, 2015).

Gambar 3.7 Diagram matahari dengan posisi sudut azimut,


ketinggian (altitude), tanggal dan bulan, dan garis jam

DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR | 17


Ada beberapa model diagram lintasan matahari. Diagram
matahari yang sering digunakan adalah Spherical (Orthographic),
Equidistant, dan stereographic. Sedangkan secara vertikal grafik
matahari dikenal dengan Cartesian Sun-Path.
Diagram spherical dibuat dalam jarak radial dari pusat, yang
hanya merupakan kosinus dari sudut ketinggian (Gambar 3.8).
Sedangkan pada diagram Equidistant, jarak radial hanyalah
faktor linier dari sudut ketinggian (Gambar 3.9). Jadi perubahan
relatif dalam jari-jari antara semua sudut adalah sama. Diagram
matahari stereographic adalah proyeksi yang lebih rumit di mana
garis azimut diproyeksikan kembali ke titik referensi yang berjarak
1 jari-jari di bawah pusat lingkaran (Gambar 3.10). Titik di mana
masing-masing garis ini memotong sumbu nol memberikan jarak
radial. Sebagai contoh dapat kita perhatikan perbedaan ketiga
diagram matahari tersebut pada gambar berikut:

Latitude 0° Latitude 45° LU Latitude 45° LS


Gambar 3.8 Diagram matahari Stereograhic
Sumber: http://andrewmarsh.com/apps/staging/sunpath2d.html

Latitude 0°
Latitude 45 LU
°
Latitude 45 LS
°

Gambar 3.9 Diagram matahari Equidistant


Sumber: http://andrewmarsh.com/apps/staging/sunpath2d.html

18 | DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR


Latitude 0° Latitude 45° LU Latitude 45° LS
Gambar 3.10 Diagram matahari Spherical (Orthographic)
Sumber: http://andrewmarsh.com/apps/staging/sunpath2d.html

Latitude 0° Latitude 45° LU Latitude 45° LS

Gambar 3.11 Diagram matahari Cartesian


Sumber: http://andrewmarsh.com/apps/staging/sunpath2d.html

Diagram matahari Cartesian dibuat dengan menggunakan


proyeksi silinder, yaitu untuk memproyeksikan belahan bumi
ke permukaan silinder vertikal yang mengelilinginya dengan
cara mirip dengan proyeksi peta Mercator dunia (Gambar 3.11).
Diagram Ini sebenarnya memberikan representasi yang cukup
akurat di dekat lingkaran cakrawala dengan peningkatan distorsi
di ketinggian yang lebih tinggi. Titik puncak direntangkan menjadi
garis panjangnya sama dengan lingkaran horizon.

DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR | 19


20 | DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR
BAB IV
METODE MEMBUAT MAKET
DIAGRAM MATAHARI 3 DIMENSI

Untuk memahami jalur lintasan matahari, diagram matahari


seperti yang telah dijelaskan di Bab 2 dapat kita transformasi
menjadi maket dalam bentuk tiga dimensi (3D). Langkah untuk
membuat diagram lintasan matahari 3D ini mengikuti cara yang
dipaparkan oleh Lechner (2007) dalam bukunya Heating, Cooling,
and Lighting.

Gambar 4.1 Model jalur matahari


Sumber: Lechner (2007)

DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR | 21


Bahan yang harus disediakan:
1. Selembar papan sterofoam dengan ukuran 15 x 15 cm.
2. Selembar plastik yang cukup kaku dan transparan (plastik
mika)
3. Tiga buah kawat
Langkah pelaksanaan:
1. Untuk membuat alas, fotokopi proyeksi orthographic yang
sesuai dengan garis lintang yang diinginkan. Lalu lekatkan
proyeksi tersebut pada papan sterofoam.
2. Jiplak gambar kuadran pendukung pada sebuah plastik
yang cukup kaku atau fotocopy gambar tersebut pada
plastik mika yang sudah dipersiapkan.
3. Gunting kuadran pendukung dan pastikan untuk menandai
derajat yang telah digambarkan.
4. Letakkan kuadran tersebut pada papan gambar proyeksi
5. Buat lubang untuk meletakkan kawat pada sebelah timur
dan barat. Buat lubang tambahan untuk dua kawat lainnya
pada posisi timur dan barat juga.
6. Lalu tanamkan ke tiga kawat pada lubang yang telah dibuat
dengan mengikuti posisi kuadran pendukung.
7. Tempelkan potongan kertas kecil pada ketiga kawat sebagai
indikasi jam atau waktu matahari
8. Lalu tempelkan potongan kayu berukuran 1cm x 1cm pada
tengah papan proyeksi sebagai bangunan
9. Untuk melihat efek bayangan yang dihasilkan oleh
bangunan tersebut, letakkan sumber cahaya seperti senter
pada kawat yang menunjukkan jalur lintasan matahari
pada jam-jam yang ingin kita uji.

22 | DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR


Gambar 4.2 Diagram matahari ortographic dan kuadran
pendukung pada garis lintang 0°
Sumber: Lechner, 2017

Gambar 4.3 Diagram matahari ortographic dan kuadran


pendukung pada garis lintang 20°LU
Sumber: Lechner, 2017

DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR | 23


Gambar 4.4 Diagram matahari ortographic dan kuadran
pendukung pada garis lintang 40°LU
Sumber: Lechner, 2017

Gambar 4.5 Diagram matahari ortographic dan kuadran


pendukung pada garis lintang 60°LU
Sumber: Lechner, 2017

24 | DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR


Gambar 4.6 Diagram matahari ortographic dan kuadran
pendukung pada garis lintang 90°LU
Sumber: Lechner, 2017

Kegiatan pembuatan diagram lintasan matahari ini di aplikasikan


pada mata kuliah sains Arsitektur, Jurusan Arsitektur dan
Perencanaan, Universitas Syiah Kuala. Dengan membuat maket
3D diagram lintasan matahari, mahasiswa dapat memahami
fenomena perjalanan matahari dan dapat memahami pentingnya
analisa matahari pada desain bangunan.

