Anda di halaman 1dari 13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan


1. Pengertian PKn
PKn merupakan sebuah mata pelajaran yang terdiri dari pelajaran Pancasila dan
Kewarganegaraan. Didalamnya ditekankan pada pengamalan dan pembiasaan dalam
kehidupan sehari-hari yang ditunjang oleh pengetahuan dan pengertian sederhana sebagai
bekal untuk mengikuti pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
Proses untuk mendapatkan hasil pembelajaran PKn tidak dapat dipisahkan dari nilai-
nilai Pancasila. Artinya, PKn tidak hanya berupa hapalan nilai-nilai Pancasila, akan tetapi
juga merupakan proses pengamalan Pancasila sejak usia dini, baik di lingkungan keluarga, di
lingkungan sekolah dan di lingkungan masyarakat. Tidak jarang, di dalam memecahkan suatu
masalah, seorang warganegara sering mengambil sikap tertentu yang memungkinkan usaha
tersebut dapat mencapai hasil yang diharapkan. Bahkan, tidak jarang juga dengan usaha
tersebut, permasalahan tersebut bukannya selesai, melainkan malah menjadi bertambah besar.
Arah Pendidikan Pancasila sejatinya mengarahkan perhatiannya pada ranah moral,
yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang memancarkan
iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini didasarkan pada penjelasan Pasal 39
ayat 2 Undang-undang No 2 Tahun 1989, bahwa pada kenyataanya di dalam masyarakat
teridiri dari berbagai golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan
beradab.
Selain itu, Hal lain yang diarahkan melalui Pendidikan Pancasila adalah terkait
dengan perilaku yang mendukung persatuan bangsa dalam masyarakat yang beraneka ragam
kebudayaan dan beraneka ragam kepentingan. Perilaku yang mendukung kerakyatan yang
mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan perseorangan dan golongan,
sehingga perbedaan pemikiran, pendapat ataupun kepentingan diatasi melalui musyawarah
dan mufakat, serta perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Kiranya hal tersebut di atas yang ada pada ideologi bangsa kita, yakni Pancasila,
sedangkan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali siswa dengan
pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan
negara, serta pendidikan pengetahuan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat
diandalkan oleh bangsa dan negara (Penjelasan Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang No 2
Tahun 1989).
Berdasarkan Kurikulum 2004, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah
"Mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan
nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia". Untuk siswa SD, nilai
1
luhur dan moral tersebut diharapkan dapat diaplikasikan dalam wujud perilaku kehidupan
sehari-hari siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota keluarga, anggota
masayarakat dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Menurut Sumardi (2003: 3), PKn merupakan usaha sadar untuk menciptakan setiap
warga negara agar mampu mengembangkan diri terhadap apa-apa yang menjadi hak dan
kewajiban sebagai warga negara dalam mengembangkan kecintaan, kesetiaan, keberanian,
dan mau berkorban demi tetap tegaknya bangsa dan negara dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pada buku yang lain, Sumardi (2003:2.5) juga mengemukakan bahwa Pendidikan
kewarganegaraan adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan
moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia.

2. Fungsi Mata Pelajaran PKn


Sebagaimana diketahui bersama, bahwa mata pelajaran PKn merupakan salah satu
mata pelajaran yang ada dalam sistem kurikulum Pendidikan Dasar. Adapun Fungsinya
sebagaimana telah diuraikan di atas, bahwa mata pelajaran PKn yang diajarkan di sekolah
kiranya dapat diaplikasikan dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Hal ini kiranya senada
dengan apa yang tertuang dalam Kurikulum Pendidikan Dasar (Depdikbud, 1994: 81), bahwa
mata pelajaran PKn berfungsi untuk :

a. Mengembangkan dan melestarikan nilai luhur Pancasila dalam kehidupan sehari-hari


b. Mengembangkan dan membina siswa yang sadar akan hak dan kewajibannya, taat pada
peraturan yang berlaku dan berbudi pekerti luhur.
c. Membina siswa agar memahami dan menyadari hubungan antar sesama anggota
keluarga, sekolah, dan masyarakat serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kiranya menjadi jelas, bahwa dari ketiga fungsi tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa mata pelajaran PKn akan memberikan arah berpikir yang kritis kepada para siswa
terhadap suatu masalah tertentu, gejala perilaku, dan lain sebagainya. Dengan berbekal nilai-
nilai keilmuan PKn, diharapkan siswa dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
baik masih menjadi seorang pelajar dan terlebih lagi ketika sudah menjadi anggota
masyarakat.

