Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

Dosen Pengampu :

DI SUSUN OLEH :

Nama. :
NIM :

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PAPUA
ILMU KEPERAWATAN SEMESTER IV
SORONG
2020
1. Identifikasi zat2 buangan yang dikeluarkan dari urin.

2. Mengapa perlu dilakukan pengkajian fungsi saraf pada pasien gangguan fungsi
perkemihan?

3. Mengapa bisa terjadi gangguan kulit pada pasien gangguan perkemihan? Jelaskan
tanda dan gejala yang mungkin muncul!

Sistem ekskresi adalah sebuah proses pengeluaran zat – zat sisa metabolisme yang
sudah tidak digunakan lagi oleh tubuh. Zat ini bisa berupa karbon dioksida, urin, urea,
keringat dan senyawa–senyawa lain yang bersifat toksik (racun). Jika tidak dibuang,
segala zat tersebut akan menumpuk di dalam tubuh dan berpotensi menyebabkan
gangguan kesehatan.

Nah, ngomong-ngomong soal sistem ekskresi, organ-organ apa saja sih yang
sebenarnya berperan dalam proses ini, khususnya pada manusia?

Setidaknya ada empat organ yang berperan dalam proses pembuangan atau ekskresi
pada tubuh manusia, yakni ginjal, kulit, paru-paru dan hati.

Fungsi dan peran keempat sistem ekskresi ini berbeda-beda. Pun demikian dengan zat
atau sisa metabolime yang dihasilkannya, juga tidak sama. Ginjal misalnya, akan
mengeluarkan cairan berupa urin; kulit akan mengeluarkan cairan dalam bentuk
keringat; paru paru akan mengeluarkan udara yang mengandung karbon dioksida;
sedangkan hati akan mengeluarkan mineral urea.

Untuk mengetahui lebih jauh mengenai bagaimana keempat organ ini menunaikan
tugasnya sebagai sistem ekskresi, yuk simak ulasan berikut:

1. Ginjal
Ginjal adalah organ ekskresi pada manusia yang berbentuk seperti kacang. Jumlahnya
ada dua dan terletak di kanan dan kiri tulang belakang, tepatnya di bawah hati dan
limpa. Dalam tubuh manusia dewasa, ginjal biasanya memiliki panjang sekitar 11 cm.
Berat dan besarnya bervariasi, tergantung jenis kelamin, umur, serta ada tidaknya
ginjal pada sisi lain.
So
urce: Hopkinsmedicine.org
Pada lelaki dewasa, rata-rata ginjal memiliki ukuran panjang sekitar 11,5 cm, lebar
sekitar 6 cm dan ketebalan 3,5 cm dengan berat sekitar 120-170 gram atau kurang
lebih 0,4% dari berat badan. Pada wanita dewasa, berat ginjal sekitar 115 – 155 gram.
Volume rata-rata ginjal adalah 146 cm3 di kiri dan 134 cm3 di kanan.

Ginjal berfungsi melakukan penyaringan terhadap darah didalam tubuh. Disamping


juga mengatur tingkat keseimbangan air, dan mengatur konsentrasi garam yang ada
pada tubuh. Ginjal menerima darah dari sepasang arteri renalis, dan darah keluar
lewat vena renalis. Setiap ginjal berhubungan dengan ureter, tabung yang membawa
urin keluar ke kandung kemih.

Sebagai alat ekskresi, ginjal akan menjalankan tiga tahapan dalam proses
pembuangan, termasuk penyaringan (filtrasi), penyerapan kembali (reabsorbsi) dan
pengumpulan (augmentasi).
Penyaringan atau filtrasi
Pada tahap ini ginjal menyaring cairan dalam darah, sebelum akhirnya kembali ke
jantung dan paru paru. Cairan yang tersaring berupa urin primer yang masih
mengandung air, glukosa, dan asam amino. Namun sudah tidak mengandung protein
dan darah.

Penyerapan kembali atau reabsorbsi


Proses reabsorbsi terjadi di bagian ginjal yang bernama tubulus kontortus proksimal.
Disini tubulus kontortus proksimal menyerap kembali zat-zat yang masih dibutuhkan
oleh tubuh. Adapun hasil dari proses reabsorbsi adalah urin sekunder.

