Anda di halaman 1dari 3

REFLEKTIF JURNAL

STASE KEPERAWATAN ANAK

Oleh :

MAWADDAH RAUDHATUL JANNAH

P1337420923030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2023
DESKRIPSI

Senin, 06 Oktober 2023

Praktek Klinik Keperawatan Anak dilaksanakan pada tanggal 06 Oktober-11


Oktober 2023 di Ruang Poli/Klinik Anak & Tumbang RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya. Pada hari pertama saya mendapatkan kasus anak dengan Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR).

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari
2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR
umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat
mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat
menggangu kelangsungan hidupnya.
Faktor risiko kejadian BBLR di Indonesia yaitu ibu hamil yang berumur 35
tahun, jarak kehamilan terlalu pendek, ibu mempunyai riwayat BBLR sebelumnya,
mengerjakan pekerjaan fisik yang berat, mengerjakan pekerjaan fisik beberapa jam
tanpa istirahat, sangat miskin, beratnya kurang dan kurang gizi, merokok, konsumsi
obat-obatan terlarang, konsumsi alkohol, anemia, preeklampsi atau hipertensi, infeksi
selama kehamilan, kehamilan ganda, bayi dengan cacat bawaan dan infeksi dalam
kandungan (Azizah dkk, 2021).
Normalnya, berat badan bayi saat lahir antara 2,5–4,0 kg. Bayi dinyatakan
mengalami BBLR jika beratnya kurang dari 2,5 kg. Gejala utama BBLR adalah berat
badan yang rendah, di mana bayi akan terlihat lebih kecil karena lemak tubuhnya
sedikit. Selain itu, kepalanya juga tampak lebih besar dari tubuhnya.
Akibatnya Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) akan menyebabkan gangguan
perkembangan fisik, pertumbuhan yang terhambat dan perkembangan mental yang
akan berpengaruh dimasa akan datang. Perkembangan dan pertumbuhan bayi di ukur
menggunakan antropometri pengukuran yaitu berat badan, panjang badan dan lingkar
kepala.
Bayi dengan BBLR memiliki risiko kematian 20 kali lebih besar dibandingkan
bayi dengan berat badan normal. Selain itu, bayi BBLR terutama Bayi Berat Lahir
Sangat Rendah (BBLSR) memiliki risiko yang lebih besar terhadap kelainan kognitif,
gangguan perilaku, gangguan tumbuh kembang, serta gangguan neurodevelopmental.

SUMBER :

Pristya, T. Y., Novitasari, A., & Hutami, M. S. (2020). Pencegahan dan pengendalian
BBLR di Indonesia: systematic review. Indonesian Journal of Health
Development, 2(3), 175-182.

Indrasari, N. (2016). Faktor resiko pada kejadian berat badan lahir rendah (BBLR). Jurnal
Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 8(2), 114-123.

Nasution, D., Nurdiati, D. S., & Huriyati, E. (2014). Berat badan lahir rendah (BBLR)
dengan kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan. Jurnal gizi klinik
Indonesia, 11(1), 31-37.

Elsa Nur Azzizah, Yuldan Faturahman, Siti Novianti (2021) Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (Studi Di Rsud Dr.
Soekardjo Kota Tasikmalaya). Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol 17
No 1 ,284-194

Anda mungkin juga menyukai