3. Tujuan Mata Pelajaran PKn


Pada pembelajaran di SD, mata pelajaran PKn memiliki tujuan yang akan dicapai
diantaranya adalah menanamkan sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari yang
didasarkan kepada nilai-nilai Pancasila, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota
2
masyarakat, dan memberikan bekal kemampuan untuk mengikuti pendidikan jenjang
selanjutnya.(Depdikbud, 1994:2)
Tujuan tersebut di atas, dapat dicapai jika dalam proses pembelajaran, tenga pendidik
atau guru menciptakan suasana yang kondusif. Tentunya banyak cara atau metode yang
digunakan, diantaranya dengan menggunakan berbagai metode dan teknik yang sesuai
dengan pokok materi pembahasan. Hal ini dimaksudkan untuk mengajak siswa berperan
aktif dalam pembelajaran, yang pada akhirnya siswa menjadi terkesan dan mengambil
sebuah nilai makna pembelajaran, yang kemudian hasil belajar tersebut dapat diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.

4. Metode dan Teknik Pembelajaran PKn


PKn merupakan pembelajaran yang yang mengutamakan pada ranah apektif.,
sehingga untuk mengajarkan PKn, tidak cukup hanya dengan metode ceramah. Oleh sebab
itu, kiranya diperlukan sebuah metode dan teknik yang sesuai dengan materi yang akan
dibahas dan sesuai dengan tingkatan kelas. Menurut Depdikbud, (1996:50), ada beberapa
metode dalam pembelajaran PKn di antaranya adalah sebagai berikut:

a) Metode Ceramah adalah suatu penyampaian bahan pelajaran dengan lisan. Metode ini
biasanya dianggap sebagai metode yang memiliki kadar CBSA (cara belajar siswa aktif)
sangat rendah. Namun pada kenyataannya seorang guru tidak mungkin meninggalkan
metode ini sepenuhnya, bahkan dewasa ini proses belajar mengajar di sekolah masih
didominasi oleh metode ceramah.
b) Metode Tanya Jawab, metode ini digunakan dalam bentuk pertanyaan yang harus
dijawab oleh siswa dan atau sebaliknya secara lisan dan tertulis
c) Metode Diskusi, suaru kegiatan tukar menukar gagasan atau pendapat antara dua orang
atau lebih secara lisan untuk memperoleh kesamaan pendapat
d) Metode Karyawisata, adalah suatu kunjungan yang direncanakan kepada suatu obyek
tertentu untuk dipelajari atau sebagai alat bantu dalam hal memahami suatu gagasan atau
sebagai alat untuk memperoleh informasi yang diperlukan.
e) Metode Pemecahan Masalah adalah suatu cara memahami konsep-konsep ilmiah melalui
kegiatan seperti seorang ilmuwan memecahkan masalah. Dimulai dengan perumusan
masalah, kemudian diikuti dengan kegiatan-kegiatan observasi, pengumpulan data, dan
penarikan kesimpulan.
f) Metode/Teknik Pembinaan Nilai, metode ini digunakan untuk menentukan nilai-nilai
yang akan dipilih siswa terutama pada proses pengambilan nilai.

