Anda di halaman 1dari 81

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan anugerah terindah sekaligus amanah dan titipan yang

Allah SWT berikan kepada para orangtua yang dititipkan untuk memberikan

asuhan, dan taggung jawab.

Hal ini dijelaskan dan ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat

233 yang berbunyi:

1
2

Yang artinya : Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun

penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah

memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang

tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu

menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan

warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua

tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa

atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka

tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang

patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat

apa yang kamu kerjakan 1.

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan bayi yang baru lahir

dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa

kehamilan2 3. World Health Organization (WHO) mendefinisikan Berat

Badan Lahir Rendah (BBLR) sebagai bayi yang terlahir dengan berat

kurang dari 2500 gram, dan BBLR juga masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat karena merupakan salah satu penyebab tingginya angka

kematian bayi (AKB) 4.

1
(Q.S.AL-Baqarah; 133)
2
Samsinar majid, R. R. (2017). Jurnal ilmiah mahasiswa kesehatan masyarakat vol.2 .no.6/ mei
2017; issn 250-731x,. 2(6), 1–14.
3
Nurhayati, Lifrinur, Y., Afrian Nuari, N., Iskandar, A., Sukiyono, K., Novitasari, D., Munawaroh,
H., Taufiqurrahman, Hafid, H., Ulpa Anggraini, D., Nugraheni Sri Lestari, V., Marginingsih, R.,
Maulina Dewi Soewardini, H., Alif, M., Ahmad, H., Al Yakin, A., Muthmainnah, Sumartono, E.,
Ch Mamuaya, N., … Apriyani, R. (2019). Effectiveness of kangaroo method to weight infants with
low birth weight at the perinatology room dr. achmad mochtar hospital bukittinggi. Journal of
Physics: Conference Series, 1175(1). https://doi.org/10.1088/1742-6596/1175/1/012283
4
 WHO. (2014). Global Nutrition Targets 2025 Low Birth WeightPolicy Brief.
https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/149020/WHO_NMH_NHD_14.5_eng.pdf?ua=1
3

Berdasarkan data dari UNICEF diketahui bahwa pada tahun 2015 14,6%

bayi di seluruh dunia lebih dari 20,5 juta jiwa terjadi kejadian lahir dengan

BBLR 5. Adapun persentase BBLR di negara berkembang adalah 16,5 %

dua kali lebih besar dari pada negara maju (7%). Indonesia adalah salah satu

negara berkembang yang menempati urutan ketiga sebagai negara dengan

prevalensi BBLR tertinggi (11,1%), setelah India (27,6%) dan Afrika

Selatan (13,2%) 6.

Menurut laporan, angka kejadian (BBLR) di Provinsi Jawa Timur

dimana persentase pada tahun 2016 (20.836) dan pada tahun 2017 (14.882)
7
. Akan tetapi pada tahun 2018 kejadian BBLR mengalami peningkatan

yang lebih besar jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar

(21.544) 8.

Dari 38 Kabupaten atau Kota di Jawa Timur yang memiliki angka

kejadian BBLR diantaranya Kota Kabupaten Jember 1.887 Kabupaten

malang 1.261 dan Kabupaten probolinggo 981 dan jombang 922 dan

kabupaten bondowoso 801 dan kabupaten situbondo 706 adapun kabupaten

bondowoso merupakan kabupaten dengan kejadian BBLR tertinggi kelima

sejawa timur dengan angka 801 9.

5
UNICEF. (2019). Nearly 15 per cent of babies worldwide are born with low birthweight.
https://data.unicef.org/topic/nutrition/low-birthweight/
6
WHO. (2014). 
7
BPS Jatim. (2017). Jumlah Bayi Lahir, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), dan Bergizi Buruk
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur, 2016-2017.
https://jatim.bps.go.id/dynamictable/2017/09/22/110/jumlah-bayi-lahir-berat-badan-lahir-rendah-
bblr-dan-bergizi-buruk-menurut-kabupaten-kota-di-provinsi-jawa-timur-2016.html
8
BPS Jatim. (2018). Jumlah Bayi Lahir, Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), dan Bergizi
Kurang di Provinsi Jawa Timur Menurut Kabupaten Kota, 2018.
https://jatim.bps.go.id/statictable/2019/10/09/1675/jumlah-bayi-lahir-bayi-berat-badan-lahir-
rendah-bblr-dan-bergizi-kurang-di-provinsi-jawa-timur-menurut-kabupaten-kota-2018-.html
9
BPS Jatim. (2018).
4

Data yang didapatkan dari medical record di RSUD dr.H. Koesnadi

kabupaten bondowoso. Berdasarkan hasil study pendahuluan yang telah

dilakukan di RSUD dr.H. Koesnadi kabupaten bondowoso yaitu dengan

berat badan lahir rendah (BBLR) pada balita menunjukkan pada tahun 2016

(280) pada tahun 2017 (315) dan pada tahun 2018 (498), sedangkan pada

tiga bulan terakhir di tahun 2018 yaitu oktober dengan presentase 32 balita

dengan karakteristik laki-laki 62% dan perempuan 38%, presentase

november 22 balita dengan karakteristik laki-laki 55% dan perempuan

45%, sedangkan pada bulan desember 45 balita dengan karakterisktik laki-

laki 38%, dan perempuan 62% yang terkena kejadian berat badan lahir

rendah (BBLR) 10.

Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Efektivitas metode kanguru mother care (KMC) dan

incubator terhadap peningkatan berat badan pada bayi berat badan lahir

rendah (BBLR) di RSUD dr.H. Koesnadi Bondowoso”

Metode kanguru mother care (KMC) merupakan salah satu perawatan

suportif dengan cara perawatan yang murah, mudah, dan aman untuk

merawat bayi berat lahir rendah 11 12. Perawatan metode kanguru mother

care (KMC) merupakan perawatan untuk bayi prematur atau BBLR yang

dilakukan dengan meletakkan bayi diantara kedua payudara ibu sehingga

10
RM RSUD.dr.H.Koesnadi. (2018).
11
Margaretha, S. L. (2016). Metoda Kanguru pada Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah. Sari
Pediatri, 8(3), 181. https://doi.org/10.14238/sp8.3.2006.181-7
12
Dhilon, D. A., Fitri, E., Pahlawan, U., Tambusai, T., Doppler, J., Pahlawan, U., & Tambusai, T.
(2019). Pengaruh Perawatan Metode Kanguru Terhadap Kenaikan Berat Badan Pada Bayi Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) Di RSUD Sekabupaten Kampar Tahun 2018. 3(1), 1–11.
5

terjadi kontak langsung antara kulit ibu dengan kulit bayi (skin to skin

contact) 13 14.

Menurut penelitian, hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata berat

badan bayi sebelum diberikan metode kangguru adalah sebesar 2068,50

gram dan setelah diberikan metode kangguru meningkat menjadi 2516,50

gram, sehingga peningkatan sebesar 448,0 gram 15.

Incubator merupakan suatu alat medis yang digunakan untuk menjaga

kestabilan suhu dalam tabung incubator secara berkala16. Beberapa faktor

yang perlu diperhatikan pada incubator ialah suhu incubator, suhu bayi, dan

kelembapan dalam tabung incubator 17 18.

       Menurut penelitian, menunjukkan sebagian besar 57,1% suhu tubuh

BBLR sebelum menggunakan incubator mengalami hipotermi hampir

setengahnya 42,9% yang mengalami normotermi sesudah mngggunakan

incubator hanya sebagian kecil (23,8%) BBLR yang mengalami hipotermi

dan sebagian besar (76,2%) mengalami normotermi 19.


13
Solehati, T., Kosasih, C. E., Rais, Y., Fithriyah, N., Darmayanti, D., & Puspitasari, N. R. (2018).
Kangaroo Mother Care Pada Bayi Berat Lahir Rendah : Sistematik Review. PROMOTIF: Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 8(1), 83. https://doi.org/10.31934/promotif.v8i1.234
14
Sutha, R, Prachi Yadav, Alka Mathur, and Pratiksha Sachan. 2018. “Assessment of
Knowledge Regarding Kangaroo Mother Care among Primi Gravida Mother Sampling
Criteria :” 4(1): 5–8.

15
Caesarea, S., Di, S. C., Norfa, R., Bangkinang, H., Lubis, D. S., Keb, M., & Kunci, K. (2018).
Jurnal Doppler Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 62. Hubungan Pengetahuan Ibu
Dengan Riwayat Persalinan Sectio Caesarea (Sc) Di Rsia Norfa Husada Bangkinang, 2(2), 62–69.
16
Kale, Atul W et al. 2018. “Arduino Based Baby Incubator Using GSM Technology.” : 462–65.
17
Rachman, F. Z. (2016). Implementasi Jaringan Sensor Nirkabel Menggunakan Zigbee pada
Monitoring Tabung Inkubator Bayi. Jurnal Nasional Teknik Elektro, 5(2), 207.
https://doi.org/10.25077/jnte.v5n2.221.2016
18
Fildzah Hidayati, Nur, Endro Yulianto, and Abd Kholiq. 2019. “Baby Incubator Using PID
Control Based on Kangaroo Mode (Kangaroo Mode and Humidity).” Journal of Electronics,
Electromedical, and Medical Informatics (JEEEMI) 1(2): 13–17.
19
Habibah, N., Indriatie, Joelantina, A., & Nurhasanah. (2014). perbedaan Suhu Tubuh Bayi
6

Berdasarkan penelitian sebelumnya, bahwasanya rata-rata kenaikan

berat badan paa bayi BBLR mengalami peningkatan sebesar 448,0

gram, dan peneliti menunjukkan bahwasanya terdapat pengaruh perawatan

metode kanguru terhadap kenaikan berat badan pada bayi BBLR, sedangkan

dengan menggunakan incubator BBLR yang mengalami normotermi

sebesar 76,2%, sehingga peneliti mengatakan terhadap pengaruh incubator

terhadap kenaikan suhu tubuh bayi berat lahir rendah.

Berdasarkan masalah diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang efektifitas metode kanguru mother care dan incubator terhadap

peningkatan pada bayi berat badan lahir rendah (BBLR), dalam hal ini

untuk mengetahui pengaruh dan keefektifanya antara metode kanguru

mother care dan incubator.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah yang terdapat pada latar belakang

masalah diatas bahwasanya dengan metode kanguru mother care (KMC)

dan incubator berpengaruh terhadap peningkatan berat badan pada bayi

BBLR sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang yaitu

keefektifan metode kanguru mother care dan incubator terhadap

peningkatan berat badan pada bayi berat badan lahir rendah ( BBLR).

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Berat Lahir Rendah yang Menggunakan Inkubator. Jurnal Keperawatan, VII(2), 51–54.
7

Mengetahui efektifitas metode kanguru mother care dan incubator

terhadap peningkatan berat badan pada bayi berat badan lahir rendah

(BBLR) di RSUD dr.H Koesnadi Bondowoso.

2. Tujuan Khusus

a. Mengindentifikasi karakteristik responden terhadap ( usia ibu, usia

kehamilan ibu, jenis kelamin bayi, tingkat pendidikan )

b. Mengindentifikasi pengaruh metode kanguru mother care terhadap

peningkatan berat badan pada bayi berat badan lahir rendah

(BBLR).

c. Mengindentifikasi pengaruh metode incubator terhadap

peningkatan berat badan pada bayi berat badan lahir rendah

(BBLR).

d. Mengidentifikasi lebih efektif manakah pemberian perawatan

metode kanguru mother care (KMC) dan incubator terhadap

peningkatan berat badan pada bayi berat badan lahir rendah

(BBLR)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Menambah wacana tentang keperawatan anak terkait perawatan

berat badan lahir rendah (BBLR)


8

b. Sebagai dasar pengembangan pengetahuan dalam bidang

keperawatan, khususnya keperawatan anak

c. Sebagai bahan refrensi untuk penelitian berikutnya.

2. Manfaat praktisi

a. Bagi institusi keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan

masukan bagi Pendidikan dalam proses pembelajaran mahasiswa

keperawatan, khususnya keperawatan anak

b. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan dan

pengetahuan bagi peneliti dalam memahami keefektifan tentang

metode kanguru mother care dan incubator terhadap peningkatan

berat badan pada bayi berat badan lahir rendah (BBLR).

c. Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan dan

pengetahuan bagi masyarakat terkait masalah.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Teori Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

a. Definisi BBLR

Bayi berat badan lahir rendah atau BBLR adalah bayi dengan

berat badan lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa

kehamilan 20. Untuk mendapatkan keseragaman pada kongres

european prinatal medicine II di london (1970), telah disusun

definisi sebagai berikut.