Pengumpulan atau Augmentasi


Dalam tahap ini terjadi pengumpulan cairan yang telah dilakukan dalam tahapan-
tahapan sebelumya. Ini merupakan tahapan yang terakhir dan terjadi di bagian tubulus
kontortus distal. Cairan yang dihasilkan oleh tahapan ini sudah berbentuk urin
sesungguhnya.

2. Kulit
Kulit adalah lapisan jaringan pelindung paling luar pada manusia, yang terdapat di
permukaan tubuh. Sama seperti ginjal, kulit juga memiliki peran dalam sistem
ekskresi karena mampu mengeluarkan zat–zat sisa berupa kelenjar keringat.

Source:
Hopkinsmedicine.org
Fungsi lain dari kulit adalah melindungi tubuh terhadap patogen dan kehilangan air
yang berlebihan. Kulit terdiri dari 3 macam lapisan, yang masing-masing memiliki
fungsi sendiri.

Epidermis (Lapisan Kulit Ari)


Epidermis adalah sebuah lapisan kulit paling luar dan sangat tipis. Epidermis terdiri
dari lapisan tanduk dan lapisan malphigi. Lapisan tanduk adalah sebuah sel-sel mati
yang mudah mengelupas dan tidak mengandung pembuluh darah serta serabut saraf,
sehingga lapisan ini tidak dapat mengeluarkan darah saat mengelupas. Sementara
lapisan malphigi adalah sebuah lapisan yang terdapat di bawah lapisan tanduk, yang
tersusun dari sel-sel yang hidup dan memiliki kemampuan untuk membelah diri.

Di dalam lapisan malphigi terdapat sebuah pigmen yang dapat menentukan warna
kulit serta melindungi sel dari kerusakan akibat sinar matahari.

Dermis (Lapisan Kulit Jangat)


Dermis adalah sebuah lapisan kulit yang terletak di bawah lapisan epidermis. Lapisan
ini lebih tebal daripada lapisan epidermis dan terdiri dari beberapa jaringan,
termasuk pembuluh kapiler yang bertugas untuk menyampaikan nutrisi pada akar
rambut dan sel kulit; kelenjar keringat yang bertugas untuk menghasilkan
keringat; kelenjar minyak yang akan menghasilkan minyak agar kulit dan rambut
tidak kering; pembulu darahuntuk mengedarkan darah ke seluruh sel atau
jaringan; ujung-ujung saraf yang meliputi ujung saraf perasa, peraba, rasa nyeri, rasa
panas, dan rasa sentuhan; dan kantong rambut yang menjadi tempat akar, batang dan
kelenjar minyak rambut.

Lapisan bawah kulit


Lapisan ini terletak di bawah dermis, diantara lapisan jaringan ikat bawah kulit
dengan dermis yang dibatasi oleh sel lemak. Dan lemak ini berfungsi untuk
melindungi tubuh dari benturan, sebagai sumber energi dan penahan suhu tubuh.

3. Paru-paru
Ada sepasang paru-paru di dalam tubuh manusia, yakni paru-paru kanan dan kiri.
Keduanya terletak di rongga dada, dimana paru-paru kanan biasanya lebih besar,
sementara paru-paru kiri yang berdekatan dengan jantung lebih kecil.

Source: rdmag.com
Selain menjadi organ dalam sistem pernapasan (respirasi) dan berhubungan dengan
sistem peredaran darah (sirkulasi), paru-paru juga berperan dalam sistem ekskresi.
Fungsinya adalah mengeluarkan gas-gas sisa proses pernapasan yaitu gas CO²
(karbon dioksida) dan H2O (uap air).

4. Hati
Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh, terletak dalam rongga perut sebelah
kanan, tepatnya di bawah diafragma. Berdasarkan fungsinya, hati juga berperan dalam
sistem ekskresi. Hal ini dikarenakan hati membantu fungsi ginjal dengan cara
memecah beberapa senyawa yang bersifat racun dan menghasilkan amonia, urea, dan
asam urat dengan memanfaatkan nitrogen dari asam amino. Proses pemecahan
senyawa racun oleh hati disebut proses detoksifikasi.