3
Sesuai dengan uraikan di atas, pada dasarnya dari metode yang pelaksanaan
pembelajaran akan berjalan baik dan lancar tergantung dari materi, serta kesiapan guru dan
siswa untuk melaksanakan proses belajar mengajar. Hal ini dikarenakan bahwa
pembelajaran PKn merupakan suatu pembelajaran yang diantaranya memuat hal-hal
berikut:

1. Materi merupakan nilai yang sudah ada dalam kehidupan sehari-hari


2. Siswa merasa tertantang untuk memecahkan sebuah persoalan
3. Siswa dapat menemukan sendiri jawabannya.
4. Konsep nilai yang ditanamkan akan diingat dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari
5. Pembelajaran lebih efisien dan efektif

Dari uraian di atas, kiranya menjadi jelas bahwa pendidikan kewarganegaraan


adalah merupakan program pendidikan yang memuat tentang masalah kebangsaan,
kewarganegaraan. Tujuannya adalah diantaranya untuk menjadikan peserta didik sebagai
warga negara yang baik, yakni warga negara yang memiliki kecerdasan baik intelektual,
emosional, sosial maupun spiritual, serta dapat memiliki rasa bangga, tanggung jawab,
sehingga tumbuh rasa kebangsaan dan cinta terhadap tanah air.

B. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Hamdani (2011:27), hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah
mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun
kualitatif. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Djamarah (2006:102), bahwa hasil belajar
atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial
atau kapasitas yang dimilki seseorang.
Selain itu, hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajar (Muhibbin Syah, 2005:22). Kiranya hal tersebut sebsuai
dengan apa yang dikemukakan oleh Hamdani (2011:7), bahwa hasil belajar adalah perubahan
perilaku secara keseluruhan bukan hanya satu aspek potensi kemanusian saja. Lain halnya
dengan apa yang diungkapkan oleh Purwanto (2011:54), bahwa hasil belajar adalah hasil
yang dicapai dari proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan.

b. Faktor–faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hamdani (2011:24), Ngalim Purwanto
(1997:107), dan Noehi Nasution (1996:4), bahwa terdapat beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar, diantaranya adalah sebagai berikut:
4
1) Faktor Internal
a) Fakor Fisiologis
Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam
keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya. Sebab,
beberapa faktor tersebut akan membantu dalam proses dan hasil belajar. Selain itu,
terdapat faktor lain yang juga berperan, diantaranya adalah dengan memperhatikan
kondisi panca indera.

b) Faktor Psikologis
Setiap manusia atau dalam hal ini adalah siswa, pada dasarnya memiliki kondisi
psikologis yang berbeda-beda, terutama dalam hal kadar bukan dalam hal jenis. Tentunya
perbedaan-perbedaan ini akan berpengaruh pada proses dan hasil belajarnya masing-
masing. Adapun yang termasuk dalam faktor psikologis diantaranya meliputi; intelegensi,
perhatian, minat, bakat, motif dan motivasi, kognitif serta daya nalar.

2) Faktor Eksternal
a) Faktor Internal
Pada faktor ini, kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi hasil belajar. Dalam
hal ini lingkungan yang dimaksud adalah dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan
dapat pula berupa lingkungan sosial.

b) Faktor Instrumental
Faktor-faktor instrumental merupakan faktor yang keberadaan dan penggunannya
dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor instrumental
tersebut dapat berupa kurikulum, sarana dan fasilitas, serta guru. Menurut Hamdani
(2011:139), dan Muhibin Syah (1995:132), yang termasuk dalam faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yakni faktor dari
dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern), yang keduanya dapat dijelaskan sebagai
berikut:

1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari siswa. Faktor ini antara lain sebagai
berikut:

a) Kecerdasan (intelegensi)
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri
dengan keadaan yang dihadapinya. Tingkat intelegensi sangat menentukan tingkat

5
keberhasilan belajar siswa. Semakin tinggi intelegensi siswa, maka semakin tinggi
pula peluang untuk meraih kesuksesan, begitu juga dengan sebaliknya.

b) Faktor Jasmaniah atau Faktor Fisiologis


Kondisi jasmaniah atau fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh kemampuan
belajar seseorang. Salah satu contoh dari faktor jasmaniah yaitu panca indra yang
tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seperti mengalami sakit, cacat.