Gambar 4.7 Pembuatan alas dan proyeksi orthographic pada garis


lintang yang diinginkan.

DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR | 25


Gambar 4.8 Peletakan kuadran pendukung pada proyeksi
ortographic

Gambar 4.9 Evaluasi penempatan kawan sebagai jalur lintasan


matahari

26 | DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR


Gambar 4.10 Penyelesaian maket diagram lintasan matahari

Gambar 4.11 Pose setelah pembuatan maket lintasan matahari

DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR | 27


Gambar 4.12 Contoh hasil maket diagram matahari pada
beberapa garis lintang
Untuk melihat kinerja matahari dalam pencahayaan dan
pembayangan, maka kita bisa mengacu pada software yang
dikembangkan oleh Andrewmarsh. Andrewmarsh mengembangkan
software diagram matahari 2-D dan 3-D. Grafik ortographic
yang dipakai di dalam pembuatan maket diagram matahari ini
dapat kita peroleh di http://andrewmarsh.com/apps/staging/
sunpath2d.html (Gambar 4.13). Sedangkan untuk melihat kinerja
pencahyaan dan pembayangan pada berbagai garis lintang dapat
kita lihat di http://andrewmarsh.com/apps/staging/sunpath3d.
html (Gambar 4.14).
Gambar 4.13
Diagram matahari
2-D Andrewmarsh
Sumber: http://andrew-
marsh.com/apps/staging/
sunpath2d.htm

28 | DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR


Gambar 4.14 Diagram matahari 3-D Andrewmarsh
Sumber: http://andrewmarsh.com/apps/staging/sunpath3d.html

Tabel 3.1 menunjukkan diagram jalur matahari model 3D pada


berbagai garis lintang yang dirancang oleh siswa dikombinasikan
dengan jalur matahari ortografik dan perangkat lunak jalur
matahari model 3D Andrewmarsh. Model bayangan 3D diatur
pada waktu yang sama dengan waktu matahari pada 21 Maret
2020 pukul 15.02.
Tabel 4.1 Contoh maket diagram matahari pada beberapa
garis lintang yang ditransformasi ke sun-path 3D
(Andrewmarsh)

DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR | 29


Disini kita dapat memahami bahwa tempat yang berada di
belahan bumi utara akan melihat matahari di sebelah selatan dan
sebaliknya. Tabel 3.1 menunjukkan gambaran kontras naungan
bangunan di Wellington dan Nuuk. Di Wellington, pada 15.02,
naungan mendominasi di tenggara sedangkan di Nook di timur
laut. Tempat yang dekat khatulistiwa seperti Bandung memiliki
bayangan sore pada pukul 15.02 tepatnya di sebelah timur. Posisi
naungan akan menentukan di mana bukaan atau lubang bangunan
harus ditempatkan untuk mendapatkan cahaya matahari.
Melalui tabel 4.1 kita juga dapat memahami mengapa bangunan
di bagian utara, yang memiliki garis lintang lebih dari 40°N
cenderung memiliki lebih dingin. Maka di daerah ini, banguan
harus mengorientasikan bukaan yang besar ke arah selatan.
Orientasi tersebut akan memberi banyak cahaya matahari dan
menciptakan desain pemanas pasif. Mengarahkan bukaan ke utara
akan menyebabkan kurangnya cahaya matahari dan mengundang
angin dingin dari kutub utara. Sebaliknya, daerah yang berada di
lintang selatan harus mengorientasikan bukaan bangunan ke arah
utara. Tujuannya adalah untuk menghindari angin dingin dari

30 | DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR


arah kutub selatan selatan serta mendapatkan cahaya matahari
yang berharga dari utara.
Sedangkan bangunan yang berada pada zona sub tropis (LAT: 23,5-
40° S/N) biasanya dibangun dengan bukaan kecil, padat, dan padat
dengan bangunan lain. Bukaan kecil ditujukan untuk menghindari
radiasi matahari yang berlebihan dan juga untuk mendapatkan
lebih banyak bayangan oleh bangunan padat di dekatnya.

DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR | 31


32 | DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR
BAB V
PERANGKAT DESAIN MATAHARI

Setelah memahami digram lintasan matahari, maka pada bab


berikut ini kita akan melihat beberapa perangkat yang telah
dikembangkan untuk mensimulasikan posisi matahari dan
kaitannya dengan model bangunan. Perangkat mesin matahari
selain dengan menggunakan diagram lintasan matahari seperti
yang telah dijelaskan di bab sebelumnya, juga dapat melalui
aplikasi model fisik dan digital. Model fisik adalah yang terbaik
cara untuk mengevaluasi desain yang dikembangkan karena
hampir tidak ada faktor skala untuk penerangan masuk model
skala. Selain secara dramatis meningkatkan kecepatan pengiriman
dokumentasi desain, alat-alat digital juga memberikan berbagai
keluaran yang dapat digunakan dalam memfasilitasi dan
meningkatkan komunikasi antara aktor dalam proses desain dan
konstruksi, yaitu antara arsitek dan klien (dan penasihat klien),
arsitek dan insinyur, konsultan, dll. (Dubois, M.-C. dan Horvat, M.
(eds.), 2010).
5.1 Perangkat Fisik
Tingkat presisi perangkat mesin matahari mungkin agak
diragukan, karena skalanya yang tidak mewakili skala sebenarnya.
Tetapi perangkat mesin matahari ini dapat berguna sebagai alat
pembelajaran dan alat demonstrasi yang dapat dikombinasikan
dengan foto-foto model bangunan dengan bayangan pada tanggal
dan waktu yang berbeda. Semua perangkat ini menggunakan
sumber cahaya untuk mensimulasikan matahari. Mesin matahari
untuk dapat dimanfaatkan pada model bangunan, maka
perangkatnya harus dilengkapi:
- lintang geografis;
- tanggal tahun (kalender);

DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR | 33


- waktu dalam hari.
5.1.1 Heliodon
Perangkat mesin matahari yang paling tua adalah heliodon (Gambar
5.1). Model ini menggunakan meja yang dapat dimiringkan
untuk mensimulasikan garis lintang geografis. Meja diposisikan
horizontal untuk garis lintang 900 LU/ LS, dan diposisikan vertikal
untuk ekuator (00).

