Anda di halaman 1dari 5

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Trafficking

Dalam buku In the Shadows of the Law (2018) oleh Foo Yen Ne , Perdagangan orang
(Trafficking) adalah perekrutan, pemindahan, penyembunyian atau penerimaan orang
melalui paksaan, penipuan dengan tujuan memanfaatkan mereka untuk mendapat
keuntungan.
Trafficking merupakan suatu bentuk kejahatan kemanusiaan yang sangat kompleks
dan mengerikan. Trafficking tidak lagi sekedar praktik perbudakan manusia oleh manusia
sebagaimana telah terjadi pada masa lalu, melainkan prosesnya dilakukan dengan
kekerasan fisik, mental, seksual, penindasan, sosial, dan ekonomi, dengan modus yang
sangat beragam, mulai dengan cara yang halus seperti bujukan dan penipuan sampai
dengan cara yang kasar seperti paksaan dan perampasan (Wyatt, 2009).
Korban Trafficking adalah seseorang yang mengalami penderitaan psikis, mental, fisik,
seksual, ekonomi dan/atau sosial yang diakibatkan tindak pidana perdagangan orang. (Undang
undang nomor 21 tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang).

2.2 Etiologi

Dilansir dari buku Human Trafficking: Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan


Manusia di Indonesia (2019) oleh Muhammad Kamal, beberapa faktor penyebab
tindakan perdagangan manusia, di antaranya:
a. Faktor ekonomi
Faktor ekonomi menjadi salah satu penyebab tindakan kejahatan perdagangan
manusia. Kondisi kemiskinan dan/atau sulitnya mendapat pekerjaan karena jumlah
pelamar kerja masih besar dibandingkan jumlah penyedia tenaga kerja. Hal tersebut
kemudian mendorong seseorang untuk mencari pekerjaan meskipun harus keluar
meninggalkan kampung halamannya. Kemiskinan yang berat cenderung mendorong
seseorang untuk melakukan migrasi dengan harapan mendapatkan kehidupan yang
layak. Hal ini kemudian membuat mereka gampang tergiur oleh ajakan seseorang
untuk bekerja ke luar negeri atau luar kota tanpa mengetahui apakah lembaga
tersebut resmi atau tidak.
b. Faktor pendidikan rendah
Rendahnya pendidikan di kalangan masyarakat, khususnya mereka yang mengalami
kondisi kemiskinan menjadi kesempatan bagi para pelaku untuk memperdayai
korban. Pelaku menjanjikan pekerjaan tanpa harus memiliki tingkatan pendidikan
yang tinggi sehingga para korban mudah terbujuk, tanpa mempertanyakan kelayakan
pekerjaan yang akan didapat. Ketika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang
maksimal atau ilmu pengetahuan yang memadai, setidaknya mampu menelaah ajakan
seseorang yang menjanjikan pekerjaan dengan hasil yang besar tanpa bekerja keras.
c. Faktor Pengangguran
Selain faktor ekonomi dan rendahnya pendidikan, faktor pengangguran juga
merupakan salah satu penyebab kejahatan perdagangan manusia. Dengan
ketersediaan lapangan pekerjaan yang tidak memadai memaksa para pengangguran
ini melakukan migrasi ke daerah lain yang dianggap potensial. Tanpa mereka sadari,
dengan melakukan migrasi ke daerah lain yang tidak disertai dengan kemampuan
atau keahlian khusu yang dimiliki membuat mereka terpaksa mau bekerja hanya
untuk bertahan hidup di daerah. Bisa juga mereka dimanfaatkan oleh pihak atau
kelompok-kelompok tertentu yang menjadikan mereka sebagai ladang penghasilan
secara cepat dengan menggunakan kekerasan maupun ancaman dengan cara
menyuruh melakukan pekerjaan yang tidak sesuai.