1) Preterm infat (premature) atau bayi kurang bulan : bayi dengan

masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259) hari.

2) Term infant atau bayi cukup bulan : bayi dengan masa

kehamilan mulai 37 minggu sampai dengan 42 minggu (259-

293 hari ).

3) Post term atau bayi lebih bulan :bayi dengan masa kehamilan

mulai 42 minggu atau lebih (294 hari atau lebih) 21.

20
Dainty Maternity, Arum Dwi Anjani, Nita Evrianasari. 2018. Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi
Balita Dan Prasekolah. ed. Putri Christian. Yogyakarta: ANDI (Anggota IKAPI).
21
Pantiawati, Ika. 2010. Bayi Dengan BBLR ( Berat Badan Lahir Rendah. Jogjakarta: Nuha
Medika.

9
10

b. Epidemologi

Prevanlensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15%

dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3% - 38% dan

lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-

ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian

BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematianannya

35 kali lebih tinggi dibandingkan pada bayi dengan berat lahir lebih

dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan

mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta

memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya

dimasa depan. Angka kejadian di indonesia sangat bervariasi antara

satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil

studi di daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang

2.1% - 17,2%. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI,

angka BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi

menuju indonesia sehat 2010 yakni maksimal 7% 22.

22
Pantiawati, Ika. 2010. Bayi Dengan BBLR ( Berat Badan Lahir Rendah. Jogjakarta: Nuha
Medika.
11

c. Etiologi

Penyebab terbanyak kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR)

adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain adalah umur,

paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler,

kehamilan ganda atau kembar, serta faktor janin yang merupakan

penyebab terjadinya BBLR.

Penyebab terjadinya berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu :

1) Persalinan kurang bulan/prematur yang disebabkan oleh :

a) Uterus tidak mampu menahan janin

b) Gangguan selama kehamilan

c) Plasenta lepas lebih cepat dari waktunya

d) Adanya rangsangan yang memudahkan terjadinya

kontraksi uterus sebelum kehamilan cukup bulan

2) Bayi lahir kecil untuk masa kehamilan disebabkan oleh :

a) Sirkulasi dan efisien plasenta terganggu

b) Keadaan umum ibu atau gizi ibu kurang baik

c) Hambatan pertumbuhan yang berasal dari bayi sendiri


12

BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

1) Faktor ibu

a) Usia ibu, yaitu pada usia kurang dari 20 tahun atau di atas

35 tahun

b) Penyakit

1) Toksimia gravidarum merupakan keracunan

kehamilan dalam trisemester III dengan gejala-gejala

edema, protein urin, hipertensi

2) Pendarahan anterpartum adalah pendarahan

pervaginam semasa kehamilan dimana umur

kehamilan telah melebihi 28 minggu atau berat janin

lebih dari 1000 gram.

3) Trauma fisik (jatuh) dan psikologis (streess)

4) Nefritis akut adalah kerusakan pada bagian

glomerulus ginjal akibat infeksi kuman umumnya

bakteri steptococcus. Akibat nefritis ini seseorang

akan menderita edema.

5) Diabetes melitus

2) Keadaan sosial seperti golongan ekonomi rendah

3) Sebab lain seperti ibu yang perokok, ibu peminum alkohol dan

ibu pecandu narkotika

4) Faktor janin seperti hidromnion, kehamilan ganda (gemeli) dan

kelainan kromosom
13

5) Faktor lingkungan seperti tempat tinggal dataran tinggi, radiasi

zat-zat racun 23.

d. Klasifikasi Bayi Baru Lahir

1) Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500-2500 gram.

2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir kurang

dari 1500 gram

3) Bayi berat lahir eksterem rendah (BBLER), berat lahir kurang

dari 1000 24.

e. Pathofisiologi

Temperatur dalam kandungan 37 0C sehingga bayi setelah lahir

dalam ruangan suhu temperatur ruangan 28-32 0C. Perubahan

temperatur ini perlu diperhitungkan pada BBLR karena belum bisa

memepertahankan suhu tubuh normal yang disebabkan :

1) Pusat pengaturan suhu badan basih dalam perkembangan

2) Intake cairan dan kalori kurang dari kebutuhan

3) Cadangan energi sangat kurang

4) Luas permukaan tubuh relatif luas sehigga resiko kehilangan

panas lebih besar

5) BBLR sering terjadi penurunan berat badan disebabkan bayi

malas minum dan pencernaan masih lemah

23
Anik Maryunani, Eka Puspita Sari. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Dan Neonatal.
ed. Taufik Ismail. Jakarta Timur: CV. Trans Info Media.
24
Djitowiyono, Sugeng, Kristiyanasari, W. 2017. Asuhan Keperawatan Neonatus Dan Anak.
kedua. ed. D.Arijadi. Jogyakarta: Nuha Medika.
14

6) Jaringan lemak subkutan lebih tipis sehingga kehilangan panas

lebih besar

7) BBLR rentan infeksi sehingga terjadi sindrom gawat nafas,

hipotermi, tidak stabil sirkulasi (edema) 25.

f. Manifestasi Klinis

Tanda klinis atau penampilan yang tampak sangat bervariasi,

tergantung pada usia kehamilan saat bayi dilahirkan. Makin

prematur atau makin kecil umur kehamilan saat dilahirkan makin

besar perbedaannya dengan bayi yang lahir cukup bulan 26.

Adapun tanda dan gejala bayi prematur:

1) Umur kehamilan atau sama dengan atau kurang dari 37

minggu

2) Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram.

3) Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm.

4) Kuku panjangnya belum melewati ujung jari.

5) Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas.

6) Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm.

7) Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm.

8) Rambut lanugo masih banyak

9) Jaringan lemak subkutan.

25
Anik Maryunani, Eka Puspita Sari. 2013.
26
Asrining Surasmi, Siti Handayani, Helmi Nur Kusuma. 2003. Perawatan Bayi Resiko
Tinggi. ed. Monica Ester. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
15

10) Tulang rawan daun telingan belum sempurna pertumbuhannya,

sehingga seolah olah tidak teraba tulang rawan daun telinga

11) Tumit mengkilap, telapak kai halus

12) Alat kelaminan pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada

skrotum kurang. Testis belum turun ke dalam sokrotum. Untuk

bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora tertutup oleh

labia mayora.

13) Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan

pergerakannya lemah.

14) Fungsi saraf yang belum atau kurang matang mengakibatkan

refleks hisab, menelan dan batuk masih lemah.

15) Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan

otot dan jaringan lemak masih kurang

16) Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit 27.

27
Pantiawati, Ika. 2010. Bayi Dengan BBLR ( Berat Badan Lahir Rendah. Jogjakarta: Nuha
Medika.
16

g. Penatalaksanaan

Adapun penatalaksanaan bayi berat badan lahir rendah (BBLR)

yaitu :

1) Lakukan pemeriksaan selama kehamilan secara teratur yang

berkualitas

2) Pertahankan suhu tubuh bayi agar tetap hangat

3) Lakukan pencegahan infeksi neonatus

4) Kakukan penimbangan berat badan secara ketat

5) Beri nutrisi yang adekuat

6) Larang ibu untuk merokok dan megonsumsi obat telarang atau

miniman yang mengandung kadar alkohol tinggi selama

kehamilan

7) Membersihkan jalan nafas

8) Memotong tali pusat dan perawatan tali pusat

9) Membersihkan badan bayi dengan kapas dan baby oil/minyak

10) Membungkus bayi dengan kain hangat

11) Pengkajian keadaan kesehatan pada bayi dengan berat badan

lahir rendah (BBLR)

12) Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara :

a) Membungkus bayi dengan menggunakan selimut bayi

yang dihangatkan terlebih dahulu

b) Menidurkan bayi dalam incubator buatan yaitu dapat

dibuat dari keranjang yang pinggirnya diberi penghangat


17

dari buli-buli panas atau boto yang diisi air panas, buli-

buli panas atau botol-botol ini disimpn dalam keadaan

berdiri, tutupnya ada disebelah atas agar air tidak tumpah

dan tidak mengakibatkan luka bakar pada bayi, buli-buli

panas atau boto-botol inipun harus keadaan terbungkus,

dapat menggunakan handuk atau kain yang tebal. Bila air

panasnya sudah dingin, diganti airnya dengan air panas

kembali.

c) Suhu lingkungan bayi harus dijaga yaitu kamar dapat

masuk sinar matahari, jendela dan pintu dalam keadaan

tertutup untuk mengurangi hilangnya panas dari tubuh

bayi melalui proses radiasi

d) Harus dalam keadaan kering untuk mencegah terjadinya

evaporasi

e) Pemberian nutrisi adekuat. Apabila daya isap belum baik,

bayi dicoba untuk menetek sedikit demi sedikit, apabila

bayi belum bisa menetek pemberian ASI diberikan melalui

sendok atau pipet, apabila bayi belum ada reflek mengisap

dan menekan harus dipasang selang penduga/sonde

fooding.

f) Mengajarkan ibu atau orangtua cara memberikan jalan

nafas, mempertahankan suhu tubuh, mencegah terjadinya

infeksi, perawatan bayi sehari-hari seperti memandikan


18

bayi, perawatan tali pusat, pemberian ASI, merawat

payudara, teknik menyusui yang benar, dll.

g) Menjelaskan pada ibu (orang tua) tentang pemberian ASI

makanan bergizi bagi ibu dan mengikuti program KB

segera mungkin. Observasi keadaan umum bayi selama 3

hari, apabila tidak ada perubahan atau keadaan umum

semakin menurun bayi harus rujuk kerumah sakit, berikan

penjelasan kepada keluarga bahwa anaknya harus dirujuk

kerumah sakit 28.

2. Teori Perawatan Metode Kanguru

a. Definisi Kanguru Mother Care (KMC)

Kanguru Mother Care (KMC) atau perawatan metode kanguru

(PMK) merupakan perawatan untuk bayi berat lahir rendah atau

lahiran premature dengan melakukan kontak langsung antara kulit

bayi dengan kulit ibu atau skin to skin contact, dimana ibu

menggunakan suhu tubuhnya untuk menghangatkan bayi. metode

perawatan ini juga terbukti mempermudah pemberian ASI 29.

28
Anik Maryunani, Eka Puspita Sari. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Dan Neonatal.
ed. Taufik Ismail. Jakarta Timur: CV. Trans Info Media.
29
Siti Noorbaya, Hj Helmi Johan. 2019. Panduan Belajar Asuhan Neonatus Bayi Balita Dan
Anak Prasekolah. Yogyakarta: KTD.
19

perawatan metode kanguru (PMK) merupakan alternative

pengganti incubator dalam perawatan BBLR, dengan beberapa

kelebihan antara lain.

1) Merupakan cara yang efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi

yang paling mendasar yaitu adanya kontak kulit bayi ke kulit

ibu, dimana tubuh ibu akan menjadi thermolegulator bagi

bayinya, sehingga bayi mendapatkan kehangatan (menghindari

bayi dari hipotermi).

2) PMK memudahkan pemberian ASI, perlindungan dari infeksi,

stimulasi, keselamatan dan kasih sayang.

3) PMK dapat menurunan kejadian infeksi, penyait berat,

masalah menyusui dan ketidak puasan ibu serta meningkatkan

hubungan antara ibu dan bayi serta meningkatkan

pertumbuhan dan perkembangan bayi 30.

b. Perawatan Metode Kanguru Mother Care (KMC)

Perawatan metode kanguru dapat dilakukan dengan dua cara:

1) PMK intermiten adalah bayi dengan penyakit atau kondisi

yang berat membutuhkan perawatan intensif dan khusus

diruang rawat neonatologi, bahkan mungkin memerlukan

bantuan alat. bayi dengan kondisi ini, PMK tidak diberikan

sepanjang waktu tetapi hanya dilakukan jika ibu mengunjungi


30
Endyyarni, Bernie. 2013. “Perawatan Metode Kanguru (PMK) Meningkatkat Pemberian
ASI.” http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/perawatan-metode-kanguru-pmk-
meningkatkan-pemberian-asi.
20

bayinya yang masih berada dalam perawatan di incubator.