c) Sikap
Sikap yaitu suatu kecendrungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang, atau
benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak acuh. Dalam diri siswa harus ada sikap
positif (menerima) kepada sesama siswa dan gurunya. Sikap positif ini akan
menggerakkannya untuk belajar.

d) Minat
Minat adalah suatu kecenderungan untuk selalu memerhatikan dan mengingat
sesuatu secara terus menerus. Minat belajar yang telah dimiliki oleh siswa
merupakan salah satu faktor yang hasil belajar.

e) Bakat
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang memiliki bakat dalam arti
berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentun sesuai dengan potensi
masing-masing.

f) Motivasi
Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. Motivasi dapat menentukan baik-tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga
semakin besar kesuksesan belajarnya.

2. Faktor Eksternal
Pada faktor eksternal (dari luar siswa), salah satunya dapat disebabkan oleh lingkungan
di sekitar siswa. Dalam artian, lingkungan sebagai faktor eksternal memberikan sebuah
pengaruh, sekaligus mempengaruhi terhadap hubungan timbal balik dalam Pendidikan

c. Tujuan Hasil Belajar


Hasil belajar memiliki tujuan tertentu, sebagaimana dikemukakan oleh Oemar
Hamalik (2008:160-161), diantaranya adalah sebagai berikut:
6
1) Memberikan informasi tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan
belajar melalui berbagai kegiatan belajar.
2) Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatan-kegiatan
belajar lebih lanjut, baik keseluruhan kelas maupun masing-masing individu.
3) Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa,
menetapkan kesulitan-kesulitannya dan menyarankan kegiatan-kegiatan remidial
(perbaikan).
4) Memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mendorong
motivasi belajar siswa dengan cara mengenal kemajuannya sendiri dan merangsang
untuk melakukan upaya perbaikan.
5) Memberikan informasi tentang semua aspek tingkah laku siswa, sehingga guru dapat
membantu perkembangnnya menjadi warga masyarakat dan pribadi yang berkualitas.
6) Memberikan informasi yang tepat untuk mebimbing siswa memilih sekolah, atau
jabatan yang sesuai dengan kecakapan, minat dan bakatnya.

d. Fungsi Hasil Belajar


Menurut Oemar Hamalik (2008:159-160), hasil belajar memiliki fungsi tertentu,
diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Untuk diagnostik dan pengembangan karena hasil belajar menggambarkan kemajuan


dan kegagalan masing-masing siswa.
2) Untuk seleksi, hasil belajar dapat digunakan dalam rangka menyeleksi calon siswa
dalam rangka penerimaan siswa baru.
3) Untuk kenaikan kelas, hasil belajar digunakan untuk menetapakan siswa mana yang
memenuhi rangking dalam kenaikan kelas.
4) Untuk penempatan, para lulusan yang ingin bekerja pada perusahaan perlu
menyiapkan transkip nilai-nilai hasil belajar.

Hal tersebut di atas juga disinggung oleh Kementrian Pendidikan Nasional


(2011:5), dan Hamdani (2011:302), bahwa fungsi hasil belajar memuat beberapa fungsi,
diantaranya:

1) Bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas;


2) Umpan balik dalam perbaikan proses belajar mengajar;
3) Meningkatkan motivasi belajar siswa;
4) Evaluasi diri terhadap kinerja siswa.
7
e. Prinsip-prinsip Hasil Belajar
Hamdani (2011:303) dan Kementrian Pendidikan Nasional (2011:5),
mengemukakan bahwa prinsip-prinsip hasil belajar adalah:

