Anda di halaman 1dari 3

1.

Definisi
“Enteral” artinya berhubungan dengan usus. Istilah pengobatan enteral menggambarkan
obat-obatan yang diberikan ke dalam saluran pencernaan termasuk secara oral (PO), rektal (PR),
atau melalui selang seperti selang nasogastrik (NG), selang nasointestinal (NI), atau gastrostomi
endoskopi perkutan (PEG) tabung. (Ernstmeyer, K., & Christman, E. (2021). General Survey for
Nursing, In Nursing Skills [Internet]. Chippewa Valley Technical College.)

2. Berbagai Rute Pemberian Enteral


a. Oral: memberikan suatu obat melalui mulut adalah cara pemberian obat yang paling umum
tetapi paling bervariasidan memerlukan jalan yang paling rumit untuk mencapai jaringan..
b. Sublingual: penempatan di bawah lidah memungkinkan obat tersebut berdifusi kedalam
anyaman kapiler dan karena itu secara langsung masuk ke dalam sirkulasi sistemik.
Pemberian suatu obat dengan rute ini mempunyai keuntungan obat melakukan bypass
melewati usus dan hati dan obat tidak diinaktivasi oleh metabolisme
c. Rektal: 50% aliran darah dari bagian rektum memintas sirkulasi portal; jadi, biotransformasi
obat oleh hati dikurangi. Rute sublingual dan rektal mempunyai keuntungan tambahan, yaitu
mencegah penghancuran obat oleh enzim usus atau pH rendah di dalam lambung. Rute
rektal tersebut juga berguna jika obat menginduksi muntah ketika diberikan secara oral atau
jika penderita sering muntah-muntah. Bentuk sediaan obat untuk pemberian rektal
umumnya adalah suppositoria dan ovula.

(Noviani, N., & Nurilawati, V. (2017). Farmakologi. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.)

3. Absorpsi Obat Dalam Tubuh


a. Oral: Beberapa obat diabsorbsi di lambung; namun, duodenum sering merupakan jalan masuk
utama ke sirkulasi sistemik karena permukaan absorbsinya yang lebih besar. Kebanyakan obat
diabsorbsi dari saluran cerna dan masuk ke hati sebelum disebarkan ke sirkulasi umum.
Metabolisme langakah pertama oleh usus atau hati membatasi efikasi banyak obat ketika
diminum per oral. Minum obat bersamaan dengan makanan dapat mempengaruhi absorbsi.
Keberadaan makanan dalam lambung memperlambat waktu pengosongan lambung sehingga
obat yang tidak tahan asam, misalnyapenisilin menjadi rusak atau tidak diabsorbsi. Oleh karena
itu, penisilin atau obat yang tidak tahan asam lainnya dapat dibuat sebagai salut enterik yang
dapat melindungi obat dari lingkungan asam dan bisa mencegah iritasi lambung. Hal ini
tergantung pada formulasi, pelepasan obat bisa diperpanjang, sehingga menghasilkan preparat
lepas lambat. (Noviani, N., & Nurilawati, V. (2017). Farmakologi. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.)
b. Sublingual: Dengan meletakka obat langsung di bawah lidah (sublingual), obat mengalami difusi
pasif melalui darah vena di rongga mulut, yang melewati vena portal hepatik dan mengalir ke
vena cava superior. Dibandingkan dengan jaringan sublingual, yang mempunyai mukosa yang
sangat permeabel dengan akses cepat ke kapiler di bawahnya, jaringan bukal kurang permeabel
dan penyerapan obatnya lebih lambat. (Kim, J., & De Jesus, O. (2021). Medication routes of
administration.)
c. Rektal: Penyerapan obat di rektal terjadi setelah zat aktif dilepaskan dan terlarut dan berdifusi
ke cairan rectum. Penyerapan dari cairan rectum berlangsung dengan mekanisme difusi atau
transport pasif yang dipengaruhi oleh faktor fisika kimiawi obat, bentuk sediaan, dan
lingkungan dalam tubuh tempat obat dipenyerapan. (Indrawati, T. I. 2022. Buku Perjalanan
Obat Dalam Tubuh Yang Diberikan Per Rektal.)

https://www-sciencedirect-com.translate.goog/topics/nursing-and-health-professions/enteral-
drug-administration?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=wapp

4. Factor Yang Mempengaruhi

Absorpsi obat meliputi proses obat dari saat dimasukkan ke dalam tubuh, melalui jalurnya
hingga masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Pada level seluler, obat diabsorpsi melalui beberapa
metode, terutama transport aktif dan transport pasif. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi
absorsi obat:
a. Metode absorpsi
 Transport pasif: Transport pasif tidak memerlukan energi, sebab hanya dengan proses
difusi obat dapat berpindah dari daerah dengan kadar konsentrasi tinggi ke daerah
dengan konsentrasi rendah. Transport pasif dapat terjadi selama molekul-molekul kecil
dapat berdifusi sepanjang membran dan berhenti bila konsentrasi pada kedua sisi
membran seimbang.
 Transport Aktif: Transport aktif membutuhkan energi untuk menggerakkan obat dari
daerah dengan konsentrasi obat rendah ke daerah dengan konsentrasi obat tinggi.
(Noviani, N., & Nurilawati, V. (2017). Farmakologi. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.)