PMK dilakukan dengan durasi minimal satu jam, secara terus

menerus perhari, setelah bayi lebih stabil bayi dengan PMK

intermiten dapat dipindahkan ke ruang rawat untuk menjalani

PMK kontinu.

2) PMK kontinu, pada PMK kontinu kondisi bayi harus dalam

keadaan stabil, dan bayi harus dapat bernafas secara alami

tanpa bantuan oksigen, kemampuan untuk minum (seperti

menghisap dan menelan) bukan merupakan persyaratan utama,

karena PMK sudah dapat dimulai meskipun pemberian

minumnya dengan menggunakna pipa lambung. dengan

melakukan PMK pemberian ASI dapat lebih mudah prosesnya

sehingga meningkatkan asupan ASI 31.

c. Komponen Perawatan Metode Kanguru


31
Endyyarni, Bernie. 2013. “Perawatan Metode Kanguru (PMK) Meningkatkat Pemberian
ASI.” http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/perawatan-metode-kanguru-pmk-
meningkatkan-pemberian-asi.
21

Perawatan Metode kanguru terdiri dari empat komponen

diantaranya:

1) Kangaroo Position (Posisi Kanguru)

Posisi Kanguru adalah menempatkan bayi pada posisi

tegak didada ibunya, di antara kedua payudara ibu, tanpa

busana. Bayi dibiarkan telanjang hanya mengenakan popok,

kaus kaki dan topi sehingga terjadi kontak kulit bayi dan kulit

ibu seluas mungkin. Posisi bayi diamankan dengan kain

panjang atau pengikat lainnya. Kepala bayi dipalingkan ke sisi

kanan atau kiri, dengan posisi sedikit tengadah (ekstensi).

Ujung pengikat tepat berada di bawah kuping bayi, Posisi

kepala seperti ini bertujuan untuk menjaga agar saluran napas

tetap terbuka dan memberi peluang agar terjadi kontak mata

antara ibu dan bayi.

2) Kangaroo Nutrition (Nutrisi Kanguru)

Kanguru Nutrisi merupakan salah satu manfaat PMK, yaitu

meningkatkan pemberian ASI secara langsung maupun dengan

pemberian ASI perah.

3) Kangaroo Support (Dukungan Kanguru)

Kangaroo Support merupakan bentuk bantuan secara fisik

maupun emosi, baik dari tenaga kesehatan maupun

keluarganya, agar ibu dapat melakukan PMK untuk bayinya.

Bentuk dukungan pada PMK dapat berupa dukungan fisik


22

maupun emosional. Dukungan dapat diperoleh dari petugas

kesehatan, seluruh anggota keluarga, ibu dan masyarakat.

Tanpa adanya dukungan, akan sangat sulit bagi ibu untuk dapat

melakukan PMK dengan berhasil. Wanita hamil sebaiknya

sudah diberikan informasi dan edukasi tentang PMK sejak

kunjungan antenatal pertama.

4) Kangaroo Discharge (Pemulangan)

Kangaroo Discharge adalah membiasakan ibu melakukan

PMK sehingga pada saat ibu pulang dengan bayi, ibu tetap

dapat melakukan PMK bahkan melanjutkannya di rumah.

Metode ini merupakan salah satu teknologi tepat guna yang

sederhana, murah, serta dapat digunakan apabila fasilitas untuk

perawatan 32.

d. Manfaat Perawatan Metode Kanguru Mother Care (KMC)

Penelitian memperlihatkan PMK bermanfaat diantanya

1) Menurunkan secara bermakna jumlah neonatus atau bayi baru

lahir yang meninggal, menghindari bayi berat lahir rendah dari

kedinginan, menstabilkan bayi.

Dimana manfaat PMK dalam menstabilakn suhu,

pernafasan dan denyut jantung bayi, berbagai penelitian

menunjukan bahwa PMK dapat menstabilakn suhu, laju

32
Marliyana. 2014. Panduan Perawatan Metode Kanguru (PMK) Rumah Sakit Mitra
Keluarga. Kelapa Gading Jakarta.
23

pernafasan, dan laju denyut jantung bayi lebih cepat . bayi

pada PMK merasa nyaman dan hangat dalam dekapan ibu

sehingga tanda vital dapat lebih cepat stabil, penelitian oleh

yanuaso di RSCM memperlihatkan bahwa dengan

menggunakan metode kanguru, BBLR akan lebih cepat

mencapai kestabilan suhu tubuh dibandingkan BBLR tanpa

PMK.

2) Manfaat PMK dalam mengurangi infeksi.

Berbagai penelitian juga telah memperlihatkan manfaat

PMK dalam mengurangi kejadian infeksi pada BBLR selama

perawatan pada PMK. Bayi terpapar oleh kuman komensal

yang ada pada tubuh ibunya sehingga ia memiliki kekebalan

tubuh untuk kuman tersebut.

3) Manfaat PMK dalam meningatkan pertumbuhan dan

perkembangan bayi.

Manfaat PMK lainya adalah meningkatkan berat badan,

panjang badan dan lingkar kepala bayi, penelitian

menunjukkan bahwa kenaikan berat badan, panjang badan dan

lingkar kepala BBLR yang menjalani PMK lebih tinggi secara

bermakna dibandingkan BBLR yang tidak menggunakan

kanguru.

4) Manfaat PMK dalam meningkatkan keberhasilan pemberian

ASI, meningkatkan ikatan (bonding) antara ibu dan bayi.


24

Pada berbagai penelitian terlihat bahwa PMK sangat erat

kaitannya dengan pemberian ASI, pada PMK, ASI dapat selalu

tersedia dan sangat mudah diperoleh. Hal ini dapat dijelaskan

karena bayi dengan PMK, terlebih pada PMK kontinu selalu

berada didekat payudara ibu, menempel dan terjadi kontak

kulit ke kulit sehingga bayi dapat menyusu setiap kali ia

inginkan. Selain itu, ibu dapat dengan mudah merasakan tanda-

tanda bahwa bayinya mulai lapar seperti adanya gerakan-

gerakan pada mulut bayi, munculnya hisapan-hisapan kecil

serta adanya gerakan bayi untuk mencari putting susu

ibunya, ibu dapat menilai kesiapan menyusu bayinya dengan

memasukkan jari bersih kedalam mulut bayi dan menilai

isapan mulut bayi. Bayi yang mendapatkan PMK memperoleh

ASI lebih lama dibandingkan bayi yang mendapatkan

perawatan dengan metode konvensional, perawatan metode

kanguru juga meningkatkan ikatan (bonding) ibu dan bayi serta

ayah bayi secara bermakna, posisi bayi yang mendapatkan

PMK memudahkan ibu untuk memberikan ASI secara

langsung kepada bayinya, selain itu rangsangan dari sang bayi

dapat meningkatkan produksi ASI ibu, sehingga ibu akan lebih

sering memberikan air susu nya sesuai dengan kebutuhan

bayi 33.
33
Endyyarni, Bernie. 2013. “Perawatan Metode Kanguru (PMK) Meningkatkat Pemberian
ASI.” http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/perawatan-metode-kanguru-pmk-
meningkatkan-pemberian-asi.
25

e. Prosedur Dalam Melakukan Kanguru Mother Care (KMC)

1) Perawat cuci tangan

2) Ukur tanda-tanda vital bayi (suhu, nadi, pernafasan)

3) Buka pakaian bayi kecuali popok

4) Ajarkan ibu cara memasukkan dan mengeluarkan bayi dari

gendongan dengan cara memegang bayi dengan satu tangan

dibelakang leher hingga punggung topang bagian dagu dengan

agar kepala bayi tidak tertekuk.

5) Masukkan kaki bayi pada bagian bawah gendongan kanguru

yang sudah disediakan.

6) Letakkan bayi diantara payudara dengan posisi tegak, dada

bayi menempel kedada ibu

7) Posisi bayi diamankan dengan kain panjang atau gendongan

kanguru dengan menyilangkan kain bagian atas dibawah ketiak

dan diatas bahu ibu kemudian diikat, dan kedua ujung kain

bagian bawah dilingkarkan kebelakang dan ujung-ujungnya

diikatkan, kain bagian atas dibawah telinga bayi.

8) Kepala bayi dipalingkan kesisi kiri atau kanan dengan posisi

agak tengadah (ekstensi) untuk menjaga saluran nafas terbuka.

9) Posisi kaki seperti posisi kodok, tangan dalam posisi fleksi

10) Kenakan topi bayi

11) Minta ibu untuk memakai pakaian bagian atasnya kembali

12) Perawat cuci tangan


26

13) Jika PMK bersifat intermiten setelah PMK selesai bantu ibu

untuk melepas ikatan gendongan dan letakkan bayi pada

incubator semula 34.

Cara memegang atau memposisikan bayi

1) Peluk kepala dan tubuh bayi dalam posisi lurus

2) Arahkan muka bayi ke putting payudara ibu

3) Ibu memeluk tubuh bayi, bayi merapat ketubuh ibunya

4) Peluklah seluruh tubuh bayi, tidak hanya bagian leher dan bahu

Tanda-tanda posisi dan pelekatan yang benar

1) Dagu bayi menempel ke dada ibu

2) Mulut bayi terbuka lebar

3) Bibir bawah bayi terposisi melipat keluar

4) Daerah areola payudara bagian atas lebih terlihat dari pada

areola payudara bagian bawah

5) Bayi menghisap dengan lambat dan dalam teradang berhenti 35.

f. Posisi Melakukan Perawatan Metode Kanguru Mother Care

(KMC)

Adapun posisinya yaitu:

34

Aini, Harun. 2019. Standar Operasional Prosedur Tindakan Keperawatan Anak. Nurul Aziz.
Surabaya: Media Sahabat Cendekia.
35
Endyyarni, Bernie. 2013. “Perawatan Metode Kanguru (PMK) Meningkatkat Pemberian ASI.”
http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/perawatan-metode-kanguru-pmk-meningkatkan-pemberian-
asi.
27

1) Bayi telanjang dada (hanya memakai popok, topi, kaus tangan,

kaus kaki), diletakkan telungkup di dada dengan posisi tegak

atau diagonal. Tubuh bayi menempel/kontak langsung dengan

ibu. Atur posisi kepala, leher dan badan dengan baik untuk

menghindari terhalangnya jalan napas. Kepala menoleh ke

samping di bawah dagu ibu (ekstensi ringan). Tangan dan kaki

bayi dalam keadaan fleksi seperti posisi katak 36

Gambar 2.1 Posisi metakkan bayi

2) Kemudian fiksasi dengan gendongan kanguru (KMC)37

Gambar 2.2 Posisi mengfiksasi gendongan kanguru (KMC)


36
Kirana Pritasari, M. (2010). Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Kementrian Kesehatan RI.
37
Kirana Pritasari, M. (2010). .
28

3) Ibu mengenakan pakaian/blus longgar sehingga bayi berada

dalam 1 pakaian dengan ibu. Jika perlu, gunakan selimut. 

Selain ibu, ayah dan anggota keluarga lain bisa melakukan

metode kanguru.38

Gambar 2.3 Posisi kanguru (KMC) 39.

3. Teori Perawatan Incubator

a. Definisi Incubator

Inkubator bayi adalah salah satu alat medis yang digunakan

untuk menjaga kestabilan suhu dalam tabung inkubator secara

berkala40. Terutama Bayi prematur umumnya perlu diletakkan pada

38
Kirana Pritasari, M. (2010).
39
Kirana Pritasari, M. (2010).
40
Widianto, Arif et al. 2018. “The Effect of Moving Load on Remote Weight Monitoring System
for Simple Infant Incubator.” 2017 International Conference on Broadband Communication,
Wireless Sensors and Powering, BCWSP 2017 2018-January: 1–4.
29

tabung, incubator yang mempunyai system pengontrolan suhu dan

kelembapan, sehingga kestabilan suhu bayi dapat dijaga 41.

b. Faktor-Faktor Yang Perlu Diperhatikan Pada Incubator

1) Suhu incubator

2) Suhu bayi

3) Dan kelembapan dalam tabung incubator 42.

c. Macam-Macam Incubator

1) Radiant warmer incubator

Incubator yang pertama ini bertipe warmer. Ciri-ciri tipe

ini adalah alat penghantar panas yang terletak dibagian atas

boks tidur bayi. Selain heater yang terletak tinggi diatas bayi,

bayi pun akan ditempel sensor panas langsung pada permukaan

kulitnya, melalaui sensor-sensor ini, panas akan dialirkan.