2.3 Patopsikologi

Korban perdagangan manusia rata-rata telah mengalami peristiwa yang tidak


menyenangkan. ada yang mengalami kekerasan dalam bentuk fisik ringan, berat hingga yang
bersifat permanen. Bahkan adapula yang meninggal dunia karena bunuh diri maupun yang
dibunuh oleh majikannya. Dari luka-luka yang ada, luka pshikis adalah luka yang banyak
terjadi pada korban dan bersifat permanen. A. Supraktiknya (1999: 27-28) menyatakan bahwa
trauma psikologis adalah pengalaman yang menghancurkan rasa aman, rasa mampu, dan
harga diri, sehingga menimbulkan luka psikologis yang sulit disembuhkan sepenuhnya.Selain
itu, trauma yang disebabkan pada peristiwa kelam di masa lalu atau masa kanak-kanak akan
cenderung dibawa hingga usia dewasa, lebih-lebih jika trauma tersebut tidak diketahui
lingkungan terdekat dan tidak mendapatkan penanganan yang semestinya.
Noorkasiani, dkk (2009: 89) menyatakan bahwa dampak psikologis kekerasan yang
berulang dan dilakukan oleh orang yang memiliki kedekatan hubungan dengan korban adalah
jatuhnya harga diri dan konsep diri korban. Ia akan melihat dirinya dalam sudut pandang yang
negatif, menyalahkan diri sendiri, dan menganggap dirinya sebagai pihak yang paling
bertanggungjawab atas nasib malang yang menimpanya.
2.4 Manifestasi Klinis
Trafficking adalah tindakan perekrutan , pengangkutan, penampungan, pengiriman,
pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penyalah gunaan
kekuasaan atau posisi rentan , penjejeran utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga
memperoleh persetujuan dari orang- orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut,
baik yang dilakukan didalam Negara maupun antar Negara untuk tujuan eksploitasi atau
mengakibatkan orang tereksploitasi. Korban adalah seseorang yang mengalami penderitaan
psikis, mental, fisik, seksual, ekonomi, atau social yang diakibatkan tindak pidanaperdagangan
orang. Setiap orang adalah orang perseorangan atau kosporasi yang melakukan tindak pidana
perdagangan orang.

2.5 Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Keracunan identitas Depersonalisi


Diri Positif Rendah

(Iskandar,2014)

a. Respon Adaptif

Menurut Eko (2014), Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan

masalah yang dihadapinya.

1) Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar

belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.

2) Konsep Diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang positif

dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal- hal positif maupun yang negative dari

dirinya.

b. Respon Maladaptif

Menurut Eko (2014) respon maladaptive adalah respon yang diberikan individu ketika dia

tidak mampu lagi menyelesaikan masalah yang dihadapi.


1) Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai dirinya yang

negative dan merasa lebih rendah dari orang lain.

2) Keracunan identitas adalah identittas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak

memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.

3) Depersonalisasi (tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu mempunyai

kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu berhubungan dengan orang lain

secara intim. Tidak ada rasa percaya diri atau tidak adapat membina hubungan baik

dengan orang lain.

2.6 Mekanisme Koping

Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang

merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme koping yang sering

digunakan adalah proyeksi, splitting (memisah) dan isolasi. Proyeksi merupakan keinginan

yang tidak mampu ditoleransi dan klien mencurahkan emosi kepada orang lain karena

kesalahan sendiri. Splitting merupakan kegagalan individu dalam menginterpretasikan dirinya

dalam menilai baik buruk. Sementara itu, isolasi adalah perilaku mengasingkan diri dari orang

lain maupun lingkungan (Sutejo, 2017).


2.7 Penatalaksanaan
Terapi yang dapat diberikan pada pasien harga diri rendah korban trafficking antara lain :
a. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain,
penderita lain, perawat dan dokter. (Nurarif dan Hardhi, 2015, p. 56).
b. Terapi hubungan interpersonal
Menurut Enjang (2009, p. 68) Hubungan interpersonal adalah komunikasi antar orang
secara tatap muka, yang memungkinkan setiap peserta menangkap langsung baik secara
verbal maupun secara tatap muka.

2.8 Rentang Pohon Masalah

Perubahan persepsi sensori :


Halusinasi

Isolasi social : menarik diri

Gangguan konsep diri :


Harga diri rendah

Koping individu inefektif

Respon Trauma

Anda mungkin juga menyukai