b. Kelarutan dalam air dalam lipid


 Koefisien kelarutan dalam air adalah perbandingan kelarutan obat dalam lipid
dibandingkan dengan air. Semakin besar koefisien kelarutan dalam air, semakin besar
kelarutan obat dalam lemak dan semakin besar pula penyerapannya . Semakin kecil
koefisiennya, semakin kecil pula kelarutan dalam lemak dan semakin kecil
pula penyerapannya .
 Lapisan air terdapat pada membran sehingga sebagian obat harus larut dalam air agar
dapat melewati lapisan air tersebut.
c. Ukuran molekul
Semakin kecil ukuran molekul obat , semakin cepat penyerapannya . Terdapat proses berbeda
yang terlibat dalam penyerapan untuk ukuran molekul berbeda. Mereka yang memiliki ukuran
molekul besar menjalani endositosis atau difusi terfasilitasi, sedangkan mereka yang memiliki
ukuran molekul lebih kecil menggunakan difusi air atau saluran lipid.
d. Ukuran partikel
Partikel dapat terdiri dari satu molekul atau lebih dari seratus molekul. Semakin besar ukuran
partikel, semakin lambat difusi dan penyerapannya , dan sebaliknya.
e. Derajat Ionisasi
Obat yang berbeda bersifat asam atau basa dan hadir dalam bentuk terionisasi atau terionisasi,
yang ditentukan oleh nilai pKa-nya. Di dalam tubuh, perbandingan bentuk terionisasi dan
terionisasi bergantung pada pH medium. Obat yang bersifat asam akan tergabung dalam
medium asam dan obat yang bersifat basa akan tergabung dalam medium basa. Obat yang
bersifat asam diabsorpsi lebih baik pada bagian yang bersifat asam.
f. Bentuk Fisik
Obat dapat berbentuk padat, cair atau gas. Gas lebih cepat diserap dibandingkan cairan,
sedangkan cairan lebih cepat diserap dibandingkan padatan. Dengan
demikian obat dalam bentuk sirup atau suspensi lebih cepat diabsorpsi dibandingkan tablet
atau kapsul . Gas volatil yang digunakan dalam anestesi umum dengan cepat diserap melalui
jalur paru.
g. Sifat Kimia
Sifat kimiawi bertanggung jawab atas pemilihan rute pemberian obat . Obat yang tidak
dapat diserap melalui usus diberikan melalui jalur parenteral . Contohnya termasuk heparin
yang memiliki berat molekul besar, dan tidak dapat diberikan secara oral . Demikian pula, benzil
penisilin didegradasi di saluran cerna, sehingga diberikan secara parenteral.
Obat bentuk garam diabsorpsi lebih baik dibandingkan senyawa organik bila diberikan secara
oral. Senyawa organik diberikan melalui jalur selain jalur oral atau enteral .
Obat dalam bentuk anorganik lebih baik diserap dibandingkan bentuk organik misalnya besi
dalam Fe+2 lebih baik diserap dibandingkan Fe+3, d-tubokurarin ada dalam bentuk terionisasi
dan merupakan senyawa amonium kuaterner. Neostigmin juga merupakan senyawa amonium
kuaterner.
h. Bentuk Sediaan
Bentuk sediaan mempengaruhi kecepatan dan tingkat penyerapan . Obat dapat diberikan
dalam bentuk tablet, kapsul. Contohnya termasuk nitrogliserin yang bila diberikan melalui rute
sublingual, akan hancur dengan cepat tetapi bertahan dalam jangka waktu yang lebih
singkat. Ketika diberikan secara oral, obat ini akan hancur secara perlahan dan bertahan dalam
jangka waktu yang lebih lama.
i. Formulasi
Ketika obat terbentuk, selain bentuk aktifnya, beberapa zat inert juga disertakan. Ini adalah
pengencer, eksipien dan pengikat. Biasanya mereka bersifat inert, tetapi jika berinteraksi,
mereka dapat mengubah bioavailabilitas . Contohnya termasuk Na+ yang dapat berinteraksi
untuk mengurangi penyerapan.
j. Konsentrasi
Semakin tinggi konsentrasi maka semakin banyak fluks yang terjadi melintasi membran.
(Darwin, C. (2021). Pharmacology and Medications. Mosby's Pathology for Massage
Professionals-E-Book: Mosby's Pathology for Massage Professionals-E-Book, 44.)

Anda mungkin juga menyukai