1) Valid (sahih) Hasil belajar


Harus mengukur pencapaian kompetensi yang ditetapkan dalam standar isi (standar
kompetensi dan kompetensi dasar) dan standar kompetensi kelulusan.
2) Objektif Hasil belajar
Siswa hendaknya tidak dipengaruhi oleh subjektivitas penilai, perbedaan latar belakang
agama, sosial-ekonomi, budaya, bahasa, gender, dan hubungan emosional.
3) Trasnparan (terbuka) Hasil belajar
Bersifat terbuka, artinya, prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan terhadap hasil belajar siswa dapat diketahui oleh semua pihak yang
berkepentingan.
4) Adil Hasil belajar
Tidak menguntungkan atau merugikan siswa karena berkebutuhan khusus serta
perbedaan latar belakang agama, sosial- ekonomi, budaya, bahasa, gender, dan
hubungan emosional.
5) Terpadu Hasil belajar
Merupakan salah satu komponen yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
6) Menyeluruh dan berkesinambungan Hasil belajar
Mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian
yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemapuan siswa.
7) Bermakna Hasil belajar
Hendaknya mudah dipahami, mempunyai arti, bermanfaat, dan dapat ditindaklanjuti
oleh semua pihak, terutama guru, siswa, orang tua, dan masyarakat.
8) Sistematis Hasil belajar
dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.
9) Akuntabel Hasil belajar
dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur maupun hasilnya.
10) Beracuan Kriteria. Hasil belajar
didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan.

Berdasarkan pada poin kajian teoretik di atas, kiranya dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah hasil akhir yang diperoleh setelah mengikuti proses belajar. Secara
tidak langsung, hal ini mengisyaratkan bahwa hasil belajar tidak hanya berupa nilai atau
pengetahuan saja, akan tetapi juga berbentuk kecakapan, dan penghayatan dalam diri
8
pribadi individu yang belajar. Sebab, seperti yang telah diketahui bersama, bahwa hasil
belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor internal dan faktor eksternal.

C. Pembelajaran Model Example Non Example


1. Pengertian model pembelajaran example non example
Salah satu model pembelajaran yang saat ini sedang populer dalam pembelajaran
adalah model example non example. Example non example adalah model atau metode
pembelajaran yang memberikan contoh berupa gambar yang bermuatan masalah untuk
dianalisis kemudian dideskripsikan dan disimpulkan oleh peserta didik. Seperti yang
diungkapkan oleh Komalasari (2017), bahwa example non example merupakan
pembelajaran yang membelajarkan murid terhadap permasalahan yang ada di sekitarnya
melalui analisis contoh-contoh berupa gambar-gambar, foto, dan kasus yang bermuatan
masalah.
Sementara itu, menurut Kurniasih dan Sani (2015) examples non examples adalah
model pembelajaran yang dirancang agar siswa memiliki kemampuan dalam menganalisis
gambar dan memberikan deskripsi mengenai apa yang ada di dalam gambar. Dapat dikatakan
bahwa gambar adalah media pembelajaran utama dalam teknik pembelajaran. Seperti yang
diungkapkan oleh Joyce, Weil, dan Calhoun (2016), bahwa model pembelajaran example
non example atau juga biasa disebut example non example merupakan model pembelajaran
yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran.
Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis
gambar tersebut menjadi sebuah bentuk deskripsi singkat mengenai apa yang ada di dalam
gambar. Dengan kata lain, metode ini menekankan pada konteks analisis siswa dan dapat
mengajarkan definisi konsep. Example non example adalah strategi (taktik) yang dapat
digunakan untuk mengajarkan definisi konsep (Hamdayama, 2014).
Selain itu, example non example juga akan melatih siswa untuk berpikir kritis. Model
pembelajaran examples non examples menurut Kurniasih dan Sani (2015) bertujuan untuk
mendorong siswa agar berpikir kritis dengan jalan memecahkan suatu masalah dari contoh
gambar yang diperlihatkan. Dapat disimpulkan bahwa example non example adalah model
atau metode pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan gambar atau ilustrasi
lain yang dapat memancing daya kritis siswa untuk menganalisis, mendeskripsikan, hingga
menyimpulkan sesuatu yang terkandung dalam contoh (example) yang diberikan untuk
mempelajari dan menguasai konsep-konsep materi yang sedang dibawakan.