Panas yang dialirkan oleh sensor tersebut berfungsi untuk

menjaga suhu tubuh bayi agar tetap stabil, kelebihan yang

dimiliki oleh incubator tipe ini adalah kemudahan jangkauan

dokter atau suster untuk membantu bayi, karena tidak terdapat

tutup boks, akan tetapi, tidak adanya tutup menjadikan

kemungkinan infeksi, gangguan kenyamanan bayi dan allergen

lebih tinggi. Selain itu kelembapan boks akan sulit diatur 43.

41
Rachman, Fathur Zaini. 2016. “Implementasi Jaringan Sensor Nirkabel Menggunakan Zigbee
Pada Monitoring Tabung Inkubator Bayi.” Jurnal Nasional Teknik Elektro 5(2): 207.
42
Rachman, Fathur Zaini. 2016. “Implementasi Jaringan Sensor Nirkabel Menggunakan
Zigbee Pada Monitoring Tabung Inkubator Bayi.” Jurnal Nasional Teknik Elektro 5(2): 207.

43
Anik Maryunani, E. P. S. (2013). Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal (T.
30

Gambar 2.4 Radiant warmer incubator

2) Infant incubator

Incubator yang kedua disebut dengan infant incubator, tipe

ini lebih menyerupai rahim sang ibu dibangdingkan dengan

tipe sebelumnya. Bayi dapat terus terjaga kehangatannya

karena suhu panas dan kelembapan tersebar hanya pada

ruangan bayi (boks tidur). Hanya saja kekurangan yang

dimiliki incubator ini adalah tutup boks tidur yang sedikit

mengganggu akse dokter atau perawat untuk menjangkau bayi.

Akan tetapi kelebihan yang dimiliki infant incubator mampu

Ismail (ed.)). CV. Trans Info Media.


31

menutupi kekurangan yang dimiliki radiant warmer

incubator44.

Gambar 2.5 Infant incubator

3) Transport incubator

Pada umunya transport incubator memiliki bentuk dan tipe

yang sama dengan infart incubator biasanya, hanya saja

transport incubator dilengkapi dengan roda. Sesuai dengan

namannya incubator yang satu ini digunakan kaetika bayi

membutuhkan perawatan yang lebih intensif dari rumah sakit

lain yang memiliki peralaratan yang lebih lengkap.

Dikerenakan fungsi transportasi tersebut, incubator jenis ini ini

44
Anik Maryunani, E. P. S. (2013). Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal (T.
Ismail (ed.)). CV. Trans Info Media.
32

memiliki sumber energi yang berbeda dari incubator jenis

lainya, yakni batrei 45.

Gambar 2.6 Transport incubator.

d. Fungsi Incubator Bayi

45
Anik Maryunani, E. P. S. (2013). Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal (T.
Ismail (ed.)). CV. Trans Info Media.
33

Dengan suhu yang stabil atau bisa juga konstan, incubator bayi

memiliki beberapa fungsi bagi bayi didalam boks tidurnya. Adapun

fungsi incubator bayi yaitu:

1) Melindungi bayi

Bayi di awal kelahiran memiliki kondisi tubuh yang sangat

rentan, tetapi ada beberapa diantara mereka yang lahir kedunia

dengan kondisi yang lebih rentan dari bayi pada umumnya.

Untuk itulah incubator dibuat melindungi si bayi.

Dengan desainnya yang kotak dan dilengkapi dengan

lingkaran yang mudah dikendalikan, bayi diletakkan didalam

boks incubator bisa dengan mudah dan nyaman untuk

beristirahat, lebih pentingnya lagi incubator sebagai pelindung

bayi dari bakteri, kemungkinan terjadinya infeksi, iritasi dan

alergi.

2) Memberikan oksigenasi

Fungsi incubator bayi selanjutnya adalah sebagai

oksigenasi. Bayi terlahir dengan sangat rentan terhadap apa-

apa yang ditawarkan dunia luar padanya, termasuk soal

pernafasan, tercatat penyebab kematian terbanyak pada bayi

yang lahir secara prematur adalah gangguan pernafasan. Untuk

mengurangi kemungkinan tersebut ialah meletakan bayi pada

incubator menjadi hal utama yang harus dilakukan.


34

Incubator bayi telah didesain sedemikian rupa untuk

menjadi sistem pengantar oksigen yang baik, deangan ini

incubator sangat membantu keberlangsungan hidup seorang

bayi, proses oksigenasi itu sangat penting pada bayi

prematur46.

e. Prosedur Perawatan Pada Incubator

1) Perawat mengatur suhu pada incubator sesuai dengan

kebutuhan bayi

2) Perawat mengisi air destilasi atau tambahan air jika kurang

ganti air jika sudah kotor

3) Perawat mencuci tangan

4) Buka tutup incubator

5) Letakkan bayi dalam incubator

6) Gunakan satu incubator untuk satu bayi

7) Tutup incubator, jaga lubang selalu tertutup agar incubator

selalu tetap hangat

8) Ukur suhu tubuh bayi minimal 4 jam sekali

9) Ukur intake output cairan

10) Ubah posisi bayi setiap 2 jam sekali

11) Observasi tanda-tanda gangguan integritas kulit

46
Anik Maryunani, E. P. S. (2013). Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal (T.
Ismail (ed.)). CV. Trans Info Media.
35

12) Berikan ASI setiap 2 jam sekali atau sesuai program

13) Keluarkan bayi pada saat diteteki

14) Periksa suhu incubator tiap 3 jam sekali atau jika alrm

berbunyi

15) Atur kembali jika suhu incubator tidak stabil, pertahankan

suhu bayi 36,5-37,5 C

16) Perawat cuci tangan 47.

4. Berdasarkan Penelitian Sebelumnya

Menurut penelitian, hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata berat

badan bayi sebelum diberikan metode kangguru adalah sebesar 2068,50

gram dan setelah diberikan metode kangguru meningkat menjadi

2516,50 gram, sehingga peningkatan sebesar 448,0 gram 48.

Menurut penelitian, Menunjukkan sebagian besar 57,1% suhu tubuh

(BBLR) sebelum menggunaka incubator mengalami hipotermi hampir

setengahnya 42,9% yang mengalami normotermi sesudah menggunakan

incubator hanya sebagian kecil (23,8%) BBLR yang mengalami

hipotermi dan sebagian besar (76,2%) mengalami normotermi 49.

47

Aini, Harun. 2019. Standar Operasional Prosedur Tindakan Keperawatan Anak. Nurul Aziz.
Surabaya: Media Sahabat Cendekia.
48
Caesarea, S., Di, S. C., Norfa, R., Bangkinang, H., Lubis, D. S., Keb, M., & Kunci, K. (2018).
Jurnal Doppler Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 62. Hubungan Pengetahuan Ibu
Dengan Riwayat Persalinan Sectio Caesarea (Sc) Di Rsia Norfa Husada Bangkinang, 2(2), 62–69.
49
Habibah, N., Indriatie, Joelantina, A., & Nurhasanah. (2014). perbedaan Suhu Tubuh Bayi
Berat Lahir Rendah yang Menggunakan Inkubator. Jurnal Keperawatan, VII(2), 51–54.
36

B. Kerangka Teori Penelitian

Skema 2.1 Kerangka Teori Penelitian

BBLR adalah bayi lahir


dengan berat badan kurang Kematian neonatus
2.500 gtam tanpa memandang
masa kehamilan
Klasifikasi bayi berat lahir
rendah (BBLR)

1) Bayi berat lahir


rendah (BBLR),
berat lahir 1500-
2500 gram
2) Bayi berat lahir
sangat rendah
(BBLSR), berat
Faktor penyebab lahir kurang dari
1500 gram
3) Bayi berat lahir
eksterem (BBLER),
berat lahir kurang
1) Faktor penyakit dari 1000
ibu
2) Faktor usia
3) Faktor janin
4) Faktor keadaan
sosial
5) Faktor
lingkungan
Perawatan incubator.

Incubator bayi adalah salah satu alat


medis yang digunakan untuk menjaga
Perawatan kanguru mother care kestabilan suhu dalam incubator
(KMC) secara berskala.

a. PMK intermetan
b. PMK kontinu
37

Sumber : (Dainty Maternity, Arum Dwi Anjani, 2018) (Djitowiyono, Sugeng,


Kristiyanasari, 2017), (Anik Maryunani, 2013). (Endyyarni, 2013), (Rachman,
2016).
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep Penelitian

Tahapan penting dalam suatu penelitian adalah menyusun kerangka

konsep, kerangka konsep adalah abstrak dari suatu penelitian dari suatu

realitas agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang

menjelaskan keterkaitan antara variabel 50.

1. Variabel bebas (independent variabel)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent

(terikat) 51. Variabel bebas pada penelitian ini adalah perawatan metode

kanguru mother care (KMC), perawatan incubator

2. Variabel terikat (dependent variabel)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas 52. Variabel terikat pada

penelitian ini adalah masalah BBLR.

50
Sugiono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatatif,Dan R&D. Alfabeta.
51
Sugiono. 2016
52
Sugiono. 2016

38
39

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Dependent Variabel Independent

Perawatan metode
kanguru kanguru
Peningkatan mother care
berat badan (KMC) (X1)
bayi lahir
rendah
kkk
(BBLR). (Y)

Perawatan metode
incubator (X2)

Faktor yang
mempengaruhi:

1. Faktor
penyakit ibu
2. Usia ibu
3. Faktor janin
4. Faktor
keadaan
Sosial
5. Faktor
lingkungan

Variabel perancu

Keterangan :

Diteliti

Tidak diteliti
40

B. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian

yang telah dirumuskan dalam perencanaan penelitian untuk mengarahkan

kepada hasil penelitian.

1. Ho : Tidak ada Pengaruh perawatan metode kanguru mother care

(KMC) terhadap bayi BBLR

Ha : Ada pengaruh perawatan metode kanguru mother care (KMC)

terhadap bayi BBLR

2. Ho : Tidak ada Pengaruh perawatan incubator terhadap bayi BBLR

Ha : Ada Pengaruh perawatan incubator terhadap bayi BBLR

3. Ho : Tidak terdapat perbedaan anatara perawatan kanguru mother care

(KMC) dan perawatan incubator terhadap bayi BBLR.

Ha : Terdapat perbedaan antara perawatan metode kanguru mother care

(KMC) dan perawatan incubator terhadap bayi BBLR.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah rancangan penelitian yang terdiri atas beberapa

komponen yang menyatu satu sama lain untuk memperoleh data dan fakta

dalam rangka menjawab pertanyaan atau masalah penelitian. Desain

penelitian ini menggunkana metode kuantitatif 53.

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

penelitian Pre-Eksperiment dengan menggunakan rancangan pra-pascates

two-group pra- post test design  54. Desain penelitian ini digambarkan dalam

skema dibawah ini.

Tabel 4.1: Desain Penelitian

Subjek Pra Perlakuan Pasca-tes

A C E CE-A

B D F DF-B

Waktu 1 Waktu 2 Waktu 3

53
Lampau, B. (2012). Metode Penelitian kesehatan : Metode Ilmiah Penulisan Skripsi, Tesis, dan
Disertasi (1st ed.). Iksaka Banu.
54
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (P. P. Lestari (ed.); 4th ed.).
Salemba Medika.

41
Keterangan :

A : Subjek ( KMC) kelompok 1

B : Subjek ( incubator) kelompok 2

C : Observasi BBLR sebelum KMC

D : Observasi BBLR sebelum incubator

E : Intervensi KMC

F : Intervensi incubator

CE-A : Observasi BBLR sesudah KMC

DF-B : Observasi BBLR sesudah incubator

B. Populasi, Sampel dan Sampling

1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah subjek manusia yang anda amati

memenuhi kriteria yang telah di tetapkan dalam penelitian 55. Populasi

pada penelitian ini bayi BBLR yang dirawat atau yang pernah di rawat

inap di ruang pavilliun seruni RSUD dr.H Koesnadi Bondowoso dari

bulan maret sampai april 2020 sebanyak 30 bayi BBLR.