Gambar 5.1 Heliodon sederhana


Sumber: Lechner, 2017

Waktu dalam sehari disimulasikan oleh rotasi meja. Lampu di


pasang pada tiang dengan rel yang dapat digerakkan ke atas dan
kebawah sebagai representasi matahari. Gerakan matahari ke atas
dan ke bawah adalah representasi dari bulan. Titik tengah, sejajar
dengan tengah meja, adalah titik balik, posisi teratas musim panas.
Titik balik matahari dan posisi terendah adalah pertengahan
musim dingin.

34 | DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR


Gambar 5.2 Cara kerja Heliodon sederhana
Sumber: Lechner (2007)

Saat ini Heliodon terus dikembangkan dengan menggunakan


desain dan material yang lebih moderen. Nobert Lechner (2017)
mengembangkan mesin heliodon dengan komprehensif dan telah
memperkenalkannya ke berbagai universitas (Gambar 5.3).

DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR | 35


Gambar 5.3 Mesin Heliodon Moderen yang dikembangkan oleh
Nobert Lechner
Sumber: http://www.heliodons.org/

Erich Mursch-Radlgruber dalam publikasinya Sun and Shade–


Heliodon memaparkan Heliodon dengan lintasan matahari yang
lebih sederhana. Lintasan matahari dibuat secara imajiner dengan
menempatkan waktu penyinaran pada lintasan equinox di tengah
(Gambar 5.4).

36 | DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR


Gambar 5.4 Heliodon dengan rel lintasan imajiner
Sumber: Mursch-Radlgruber (2013)

5.1.2 Solar scope


Solar scope memiliki meja yang tetap pada bidang horizontal.
“Matahari” diwakili oleh cermin bundar yang dipasang di ujung
tongkat panjang dengan sebuah lampu sorot di ujung bawah
lengan ini mengarah ke cermin. Ini secara efektif menggandakan
jarak lampu ke model. Tongkat ini mengayunkan sumbu horizontal
untuk mewakili jam sehari dan miring ke depan atau ke atas
untuk memberikan pengaturan kalender. Meja dapat diturunkan,
yang akan mengangkat titik tumpu tongkat (atau mengangkat,
menurunkan titik tumpu ini)–memberikan penyesuaian lintang
(Gambar 5.5).

DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR | 37


Gambar 5.5 Solar scope
Sumber: Szokolay (2007)

Solar scope juga memiliki desain berbeda lainnya namun dengan


prinsip kerja yang hampir sama. Gambar 4.6 menunjukkan solar
scope dengan menggunakan lampu sorot yang ditempatkan pada
titik fokus cermin parabola 600–750 mm sebagai matahari. Lampu
ini dipasang pada kereta bermotor yang dapat bergerak pada rel
setengah lingkaran (atau sekitar 3/4 lingkaran) untuk menunjukkan
waktu hari. Rel dipasang pada dua papan palang dengan rel
yang dapat digerakkan ke kanan dan ke kiri yang menunjukkan
waktu kelender. Kedua palang tersebut dapat dimiringkan untuk
memberikan penyesuaian garis lintang geografis.

38 | DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR


Gambar 5.6 Solar scope dengan meja statis
Sumber: Szokolay (2007)

Keuntungan dari model solar scope pada Gambar 5.6 adalah


bahwa meja tempat meletakkan model bangunan tetap (tidak
perlu digerak-gerakkan). Lintasan lampu pada rel menunjukkan
jalur matahari untuk tanggal tertentu, sehingga memudahkan
visualisasi situasi tampak nyata.
5.2 Perangkat Digital
Selain dengan model fisik, aplikasi simulasi matahari juga telah
lama dikembangkan dengan model digital. Software dengan
aplikasi matahari bermanfaat dalam banyak seperti memberikan
informasi pembayangan dalam desain bangunan dan lain-lain.
Software-software Analisa matahari berikut tenar dipakai dalam
desain bangunan.

DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR | 39


5.2.1 ArchiCAD
ArchiCAD memiliki kemampuan untuk menganalisa secara tiga
dimensi parameter berikut:
• sun/ shade analyses;
• solar animation; dan
• visualisation of solar installations.
5.2.2 GoogleSketchup
Software ini bisa dintegrasikan dengan SketchUp Plugin with
EnergyPlus.
Selain kemampuan desain, untuk analisa matahari ini, software
dapat menghasilkan file pengukuran dalam bentuk excel dengan
analisis sebagai berikut:
• insiden radiasi matahari, diserap dan ditransmisikan;
• shading tingkat lanjut (termasuk kontrol terjadwal);
• keuntungan panas matahari dari jendela;
• pencahayaan lanjut.
5.2.3. Autodesk® Revit® Architecture 2012
Revit merupakan versi terbaru dari Building Information Modelling
(BIM) yang memiliki kemampuan Analisa sebagai berikut:
• solar studies; dan
• conceptual Energy Analysis.
5.2.4. VectorWorks
VectorWorks diluncurkan oleh Nemetschek sebagai penerus
Minicad. Versi saat ini adalah 2011. VectorWorks dengan plugin
RenderWorks dapat menganalisa:
• sun/ shade analyses;
• solar animation; dan
• visualisation of solar installations.