Source: Hopkinsmedicine.org
Sistem urinaria adalah sistem organ yang berfungsi untuk menyaring dan
membuang zat limbah dengan cara menghasilkan urine. Jika fungsi sistem ini
terganggu, limbah dan racun bisa menumpuk di dalam tubuh dan menyebabkan
berbagai gangguan kesehatan.

Sistem urinaria atau saluran kemih terdiri dari ginjal, kandung kemih, ureter, dan juga
uretra (saluran kencing). Setiap bagian dalam sistem urinaria memiliki fungsi dan
peranannya masing-masing. Melalui saluran kemih, urine yang membawa limbah dan
racun akan dikeluarkan dari dalam tubuh.

Bagian dari Sistem Urinaria dan Fungsinya

Urine adalah limbah cair yang terdiri dari air, garam, dan zat sisa metabolisme tubuh,
seperti urea dan asam urat. Agar proses berkemih atau buang air kecil berlangsung
normal, semua bagian dalam sistem urinaria perlu bekerja dengan baik.

Berikut ini adalah organ-organ yang tergolong dalam sistem urinaria beserta
fungsinya:
1. Ginjal

Tubuh manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di area punggung kiri dan
kanan, tepat di bawah tulang rusuk bagian belakang. Masing-masing ginjal memiliki
ukuran sebesar kepalan tangan orang dewasa dan berbentuk menyerupai kacang.

Fungsi utama ginjal adalah mengatur jumlah air dalam darah, menyaring zat limbah
atau sisa metabolisme tubuh, menghasilkan hormon yang berfungsi untuk
mengendalikan tekanan darah dan produksi sel darah merah, serta mengatur pH atau
tingkat keasaman darah.

2. Ureter

Ureter adalah bagian dari sistem urinaria yang berbentuk menyerupai saluran pipa
atau tabung. Ureter berfungsi untuk mengalirkan urine dari masing-masing ginjal
untuk ditampung di kandung kemih.

3. Kandung kemih

Organ yang berada di dalam perut bagian bawah ini bertugas menyimpan urine.
Jika kandung kemih sudah terisi penuh oleh urine, akan timbul dorongan untuk buang
air kecil. Kandung kemih orang dewasa mampung menampung urine hingga 300–500
ml.

4. Uretra

Uretra atau saluran kencing adalah saluran yang menghubungkan antara kandung
kemih ke lubang saluran kemih pada ujung penis atau vagina.

Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm, sedangkan uretra pada wanita hanya
sekitar 4 cm saja. Pada bagian antara kandung kemih dan uretra terdapat cincin otot
atau sfingter yang bertugas menjaga urine agar tidak bocor.

Berbagai Penyakit pada Sistem Urinaria

Gangguan pada sistem urinaria dapat terdeteksi dari perubahan warna urine. Urine
yang sehat dan normal umumya berwarna jernih, kekuningan, hingga kuning
keemasan. Warna urine tersebut berasal dari zat yang disebut urokrom. Namun,
konsumsi makanan dan obat tertentu terkadang juga dapat mengubah warna urine.

Adanya masalah pada sistem urinaria atau saluran kemih tidak hanya ditandai dengan
perubahan warna urine. Berikut ini adalah beberapa masalah atau penyakit yang dapat
terjadi pada sistem urinaria:
1. Infeksi saluran kemih

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi di bagian mana pun dari
sistem urinaria, mulai dari ginjal hingga saluran kemih. Wanita berisiko lebih besar
terkena ISK dibandingkan pria. Hal ini dikarenakan jarak antara lubang saluran kemih
dan anus pada wanita lebih dekat.

2. Batu saluran kemih

Batu saluran kemih (urolithiasis) adalah kondisi ketika terbentuk batu di sistem
urinaria, seperti batu ginjal, batu ureter, atau batu kandung kemih. Ukuran batu
umumnya bervariasi. Semakin besar ukuran batu yang terbentuk, semakin besar pula
risiko batu tersebut menyumbat aliran urine dan menimbulkan penyakit.