2. Sampel

55
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (P. P. Lestari (ed.); 4th ed.).
Salemba Medika.

42
43

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut 56. 

Kriteria inklusi :

1) Ibu bersedia menandatangani lembar persetujuan (inform consent)

2) Ibu yang memiliki bayi BBLR

3) Ibu yang memiliki bayi BBLR yang dirawat atau yang pernah di

RSUD dr.H. Koesnadi bondowoso.

Kriteria ekslusi :

1) Ibu bayi yang tidak menyetujui untuk diberikan pelatihan

perawatan dasar bayi BBLR.

2) Ibu bayi yang tidak hadir dalam penelitian

3. Sampling
57
Sampling merupakan teknik pengambilan sampel . Sampling

adalah proses penyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili

populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam

pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai

dengan keseluruhan subjek penelitian 58. Dalam penelitian ini sampling

yang di gunakan adalah dengan cara total sampling yaitu suatu teknik

pengambilan sampel sama dengan populasi 59.

C. Definisi Operasional

56
Sugiono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatatif,Dan R&D. Alfabeta.
57
Sugiono. (2016).
58
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (P. P. Lestari (ed.); 4th ed.).
Salemba Medika.
59
Sugiono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatatif,Dan R&D. Alfabeta.
44

Definisi operasional adalah mendefinisikan terhadap variabel secara

operasional dan berdasarkan krakteristik yang diamati, kemungkinan

peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap

suatu objek atau fenomena 60.

Tabel 4.1 Efektifitas perawatan metode kanguru mother care (KMC)

dan incubator terdahap peningkatan berat badan pada bayi berat

badan lahir rendah (BBLR).

60
Soekidjo Notoatmodjo. (2018). Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
45

No. Variabel Definisi Indikator Alat Hasil ukur Skala


operasional ukur ukur
Variabel independent
1 Perawatan perawatan Edukasi Leaflet - -
metode metode (KMC) atau , SOP
KMC yaitu perawatan pemberian
untuk bayi berat informasi
lahir rendah tentang
atau lahiran cara
premature perawatan
dengan KMC
melakukan
kontak langsung
antara kulit bayi
dengan kulit ibu
dimana ibu
menggunakan
suhu tubuhnya
untuk menghan
gatkan bayi 

2 Incubator Incubator bayi Edukasi Leaflet - -


yaitu salah satu atau
alat medis yang pemberian
digunakan informasi
untuk menjaga tentang
kestabilan suhu perawatan
bayi incubator
terhadap
bayi
BBLR
Variabel dependent
3 BBLR Bayi Berat Penimban Timban Dalam Rasio
Lahir Rendah gan berat gan, dan satuan gram
(BBLR), bayi badan lembar
yang baru lahir bayi obsevasi
dengan berat sebelum
badan kurang dan
dari 2500 gram sesudah
dan tanpa dilakukan
memandang KMC dan
masa kehamilan incubator
46

D. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat dimana analisis penelitian berada yang

harus disebutkan secara definitif di wilayah tertentu secara jelas dan

dicantumkan dalam judul penelitian 61. Penelitian ini lakukan dikediaman

kepala desa Sukosari Bondowoso

E. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan selama 1 bulan, yaitu pada bulan maret

sampai april 2020

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

mengumpulkan data. Instrumen penelitian berupa : kuesioner, formulir

observasi, formulir-formulir lain berkaitan dengan pencatatan data dan

sebagainya 62. Pada penelitian ini peneliti menggunakan instrumen adalah

lembar SOP dan leaflet yang diberikan kepada responden untuk di pelajari.

Gendongan kanguru, Timbangan bayi, dan lembar observasi yang di

observasi oleh peneliti kepada responden sebelum dan sesudah melakukan

perawatan metode kanguru mother care (KMC) dan incubator.

61
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (P. P. Lestari (ed.); 4th ed.).
Salemba Medika.
62
Soekidjo Notoatmodjo. (2018). Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
47

G. Prosedur Pengumpulan Data

Pengambilan data dilakukan dengan melakukan prosedur sebagai berikut :

1. Mengurus surat pengantar penelitian ke Dekan Fakultas Kesehatan

Universitas Nurul Jadid Paiton, Probolinggo

2. Memberikan surat permohonan ijin melakukan penelitian di Badan

Kesehatan Bangsa & Politik di Kabupaten Bondowoso.

3. Setelah menerima surat balasan atau ijin dari Bakesbangpol, peneliti

memberikan surat permohonan meminta data ke RSUD dr.H. Koesnadi

Bondowoso di paviliun seruni dan instalasi rekam medik untuk

menentukan populasi dan sampel.

4. Menentukan narasumber acara pelatihan perawatan metode kanguru

mother care (KMC) dengan ketentuan:

a. Perawat yang memiliki STR

b. Perawat yang memiliki pengalaman dipelayanan kesehatan

c. Perawat yang bekerja diruangan paviliun seruni dengan

pengalaman kurang lebih minimal 1 tahun.

d. Perawat yang bekerja di RSUD dr.H. Koesnadi Bondowoso

e. Perawat yang pernah mengikuti pelatihan manegement perawatan

metode kanguru mother care (KMC)

5. Menentukan tempat acara pelatihan

6. Ijin penelitian di kabupaten bondowoso

7. Setelah mendapatkan ijin penelitian mulai melakukan penelitian

dikabupaten bondowoso dan melakukan pengumpulan data.


48

8. Melakukan pengumpulan data dengan cara:

a. Peneliti utama dibantu oleh enumerator/asisten peneliti untuk

mengumpulkan calon responden.

b. Peneliti utama melakukan FGD (Focus Group Discussion) dengan

asisten peneliti terkait SOP penelitian.

c. Peneliti utama melakukan pendampingan secara acak pada

enumerator dalam penelitian, untuk meminimalisir bias dalam

penelitian.

d. Peneliti memberikan surat pernyataan menjadi responden.

e. Setelah memberikan penjelasan, peneliti meminta kesedian klien

menjadi responden.

f. Memberikan penjelasan pada kelompok metode kanguru mother

care (KMC) tentang prosedur dalam melakukan KMC selama

penelitian dilaksanakan

1) Pada kelompok metode kanguru mother care (KMC)

a. Memberikan edukasi terhadap terhadap ibu responden

b. Observasi pre tindakan : penimbangan berat badan bayi

BBLR sebelum dilakukan intervensi KMC.

c. Memberikan intervensi perwatan KMC

d. Observasi post tindakan : menimbang berat badan bayi

BBLR sesudah dilakukan intervensi KMC.

e. Peneliti mengobservasi hasil intervensi


49

f. Setelah lembar observasi terkumpul peneliti melakukan

analisa data

g. Langkah terakhir adalah penyusunan laporan hasil

penelitian

2) Pada kelompok incubator

a. Memberikan edukasi terhadap ibu responden

b. Observasi pre tindakan : penimbangan berat badan bayi

BBLR sebelum dilakukan intervensi incubator

c. Memberikan intervensi berupa pemantauan bayi di

incubator

d. Observasi post tindakan : menimbang berat badan bayi

BBLR sesudah dilakukan intervensi incubator

e. Peneliti mengobservasi hasil intervensi

f. Setelah lembar observasi terkumpul peneliti melakukan

analisa data

g. Langkah terakhir adalah penyusunan laporan hasil

penelitian
50

H. Analisa Data Penelitian

1. Pengolahan Data

Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan pegolahan data yaitu

dengan cara :

a. Editing

Editing merupakan Peneliti meneliti kembali apakah isian

dalam lembar informed consent dan formulir observasi dengan cara

memeriksa kelengkapan, kesalahan pengisian, dan konsisten

sehingga apabila ada kekurangan bisa segera dilengkapi.

b. Coding

       Peneliti mengklasifikasikan jawaban dari masing-masing

responden diganti kedalam bentuk katagori 63. Setelah jawaban dari

masing-masing responden terkumpul lalu diganti kedalam bentuk

kode untuk memudahkan peneliti melakukan uji SPSS. Dalam

penelitian ini adalah pada hasil penimbangan berat badan bayi

BBLR.

c. Entry data

Peneliti memasukkan data dengan cara menggunakan bantuan

komputer program SPSS.

d. Cleaning
63
Soekidjo Notoatmodjo. (2018). Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
51

Peneliti melakukan proses pengecekkan data untuk

menyakinkan bahwa data yang dimasukkan betul-betul bersih dari

kesalahan.

2. Analisa Data

Proses analisa data dilakukan terutama untuk menjawab tujuan

penelitian untuk melakukan pengujian hipotesis, analisa data yang

dilakukan adalah:

a. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah analisis yang bertujuan menganalisa

setiap variabel dari hasil penelitian, analisis univariat bertujuan

untuk menjelaskan dan mendeskripsikan krakteristik setiap

variabel.

b. Analisa Bivariat

Analisa ini menggunakan bivariat karena mempunyai dua

variabel dan menggunakan skala rasio yang diperoleh dan

dimasukkan dalam lembar observasi, selanjutnya dilakukan

penganalisaan dengan mentabulasi data, untuk melihat peningkatan

berat badan bayi BBLR pretest dan postest, dengan menggunakan

kelompok intervensi A dan kelompok intervensi B, peneliti

menggunakan uji statistik uji T berpasangan ( Uji pairet t-test )64.

Dalam penelitian ini analisa bivariatnya efektivitas perawatan

metode kanguru mother care (KMC) dan incubator terhadap


64
Nursalam. (2017).
52

peningkatan berat badan pada bayi berat badan lahir rendah

(BBLR)

I. Etika Penelitian

Masalah etika pada penelitian yang menggunakan objek manusia

menjadi isu sentral yang berkembang saat ini. Pada penelitian ilmu

keperawatan dengan menekankan masalah etika meliputi :

1. Informed consent (lembar persetujuan menjadi responden)

Lembar persetujuan informed consent diedarkan sebelum peneliti

melaksanakan kepada seluruh objek yang akan diteliti, hal ini bertujuan

supaya responden mengetahui maksud dan tujuan peneliti dan

mengetahui dampak yang akan terjadi pada pengumpulan data. Jika

responden bersedia diteliti, maka mereka harus menandatangani lembar

persetujuan tersebut, tetapi jika tidak bersedia untuk diteliti, peneliti

harus menghormati hak-hak klien.

2. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasian informasi yang telah dikumpulkan dari responden

dijamin kerahasian oleh peneliti. Hanya data-data tertentu saja yang

akan disajikan atau dilaporkan sebagai peneliti, seperti pengisian data

ke excel dengan menggunakan nama inisial.

3. Respect for human dignity


53

Responden berhak untuk menentukan dirinya sendiri, dan

mendapatkan informasi lengkap diantaranya mengenai tujuan, cara

penelitian, cara pelaksanaan, manfaat penelitian, dan hal-hal lain yang

berkaitan dengan penelitian.

4. Respect for justice an inclusiveness

Setiap responden berhak mendapatkan perlakuan adil dan dijaga

privasinya

5. Balacing harms and benefits

Peneliti meyakinkan responden bahwa penelitian ini bebas bahaya,

tidak bersifat memaksa melainkan sukarela, manfaat yang dirasakan,

dan tidak menimbulkan resiko 65.

65
Soekidjo Notoatmodjo. (2018). Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Data Umum

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ibu Pada

Kelompok Perawatan Metode Kanguru Mother Care (KMC)

Dan Incubator

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Ibu


Di RSUD dr.H.Koesnadi Bondowoso

Kelompok Kanguru Kelompok Incubator


No Usia ibu
F % f %
1. < 20 2 13,3 2 13,3
2. 20-35 11 73,3 12 80,0
3. >35 2 13,3 1 6,7
Total 15 100 15 100
Berdasarkan Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 15 responden pada

kelompok kanguru mother care (KMC) mayoritas ber usia 20-35 tahun

sebanyak 11 responden dengan presentase (73,3%). Sedangkan 15

responden pada kelompok incubator mayoritas ber usia 20-35  tahun

sebanyak 12 responden dengan presentase (80,0%).