40 | DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR


5.2.5. Autodesk® Ecotect®
Software Ecotect dapat melakukan Analisa matahari pada
parameter berikut ini:
• solar access analysis;
• solar exposure;
• solar envelope;
• sun-path diagram;
• lighting analysis;
• advanced daylighting; dan
• thermal analysis;

DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR | 41


42 | DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR
BAB VI
MANFAAT DIAGRAM LINTASAN
MATAHARI PADA DESAIN BANGUNAN

Diagram jalur matahari akan membantu arsitek untuk merancang


dimensi jendela dan naungan yang akan memberikan akses
pencahayaan siang yang optimal tanpa panas yang berlebihan
(Lippsmier, 1997). Diagram jalur matahari dapat digunakan untuk:
• menentukan sudut bayangan horizontal dan vertikal untuk
waktu tertentu;
• menentukan durasi iradiasi matahari dalam fasad dengan
arah mata angin sembarang;
• mengevaluasi penaungan pada bangunan yang telah selesai
dirancang;
• merancang dimensi peneduh;
• pengembangan aplikasi secara digital.
Untuk dapat menentukan dan mengevaluasi peneduh, maka
diperlukan grafik matahari stereografi (Gambar 2.8) dan busur
derajat pengukur bayangan (Shadow angle protractor) (Gambar
6.1). Busur ini berbentuk setengah lingkaran dan memiliki dua
set garis:
1. Garis radial, bertanda 0 di tengah, ke -90o ke kiri dan + 90o
ke kanan, untuk memberikan bacaan HSA
2. Garis lengkung, yang bertepatan dengan lingkaran
ketinggian sepanjang garis tengah, tetapi kemudian
menyimpang dan bertemu di dua sudut busur derajat; ini
akan memberi bacaan dari VSA.

DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR | 43


Gambar 6.1 Busur derajat pengukur bayangan
Sumber: Lippsmier (1997)

Peneduh vertikal akan membuat Horizontal Shading Angle (HSA),


sedangkan naungan horizontal akan membuat Vertical Shading
Angle (VSA) (Szokolay, 2007). HSA dan VSA selanjutnya akan
diproyeksikan pada grafik matahari stereografi.

Gambar 6.2 HSA dan VSA


Sumber: Lippsmier (1997)

44 | DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR


6.1 Diagram Jalur Matahari sebagai Penentu Sudut
Bayangan Horizontal dan Vertikal

Sebagai acuan di dalam menentukan sudut bayangan dan horizontal


dari peneduh, maka pada bab ini akan dibahas sistematika
percangan peneduh dengan mengambil contoh latitude 0° tropis.
Sebagai contoh soal, kita mengambil sebuah kota di latitude 0°.
Pada tanggal 22 Juni pukul 10.00, dimanakah posisi dan tinggi
matahari?

Gambar 6.3. Penentuan sudut bayangan pada diagram jalur


lintasan matahari stereografi

Gambar 6.4 Sudut azimuth dan altitude


DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR | 45
Jawab: Kita letakkan posisi matahari di pukul 10.00 pada tanggal
22 Juni. Lalu titik matahari di titik A dihubungkan dengn garis
hubung ke garis lingkaran terluar untuk mendapatkan sudut
azimuth sekiat 50°. Untuk mendapatkan sudut ketinggian matahari
(altitude), maka titik A dihubungkan dengan sebuah lingkaran ke
garis vertikal dan menyentuh sudut altitude sekitar 52° (Gambar
5.3). Kita bisa melihat posisi matahari di sudut altitude 52° di
gambar tampak melintang dan sudut azimuth 50° pada gambar
tampak atas (Gambar 6.4).

6.2 Diagram Jalur Matahari sebagai Penentu Durasi


Iradiasi Ma tahari dalam Fasad dengan Arah Mata
Angin Sembarang
Diagram jalur lintasan matahari juga dapat digunakan sebagai
penentu durasi radiasi matahari dalam berbagai arah mata angin.
Sebagai contoh bia sebuag ruangan juga berada di kota ber-latitude
0° dengan fasad menghadap Timur Laut. Maka pukul berapa saja
peluang ruangan tersebut mendapatkan iradiasi matahari?

Gambar 6.5 Durasi penyinaran (iradiasi) matahari

Jawab: Kita letakkan garis menghadap ke arah timur laut. Gambar


6.4 menunjukkan bahwa fasad bangunan yang menghadap

46 | DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR


timur laut akan mendapatkan iradiasi matahari di waktu berikut
(Gambar 6.5):

• 22 Juni: 6.00- 13.30


• 22 April- 22 Agustus: 6.00-13.00
• 22 Maret/ 22 September: 5.50-12.00
• 22 Februari/ 22 Oktober: 6.00-11.00
• 22 Desember: 6.00-10.10

6.3 Mengevaluasi Penaungan Pada Bangunan yang Telah


Selesai Dirancang

Untuk mengevaluasi penaungan pada bangunan, maka pada


sub bab ini kita berikan contoh dua buah model penaungan
yaitu peneduh horizontal dan vertikal pada latitude 5° LU yang
menghadap ke arah Barat Daya. Peneduh horizontal memiliki
dimensi tinggi 1 meter dan lebar 1 meter, sedangkan peneduh
vertical memiliki dimensi 1m x 0,5m.

Gambar 6.6 Peneduh horizonal dan sudut VSA yang terbentuk

Gambar 6.7 Peneduh vertikal dan sudut HSA yang terbentuk

DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR | 47


Peneduh horizontal membentuk sudut VSA 46°, sedangkan
peneduh vertikal membentuk sudut HSA 57°. Selanjutnya sudut
VSA dan HSA dimasukkan ke dalam shadow angle protractor yang
diletakkan pada diagram stereografi dengan posisi menghadap ke
arah Barat Daya.

Gambar 6.8 Efek penaungan dan penyinaran pada saat VSA 46°

Gambar 6.8 Menunjukkan bahwa peneduh horizontal memberikan


efek penaungan/bayangan pada area yang diarsir yaitu di siang ke
sore hari yaitu mulai pukul berikut:
• 22 Juni: 14.00
• 22 Maret/ 22 September: 15.20
• 22 Desember: 16.00

48 | DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR


Gambar 6.9 Efek penaungan dan penyinaran pada saat HSA 57°

Peneduh vertikal memberikan masa penaungan hanya disekitaran


bulan Juni dan Juli, yaitu pada area yang diarsir. Selebihnya
peneduh memberikan peluang masuknya panas dari pukul 11.50
sampai petang di bulan September dan 11.30 sampai petang di
bulan Desember.
6.4 Merancang Dimensi Peneduh
Diagram lintasan matahari juga dapat digunakan untuk
merancang peneduh yang akan dipakai. Untuk memulainya, kita
perlu mengetahui waktu-waktu matahari bersinar dengan tingkat
radiasi dan iluminansi tinggi sehingga perlu dihindari dengan
membuat peneduh. Dengan merujuk pada Tabel 5.1, maka waktu
penyinaran matahari dari pukul 10.00-16.00 adalah waktu yang
harus diberikan teduhan.

DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR | 49


Tabel 6.1 Waktu dan iluminansi iradiasi matahari (Koga et al.,
1993)

Sun altitude Hours ES (lx)


48-54 10.00 23,463
60-66 11.00 30,653
66-72 12.00 38,908
72-66 14.00 38,677
60-54 15.00 32,145
42-36 16.00 23,138
Bila kita ingin membuat peneduh dengan ketinggian (shading
height) 1 meter menghadapa ke arah barat, maka berapa dimensi
lebar peneduh horizontal yang harus dirancang? Lokasi di latitude
0°.
Sebelumnya, kita harus menentukan sudut VSA yang dapat
memberikan efek teduhan sampai dengan pukul 16.00. Shadow
angle protractor menunjukkan VSA 25° dapat memberikan efek
teduhan sampai pukul 16.00. Dengan menggunakan rumus berikut
ini, maka dimensi lebar jendela (shading depth) yang diperoleh
adalah 2,17m.

=………………………………………(1)

Shading depth = 2,17 meter

Diagram lintasan matahari terus dikembangkan baik secara 2


ataupun 3 dimensi. Manfaatnya pun menjadi lebih luas dengan
diaplikasikannya sistem lintasan matahari ini pada beberapa
software.
Dengan menggunakan digram matahari kita juga dapat
mengevaluasi model teduhan seprti apa yang dapat memberikan
pembayangan dan pencahayaan yang optimal. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Sari et al. (2020) tentang evaluasi model
teduhan di Banda Aceh, memberikan rekomendasi model teduhan

50 | DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR


horizontal sebagai teduhan yang sangat tepat dan optimal untuk
semua orientasi (Gambar 6.10). Namun untuk arah Barat, Barat
Daya, dan Barat Laut teduhan model krepyak dikombinasikan
dengan teduhan horizontal sangat membantu untuk mengurangi
panas dan cahaya yang berlebihan di siang hari.

Gambar 6.10 Model teduhan yang tepat untuk berbagai orientasi


matahari di Banda Aceh

DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR | 51


52 | DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR
BAB VI
MANFAAT DIAGRAM LINTASAN
MATAHARI PADA DESAIN LANSEKAP

Fakta dari hasil observasi lintasan matahari yang konsisten


terhadap bumi bulat menunjukkan pada bagian utara khatulistiwa,
arah gerakan matahari adalah ke kanan, sedangkan di bagian
selatan khatulistiwa, arah gerakan matahari adalah ke kiri.
Lintasan matahari dan horizon membentuk sudut yang praktis
sama dengan posisi lintang pengamat pada saat matahari terbit
dan terbenam. Lintasan matahari mengakibatkan pola bayangan
yang berbeda-beda pada suatu daerah berdasarkan letak geografis
dan musim sebagaimana telah dibahas pada bab sebelumnya

.
Gambar 7.1Lintasan
Gambar 7.1 Lintasan matahari
matahari

Lintasan matahari mempengaruhi tiga elemen dasar dalam


perancangan lansekap, yaitu bentukan lahan (landform), tanaman
(vegetation), dan bangunan (building). Oleh karena itu, pada analisa
tapak, lintasan matahari menjadi pertimbangan khusus yang
dapat menentukan zonasi, orientasi bangunan dan sirkulasi. Pada
desain lansekap, analisa diagram lintasan matahari memberikan
gambaran terhadap pola naungan dan pergerakkannya sejak
matahari terbit hingga matahari terbenam.

DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR | 53


7.1 Pola Naungan
Pola bayangan dari sinar matahari terjadi pada saat

Gambar 7. 1 Pola naungan yang terjadi


Gambar 7. 2 Pola naungan yang terjadi mengikuti bentuk benda
yangbentuk
mengikuti menghalangi
bendasumber cahaya
yang menghalangi
Sumber: cahaya
sumber Penulis

siang hari di mana cahaya matahari yang merambat lurus kemudian


terhalang suatu benda maka terbentuklah naungan menyerupai
benda yang terhalang tersebut. Pada ruang luar terbuka, intensitas
gelap-terang bergantung pada kuat atau lemah sumber cahaya. Jika
cahaya matahari terik maka naungan yang terbentuk akan sangat
jelas, begitu juga sebaliknya. Kemudian, luas area yang tertutup
naungan bergantung kepada bentuk dan ukuran benda yang
menghalangi, dan posisi arah datangnya cahaya (Gambar 6.2).
Ditinjau dari bentuk dan ukuran objek yang menghalangi cahaya,
semakin besar objek maka semakin luas area pembayangan yang
akan terjadi, begitu pula sebaliknya. Selanjutnya, semakin tinggi
sumber cahaya, semakin kecil bentuk bayangan yang terjadi, dan
sebaliknya.
Lintasan matahari berubah sepanjang tahun sehingga naungan
akan bervariasi bergantung pada musim dimana besarnya sudut
perubahan posisi lintasan matahari bergantung pada garis lintang
suatu daerah. Terdapat empat tanggal penting untuk memahami
pergeseran lintasan matahari yaitu:
1. 21 Maret dan 23 September, kondisi dimana rentang waktu
siang dan malam hari adalah sama (the equinoxes);

54 | DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR


2. 21 Juni, kondisi dimana rentang waktu siang hari adalah
yang paling singkat (the winter solstice);
3. 22 Desember, kondisi dimana rentang waktu siang
hari adalah yang paling lama (the summer solstice).