3. Inkontinensia urine

Inkontinensia urine adalah kondisi ketika fungsi otot atau saraf pada kandung dan
saluran kemih mengalami gangguan, sehingga tidak dapat mengendalikan proses
buang air kecil.

Penyakit ini bisa membuat Anda tiba-tiba mengompol, terlebih saat batuk atau bersin.
Inkontinensia urine sering terjadi pada lansia, namun tidak menutup kemungkinan
orang yang lebih muda juga mengalaminya.

4. Uretritis

Uretritis adalah peradangan pada uretra. Kondisi ini sering kali disebabkan oleh
infeksi bakteri di saluran kemih. Uretritis dapat menyebabkan rasa nyeri dan dorongan
untuk lebih sering buang air kecil.

5. Sindrom nefrotik

Sindrom nefrotik adalah kelainan ginjal yang menyebabkan kadar protein di dalam
urine meningkat. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh kerusakan pada pembuluh
darah kecil di ginjal yang berfungsi untuk menyaring limbah dan kelebihan air dari
darah. Sindrom nefrotik dapat disebabkan oleh berbagai hal, misalnya riwayat infeksi
dan peradangan.

Sindrom nefrotik dapat menyebabkan gejala seperti urine berbusa, kelelahan, tidak
nafsu makan, serta pembengkakan di kaki, wajah, dan berbagai bagian tubuh, seperti
wajah dan sekitar mata.
6. Sindrom nefritik

Sindrom nefritik adalah pembengkakan atau peradangan pada ginjal. Kondisi ini
dapat menyebabkan nyeri panggul, buang air kecil lebih sering dan terasa nyeri, urine
tampak keruh atau kemerahan, sakit pinggang atau perut, serta pembengkakan di
wajah dan kaki. Jika tidak segera diobati, sindrom nefritik dapat menyebabkan gagal
ginjal.

7. Gagal ginjal

Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu menyaring darah dan membuang cairan
serta zat limbah tubuh.

Kerusakan ginjal yang menyebabkan gagal ginjal dapat disebabkan oleh berbagai hal,
mulai dari efek samping obat-obatan, cedera berat pada ginjal, dehidrasi, hingga
penyakit tertentu, seperti hipertensi dan diabetes menahun yang tidak ditangani
dengan baik.

Ketika mengalami gagal ginjal, seseorang akan mengalami beberapa gejala seperti
berkurangnya jumlah urine, tidak buang air kecil sama sekali selama berhari-hari,
pembengkakan di kaki, sesak napas, lemas, hingga pucat.

Jika Anda mengalami masalah pada sistem urinaria, terlebih jika disertai keluhan
seperti demam, nyeri pinggang atau punggung yang sangat berat, nyeri saat berkemih,
dan terdapat darah atau nanah pada urine, segera konsultasikan ke dokter
urologi untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Diagnosis dan penanganan yang tepat akan mencegah kerusakan sistem urinaria,
sehingga kondisi tersebut dapat diobati dengan baik. Hal ini penting dilakukan guna
mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut akibat kerusakan berat pada sistem
urinaria berat.

Gagal ginjal akut atau acute kidney injury adalah kondisi ketika ginjal berhenti
berfungsi secara tiba-tiba. Kondisi ini bisa disebabkan oleh gangguan aliran
darah ke ginjal, gangguan pada ginjal, atau masalah sumbatan pada saluran
urine.

Ginjal adalah organ yang memiliki fungsi utama untuk menyaring limbah sisa
metabolisme dari dalam darah dan membuangnya melalui urine. Jika fungsi tersebut
terhenti, limbah yang seharusnya dibuang malah menumpuk di dalam tubuh.
Kerusakan ginjal pada gagal ginjal akut dapat terjadi tiba-tiba. Kondisi ini dapat
membahayakan nyawa penderitanya. Meskipun demikian, jika dideteksi dan diobati
secara cepat dan tepat, kerusakan ginjal akibat gagal ginjal akut dapat disembuhkan.

