Anda di halaman 1dari 8

FREKUENSI KEHAMILAN BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ABORTUS

Budi Astyandini1, Tri Nurhidayati2

1,2
UPP Poltekkes Kemenkes Semarang Kampus Kendal

ABSTRACT

Bleeding is one of the causes of maternal death. Bleeding before the start before the 1st
trimester caused by hydatidiform mole, interrupted ectopic pregnancy and abortion. The
cause of abortion from maternal faktors is the main faktor causing the abortion. The purpose
of this study was to determine the relationship between the frequency of pregnancy and the
incidence of abortion in pregnant women. This research is a descriptive correlative study
with a population of all pregnant women at Patean Health Center with a total sample of 26
people. The data used were secondary data using an observation sheet in the form of a
checklist with univariate and bivariate analysis of the chi-square test at a value of p <0.05.
The results showed that there was a relationship between abortion and the frequency of
pregnancy and the incidence of abortion p = 0.027. It is recommended that midwives provide
more focus on multigravida pregnant women through early detection of pregnancy
complications through integrated ancillary services.

Keywords : Primigravida; multigravida; multigravida grande; abortion

Midwifery Care Journal, Vol. 2 No.2, April 2021, e-ISSN 2715-5978 (online) I 54
PENDAHULUAN tahun, multi gravida memiliki riwayat
abortus, ekonomi kurang dan tingkat
Abortus merupakan kejadian penghentian
Pendidikan menengah kebawah. (Noer,
kehamilan yang terjadi pada wanita
Ermawati and Afdal, 2016)
sebelum umur kehamilan 20 minggu dan
Faktor penyulit yang membahayakan ibu
berat janin kurang dari 500 gram dimana
hamil dan janinnya memerlukan
janin belum dapat hidup di luar rahim.
pengawasan, pertolongan, dan pelayanan
Pertumbuhan dan perkembangan janin
dengan fasilitas yang memadai.
merupakan peristiwa yang berlangsung
Profesionalisme dari tenaga kesehatan
secara berkesinambungan dan terus
dan kerjasama serta keterpaduan program
menerus. Setiap waktu pertumbuhan janin
merupakan solusi yang tepat untuk
dapat mengalami permasalah baik dari
memberikan pelayanan pada ibu hamil
faktor maternal, faktor neonatal serta
agar angka kematian ibu yang disebabkan
faktor eksternal lainnya. Faktor maternal
perdarahan diawal masa kehamilan.
yang mempengaruhi abortus antara lain
(Manuaba, 2010)
usia ibu hamil, jumlah paritas, serta
Abortus yang terjadi tanpa adanya
riwayat keguguran sebelumnya, infeksi
intervensi dari luar disebut dengan abortus
alat genital, penyakit kronis , kelainan
spontan. Abortus spontan berhubungan
bentuk uterus, Penyakit dalam uterus
dengan faktor maternal dan ekternal. Hasil
misalnya mioma, gaya hidup yang tidak
peneltian di RSUD Kabupaten
sehat, serta stress yang dialami ibu hamil.
Temanggung tahun 2015 - 2016 di
Faktor neonatal terutama kelainan
dapatkan terdapat hubungan antara
kromosom. Faktor eksternal yang ada
abortus spontan dengan riwayat
disekitar ibu hamil yang menimbulkan
graviditas (p=0,025), faktor yang banyak
trauma fisik, serta lingkungan tinggal di
mempengaruhi adalah jarak kehamilan,
daerah rawan terhadap radiasi, polusi,
umur ibu saat hamil, riwayat kejadian
pestisida, dan berada dalam medan
abortus sebelumnya, adanya riwayat
magnet di atas batas normal.
paparan asap rokok serta pengaruh dari
(‘MENGENALI ABORTUS DAN FAKTOR
usia saat menikah. (Purwaningrum et al.,
YANG BERHUBUNGAN DENGAN
2017)
KEJADIAN ABORTUS’, 2011)
Berdasarkan survey awal yang
Faktor maternal yang berhubungan
dilaksanakan di Puskesmas Patean
dengan abortus berdasarkan hasil
didapatkan 11 % ibu hamil mengalami
penelitian di RS Dr. M. Djamil Padang
abortus terjadi pada usia reproduksi sehat
Tahun 2011-2012 sebanyak 5,83%
antara 20 – 35 tahun. Berdasarkan latar
kasus abortus, dipengaruhi oleh faktor
belakang diatas penting dilakukan
usia dibawah 20 tahun dan diatas 35
penelitian tentang status gravida ibu hamil