Gambar7.7.13 Pergeseran
Gambar Pergeseran lintasan matahari
lintasan matahari
Sumber: https://greenpassivesolar.com/passive-solar/scientific-principles/
Sumber: https://greenpassivesolar.com/passive-
movement-of-the-sun/
solar/scientific-principles/movement-of-the-sun/
Posisi matahari akan memengaruhi waktu dan ukuran
pembayangan yang akan terjadi. Saat matahari berada condong
di sisi utara (21 Maret – 23 September), durasi waktu siang hari
di wilayah belahan bumi utara akan lebih panjang sehingga
pembayangan akan terjadi lebih lama. Sebaliknya, wilayah belahan
selatan bumi, posisi matahari lebih dekat dengan kutub selatan,
rentang waktu siang hari akan lebih lama (23 September – 21
Maret) sehingga pembayangan akan terjadi lebih lama.
Pada garis-garis lintang yang tinggi, pola bayangan akan menjadi
lebih panjang sebaliknya pola bayangan akan menjadi lebih pendek
pada garis-garis lintang yang rendah. Berdasarkan pada empat
elemen lansekap yang telah disebutkan sebelumnya, pola bayangan
memberikan faedah dalam menentukan fungsi, orientasi, dan tata
massa bangunan pada ruang luar.

DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR | 55


Gambar 7. 1 Pola pergerakan naungan selama siang hari
Gambar 7. 4 Pola pergerakan naungan selama siang hari
Sumber: penulis
Sumber: penulis

Naungan akan bergerak secara terus menerus seiring dengan


pergerakan matahari dari barat ke timur pada siang hari.
Naungan pada pagi sampai siang hari mengarah ke arah barat dan
memanjang. Pada siang hari, naungan akan dekat dengan objek
yang terhalang sinar matahari serta cenderung pendek. Kemudian
pada siang sampai sore memanjang ke arah timur.
7.1.1 Bentukan Lahan (Landform)
Kondisi topografi permukaan tanah yang berbeda yaitu permukaan
datar dan berkontur mempengaruhi pola naungan (shadow
patterns) yang terbentuk dari intensitas cahaya yang mengenai
suatu objek sehingga menciptakan pola naungan (shading
patterns) seperti batas akses matahari (the solar access boundary).
Batas akses matahari adalah permukaan kerucut yang dihasilkan
oleh sinar matahari. Karakter pola naungan dan ukurannya
dipengaruhi oleh arah datangnya cahaya matahari (timur dan
barat) yang membentuk sudut tertentu, letak geografis lahan

56 | DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR


(berdekatan dengan kutub utara, garis khatulistiwa dan kutub
selatan), dan waktu (pagi, siang dan sore hari).

Gambar 7. 1 HSA dan VSA


Gambar 7. 5 HSA dan VSA
Sumber: buku Under cover: Guidelines for shade planning and
Sumber: buku Under cover: Guidelines for shade planning and design

Pola naungan dapat diprediksikan dengan bantuan Stereographic


sun-path dengan membuat sun-paths model. Pola naungan utuh
terbentuk dari pembayangan yang terjadi dari sudut bayangan
horisontal (Horizontal Shadow Angel atau HSA) dan vertikal
(Vertical Shadow Angel atau VSA). HSA didapat dari dimana untuk
mendapatkan sudut bayangan horizontal sehingga mendapatkan
sudut bayangan horizontal.
Selanjutnya, pola naungan yang berada pada lahan datar memiliki
kriteria bentuk yang berbeda dengan pola bayangan yang berada di
daerah berkontur. Secara umum, prinsip pembayangan pada lahan
datar merupakan refleksi tegak lurus benda yang menghalangi
cahaya. Pada lahan berkontur yang memiliki perbedaan ketinggian
permukaan tanah, bayangan yang terjadi akan mengalami
deformasi dan perpendekan atau perpanjangan.
Pada permukaan yang lebih rendah, bayangan akan menaungi area
yang seharusnya terkena cahaya namun terhalang oleh benda atau
objek yang berada dibawah sumber cahaya. Dengan demikian,
bentuk pola bayangan dapat menjadi lebih panjang dan luas pada
lahan yang lebih rendah. Sebaliknya, pada permukaan yang lebih
tinggi, maka pola bayangan akan menjadi lebih pendek dan sempit

DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR | 57


bahkan memungkinkan untuk tidak terbentuk bayangan karena
lebih dekat dengan sumber cahaya.

Gambar 7. 1 Pola naungan pada bangunan di lahan berkontur


Gambar 7. 6 Pola naungan pada bangunan di lahan berkontur
Sumber: AMCORD
Sumber: AMCORD

7.1.2 Tanaman (Vegetation)


Keteduhan alami merupakan prioritas tinggi dalam membuat
perencanaan dan perancangan lansekap. Bagian terpenting
dari desain naungan pada untuk meningkatkan kualitas ruang
terbuka adalah strategi penempatan vegetasi yang diklasifikasikan
berdasarkan morfologinya yaitu, pohon, perdu, semak, tanaman
merambat, penutup tanah (ground cover), dan rumput. Memilih
dan memposisikan penanaman vegetasi harus mempertimbangkan
penggunaan lahan sehingga naungan tetap terbentuk sepanjang
tahun. Vegetasi merupakan salah satu soft material dalam
perancangan lansekap yang sangat mempengaruhi visualisasi dan
sirkulasi khususnya pada ruang terbuka. Berdasarkan fungsi fisik
vegetasi didalam desain ruang luar adalah sebagai berikut:
• Pembatas fisik (physical barriers) dan pengarah (Direction)
Jenis tanaman kecil seperti perdu dan semak merupakan
vegetasi yang dapat digunakan pada desain lansekap
berdampingan dengan jalur pedestarian sebagai pengarah pada

58 | DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR


jalur sirkulasi. Selain itu, penataan jarak tanam antar satu jenis
tanaman dengan lainnya secara bersamaan akan memberikan
kesan visual yang sempurna. Jika jalur sirkulasi memilki jarak
yang panjang, maka penanaman pohon besar seperti cemara
dan palem mampu memberikan naungan disepanjang jalur
yang dilewati pejalan kaki.
Plaza merupakan bagian penting dalam perancangan ruang
terbuka yang berfungsi sebagai tempat berkumpul dan
beraktivitas yang meyediakan tempat duduk, area bermain, dan
berolahraga. Setiap zona dapat ditanami vegetasi yang berbeda
sebagai pembatas antar ruang yang akan meningkatkan
kualitas fungsi ruang terbuka publik tersebut. Pemilihan lokasi
untuk plaza sebaiknya area yang menghubungkan antara satu
bangunan dengan bangunan lain.

