Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

OMNIPRESENCE PAMONG PRAJA

OLEH:
Muhammad Fathurrahman Azis
Npp: 34.0418

JURUSAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA SEKTOR PUBLIK


FAKULTAS MANAJEMEN PEMERINTAHAN
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

i
KATA PENGANTAR
Bismillahi Rahmanirahim,,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehinggah
makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, penulis memahami bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik serta saran
yang bersikap membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik
dan penulis akan terbuka terhadap saran dan masukan dari semua pihak, akhir kata
penulis mengucapkan terima kasih.

Kendari, 11 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN.....................................................................................3
A. Sejarah Kepemimpinan di Indonesia..............................................................3
B. Pengertian Omnipresence dan Pamong Praja.................................................4
C. Esensi Kepamongprajaan...............................................................................7
D. Pamong Praja Sebagai Agent Of Change Untuk Mewujudkan
Omnipresence.................................................................................................8
BAB III : PENUTUP.............................................................................................9
A. Kesimpulan.....................................................................................................9
B. Saran...............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hingga saat ini, belum terlihat kepemimpinan di Indonesia yang mampu
untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di Indonesia. Dari beragam krisis
yang ada, seperti krisis ekonomi, krisis politik, krisis sosial, krisis budaya hingga
krisis agama. Selain itu, Kepemimpinan di Indonesia juga belum ada yang bisa
untuk melepaskan persoalan kemiskinan, pengangguran, keterbelakangan, ketidak
adilan, kekerasan, hingga penyalah gunaan kekuasaan yang seakan-akan tidak
mau beranjak dari negri ini. Praktek KKN makin merajalela di negeri ini.
Saat ini negara membutuhkan Kepemimpinan dari seorang pemimpin yang
berani, tegas, dan pandai untuk dapat menemukan solusi atas permasalahan yang
dialami oleh “Rakyat”. Bukan dari seorang pemimpin yang loyo dan hanya bisa
turut bersedih atas permasalahan yang di alami rakyat tetapi tidak bisa untuk
memberikan solusi. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ahli filsafat dan tokoh
agama, Romo Franz magnis Suseno.
Karakteristik sosok kepemimpinan transformasional ini menjadi begitu
penting karena kemajuan teknologi informasi plus peningkatan daya pikir prilaku
masyarakat menyebabkan seorang pamong praja tidak boleh ketinggalan jaman
dalam bekerja. Pemimpin atau pamong praja yang transformasional sudah
menjadi jawaban menghadapi globalisasi dan kompleksitas permasalahan dalam
pembangunan masyarakat, oleh karena itu sosok pamong praja juga harus
meningkatkan profesionalisme kerja agar lebih meningkatkan kerakteristik utama
berupa pemberian pelayanan kepada masyarakat yang paripurna. Juga menjadikan
koordinasi sebagai alat utama guna meningkatkan efisiensi pemberian pelayanan
kepada masyarakat.
Pamong praja juga harus memiliki kemampuan dan pengetahuan yang
bersifat umum (generalis) sekaligus juga memiliki keahlian khusus (spesialisasi)
yang bisa diandalkan, memiliki semangat dan jiwa kewiraswastaan guna untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat seperti ulasan lugas David Osborn dalam

1
bukunya Reinventing of Government (mewirausahakan birokrasi), memiliki
kemampuan bernegosiasi dalam arti positif seperti mampu membuat perencanaan
dan penjelasan lengkap untuk di sajikan kepada pemerintah atas agar program
kerja yang di susun mendapatkan dukungan dana tambahan, mampu menjalankan
kepemimpinan yang bersifat mengayomi, adil dan jujur serta berakhlak yang baik
tanpa cacat, mengutamakan kualitas kerja dan kualitas pelayanan prima kepada
masyarakat yang nyata dan bukan hanya di atas kertas, mempunyai strategic
vision dalam mengantisipasi perubahan pemerintahan maupun masyarakat yang
semakin cepat dan mengalami pasang surut artinya memiliki konsep bekerja yang
jelas. Pamong praja harus mampu melahirkan gagasan-gagasan inovatif plus
kreatifitas yang imaginatif dalam pelaksanaan tugastugas pemerintahan yang
diembannya.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang penulis uraikan, banyak permasalahan yang
penulis dapatkan. Permasalahan tersebut antara lain:
1. Bagaimana solusi krisis kepemimpinan di indonesia?
2. Apakah pamong praja mampu menjadi agent of change untuk mewujudkan
omnipresence ?
C. Tujuan
1) Tujuan Umum :
- Untuk lebih mengerti dan memahami bagaimana pamong praja itu
sebenarnya.
2) Tujuan Khusus :
- Meningkatkan pengetahuan tentang pamong praja.
- Meningkatkan kemampuan dalam menganalisa permasalahan yang
terjadi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Kepemimpinan di Indonesia