Midwifery Care Journal, Vol. 2 No.2, April 2021, e-ISSN 2715-5978 (online) I 55
berhubungan dengan kejadian abortus diberikan intervensi refreshing kader IVA
pada ibu hamil selama 4 jam. Kegiatan penelitian
dilakukan pada masa pandemi Covid-19
METODOLOGI PENELITIAN sehingga sampel dibagi 2 periode
intervensi. Periode I dilakukan pada pagi
Penelitian ini merupakan penelitian
hari (pukul 08.00 – 12.00 WIB) sejumlah
deskriptif analistik dengan mengunakan
20 orang kader dan periode 2 dilakukan
total populasi sebagai sampel sejumlah
pada siang hari (pukul 13.00 – 17.00 WIB)
26 ibu hamil yang tinggal di wilayah
sejumlah 15 orang kader. Pertemuan
Puskesmas Patean serta mengalami
dilaksanakan sesuai protokol kesehatan
abortus pada bulan Agutus sampai
dengan menjaga jarak, menggunakan
September 2021. Data yang digunakan
masker dan menyiapkan hand sanitizer.
berupa data sekunder menggunakan data
Pengambilan post test ketrampilan kader
dari laporan bulanan bidan dan buku KIA
dilaksanakan 2 (dua) minggu setelah
ibu hamil yang mengalami abortus. Alat
pemberian intervensi. Analisa bivariat
pengumpul data adalah lembar observasi
penelitian ini menggunakan uji statistik
berupa checklist yang langsung dilakukan
Wilcoxon dengan taraf signifikan 0,05.
oleh peneliti. Data yang terkumpul
kemudian dianalisis berdasarkan
HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN
frekuensi. Hubungan antara gravida dan
kejadian abortus di analisis dengan uji Tabel 1. Distribusi frekuensi berdasarkan
statistik Chi-Square dengan p value kejadian abortus
0,000≤ α (0,05) Frekuensi % Total
Jenis Penelitian ini menggunakan Tidak abortus 21 81 81
studi quasy eksperimental dengan one Abortus 5 19 19
group pre test post test design Total 26 100 100
menggunakan pendekatan cross
sectional. Populasi penelitan ini adalah Hasil penelitian tabel 1
semua kader IVA di Desa Bejiruyung menunjukkan sebagian besar ibu hamil
Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen tidak mengalami abortus sebanyak 81%
sejumlah 35 orang. Teknik pengambilan dan 19% ibu hamil mengalami abortus.
sampel pada penelitian ini adalah total Tabel 2. Distribusi frekuensi berdasarkan
sampling. Kegiatan penelitian terdiri 3 gavida pada ibu hamil
tahap, yaitu pre test, kegiatan penelitian Frekuensi % Total
dan post test. Pada tahap pre-test peneliti Bukan Multi 3 12 12
bersama enumerator melakukan penilaian Multigravida 23 88 88
menggunakan check list sebelum Total 26 100 100

Midwifery Care Journal, Vol. 2 No.2, April 2021, e-ISSN 2715-5978 (online) I 56
Hasil penelitian tabel 2 menunjukan seksual, usia saat pertama kali hamil,
sebagian ibu hamil adalah multigravida pengetahuan dan sosial ekonomi.
sebanyak 88 %, sedangkan yang bukan Penelitian di RSUD Dr. Chasan Boesoirie
multigravida sebagian kecil mengalami Ternate didapatkan hasil variabel yang
abortus sebanyak 12 %. berisiko terhadap kejadian abortus yaitu:
Hasil penelitian hubungan antara gravida jumlah paritas OR = 2,98 (95% CI:1,502-
dengan abortus didapatkan hasil pada 5,933; p=0,003). (Hubaya, Arifin and
kelompok bukan multigravida sebagian Burhanuddin, 2015)
besar mengalami abortus sebanyak 75% Ibu hamil primigravida di Puskesmas
sedangkan pada multigravida sebagian Patean sebagian besar adalah mereka
kecil yaitu sebanyak 12,5 % mengalami yang menikah dibawah usia 20 tahun
abortus dan dapat disimpulkan ada dengan tingkat Pendidikan dan sosial
hubungan antara gravida dengan abortus ekonomi yang rendah sehingga memicu
dengan p<0,027. terjadinya abortus karena kurang
Frekuensi kehamilan pengetahuan tentang kehamilan dan
Frekuensi kehamilan adalah jumlah perawatan di awal kehamilan.
keamilan yang pernah dialami seorang Kehamilan Grande multigravida
wanita (Gravida). Berdasarkan hasil Grande Multigravida merupakan
penelitian di RSUD Kabupaten kehamilan yang dialami seorang wanita
Temanggung tahun 2015 - 2016 lebih dari 5 kali. Kehamilan multigravida
didapatkan terdapat faktor resiko merupakan kondisi yang sangat rawan
terjadinya abortus spontan antara lain terhadap terjadinya abortus. Faktor yang
berhubungan dengan riwayat graviditas mempengaruhi antara lain karena usia ibu
(p=0,025) (Purwaningrum et al., 2017) lebih dari 35 tahun yang masuk kategori
Pada kehamilan primigravida seorang ibu usia tidak sehat. Pada usia yang relative
hamil secara fisik tubuhnya mengalami tua dapat mempengaruhi kualitas sel
adaptasi pertama kalinya dengan telur yang dihasilkan serta penyakit
perubahan hormonal di dalam tubuhnya degeneratif yang dialami ibu hamil dapat
sebagai kompensasi adanya janin di memicu terjadinya abortus. Pada
dalam uterus yang berkembang dan multigravida walaupun seorang wanita
memerlukan tempat dan nutrisi bagi telah memiliki pengalaman adaptasi
pertumbuhan janin reaksi yang berlebihan kehamilan sebelumnya, namun faktor lain
menimbulkan kontraksi dan berakhir yang mempengaruhi adalah jarak dari
dengan abortus. Beberapa faktor yang kehamilan, kondisi status gizi ibu selama
menyebabkan abortus pada primigravida kehamilan.
dapat disebabkan karena frekuensi Kejadian Abortus yang dialami ibu hamil
dapat mengakibatkan kondisi buruk