54
55

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Kehamilan Pada

Kelompok Perawatan Metode Kanguru Mother Care (KMC)

Dan Incubator

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia


Kehamilan Di RSUD dr.H.Koesnadi Bondowoso

Usia Kelompok Kanguru Kelompok Incubator


No
kehamilan F % f %
1. < 37 10 66,7 11 73,3
2. > 37 5 33,3 4 26,7
Total 15 100 15 100
Berdasarkan Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 15 responden pada

kelompok kanguru mother care (KMC) mayoritas usia kehamilan ibu

<37 sebanyak 10 responden dengan presentase (66,7%). Sedangkan 15

responden pada kelompok incubator mayoritas mayoritas usia

kehamilan <37 sebanyak 11 responden dengan presentase (73,3%).

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada

Kelompok Perawatan Metode Kanguru Mother Care (KMC)

Dan Incubator

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis


Kelamin Di RSUD dr.H.Koesnadi Bondowoso

Kelompok Kanguru Kelompok Incubator


No Jenis kelamin
F % f %
1. perempuan 10 66,7 11 73,3
2. Laki-laki 5 33,3 4 26,7
Total 15 100 15 100
Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 15 responden pada

kelompok kanguru mother care (KMC) mayoritas berjenis kelamin

perempuan sebanyak 10 responden dengan presentase (66,7%).

Sedangkan 15 responden pada kelompok incubator mayoritas berjenis

kelamin perempuan sebanyak 11 responden dengan presentase (73,3%).


56

d. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pada Kelompok Perawatan Metode Kanguru Mother Care

(KMC) Dan Incubator

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat


Pendidikan Di RSUD dr.H.Koesnadi Bondowoso

Tingkat Kelompok Kanguru Kelompok Incubator


No
pendidikan F % f %
1. SD 9 60,0 10 66,7
2. SMP/MTS 4 26,7 3 20,0
3. SMA - - 1 6,7
4. SARJANA 2 13,3 1 6,7
Total 15 100 15 100
Berdasarkan Tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 15 responden pada

kelompok kanguru mayoritas berpendidikan SD sebanyak 9 responden

dengan presentase (60,0%). Sedangkan 15 responden pada kelompok

incubator mayoritas berpendidikan SD sebanyak 10 responden dengan

presentase (66,7%).
57

2. Analisa Univariat

a. Data BBLR Pada Kelompok Kanguru Mother Care (KMC)

Sebelum Dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Tabel 5.5 Distribusi Peningkatan Berat Badan Bayi BBLR Sebelum


Dan Sesudah Dilakukan Metode Kanguru Mother Care (KMC) Di
RSUD dr.H.Koesnadi Bondowoso Tahun 2020

Hari BB Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi


No BBLR
F % f %
1 Hari 1 4 2 13,3 - -
5 11 73,3 4 26,7
6 2 13,3 11 73,3

2 Hari 2 5 4 26,7 1 6,7


6 11 73,3 4 26,7
7 - - 10 66,7

3 Hari 3 5 1 6,7 - -
6 4 26,7 2 13,3
7 10 66,7 3 20,0
8 - - 10 66,7
Total 15 100 15 100
Pada hari pertama sebelum dilakukan metode kanguru mother care

(KMC) terdapat 2 responden ( 13,3 %) dengan berat badan bayi BBLR

(3000-3100) sedangkan setelah dilakukan metode kanguru mother care

(KMC) terdapat 11 responden (73,3 %) yang mengalami peningkatan

berat badan bayi BBLR (3000-3100).

Pada hari ke 2 sebelum dilakukan metode kanguru mother care

(KMC) terdapat 11 responden ( 73,3 %) dengan berat badan bayi BBLR

(3000-3100) setelah dilakukan metode kanguru mother care (KMC)

terdapat 10 responden (66,7 %) yang mengalami peningkatan berat

badan bayi BBLR (3100-3200)


58

Pada hari ke 3 sebelum dilakukan metode kanguru mother care

(KMC) terdapat 10 responden ( 66,7 %) dengan berat badan bayi BBLR

(3100-3200) setelah dilakukan metode kanguru mother care (KMC)

terdapat 10 responden (66,7 %) mengalami peningkatan berat badan

bayi BBLR (3200-3300).

b. Data BBLR Pada Kelompok incubator Sebelum Dan Sesudah

Diberikan Perlakuan

Tabel 5.6 Distribusi Peningkatan Berat Badan Bayi BBLR Sebelum


Dan Sesudah Dilakukan incubator Di RSUD dr.H.Koesnadi
Bondowoso
Hari BB Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi
No BBLR
F % f %
1 Hari 1 3 5 33,3 3 20,0
4 10 66,7 5 33,3
5 - - 7 46,7

2 Hari 2 3 3 20,0 1 6,7


4 5 33,3 2 13,3
5 7 46,7 11 73,3
6 - - 1 6,7

3 Hari 3 3 1 6,7 - -
4 2 13,3 3 20,0
5 11 73,3 4 26,7
6 1 6,7 8 53,3
Total 15 100 15 100
Pada hari pertama sebelum dilakukan incubator terdapat 10

responden (66,7%) dengan berat badan bayi BBLR (1300-1400) setelah

dilakukan incubator terdapat 7 responden (46,7%) yang mengalami

peningkatan berat badan bayi BBLR (1400-1500).

Pada hari ke 2 sebelum dilakukan incubator terdapat 7 responden

( 46,7 %) dengan berat badan bayi BBLR (1400-1500) setelah


59

dilakukan incubator terdapat 11 responden (73,3 %) yang mengalami

peningkatan berat badan bayi BBLR (1400-1500).

Pada hari ke 3 sebelum dilakukan incubator terdapat 11 responden (

73,3 %) dengan berat badan bayi BBLR (1400-1500) setelah dilakukan

incubator terdapat 8 responden (53,3%) yang mengalami peningkatan

berat badan bayi BBLR (1500-1600).

3. Analisa Bivariat

a. Data peningkatan berat bada bayi BBLR pada kelompok

kanguru mhother care (KMC) sebelum dan sesudah diberikan

perlakuan.

Tabel 5.7 Data berat badan pada bayi BBLR sebelum dan sesudah
dilakukan metode kanguru mother care (KMC) pada kelompok
metode kanguru mother care (KMC)

N Sebelum sesudah n P
o Value
Mean ± SD Mean ± SD
1 Hari 1 5,00 ± 53452 5,73 ± 45774 15 0,000
2 Hari 2 5,73 ± 45774 6,60 ± 63246 15 0,000
3 Hari 3 6,60 ± 63246 75,3 ± 74322 15 0,000
60

Berdasarkan tabel 5.7 di atas menunjukkan bahwa pada hari ke

pertama berat badan bayi BBLR sebelum di lakukan metode kanguru

mother care (KMC) dengan nilai rata-rata mean 5,00 nilai SD (standart

deviasi) 53452, sedangkan berat badan bayi BBLR setelah di lakukan

metode kanguru mothe care (KMC) dengan nilai rata-rata mean 5,73

nilai SD (standart deviasi) 45774, hasil nilai P-value sebesar 0,000 yang

berarti p<0,05 maka kesimpulannya Ha diterima yang berarti ada

pengaruh yang signifikan sebelum dan sesudah di berikan intervensi

metode kanguru mother care (KMC). Hasil pada hari ke 2 berat

badan bayi BBLR sebelum di lakukan metode kanguru mother care

(KMC) dengan nilai rata-rata mean 5,73 nilai SD (standart deviasi)

45774, sedangkan berat badan bayi BBLR sesudah di lakukan metode

kanguru mother care (KMC) dengan nilai rata-rata mean 6,60 nilai SD

(standart deviasi) 63246, hasil nilai P-value sebesar 0,000 yang berarti

p<0,05 maka kesimpulannya Ha diterima yang berarti ada pengaruh

yang signifikan sebelum dan sesudah di berikan intervensi metode

kanguru mother care (KMC).


61

b. Hasil pada hari ke 3 berat badan bayi BBLR sebelum di

lakukan metode kanguru mother care (KMC) dengan nilai rata-rata

mean 6,60 nilai SD (standart deviasi) 63246, sedangkan berat

badan bayi BBLRs sesudah di lakukan metode kanguru mother

care (KMC) dengan nilai rata-rata mean 75,3 nilai SD (standart

deviasi) 74322, hasil nilai P-value sebesar 0,000 yang berarti

p<0,05 maka kesimpulannya Ha diterima yang berarti ada

pengaruh yang signifikan sebelum dan sesudah di berikan

intervensi metode kanguru mother care (KMC).Data peningkatan

berat bada bayi BBLR pada kelompok incubator belum dan

sesudah diberikan perlakuan.

Tabel 5.8 Data berat badan pada bayi BBLR sebelum dan sesudah
dilakukan incubator pada kelompok incubator

No Sebelum sesudah n P
Value
Mean ± SD Mean ± SD
1 Hari 1 3,66 ± 48795 4,26 ± 79881 15 0,000
2 Hari 2 4,26 ± 79881 4,80 ± 67612 15 0,001
3 Hari 3 4,80 ± 67612 5,33± 81650 15 0,001
Berdasarkan tabel 5.12 di atas menunjukkan bahwa pada hari ke

pertama berat badan bayi BBLR sebelum di lakukan incubator dengan

nilai rata-rata mean 3,66 nilai SD (standart deviasi) 48795, sedangkan

berat badan bayi BBLR setelah di lakukan incubator dengan nilai rata-

rata mean 4,26 nilai SD (standart deviasi) 79881, hasil nilai P-value

sebesar 0,000 yang berarti p<0,05 maka kesimpulannya Ha diterima

yang berarti ada pengaruh yang signifikan sebelum dan sesudah di

berikan intervensi incubator.


62

Pada hari ke 2 berat badan bayi BBLR sebelum di lakukan

incubator dengan nilai rata-rata mean 4,26 nilai SD (standart deviasi)

79881, sedangkan berat badan bayi BBLR setelah di lakukan incubator

dengan nilai rata-rata mean 4,80 nilai SD (standart deviasi) 67612, hasil

nilai P-value sebesar 0,001 yang berarti p<0,05 maka kesimpulannya

Ha diterima yang berarti ada pengaruh yang signifikan sebelum dan

sesudah di berikan intervensi incubator.

Pada hari ke 3 berat badan bayi BBLR sebelum di lakukan

incubator dengan nilai rata-rata mean 4,80 nilai SD (standart deviasi)

67612, sedangkan berat badan bayi BBLR setelah di lakukan incubator

dengan nilai rata-rata mean 5,33 nilai SD (standart deviasi) 81650, hasil

nilai P-value sebesar 0,001 yang berarti p<0,05 maka kesimpulannya

Ha diterima yang berarti ada pengaruh yang signifikan sebelum dan

sesudah di berikan intervensi incubator.

c. Perbandingan berat badan bayi BBLR sebelum dan sesudah

diberikan perlakuan pada kelompok metode kanguru mother

care (KMC) dan incubator

Tabel 5.9 Hasil Uji Statistik Independent T-Test Pada Kelompok


metode kanguru mother care (KMC) dan incubator

Berat badan bayi


Mean SD SE P-value N
BBLR
Kelompok
7,53 74322 19190
Kanguru 0,037 30
Kelompok incubator 5,33 81650 21082
63

Berdasarkan tabel 5.13 hasil analisa uji t-test independent pada

post test kelompok metode kanguru mother care (KMC) diperoleh nilai

rerata adalah 7,53 dan rerata incubator adalah 5,33 dengan nilai p value

0,037 (p value>0,05) dapat disimpulkan tidak ada perbedaan secara

signifikan pada kelompok metode kanguru mother care (KMC) dan

incubator.

Dan dengan demikian dari kedua teknik tersebut lebih efektif

terhadap peningkatan berat badan bayi BBLR yaitu dengan

menggunakan metode kanguru mother care (KMC)

B. PEMBAHASAN

1. Analisis Karasteristik Responden Berdasakan Usia ibu, Usia

Kehamilan, Jenis kelamin dan Pendidikan.

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Ibu

Berdasarkan hasil penelitian pada bulan april 2020 di RSUD

dr.H.Koesnadi Bondowoso di dapatkan usia ibu responden pada

kelompok kanguru mother care (KMC) mayoritas ber usia 20-35

tahun sebanyak 11 responden dengan presentase (73,3%).

Sedangkan 15 responden pada kelompok incubator mayoritas ber

usia 20-35  tahun sebanyak 12 responden dengan presentase

(80,0%).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa

usia ibu responden yang memiliki bayi BBLR mayoritas berumur

20-35 tahun yang merupakan sudah ideal untuk menikah dan


64

bereproduksi karena organ-organ reproduksi sudah matang. Selain

itu, merupaka usia yang sudah siap untuk menerima kehamilan

maka dapat disimpulkan bahwa usia ibu tidak ada pengaruh

terhadap melahirkan bayi BBLR.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahinda et al., 201766.