Didalam banyak kesempatan, sering kita dengar bahwa Negeri ini sudah
kehilangan figur kepemimpinan, generasi yang ada sekarang tidak memiliki
panutan yang bisa dijadikan sebagai sebuah gambaran citra diri yang di
inginkannya. Walaupun dalam pelajaran sejarah atau pendidikan kewarganegaraa
yang diberikan disekolahsekolah, para siswa diberikan gambaran sejarah para
pejuang bangsa, mulai dari zaman penjajahan, sampai perjuangan kemerdekaan,
proklamasi dan seterusnya. tetapi usaha yang dilakukan oleh para pengajar itu
tidak dapat mengisi figur pemimpinan bangsa didalam otak para generasi muda
tersebut.
Jika kita mencoba merefleksikan kembali kepada perjalanan bangsa ini,
dimana diawal berdirinya negara ini dipimpin oleh seorang tokoh yang sangat
dicintai oleh rakyat dimasa pemerintahannya, yaitu Bung Karno. Bung Karno
sangat berjasa dalam memperjuangkan berdirinya negara ini, mulai dari zaman
perjuangan, proklamasi, dan turut serta merancang bentuk sistem pemerintahan.
Memang ada pasang surut dalam perjuangannya, tetapi tidak dapat dinisbikan
bahwa perjuangan yang dilakukan oleh Bung Karno sangat bermanfaat bagi
bangsa ini. Kemudian citra Bung Karno luluh lantak karena adanya petaka
Nasional yang ditandai oleh adanya gerakan G30S. setelah itu citra Bung Karno
merosot, hancur lebur dengan berjalannya waktu, sebagai efek sampingan
tindakan-tindakan reflesif pemerintahan orde baru.
Kemudian Bangsa ini memuja-muja Pak Harto sebagai sebuah figur yang
membanggakan, sebagai seorang tokoh yang memiliki kemampuan yang luar
biasa untuk mengisi kemerdekaan bangsa ini dalam bentuk pembangunan. seluruh
aspek kehidupan di negeri ini mengalami kemajuan pesat selama pemerintahan
Pak Harto, pembanguan fisik terlihat dimana-mana. Tingkat pendidikan
masyarakat juga semakin meningkat. tentu saja hal ini merupakan hasil
perjuangan yang dilakukan dengan format tertentu dengan melakukan tindakan-

3
tindakan yang diperlukan untuk stabilitas nasional. Dengan adanya stabilitas,
maka pembangunan dapat dilakukan dengan baik. Tentu saja ada efek-efek negatif
dari format pembangunan yang dilakukan Pak harto ini. Dengan gerakan
mahasiswa yang didorong oleh beberapa tokoh tokoh nasional, akhirnya Pak
Harto mengundurkan diri.
Setelah pemilu 1999, Sidang Umum MPR mengangkat Gus Dur sebagai
Presiden ke 4. tetapi tidak lama setelah itu, MPR yang sama menjatuhkan Gus
Dur dengan alasan-alasan tertentu. Habibie dan Megawati tidak dapat disebut
sebagai pemimpin nomor satu di negeri ini, karena keduanya hanya melanjutkan
kepemimpinan presiden yang berhenti dan diberhentikan. Pemilu 2004 dan pemilu
2009 yang merupakan pemilu dengan format pemilihan langsung terhadap kepala
negara tersebut, telah menghasilkan SBY- JK ( pemilu 2004) dan SBY- Boediono
(2009) sebagai pemimpin negeri ini. pelaksanaan pemiliu dilaksanakan dengan
lancar, walaupun ada hambatan disana-sini, tetapi secara umum pemilu
dilaksanakan dengan baik. SBY merupakan pemimpin yang masih dapat
dibanggakan oleh bangsa Indonesiasaat ini. sebagai presiden yang dihasilkan dari
sebuah pemilihan langsung oleh rakyat, jadi sudah sepantasnyalah rakyat
Indonesia memiliki rasa kecintaan kepada pemimpinanya.
B. Pengertian Omnipresence dan Pamong Praja
Omnipresence dalam konteks kepemimpinan merujuk pada kemampuan
seorang pemimpin untuk hadir, memengaruhi, dan mengawasi berbagai aspek
dalam organisasi atau timnya dengan cara yang merata dan konsisten. Ini berarti
pemimpin tersebut hadir dan aktif dalam berbagai situasi dan pada berbagai
tingkat organisasi, tanpa terlalu fokus pada satu area atau tugas tertentu.
Kemampuan ini mencerminkan ciri kepemimpinan yang efektif, di mana seorang
pemimpin mampu memahami dan mengendalikan dinamika yang terjadi di
seluruh organisasi atau timnya.
Beberapa aspek penting dari omnipresence dalam kepemimpinan meliputi:

4
1. Keterlibatan: Pemimpin harus terlibat dalam berbagai aktivitas dan interaksi
di seluruh organisasi atau timnya. Mereka harus memahami kebutuhan,
kekhawatiran, dan aspirasi anggota tim mereka.
2. Komunikasi: Pemimpin harus mampu berkomunikasi secara efektif dengan
berbagai pihak, baik anggota tim, rekan-rekan, atau atasan. Mereka harus
hadir untuk mendengarkan dan memberikan arahan yang jelas.
3. Pengawasan: Pemimpin harus mampu mengawasi berbagai aspek organisasi,
termasuk proyek, operasi sehari-hari, dan kinerja anggota tim. Hal ini dapat
melibatkan pemantauan, penilaian, dan tindakan yang diperlukan.
4. Kesadaran situasional: Pemimpin harus memiliki pemahaman yang
mendalam tentang dinamika organisasi, tantangan yang dihadapi, dan peluang
yang ada. Mereka harus mampu merespons secara tepat waktu.
5. Fleksibilitas: Meskipun omnipresence penting, pemimpin juga perlu fleksibel
untuk menyesuaikan fokus dan perhatian mereka sesuai dengan kebutuhan
dan prioritas saat ini.
Omnipresence bukan berarti pemimpin harus mencampuri setiap detail atau
membuat semua keputusan. Sebaliknya, ini tentang membangun hubungan yang
kuat dengan anggota tim, memastikan bahwa semua aspek organisasi berjalan
dengan baik, dan menjadi sumber inspirasi dan panduan dalam berbagai konteks.
Dengan adanya omnipresence, seorang pemimpin dapat menciptakan lingkungan
yang mendukung perkembangan, kerja sama, dan pencapaian tujuan organisasi.
Pamong berasal dari bahasa Jawa yang kata dasarnya adalah among. Kata ini
serupa dengan momong yang artinya mengasuh, misalnya seperti kata
mengemong anak berarti mengasuh anak kecil. Kata momong, ngemongdan
mengasuh merupakan kata yang multidimensional. Sedangkan praja adalah
Pegawai Negeri, Pangreh Praja atau Pegawai Pemerintahan. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia Pamong Praja berarti Pegawai Negeri yang mengurus
pemerintahan Negara.
Kepamongprajaan dengan demikian adalah suatu proses penyelenggaraan
pemerintahan yang dilandasi oleh kepemimpinan atas dasar pengemongan,