Midwifery Care Journal, Vol. 2 No.2, April 2021, e-ISSN 2715-5978 (online) I 57
pada ibu antara lain adalah perdarahan, pada trimester I ini maka Hasil penelitian
perforasi uterus terutama pada uterus tentang sistem yang menerapkan konsep
dalam posisi hiperretofleksi, syok jaringan syaraf tiruan dengan metode LVQ
hemoragik, infeksi dan juga kematian 2 (Learning Vector Quantization) dalam
pada ibu. Untuk mengurangi efek yang mengenali gangguan kehamilan trimester I
ditimbulkan dari terjadinya abortus pada didaptkan : gejala yang menjadi gangguan
ibu, maka perlu mengetahui faktor-faktor kehamilan trimester I terdiri dari Ada 41
yang mempengaruhi abortus sehingga gejala penyakit, dan 6 penyakit sebagai
sedini mungkin dapat dicegah atau data masukan. Sistem akan
diberikan asuhan yang tepat.penelitian mengklasifikasikan penyakit dengan
sesuai dengan penelitian di RSUD proses pembelajaran dan pengujian ke
Goeteng Taruna dibrata Purbalingga. dalam 6 jenis penyakit, berdasarkan
Didapatkan hasil Ada hubungan yang pengujian metode LVQ2 cukup baik di
signifikan antara usia ibu hamil (p<0.01; terapkan dalam pengenalan pola gejala
r=0.297), status gravida (p<0.01; r=- gangguan kehamilan, data latih 90 dan
0.272) usia kehamilan (p<0.05; r=-0.224). data uji 18 didapat akurasi terbaik 100%
paritas dengan kejadian abortus (p<0.05; dan rata-rata akurasi 97.68%. (Budianita,
r=-0.252). Hasil penelitian juga 2018)
menyebutkan bahwa Umur kehamilan Abortus spontan
merupakan faktor yang paling Abortus spontan merupakan kasus yang
menentukan dalam terjadinya abortus paling banyak terjadi. Abortus yang
pada ibu hamil (t= -13.093; p<0.01; partial merupakan pengeluaran hasil konsepsi
correlation= -0.751) (Yanti, 2018) terjadi secara spontan tanpa adanya
Determinan kejadian abortus isuatu tindakan. Komplikasi dari Abortus
Trimester I adalah masa dimana 3 bulan spontan adalah terjadinya perdarahan
pertama kehamilan yakni 0 sampai 12 dapat disebabkan karena adanya
minggu awal kehamilan. Pada masa ini sebagian placental site masih terbuka
tubuh ibu akan banyak mengalami sehingga perdarahan terus berlangsung.
perubahan seiring berkembangnya janin. Ibu hamil dengan kasus ini apat
Pada ibu-ibu hamil pada fase trimester I mengalami anemia atau syok hemoragik
terkadang ditemukan beberapa gangguan sebelum sisa jaringan konsepsi
kehamilan yaitu, Abortus, Anemia dikeluarkan. Hasil penelitian di RSUD dr.
Kehamilan, Hiperemesis Gravidarum Soeselo Kabupaten Tegal. Didapatkan
tingkat I, Hiperemesis Gravidarum tingkat hasil abortus 50% , 75% dengan
II, Kehamilan Ektopik, dan Mola umur berisiko (usia <20tahun dan >35
hidatidosa. Untuk membantu pasien tahun) dan 25 % (10 ibu) dengan usia
dalam mengenali gangguan kehamilan reproduksi sehat (usia 20-35 tahun