• Tempat bernaung (Creating Shadow)


Pohon yang berdaun lebat mampu mengurangi penetrasi
cahaya antara 51-54% dan melindungi langsung sinar matahari
sepanjang hari. Tanaman yang berukuran besar, bertajuk, dan
rindang sangat sesuai digunakan sebagai tempat berteduh pada
siang hari yang diletakkan diseamping gazebo atau tempat
duduk pada plaza dan ruang terbuka hijau.

• Menahan angin (Wind Barrier)


Tanaman berfungsi untuk menahan beban angin terhadap
bangunan yang mampu memberikan keteduhan pada ruang
luar. Jarak antara pohon dan rumah tidak lebih dari 4x tinggi
pohon (H) yang akan di tanam (Gambar 7.7).

DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR | 59


Gambar 7. 1 Penataan vegetasi sebagai
Gambar 7. 7 Penataan vegetasi sebagai penahan beban angin
penahan beban angin pada bangunan
pada bangunan
Sumber:
Sumber:buku Heating,
buku Heating, Cooling,
Cooling, Lighting
Lighting

Permukaan lahan yang tertutupi oleh pola-pola bayangan pada


siang hari mempengaruhi penataan vegetasi baik pada ruang ter-
buka yang luas maupun pada ruang luar bangunan. Tata letak ta-
naman menjadi pertimbangan pada saat membuat desain lansekap
yang sesuai dengan fungsi dari penggunaan ruang terbuka seper-
ti lapangan, maka dihindari perencanaan vegetasi pada bagian
tengah, kemudian pemilihan jenis tanaman dan ukurannya dis-
esuaikan dengan peruntukkannya misalnya memilih pohon yang

60 | DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR


rindang sebagai peneduh di area tepi lapangan. Selain itu, plaza
atau tempat berkumpul bertujuan agar pengguna merasa nyaman
untuk melakukan aktivitas yang lama sehingga perletakan vegetasi
dapat lebih bervariasi dan disesuaikan dengan fungsinya baik se-
bagai pengarah, peneduh maupun pendukung desain arsitektural
bangunan.
Sinar matahari memiliki dampak terhadap fasad bangunan seh-
ingga secondary skin pada bangunan dimaksudkan untuk men-
gurangi intensitas cahaya yang masuk kedalam bangunan. Oleh
karena itu, beberapa jenis vegetasi digunakan sebagai pelindung
dan pelengkap bangunan yang disesuaikan dengan bentuk fasad
dan kanopi bangunan. Bahkan, green wall menjadi salah satu al-
ternatif pada bangunan tinggi untuk melindungi permukaan dan
kulit bangunan.
7.1.3 Bangunan (Building)
Dalam membuat konsep perancangan bangunan, arsitek sen-
antiasa membuat analisa tapak untuk mengetahui potensi dan
hambatan yang berada di lokasi pembangunan baik dari kualitas
lingkungan maupun iklim setempat. Diagram lintasan mataha-
ri membantu perancang untuk menentukan orientasi bangunan,
bentuk gubahan massa bangunan dan rencana tata letaknya (jika
memiliki lebih dari satu massa bangunan pada satu lahan), serta
pemilihan material penutup bangunan baik dinding maupun atap.
Bidang memanjang pada bangunan sebaiknya memiliki orientasi
ke arah utara dan selatan. Jika hal tersebut tidak dapat dihindari
maka kulit bangunan dapat dirancang zig-zag (permukaan bangu-
nan maju-mundur atau serong) sehingga memberikan area yang
cukup untuk membentuk bayangan. Selain itu, desain massa ba-
ngunan menghindari bukaan (jendela) yang lebar pada arah barat
dan timur. Jika hal tersebut tidak dapat dihindari, maka diberikan
kanopi pada bagian permukaan jendela sehingga mengurangi in-
tensitas cahaya yang masuk pada pagi dan sore hari. Selanjutnya,
material kaca tidak disarankan pada bidang yang luas dan terkena
langsung oleh sinar matahari yang terletak menghadap sisi timur
dan barat. Namun penggunaan kaca masih tetap bisa dilakukan
dengan memberikan lapisan yang mampu mengurangi kekuatan
sumber cahaya untuk masuk kedalam bangunan. Bukan hanya
kaca, material yang mampu memantulkan cahaya sebaiknya di-

DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR | 61


hindari penggunaannya pada bidang yang luas untuk menguran-
gi pantulan cahaya matahari langsung ke ruang luar yang akan
mengganggu pejalan kaki di luar bangunan. Dengan mengurangi
intensitas cahaya matahari, maka penggunaan energi didalam ba-
ngunan menjadi lebih efisien dan hemat.
Tata letak massa bangunan (lebih dari satu gubahan massa) dapat
dikomposisikan antara satu massa dengan massa yang lain. Seh-
ingga bayangan dari satu bangunan dapat meneduhkan bangunan
yang lain. Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh ukuran, bentuk dan
tinggi bangunan serta

Gambar 7. 1 Jarak tata masa yang ideal terhadap


Gambar 7. 8 Jarak tata masa yang ideal terhadap naungan sinar
naunganmatahari
sinar matahari
Sumber: Penulis
Sumber: Penulis

arah sumber cahaya. Tetapi, kondisi yang tidak ideal adalah jika
keseluruhan bangunan tertutup oleh bayangan dari bangunan lain.
7.2 Analisa Tapak
Diagram lintasan matahari merupakan elemen analisa tapak yang
paling utama dalam membuat rencana dan rancangan lansekap.
Pendekatan yang dilakukan pada analisa tapak adalah studi ma-
tahari dan naungan (Sun and Shadow Study) yang dapat menen-
tukan tiga konsep utama dalam desain yaitu, zonasi, orientasi ban-
gunan, dan sirkulasi khususnya pada penataan ruang terbuka.