5
pengayoman, pelayanan dan pemberdayaan masyarakat, yang dilakukan oleh
sekelompok orang/pegawai/pejabat yang disebut “Pamong Praja”.
Pamong praja adalah mereka yang menyelenggarakan pelayanan
pemerintahan pada organisasi peerintahan lini kewilayahan yang dididik secara
khusus yang meiliki kualifikasi kepemimpinan dan kemampuan manajerial untuk
melayani masyarakat serta konsisten menjaga keutuhan bangsa dan negara,
dengan bidang keahliannya sebagai generalis yang mengkoordinasikan cabang-
cabang pemerintahan lainnya.
Menurut Gaspersz (1997 : 197) figur yang cocok untuk memenuhi tuntutan
masyarakat seperti itu maka Pamong Praja harus mampu menjadi sosok
pemimpin/ kepemimpinan transformasional, yang memiliki karakteristik :
memiliki visi yang kuat; memiliki peta tindakan (map for action), memiliki
kerangka untuk visi (frame for the vision), memiliki kepercayaan diri (self
confidence), berani mengambil resiko, memiliki gaya pribadi inspirasional,
memiliki kemampuan merangsang usaha-usaha individual, kemudian memiliki
kemampuan mengidetifikasi manfaat-manfaat.
Pamong praja atau pangreh praja sebagaimana pengertian secara etimoligis
tersebut di atas mungkin masih relevan pada saat jaman kolonial dan awal
kemerdekaan di mana peran pemerintah masih sangat dominan, sistem
pemerintahan yang sangats entralistik, serta paradigma pemerintahan yang
menempatkan pemerintah sebagai pusat kekuasasaan. Tapi ketika sistem
pemerintahan berubah dan terjadi pergeseran paradigma pemerintahan dari
sentralistik ke desentralistik, kewenangan untuk mengurus juga ada pada rakyat,
rakyat lebih mandiri, maka dengan kondisi ini tentunya pengertian pamong praja
sebagaimana awal berkembangnya sudah berbeda dengan kondisi saat ini, definsi
pamong praja sesuai dengan konteks dan jamannya perlu ditinjau ulang.
Jadi menurut saya pamong praja adalah orang yang memiliki kemampuan
lebih dalam memberikan pelayanan, pengayoman dan pemberdayaan kepada
masyarakat, sehingga masyarakat bisa dan mampu menjadi lebih baik dan
sejahtera sesuai dengan amanat UUD 1945.

6
C. Esensi Kepamongprajaan
Taliziduhu Ndraha (2010), mencoba mengelaborasi dan merumuskan esensi
kepamongprajaan, bicara tentang kepamongprajaan, maka esensinya antara lain:
6. Entitas (nama suatu entitas),
7. Kualitas (perilaku yang terlihat dalam ruang pemerintahan),
8. Nilai atau norma (kekatan yang mengikat), Fungsi kbhinekaan dan
ketunggalikaan),
9. Lembaga atau unit kerja,
10. Struktur kepamongprajaan,
11. Profesi pemerintahan,
12. Pendidikan kepamongprajaan.
Sejalan dengan pandangan Taliziduhu Ndaha di atas dan memperhatikan
sejarah dan perkembangan pamong praja atau kepamongprajaan di Indonesia,
maka setidaknya kepamongprajaan yang akan datang dapat di pandang sebagai:
1. Profesi , yakni merupakan pekerjaan yang memerlukan kompetensi tertentu,
yakni qualified leadership dan managerial administratif, sehingga diperlukan
pendidikan khusus pamong praja.
2. Struktur dalam pemerintahan daerah, yakni level pemerintahan pada lini
kewilayahan, seperti lurah/kades, camat, bupati/walikota dan gubernur
(termasuk satuan kerja perangkat Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat)
yang melaksanakan fungsi pemerintahan umum dalam hal pembinaan
wilayah, koordinasi pemerintahan, pengawasan pemerintahan dan residual
pemerintahan;
3. Institusi Pendidikan, yakni pendidikan yang khusus menyelenggarakan proses
belajar mengajar yang outputnya dipersiapkan untuk menjadi pamong praja
4. Perangkat nilai, yakni suatu rangkaian unit nilai-nilai yang menjadi enersi
yang menguatkan semangat pengabdian aparat sebagai abdi Negara dan
masyarakat sebagaimana dalam “Hasta Budhi Bhakti” sebagai pedoman atau
guidance penyelenggara pemerintahan yang bersumber dari leluhur karena
tumbuh dari tradisi pemerintahan yang pernah eksis;