2. Langkah-langkah Pembelajaran model Example Non Example


Menurut Wena (2010:7), pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat
dipindahkan dari pikiran seseorang yang sudah mempunyai pengetahuan (guru) kepada
pikiran orang lain yang belum memiliki pengetahuan (siswa). Dalam artian, siswalah yang
9
menginterprestasikan, serta mengkonstruksikan pemindahan pengetahuan tersebut
berdasarkan pengalaman yang mereka miliki masing-masing. Oleh karena itulah,
pembelajaran kooperatif model example non example merupakan model yang paling tepat
untuk digunakan, adapun langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Gambar
yang digunakan tentunya merupakan gambar yang relevan dengan materi yang
dibahas dan sesuai dengan Kompetensi dasar yang diharapkan.
2. Menempelkan gambar (poster) di papan atau ditayangkan melalui LCD atau
proyektor. Pada tahap ini guru juga dapat meminta bantuan siswa untuk
mempersiapkan gambar yang telah dibuat dan sekaligus membentuk kelompok siswa.
3. Guru memberikan petunjuk dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
memperhatikan/menganalisis gambar. Biarkan siswa melihat dan menelaah gambar
yang telah disajikan secara seksama, agar detail gambar dapat dipahami oleh siswa.
Selain itu, guru juga memberikan deskripsi umum yang jelas mengenai gambar yang
sedang diamati siswa.
4. Melalui diskusi kelompok yang beranggotakan 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari
analisis gambar tersebut dicatat pada kertas. Kertas yang digunakan akan lebih baik
jika disediakan oleh guru
5. Setiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya. Siswa dilatih
untuk menjelaskan hasil diskusi mereka melalui perwakilan kelompok masing-
masing.
6. Mulai dari komentar/hasil diskusi peserta didik, guru mulai menjelaskan materi
sesuai tujuan yang ingin dicapai. Setelah memahami hasil dari analisis yang
dilakukan siswa, maka guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai.
7. Pendidik dan peserta didik menyimpulkan materi sesuai dengan tujuan pembelajaran.

1. Pengertian Model pembelajaran


Menurut NN (2010), mengetengahkan model pembelajaran, setidaknya menjadi empat
kelompok model pembelajaran, antara lain adalah sebagai berikut:
a) Model interaksi sosial
b) Model pengolahan informasi
c) Model personal humanistik
d) Model modifikasi tingkah laku

Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut


diidentikan dengan strategi bembelajaran.

10
2. Model Pembelajaran Example Non Example
a. Seperti yang diungkapkan oleh Joyce, Weil, dan Calhoun (2016), bahwa model
pembelajaran example non example atau juga biasa disebut example non
example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media
pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat
menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk deskripsi singkat mengenai
apa yang ada di dalam gambar. Dengan kata lain, metode ini menekankan pada
konteks analisis siswa dan dapat mengajarkan definisi konsep. Example non
example adalah strategi (taktik) yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi
konsep (Hamdayama, 2014).

b. Langkah-langkah pembelajaran example non example menurut Huda (2015) adalah


sebagai berikut:
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
2. Menempelkan atau menayangkan gambar lewat proyektor di depan kelas
3. Guru memberi petunjuk dan memberikan kesempatan kepada setiap kelompok
untuk memperhatikan atau menganalisa gambar.
4. Melalui diskusi kelompok yang beranggotakan 2-3 orang siswa, hasil diskusi
dari analisis gambar dicatat pada kertas.
5. Setiap kelompok diberi kesempatan untuk membacakan hasil diskusinya.
6. Memulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru menjelaskan materi
sesuai dengn tujuan yang ingin dicapai.
7. Memberikan kesimpulan.

c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Example Non Example


Secara keseluruhan, salah satu kelebihan utama dari example non
example adalah kesempatan menemukan sesuatu, melalui analisis yang dibantu oleh
gambar. Gambar merupakan salah satu media pembelajaran paling efektif. Media
gambar atau perumpamaannya memegang peranan yang sangat penting dalam
proses belajar (Arsyad, 2017). Berikut akan dipaparkan kelebihan dan kekurangan
metode example non example.