Pada usia 20-35 tahun adalah usia yang ideal untuk menikah dan

bereproduksi karena organ-organ reproduksi sudah matang. Selain

itu, secara fisik maupun psikologis ibu sudah siap untuk mengalami

perubahan-perubahan dalam kehamilannya. Sedangkan pada usia

<20 tahun adalah usia yang kurang baik untuk bereproduksi karena

organ reproduksi yang dimiliki oleh wanita pada usia tersebut

belum matang dan belum siap menerima kehamilan dan pada ibu

hamil dengan usia >35 tahun juga dianggap usia berisiko

dikarenakan ibu hamil dengan usia tersebut memiliki kemungkinan

lebih besar memiliki resiko melahirkan bayi BBLR, karena pada

usia tersebut mendekati menopouse .

Dan usia ibu kurang dari 20 tahun mempunyai peluang 1,27

kali untuk melahirkan bayi dengan BBLR dibandingkan dengan

usia ibu 20-35 tahun dan usia ibu lebih dari 35 tahun mempunyai

66
Rahinda, Denna, Yulia Fanni, and Merryana Adriani. 2017. “Hubungan Usia Gestasi Dan Kadar
Hemoglobin Trimester 3 Kehamilan Dengan Berat Lahir Bayi Correlation Between Gestational
Age and Hemoglobin Level on 3rd Trimester of Pregnancy with Birth Weight of Infants.” : 162–
71.
65

peluang 2,10 kali untuk melahirkan bayi dengan BBLR

dibandingkan dengan usia 20-35 tahun.67

Hal ini juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh

Yulia, dkk pada tahun 2019 diketahui dari 63 Ibu yang mengalami

BBLR di RSU Mitra Medika Medan Periode 2017 terdapat

kategori usia dengan frekuensi tertinggi yang mengalami BBLR

mayoritas ada pada usia 20-35 tahun yaitu 47 responden (74,6%),

sedangkan yang pada usia <20 tahun 5 responden (7,9%) dan pada

usia >35 tahun 11 responden (17,5%)68.

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Kehamilan

Berdasarkan hasil penelitian pada bulan april 2020 di RSUD

dr.H.Koesnadi Bondowoso di dapatkan usia kehamilan pada

kelompok kanguru mother care (KMC) mayoritas usia kehamilan

ibu <37 sebanyak 10 responden dengan presentase (66,7%).

Sedangkan 15 responden pada kelompok incubator mayoritas

mayoritas usia kehamilan <37 sebanyak 11 responden dengan

presentase (73,3%).

Dan yang peneliti peroleh diatas peneliti berpendapat

bahwasanya pada umur kehamilan ibu kurang (<37 minggu)

67
Kusparlina, E. P. (2016). Hubungan Antara Umur Dan Status Gizi Ibu Berdasarkan Ukuran
Lingkar Lengan Atas Dengan Jenis BBLR. Jurnal Penelitian Kesehatan “SUARA
FORIKES” (Journal of Health Research “Forikes Voice”), 7(1), 21–26.

68
Susanti, Yulia, Asnawi Abdullah, and Nizam Ismail. 2019. “Analisis Faktor Resiko Kejadian
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Dirumah Sakit Ibu Dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2015-
2017.” Jurnal Kesehatan Cahadum 1(3): 41–51.
66

mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan janin belum

optimal, dan hal tersebut dapat disimpulkan usia kehamilan ibu

berpenagaruh terhadap kelahiran bayi BBLR.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sholiha & Sumarmi,

2014.69 Bayi yang terlahir saat <37 minggu dapat mengganggu

pembentukan sistem penimbunan lemak pada subkutan sehingga

bayi berisiko memiliki berat lahir kurang dari 2.500 gram. Begitu

pula dengan fungsi organ pernafasan yang belum optimal sehingga

bayi BBLR berisiko tinggi mengalami kematian.

Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Oktavia & Yustanti, 201870.
Didapat dari 52 responden yang mengalami kejadian BBLR, pada usia kehamilan
tidak aterm sebanyak 32 responden (43,2%) sedangkan pada usia kehamilan aterm
sebanyak 20 responden (19,2%).

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian pada bulan april 2020 di RSUD

dr.H.Koesnadi Bondowoso didapatkan jenis kelamin responden

pada kelompok kanguru mother care (KMC) mayoritas berjenis

kelamin perempuan sebanyak 10 responden dengan presentase

(66,7%). Sedangkan 15 responden pada kelompok incubator

mayoritas berjenis kelamin perempuan sebanyak 11 responden

dengan presentase (73,3%).

69
Sholiha, H., & Sumarmi, S. (2014). Analisis Resiko Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
Pada Primigravida. 2007.
70
Oktavia, L., & Yustanti, E. (2018). Kejadian Berat Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Ditinjau
Dari Usia Kehamilan Dan Usia Ibu Di RSUD DR. Ibnu Sutowo Baturaja. 3(1), 6–10.
67

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti didapatkan

bahwa jenis kelamin bayi BBLR mayoritas perempuan, dimana

bayi laki-laki cenderung memiliki cendrung lahir kurang bulan

dibandingkan bayi perempuan maka dapat disimpulkan

bahwasanya jenis kelamin pada bayi tidak ada pengaruh terhadap

bayi BBLR.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Septa &

Darmawan, 201671. Mengemukakan bahwa bayi laki-laki

cenderung lahir kurang bulan dibandingkan bayi perempuan, akan

tetapi bayi laki-laki cenderung memiliki berat lahir lebih tinggi

dibandingkan perempuan, bayi laki-laki cenderung lebih berat

mungkin disebabkan oleh efek hormon androgen.

Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Ekasari,

201872. Didapatkan dari 111 responden yaitu bayi BBLR 51

responden (45,9%) berjenis kelamin laki–laki, sedangkan 60

responden (54,1%) berjenis kelamin perempuan

d. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Septa, Wira, and M T S Darmawan. 2016. “Faktor Risiko Bayi Berat Badan Lahir Rendah Di RS
71

PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2016.” Jurnal Kesehatan 3: 45–51.

72
Ekasari, W. U. (2018). Analisis Faktor Resiko Usia Ibu Dan Jenis Kelamin Bayi Terhadap
Berat Badan Lahir Rendah Pada Bayi Baru Lahir. Jurnal Kesehatan Ibu Dan Anak, 3.
68

Berdasarkan hasil penelitian pada bulan april 2020 di RSUD

dr.H.Koesnadi Bondowoso didapatkan tingkat pendidian responden

pada kelompok kanguru mother care (KMC) mayoritas

berpendidikan SD sebanyak 9 responden dengan presentase

(60,0%). Sedangkan 15 responden pada kelompok incubator

mayoritas berpendidikan SD sebanyak 10 responden dengan

presentase (66,7%).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti didapatkan

mayoritas pendidikan ibu responden bayi BBLR adalah

berpendidikan SD, yaitu dapat dikatagorikan berpendidikan rendah,

dimana pendidikan itu sangat penting karena berkaitan dengan

pengetahuan dan akan berpengaruh terhadap pemilihan bahan

makanan dan pemenuhan gizi selama kehamilan. maka dapat

disimpulkan bahwa pendidikan yang rendah berpengaruh terhadap

kelahiran bayi BBLR.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Haryanti, 201973. Dimana

pendidikan merupakan salah satu faktor ekonomi yang berperan

terhadap BBLR. Tingkat pendidikan seorang ibu akan sangat

berpengaruh dalam penerimaan informasi yang diterima.

Pendidikan berkaitan dengan pengetahuan dan akan berpengaruh

terhadap pemilihan bahan makanan dan pemenuhan gizi selama

kehamilan karena kebutuhan gizi meningkat pada kondisi hamil


73
Haryanti, Susi Yunita. 2019. “Anemia Dan Kek Pada Ibu Hamil Sebagai Faktor Risiko Kejadian
Bayi Berat Lahir Rendah (Bblr) (Studi Di Wilayah Kerja Puskesmas Juwana Kabupaten Pati).”
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal) 7(1): 322–29.
69

agar metabolisme meningkat serta kebutuhan untuk persiapan

produksi ASI dan tumbuh kembang janin. Ibu dengan pendidikan

yang tinggi akan melakukan hal-hal yang diperlukan oleh bayi. Ibu

hamil yang berpendidikan rendah cenderung kurang

memperhatikan kesehatan diri dan kehamilannya, sedangkan ibu

hamil yang berpendidikan lebih tinggi cenderung lebih

memperhatikan kesehatan diri dan keluargannya.

Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh

Maidartati, 201974. Didapatkan bahwa mayoritas tingkat pendidikan

ibu yang berada pada kategori tinggi yaitu pendidikan rendah 47

(56,6%) dan pendidikan tinggi 36 (43,4%) Dikategori kan

Pendidikan dikatakan rendah jika kategori pendidikan SD dan SMP

sedangkan pendidikan tinggi jika SMA dan perguruan tinggi.

2. Analisis Perbedaan Berat Badan Bayi BBLR Sebelum Dan Sesudah

Dilakukan Intervensi Pada Kelompok Kanguru Mother Care

(KMC).

Berdasarkan dan hasil uji SPSS menghasilkan nilai berat badan

bayi BBLR rata-rata sebelum dan sesudah pada observasi yang

dilakukan sebanyak 3 kali perlakuan. Bahwa ada perbedaan sebelum

dan sesudah dilakukan intervensi kanguru mother care (KMC).

74
Maidartati. 2019. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) Di RSUD Kota Bandung.” Faktor-Faktor Yang BerhubunganDengan
Kejadian Bayi BeratLahir Rendah (BBLR) di RSUD Kota Bandung 7(2): 323–28.
http://ejurnal.ars.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/139/138.
70

Hasil penelitian ini, dapat dilihat nilai probabilitas penelitian ini

adalah p=0.000 pada kelompok kanguru mother care (KMC)

(α=<0,05), maka kesimpulannya adalah Ha diterima dan H0 ditolak,

yang berarti ada pengaruh signifikan sebelum dan sesudah dilakukan

intervensi metode kanguru mother care (KMC) pada bayi BBLR di

RSUD dr.H.Koesnadi Bondowoso. Hal ini diperkuat oleh penelitian

yang dilakukan oleh Dhilon et al., 201975 yang menyatakan bahwa rata-

rata berat badan bayi sebelum dilakukan metode kangguru sebesar

2068,50 gram, sedangkan berat badan bayi setelah dilakukan dilakukan

metode kangguru meningkat menjadi 2516,50 gram, sehingga terjadi

peningkatan sebesar 448,0 gram.

Dari hasil penelitian tersebut peneliti berpendapat bahwasanya

metode kangguru dapat memberikan hasil yang positif bagi berat badan

bayi baru lahir. Selain itu metode kangguru merupakan metode yang

sangat mudah dilakukan oleh seorang ibu dan dapat menambah

kedekatan emosional antara ibu dan anak. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Astuti & Ilmu, 201876. Bahwasanya

perawatan metode kanguru mother care (KMC) merupakan salah satu

perawatan suportif dengan cara perawatan yang murah, mudah, dan

aman untuk merawat bayi berat lahir rendah dan juga merupakan cara

yang efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang paling mendasar


75
Dhilon, D. A., Fitri, E., Pahlawan, U., Tambusai, T., Doppler, J., Pahlawan, U., & Tambusai, T.
(2019). Pengaruh Perawatan Metode Kanguru Terhadap Kenaikan Berat Badan Pada Bayi Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) Di RSUD Sekabupaten Kampar Tahun 2018. 3(1), 1–11.
76
Astuti, Dwi, and S I Ilmu. 2018. “Efektivitas Kangoroo Mother Care Terhadap Average Length
of Stay ( Avlos ) Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah.” The 8th University Research Colloquium
Universitas Muhammadiyah Purwokerto: 236–42.
71

yaitu kehangatan, air susu ibu, perlindungan dari infeksi, dan kasih

sayang.