7
5. Instrumen keutuhan berbangsa, yakni keberadaan pamong praja tidak saja
menjadi mesin birokrasi dalam pelayanan pemerintahan, tapi menjadi perekat
Negara kesatuan Republik Indonesia;
D. Pamong Praja Sebagai Agent Of Change Untuk Mewujudkan
Omnipresence
Strategi pengembangan karakter kepemimpinan melalui basis rekrutmen
pamong praja hari ini haruslah di evaluasi kembali. Pengembangan karakter
kepemimpinan melalui aspek intelektualitas, emosional dan spiritual menjadi
strategi yang tak terhindarkan. Mendidik pamong praja melalui penanaman
kekuasaan yang bersifat de jure semata (law centris) tak menjawab dinamika
perkembangan politik pemerintahan dewasa ini. Faktanya, kaderisasi elit dalam
masyarakat melalui instrument partai politik maupun lembaga kemasyarakatan
lainnya tampaknya mengalami kemacetan/kebuntuan (stagnan), bahkan berjalan
tanpa proses yang memadai.
Tingkat legitimasi terhadap kepemimpinan politik pemerintahan mengalami
degradasi baik dari aspek legitimasi religi, elit maupun demokrasi. Hal ini
ditandai oleh susutnya kader partai dengan cara merekrut artis dan birokrat dalam
sejumlah kasus pemilihan anggota legislatif dan kepala daerah. Akibatnya, banyak
lulusan APDN, IIP, STPDN dan IPDN yang sekalipun muda namun di nilai
masyarakat mampu mengemban misi pemerintahan sebagai Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah. Ini menunjukkan bahwa akseptabilitas moral masyarakat
(legitimasi) terhadap alumni mengalami perluasan tidak saja dalam konteks
penegasan kekuasaan secara de jure, tetapi juga de fakto.
Jika kita ingin Indonesia bebas dari korupsi. Maka, teriakanlah perlawanan
terhadap korupsi, jadilah garda terdepan untuk memeranginya, matikan segala
sistem buruk yang memungkinkan hal busuk itu terjadi. Kita ingin Indonesia
sejahtera? Maka praja IPDN memiliki prinsip bersama kita bekerja keras, bekerja
cerdas, kita internalisasikan semangat ambeg paramartha yang tiap hari kita
teriakan di lapangan upacara. “berjanji untuk mengedepankan kepentingan Negara
dan masyarakat diatas kepentingan pribadi dan golongan”.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan yang
omnipresent atau hadir di berbagai aspek dalam organisasi atau masyarakat sangat
penting dalam konteks pengelolaan pemerintahan dan pembangunan di Indonesia.
Kepamongprajaan sebagai entitas yang berperan dalam penyelenggaraan
pemerintahan memerlukan pemimpin yang mampu menjadi agent of change atau
agen perubahan untuk mewujudkan omnipresence.
Pamong praja harus memiliki kemampuan kepemimpinan transformasional
yang mencakup visi kuat, peta tindakan yang jelas, kepercayaan diri, kemampuan
merangsang usaha individu, dan kemampuan mengidentifikasi manfaat. Mereka
juga harus berperan sebagai perekat negara dan masyarakat, menjalankan fungsi
pemerintahan umum, dan memegang teguh nilai-nilai yang menguatkan semangat
pengabdian terhadap negara dan masyarakat.
B. Saran
 Perlu meningkatkan pendidikan dan pelatihan kepemimpinan bagi pamong
praja agar mereka dapat lebih efektif dalam memainkan peran sebagai agent
of change dan menciptakan omnipresence dalam pengelolaan pemerintahan.
 Pengembangan karakter kepemimpinan harus mencakup aspek intelektual,
emosional, dan spiritual, mengingat dinamika perkembangan politik
pemerintahan dewasa ini.
 Perlu memperkuat akseptabilitas moral masyarakat terhadap alumni pamong
praja sebagai pemimpin politik pemerintahan, baik dari segi legitimasi religi,
elit, maupun demokrasi.
Dalam upaya mewujudkan kepemimpinan yang omnipresent, pamong praja perlu
menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka dengan penuh dedikasi, berjuang
melawan korupsi, dan mengedepankan kepentingan negara dan masyarakat di atas
kepentingan pribadi atau golongan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Wasisto Rahtrjo Jati (2012). Kuhur Birokrasi Patrionalisme dalam Pemerintahan


Provinsi Daerah yogyarakta. Jumal Bomeo Administrator.
Gaspersz, Vincent. 1997. Manajemen Kualitas. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Ndraha, Taliziduhu, 2011. Kybernologi, (Ilmu Pemerintahan Baru) 1.Jakarta,
Rineka Cipta.
Emitai, Etzioni, 1998. Fourth Generation Management. New York, Mc Graw Hill
In. Terjemahan
Rasyid, Ryas, 2002. Makna Pemerintahan ( Tinjauan Dari Segi Etika dan
Kepemimpinan ). Jakarta, PT Mutiara Sumber Widya.
Jones, Carles, 1994. Pengantar Kebijakan Publik. Jakarta, Roja Grafindo Persada.
Danim, Sudarwan, 1997. Pengantar Studi Penelitian Kebijakan Edisi
Pertama.Jakarta, Bumi Aksara.
Koryati, Nyimas Dwi, 2005. Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Wilayah.
Yogyakarta, YPAPI.
Dokumen:
Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang:
Pemerintahan Daerah.

10

Anda mungkin juga menyukai