62 | DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR


Gambar7.7.9 1Contoh
Gambar ContohSun
Sun and
and Shadow
ShadowStudy
Study
Sumber:
Sumber: OPUS
OPUS

Analisa naungan sinar matahari dapat dibuat menggunakan ban-


tuan software maupun secara manual dengan melakukan pen-
gamatan pada lokasi perancangan. Metode pemilihan waktu untuk
pengamatan terbagi menjadi tiga yaitu pada pagi hari, siang dan
sore hari (Gambar 7.9). Irisan dari pola-pola naungan dapat mem-
bantu menentukan zonasi khususnya ruang terbuka dan ruang luar
bangunan. Perencanaan perletakan gazebo, tempat duduk dan jal-
ur sirkulasi yang teduh memberikan kenyamanan bagi pengguna
sehingga mengurangi penggunaan energi dalam membuat kanopi
dan shelter bagi pejalan kaki.

DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR | 63


Gambar 7. 1 Contoh studi dan analisa sinar matahari dan
Gambar 7. 10 Contoh studi dan analisa sinar matahari dan naun-
gan sepanjang
naungan tahun
sepanjang tahun
Sumber: Terreform
Sumber: Terreform

Renovasi dan penataan ulang lansekap pada suatu kawasan senan-


tiasa membutuhkan analisa dan studi naungan sinar matahari. Hal
ini bertujuan untuk menyesuaikan kondisi iklim saat ini dengan
pembangunan yang akan dilakukan. Oleh karena itu, data yang
diambil dan dipertimbangkan sebagai bahan studi adalah data
iklim dan lintasan matahari sepanjang tahun. Kemudian men-
gukur dan menganalisa dengan garis lintang serta musim pada lo-
kasi rancangan.

64 | DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR


DAFTAR PUSTAKA

Andrew, J.M., 2014. Sunpath3d, http://andrewmarsh.com/apps/


staging/sunpath3d.html)

Greenwood, J.S., Soulos, G.P., dan Thomas, N.D., 2000. Under


Cover: Guidelines for Shade Planning and Design. NSW Health
Department: Wellington.

Koga, Y., Nakamura, H., Rahim M. R., Goto, K., 1993. Daylight
Measurement In Indonesia, Journal of The Illuminating
Engineering Institute of Japan.

Kurniawan, H., Alfian, R., 2010. Konsep Pemilihan Vegetasi


Lansekap pada Taman Lingkungan di Bundera Waru Surabaya.
Buana Sains, 10(2), pp. 181-88.

Lechner. 2007. Heating, Cooling, Lighting: Sustainable Design


Methods for Architects. John Wiley & Sons: USA.

Lechner. 2008. Heating, Cooling, Lighting: Sustainable Design


Methods for Architects. John Wiley & Sons: USA.

Lechner. 2015. Heating, Cooling, Lighting: Sustainable Design


Methods for Architects. John Wiley & Sons: USA.

Lippsmeier, G., 1980. Bangunan Tropis. Erlangga: Jakarta.

Radlgruber, E.M., 2013. Sun and Shade–Heliodon. University of


Natural Resources and Life Sciences: Vienna.

Sriram, K.K., 2015. Different Forms of Sunpath Diagram and Their


Uses In Functional Design Of Buildings.

Szokolay, S.V., 2007, Solar Geometry. PLEA and The University of


Queensland: Brisbane.

DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR | 65


https://greenpassivesolar.com/passive-solar/scientific-
principles/movement-of-the-
http://funnel.sfsu.edu/courses/gm309/labs/seasons/facts.html
https://www.slideshare.net/3064026/sunpath-diagrams-
different-forms-and-their-uses-in-functional-design

66 | DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR


GLOSARIUM

Altitude : Sudut matahari relatif terhadap cakrawala


bumi dan diukur dalam derajat.
Ketinggiannya nol saat matahari terbit dan
terbenam, dan dapat mencapai maksimum
90 derajat (tepat di atas kepala) pada siang
hari di garis lintang dekat ekuator.

Azimuth : kompas arah dari mana sinar matahari


datang. Pada siang hari, matahari selalu
berada tepat di selatan di belahan bumi
utara dan tepat di utara di belahan bumi
selatan.

Cartesian : Diagram lintasan matahari secara vertikal.

Equidistant : Diagram lintasan matahari jarak radial


hanyalah faktor linier dari sudut ketinggian

Equinox : Equinox terjadi pada bulan Maret (sekitar


21 Maret) dan September (sekitar 23
September). Ini adalah hari-hari ketika
matahari berada tepat di atas khatulistiwa,
yang membuat siang dan malam memiliki
panjang yang sama.

Heliodon : Mesin matahari dengan menggunakan


meja yang dapat dimiringkan untuk
mensimulasikan garis lintang geografis.

Iluminansi : Insiden fluks bercahaya total pada


permukaan, per satuan luas. Ini adalah
ukuran seberapa banyak cahaya insiden
menerangi permukaan, panjang gelombang
tertimbang oleh fungsi luminositas untuk
berkorelasi dengan persepsi kecerahan
manusia.

Iradiasi :Proses dimana suatu benda terkena radiasi.

DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR | 67


Shading depth : Ukuran lebar peneduh.

Solar scope : Mesin matahari dengan menggunakan


meja, yang tetap pada bidang horizontal.

Solstice : Kedua titik balik matahari terjadi pada


bulan Juni (20 atau 21) dan Desember (21
atau 22). Ini adalah hari-hari ketika jalur
matahari di langit berada paling jauh dari
utara atau selatan khatulistiwa.

Spherical graphic : Diagram lintasan matahari spherical atau


dikenal dengan grafik orthographic.

Stereographic : Diagram lintasan matahari yang dipakai


dalam menentukan sudut proyeksi HSA
dan VSA.

68 | DIAGRAM LINTASAN MATAHARI DALAM ARSITEKTUR

Anda mungkin juga menyukai