Dimana perawatan metode kanguru mother care (KMC)

merupakan perawatan untuk bayi prematur atau BBLR yang dilakukan

dengan meletakan bayi diatara kedua payudara ibu sehingga terjadi

kontak langsung antara kulit ibu dengan kulit bayi (skin to skin

contact)77. Menurut peneliti metode kangguru ini merupakan metode

yang sangat mudah dilakukan tapi memberikan dampak yang baik bagi

kesehatan bayi sehingga dapat diterima oleh ibu yang baru melahirkan

Berdasarkan hasil penelitian diatas peneliti berpendapat bahwasanya

metode kangguru sangat perlu diimplementasikan bagi orang tua yang

bayinya mengalami berat badan rendah untuk membantu meningkatkan

berat badan bayi yang dibawah dari angka normal. Metode kangguru

merupakan metode yang sangat efektif dan mudah untuk membantu

meningkatkan berat badan bayi menjadi normal kembali. Selain dapat

membantu meningkatkan berat badan bayi, kontak langsung antara kulit

bayi dan kulit sang ibu dalam metode kangguru ini juga dapat

mempererat hubungan emosianal dan kedekatan antara ibu dan anak.

Oleh karena itu sangat penting metode kangguru ini dilakukan bagi

semua ibu yang baru melahirkan khususnya bagi ibu yang bayinya

mengalami BBLR.

Yelmi, Silvia. 2015. “Pengaruh Perawatan Metode Kanguru Terhadap Perubahan Berat Badan
77

Bayi Lahir Rendah.” Jurnal Ipteks Terapan 9(1): 1–10.


72

3. Analisis Perbedaan Berat Badan Bayi BBLR Sebelum Dan Sesudah

Dilakukan Intervensi Pada Kelompok Incubator

Berdasarkan dan hasil uji SPSS menghasilkan nilai berat badan

bayi BBLR rata-rata sebelum dan sesudah pada observasi yang

dilakukan sebanyak 3 kali perlakuan. Bahwa ada perbedaan sebelum

dan sesudah dilakukan intervensi incubator.

Hasil penelitian ini, dapat dilihat nilai probabilitas penelitian ini

adalah p=0,001 pada kelompok incubator (α=<0,05), maka

kesimpulannya adalah Ha diterima dan H0 ditolak, berarti ada pengaruh

yang signifikan sebelum dan sesudah di berikan intervensi incubator

pada bayi BBLR di RSUD dr.H.Koesnadi Bondowoso.

Menurut penelitian yang dilakuaan oleh Rachman, 201678. Dimana

penyebab langsung terjadinya BBLR adalah kurangnya asupan nutrisi

ibu pada saat kehamilan dan kelahiran prematur, dalam menangani

masalah tersebut, Bayi BBLR memerlukan perawatan khusus untuk

mengurangi mortalitas dan morbiditas bayi BBLR, penatalaksanaan

yang umum dilakukan pada bayi BBLR adalah dengan meletakkan

didalam inkubator dan melakukan perawatan metode kanguru mother

care (KMC). Sebelum mengenal perawatan metode kanguru mother

78
Rachman, Fathur Zaini. 2016. “Implementasi Jaringan Sensor Nirkabel Menggunakan Zigbee
Pada Monitoring Tabung Inkubator Bayi.” Jurnal Nasional Teknik Elektro 5(2): 207.
73

care (KMC)) inkubator merupakan alat yang efektif digunakan dalam

perawatan bayi prematur. namun penggunaan inkubator dinilai

menghambat kontak dini antara ibu dan bayinya serta mengganggu

proses pemberian air susu ibu (ASI)79.

Inkubator merupakan salah satu peralatan electromedical

digunakan untuk memberikan perlindungan kepada bayi baru lahir

prematur atau memiliki berat badan lahir rendah dengan menyediakan

suhu yang stabil dan kelembaban, pengaturan suhu stabil di inkubator

bayi sangat diperlukan untuk mencegah hipotermia atau hipertermia

yang akan terjadi pada bayi prematur80.

Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Parasyati &

Wulandari, 201581. Dimana bayi yang mendapatkan perlakuan dengan

metode incubator meningkat 10,44 gram per hari.

4. Analisis Perbandingan Intervensi Metode Kanguru Mother Care

(KMC) dan Incubator Pada Bayi Berat Badan Bayi BBLR

Berdasarkan dan hasil uji SPSS menghasilkan nilai berat badan

bayi BBLR rata-rata sebelum dan sesudah pada observasi yang

79
Habibah, Nur, Indriatie, Anita Joelantina, and Nurhasanah. 2014. “Perbedaan Suhu Tubuh Bayi
Berat Lahir Rendah Yang Menggunakan Inkubator.” Jurnal keperawatan VII(2): 51–54.
80
Fildzah Hidayati, Nur, Endro Yulianto, and Abd Kholiq. 2019. “Baby Incubator Using PID
Control Based on Kangaroo Mode (Kangaroo Mode and Humidity).” Journal of Electronics,
Electromedical, and Medical Informatics (JEEEMI) 1(2): 13–17.

81
Parasyati, G., & Wulandari, S. (2015). Perbedaan Pertumbuhan Bayi BBLR Antara Metode
Kanguru Intermiten Dengan Incubator Di RSUD Pare Kabupaten Kediri. Jurnal Kesehatan,
1, 52–57.
74

dilakukan sebanyak 3 kali perlakuan. Untuk mengetahui apakah ada

perbedaan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi incubator dengan

menggunakan uji t-test independent.

Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa pada perbandingan berat

badan bayi BBLR sebelum dan sesudah dilakukan metode kanguru

mother care (KMC) dan incubator, dimana dapat dilihat pada P.Value

kedua kelompok penelitian mennjukkan nilai probabilitas pada

penelitian ini adalah p=0,037 (p value> 0,05) maka kesimpulannya

tidak ada perbedaan secara signifikan pada kelompok metode kanguru

mother care (KMC) dan incubator di RSUD dr.H.Koesnadi

Bondowoso. Dan dengan demikian dari kedua teknik tersebut lebih

efektif terhadap peningkatan berat badan bayi BBLR yaitu dengan

menggunakan metode kanguru mother care (KMC).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sari, 201882. Perawatan

metode kanguru mother care (KMC) dapat mencegah terjadinya

hipotermi dan dapat peningkatan berat badan pada bayi BBLR karena

tubuh ibu dapat memberi kehangatan kepada bayinya secara terus

menerus dengan cara kontak antara kulit ibu dengan kulit bayi. Selain

itu manfaat Perawatan metode kanguru mother care (KMC)), dan dapat

meningkatkan ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi, memudahkan

bayi dalam memenuhi kebutuhan nutrisi, mencegah infeksi, jantung

82
Sari, Indah Dewi. 2018. “The Effectiveness Of Kangoro Care Method With Support Binder on
Increasing of Low Birth Weigt Of Baby in RSU Haji Medan.” Jurnal Kesehatan 1(1): 15–20
75

bayi stabil, pernafasannya lebih teratur, sehingga penyebaran oksigen

ke seluruh tubuh pun lebih baik.

Dimana bayi dapat tidur dengan nyenyak dan lama, lebih tenang,

lebih jarang menangis dan kenaikan berat badannya menjadi lebih

cepat, mempermudah pemberian ASI, mempererat ikatan batin antara

ibu dan anak, serta dapat memperpendek masa rawat inap dan

mengurangi perawatan dirumah sakit83.

Dan dalam metode perawatan kanguru frekuensi ibu menyusui

secara lebih tertib dan tepat waktu, karena bayi selalu dalam pelukan

ibu dan dalam kondisi saat bayi haus dan membutuhkan menyusui bayi

maka langsung menemukan puting ibu, sehingga itu juga membantu

bayi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi84.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fildzah Hidayati et al.,

201985. Inkubator merupakan salah satu peralatan electromedical

digunakan untuk memberikan perlindungan kepada bayi baru lahir

83
Nurhayati et al. 2019. “Effectiveness of Kangaroo Method to Weight Infants with Low Birth
Weight at the Perinatology Room Dr. Achmad Mochtar Hospital Bukittinggi.” Journal of Physics:
Conference Series 1175(1).
84
Sutha, R, Prachi Yadav, Alka Mathur, and Pratiksha Sachan. 2018. “Assessment of Knowledge
Regarding Kangaroo Mother Care among Primi Gravida Mother Sampling Criteria :” Jurnal
Kesehatan 4(1): 5–8.
85
Fildzah Hidayati, Nur, Endro Yulianto, and Abd Kholiq. 2019. “Baby Incubator Using PID
Control Based on Kangaroo Mode (Kangaroo Mode and Humidity).” Journal of Electronics,
Electromedical, and Medical Informatics (JEEEMI) 1(2): 13–17.
76

prematur atau memiliki berat badan lahir rendah dengan menyediakan

suhu yang stabil dan kelembaban.

Ibu yang memiliki bayi prematur atau kurang bulan akan diletakkan

didalam incubator akan tetapi perawatan bayi dalam inkubator

menyebabkan pemisahan ibu dan bayi yang baru lahir86.

C. KETERBATASAN PENELITIAN

Pada sub bab ini akan memabahas keterbatasan penelitian, dalam penelitian

ini keterbatasan yang dihadapi oleh penelitian adalah sebagai berikut :

1. Populasi dan sampel yang diinginkan penelitian jumlahnya terbatas

karena ada beberapa ibu yang tidak mau untuk mengikuti pelatihan

86
Widianto, Arif et al. 2017. “Pengaruh Pindah Beban Berat Pada Remote Monitoring Sistem
Sederhana Inkubator Bayi.”
77

sehingga peneliti harus mencari kembali responden untuk mencukupi

sampel yang ada.

2. Dalam penelitian ini peneliti kurang maksimal dengan memberikan

edukasi kepada responden dikarenakan ada beberapa hal yang harus ibu

lakukan terhadap anaknya dan ada beberapa bayi yang rewel.

3. Responden yang telah diberikan undangan untuk menghadiri acara

pelatihan tidak semua mengikuti pelatihan dikarenakan keterbatasan

transportasi dan memiliki kesibukan dirumahnya


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai

efektivitas metode kanguru mother care (KMC) dan incubator terhadap

peningkatan berat badan pada bayi BBLR di RSUD dr.H.Koesnadi

Bondowoso, didapatkan kesimpulan seperti berikut :

1. Ada peningkatan berat badan pada bayi BBLR sebelum dan sesudah

dilakukan perawatan metode kanguru mother care (KMC) dan

incubator.

2. Ada pengaruh terhadap peningkatan berat badan pada bayi BBLR

sebelum dan sesudah dilakukan perawatan metode kanguru mother

care (KMC).

3. Ada pengaruh terhadap peningkatan berat badan pada bayi BBLR

sebelum dan sesudah dilakukan perawatan incubator di RSUD dr. H.

Koesnadi Bondowoso.

4. Kesimpulan penelitian ini adalah metode kanguru mother care (KMC)

lebih efektif dibandingkan dengan metode incubator


79

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, saran yang dapat diajukan

antara lain :

1. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dipublikasikan secara luas kepada pihak akademis, sehingga

dapat dijadikan referensi dalam memberikan asuhan keperawatan pada

pasien bayi BBLR. Dan bagi institusi pendidikan agar selalu

meningkatkan dan menggiatkan penelitian terbaru di bidang kesehatan.

2. Bagi Perawat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai intervensi asuhan

keperawatan untuk manajemen pada peningkatan berat badan bayi

BBLR, Dan penelitian ini juga bisa digunakan sebagai acuan dalam

pengembangan keilmuan khususnya ilmu keperawatan anak dalam

perawatan dasar terhadap bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)

3. Bagi (Bidan Praktik Rumah Sakit)

Pemberian metode kanguru mother care (KMC) dan incubator dapat

meningkatkan berat badan bayi BBLR diharapkan mampu menerapkan

kedua intervensi tersebut.

4. Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan serta pengetahuan

bagi responden tentang perawatan metode kanguru mother care (KMC)

terhadap peningkatan berat badan bayi BBLR dengan prosedur yang

tepat dan aman.


80

5. Bagi Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan

dan pengalaman dalam menambah wawasan di bidang penelitian

keperawatan khususnya yang berkaitan dengan peningkatan berat badan

bayi BBLR.

6. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah referensi untuk

penelitian selanjutnya sehingga bisa dijadikan acuan dan tolak ukur

untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan perawatan metode

kanguru mother care (KMC) dan incubator terhadap peningkatan berat

badan pada bayi BBLR


81

Anda mungkin juga menyukai