Midwifery Care Journal, Vol. 2 No.2, April 2021, e-ISSN 2715-5978 (online) I 58
terdapat hubungan antara umur ibu diberikan asuhan yang tepat. Penelitian
dengan kejadian abortus (p value=0.03) sesuai dengan penelitian di RSUD
Akibat dari Kekurangan zat besi pada Goeteng Taruna dibrata Purbalingga.
wanita hamil dapat menyebabkan Didapakan hasil Ada hubungan yang
gangguan ataupun hambatan pada signifikan antara usia ibu hamil (p<0.01;
pertumbuhan janin, baik sel tubuh maupun r=0.297),status gravida (p<0.01; r=-
sel otak. Anemia gizi dapat 0.272) uisa kehamilan (p<0.05; r=-
mengakibatkan kematian janin didalam 0.224). paritas dengan kejadian abortus
kandungan, abortus, cacat bawaan, (p<0.05; r=-0.252). hasil penelitian juga
BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan. menyebutkan bahwa Umur kehamilan
Perdarahan yang banyak menyebabkan merupakan faktor yang paling
kematian ibu. menentukan dalam terjadinya abortus
Penelitian tentang hubungan antara pada ibu hamil (t= -13.093; p<0.01; partial
tingkat anemia dengan kejadian abortus correlation= -0.751) (Yanti, 2018)
pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Ngadi kecamatan Mojo Determinan kejadian abortus
relative tua dapat mempengaruhi kualitas Trimester I adalah masa dimana 3 bulan
sel telur yang dihasilkan serta penyakit pertama kehamilan yakni 0 sampai 12
degenartif yang dialami ibu hamil dapat minggu awal kehamilan. Pada masa ini
memicu terjadinya abortus. tubuh ibu akan banyak mengalami
Pada multigravida walaupun seorang perubahan seiring berkembangnya janin.
wanita telah memiliki pengalaman Pada ibu-ibu hamil pada fase trimester I
adaptasi kehamilan sebelumnya, namun terkadang ditemukan beberapa gangguan
faktor lain yang mempengaruhi adalah kehamilan yaitu, Abortus, Anemia
jarak dari kehamilan, kondisi status gizi Kehamilan, Hiperemesis Gravidarum
ibu selama kehamilan. tingkat I, Hiperemesis Gravidarum tingkat
Kejadian Abortus yang dialami ibu hamil II, Kehamilan Ektopik, dan Mola
dapat mengakibatkan kondisi buruk hidatidosa. Untuk membantu pasien
pada ibu antara lain adalah perdarahan, dalam mengenali gangguan kehamilan
perforasi uterus terutama pada uterus pada trimester I ini maka Hasil penelitian
dalam posisi hiperretofleksi, syok tentang sistem yang menerapkan konsep
hemoragik, infeksi dan juga kematian jaringan syaraf tiruan dengan metode LVQ
pada ibu. Untuk mengurangi efek yang 2 (Learning Vector Quantization) dalam
ditimbulkan dari terjadinya abortus pada mengenali gangguan kehamilan trimester I
ibu, maka perlu mengetahui faktor-faktor didapatkan gejala yang menjadi gangguan
yang mempengaruhi abortus sehingga kehamilan trimester I terdiri dari Ada 41
sedini mungkin dapat dicegah atau gejala penyakit, dan 6 penyakit sebagai