Kelebihan model pembelajaran ini (Shoimin, 2017) adalah :


1. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk
memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih
kompleks

11
2. Peserta didik terlibat dalam satu proses discovery atau penemuan yang
mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui
pengalaman dari example non example
3. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari
suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang
dimungkinkan masih terdapat pada beberapa bagian yang merupakan suatu
karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.

Sementara itu, Kurniasih dan Sani (2015), juga menyebutkan beberapa


kelebihan dari model pembelajaran examples non examples diantaranya yakni
sebagai berikut:
1. Siswa memiliki pemahaman dari sebuah definisi dan siswa dapat memperluas
pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lengkap
2. Terlibat dalam sebuah penemuan dan mendorong siswa untuk membangun
konsep secara cepat melalui pengalaman dari mengamati gambar yang ada
3. Siswa menjadi lebih kritis dalam menganalisis gambar dan siswa mendapatkan
pengetahuan yang nyata dari materi berupa contoh gambar
4. Peserta didik diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat pribadinya
mengenai gambar-gambar yang mereka lihat.

Sedangkan kekurangan model ini menurut (Shoimin, 2017), adalah sebagai berikut:
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar
2. Berpotensi memakan terlalu banyak waktu.

Berdasarkan teori di atas model pembelajaran example non example adalah


sebuah bagian dari model pembelajaran kooperatif yang didalamnya lebih
mengutamakan kerjasama dan menggunakan gambar sebagai media pembelajaran
untuk dipasangkan/diurutkan menjadi urutan yang logis. Selain itu, example non
example adalah model atau metode pembelajaran yang dilaksanakan dengan
menggunakan gambar atau ilustrasi lain yang dapat memancing daya kritis siswa
untuk menganalisis, mendeskripsikan, hingga menyimpulkan sesuatu yang
terkandung dalam contoh (example) yang diberikan untuk mempelajari dan
menguasai konsep-konsep materi yang sedang dibawakan.

3. Hubungan antara Model Pembelajaran Example Non Example dengan Prestasi


Belajar.
Penerapan model pembelajaran example non example mendorong peserta didik
belajar lebih aktif dan lebih bermakna. Artinya, peserta didik dituntut untuk dapat melatih
12
berfikir logis dan sistematis. Dengan demikian, mereka akan lebih terlatih dan terarah,
sehingga pembelajaran menjadi tidak membosankan, sebab siswa berperan aktif
didalamnya.
Menurut Piaget, dalam proses perkembangan dan pertumbuhan kognitif anak terjadi
proses asimilasi dan akomodasi. Proses asimilasi merupakan penyesuaian atau
mencocokan informasi yang baru dengan apa yang telah ia ketahui, sedangkan proses
akomodasi adalah anak menyusun dan membangun kembali atau mengubah apa yang
telah diketahui sebelumnya sehingga informasi yang baru itu dapat disesuaikan dengan
lebih baik (Sagala, 2007).
Selain itu, menurut Madya Indah (2021), sebagaimana tertuang dalam artikelnya,
bahwa belajar bukan hanya suatu kegiatan untuk memperoleh pengetahuan atau
keterampilan dan sikap yang diperlukan oleh setiap individu. Belajar bukan pula suatu
kegiatan untuk memperoleh jawaban dari suatu masalah atau soal ujian. Belajar adalah
dari yang tidak tahu menjadi tahu. Belajar juga merupakan kegiatan bermakna yang
dilakukan oleh setiap individu sepanjang hayat. Belajar selalu melekat pada
kehidupan ,karena setiap individu selalu dihadapkan oleh persoalan-persolan baru dalam
kehidupannya. Belajar adalah suatu proses yang kompleks pada individu sehingga terjadi
perubahan tingkah laku menyangkut pengetahuan,ketrampilan dan sikap yang bersikap
yang bersifat tahan lama.
Penerapan example non example di dalam kegiatan pembelajaran di kelas terlihat
adanya keaktifan siswa yang ingin mengetahui dan menyusun yang didalamnya lebih
mengutamakan kerjasama dan menggunakan gambar sebagai media pembelajaran untuk
dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan yang logis.

13

Anda mungkin juga menyukai