Midwifery Care Journal, Vol. 2 No.2, April 2021, e-ISSN 2715-5978 (online) I 59
data masukan. Sistem akan abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia
mengklasifikasikan penyakit dengan pada bayi yang dilahirkan. Perdarahan
proses pembelajaran dan pengujian ke yang banyak menyebabkan kematian ibu.
dalam 6 jenis penyakit, berdasarkan
pengujian metode LVQ2 cukup baik di KESIMPULAN
terapkan dalam pengenalan pola gejala
Terdapat hubungan antara
gangguan kehamilan, data latih 90 dan
Frekuensi kehamilan dengan abortus.
data uji 18 didapat akurasi terbaik 100%
Sebagain kecil multigravida mengalami
dan rata-rata akurasi 97.68%
abortus. Kejadian abortus adalah yang
(Budianita, 2018)
pertama kali 83,3% disarankan pelayanan
Abortus spontan
kebidanan pada ibu hamil sebelum usia
Abortus spontan merupakan kasus yang
kehamilan 20 minggu diprioritaskan untuk
paling banyak terjadi. Abortus yang
deteksi dini faktor penyebab abortus dan
merupakan pengeluaran hasil konsepsi
penyakit penyerta pada wanita hamil serta
terjadi secara spontan tanpa adanya
memberikan perhatian pada ibu hamil
isuatu tindakan. Komplikasi dari Abortus
multigravida dengan perbaikan gizi dan
spontan adalah terjadinya perdarahan
pemberian pelayanan ANC yang
dapat disebabkan karena adanya
terintegrasi.
sebagian placental site masih terbuka
sehingga perdarahan terus berlangsung. DAFTAR PUSTAKA
Ibu hamil dengan kasus ini apat
1. Budianita, E. B. (2018) ‘Penerapan
mengalami anemia atau syok hemoragik
Metode Learning Vector Quantization2
sebelum sisa jaringan konsepsi
(LVQ 2) Untuk Menentukan Gangguan
dikeluarkan.. hasil penelitian di RSUD dr.
Kehamilan Trimester I’, Jurnal Sains
Soeselo Kabupaten Tegal. Didaptkan hasil
dan Teknologi Industri. doi:
abortus 50% , 75% dengan umur
10.24014/sitekin.v15i2.4861.
berisiko (usia <20 tahun dan >35 tahun)
2. Heryanti, H. (2018) ‘Hubungan Umur
dan 25 % (10 ibu) dengan usia reproduksi
dan Paritas Ibu Hamil Dengan Kejadian
sehat (usia 20-35 tahun terdapat
Abortus Inkomplit di Rumah Sakit
hubungan antara umur ibu dengan
Muhammadiyah Palembang Tahun
kejadian abortus (p value=0.03) Akibat
2017’, JPP (Jurnal Kesehatan
dari Kekurangan zat besi pada wanita
Poltekkes Palembang). doi:
hamil dapat menyebabkan gangguan
10.36086/jpp.v13i1.83.
ataupun hambatan pada pertumbuhan
3. Hubaya, S., Arifin, M. and
janin, baik sel tubuh maupun sel otak.
Burhanuddin, B. (2015) ‘Faktor Risiko
Anemia gizi dapat mengakibatkan
Kejadian Abortus Di Rsud Dr. Chasan
kematian janin didalam kandungan,

Midwifery Care Journal, Vol. 2 No.2, April 2021, e-ISSN 2715-5978 (online) I 60
Boesoirie Ternate Provinsi Maluku control study’, MEDISAINS. doi:
Utara’, Jurnal Kesehatan Poltekkes 10.30595/medisains.v16i2.3002.
Ternate.
4. Jayani, I. (2017) ‘Tingkat Anemia
Berhubungan Dengan Kejadian
Abortus Pada Ibu Hamil’, Jurnal Ilmiah
Ilmu Kesehatan. doi:
10.33366/CR.V5I1.390.
5. Manuaba, I. (2010) ‘Memahami
Kesehatan Reproduksi Wanita’,
Jakarta: Arcan.
6. ‘MENGENALI ABORTUS DAN
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KEJADIAN ABORTUS’
(2011) Idea Nursing Journal.
7. Noer, R. I., Ermawati and Afdal (2016)
‘Karakteristik Ibu pada Penderita
Abortus dan Tidak Abortus’, Jurnal
Kesehatan Andalas.
8. Prihandini, S. R., Pujiastuti, W. and
Hastuti, T. P. (2016) ‘USIA
REPRODUKSI TIDAK SEHAT DAN
JARAK KEHAMILAN YANG TERLALU
DEKAT MENINGKATKAN KEJADIAN
ABORTUS DI RUMAH SAKIT
TENTARA DOKTER SOEDJONO
MAGELANG’, JURNAL KEBIDANAN.
9. Purwaningrum, E. D. et al. (2017)
‘Faktor Risiko Kejadian Abortus
Spontan’, Public Health Research and
Development.
10.Risma, Malahika, J. M., Karamoy, H.
and Pusung (2017) ‘Faktor Risiko
Maternal Kejadian Abortus’, Jurnal
Riset kuntansi Going Concern.
11.Yanti, L. (2018) ‘Faktor determinan
kejadian abortus pada ibu hamil: case

Midwifery Care Journal, Vol. 2 No.2, April 2021, e-ISSN 2715-5978 (online) I 61

Anda mungkin juga menyukai