Penyebab Gagal Ginjal Akut

Penyebab gagal ginjal akut sangat beragam, mulai dari gangguan aliran darah ke
ginjal (prerenal), kerusakan pada ginjal itu sendiri, atau sumbatan pada aliran urine
(postrenal). Berikut adalah penjelasannya:

Gangguan aliran darah ke ginjal

Ada beberapa penyakit dan kondisi yang dapat menghambat aliran darah ke ginjal dan
memicu gagal ginjal, yaitu:

 Kehilangan darah atau cairan akibat perdarahan, dehidrasi berat,


atau diareberat
 Operasi
 Sepsis atau anafilaksis
 Penyakit hati, seperti sirosis hati
 Penyakit jantung, seperti gagal jantung atau serangan jantung
 Luka bakar berat
 Konsumsi obat-obatan, seperti aspirin, ibuprofen, naproxen, atau obat
antihipertensi

Kerusakan pada ginjal

Gagal ginjal akut juga dapat terjadi akibat cedera atau kerusakan pada ginjal itu
sendiri, misalnya akibat:

 Glomerulonefritis atau peradangan pada saringan di ginjal


 Rhabdomyolisis atau kerusakan pada jaringan otot
 Penumpukan kolesterol yang menyumbat aliran darah ke ginjal
 Penggumpalan darah di pembuluh darah vena dan arteri di ginjal
 Skleroderma, yaitu kelompok penyakit yang menyerang kulit dan jaringan ikat
 Sindrom hemolitik uremik, yaitu penyakit akibat sel darah merah pecah terlalu
cepat
 Sindrom tumor lisis, yaitu hancurnya sel-sel tumor yang berakibat pada
lepasnya racun yang menyebabkan kerusakan ginjal
 Penggunaan obat-obatan, seperti antibiotik aminoglikosida, obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS), obat hipertensi (seperti ACE inhibitor atau diuretik) dan obat
kemoterapi
 Penggunaan cairan kontras, yaitu cairan yang digunakan pada pemeriksaan
foto Rontgen atau CT scan
 Paparan racun, alkohol, kokain, atau logam berat

Penyumbatan pada saluran urine

Adanya sumbatan pada saluran urine, termasuk pelvis ginjal, ureter, kandung kemih,
atau uretra, akan menyebabkan kembalinya cairan ke ginjal. Kondisi ini akan merusak
ginjal dan bisa menyebabkan gagal ginjal akut. Beberapa penyakit yang dapat
menyumbat saluran urine adalah:

 Batu ginjal
 Tumor pada saluran kemih, ginjal, atau organ yang ada di sekitar ginjal
 Pembesaran prostat
 Striktur atau jaringan ikat pada saluran kemih
 Kerusakan pada saraf kandung kemih (neurogenic bladder)
 Efek samping operasi pada panggul
 Trombosis pada pembuluh darah vena ginjal

Faktor Risiko Gagal Ginjal Akut

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terserang gagal ginjal,
yaitu:
 Berusia 65 tahun ke atas
 Sedang menjalani kemoterapi atau perawatan intensif lain
 Pernah menderita gagal ginjal sebelumnya
 Memiliki keluarga dengan riwayat penyakit ginjal
 Menderita kanker atau sedang menjalani pengobatan kanker
 Menderita penyakit ginjal atau pernah mengalami gagal ginjal sebelumnya
 Menderita diabetes, hipertensi, gagal jantung, penyakit liver, penyakit arteri
perifer atau obesitas

Gejala Gagal Ginjal Akut

Gejala gagal ginjal akut bisa muncul dalam hitungan hari atau bahkan jam setelah
gangguan pada ginjal terjadi. Gejalanya berupa:

 Jumlah dan frekuensi urine berkurang


 Pembengkakan pada tungkai akibat penumpukan cairan
 Tubuh mudah lelah
 Sesak napas
 Gangguan irama jantung
 Nyeri atau sensasi tertekan di dada
 Napas berbau tidak sedap
 Muncul ruam atau rasa gatal di kulit
 Nafsu makan menurun
 Mual dan muntah
 Demam
 Sakit di perut dan punggung
 Nyeri atau pembengkakan pada sendi
 Tremor di tangan
 Kejang
 Koma

Kapan harus ke dokter

Segera ke IGD bila mengalami gejala gagal ginjal akut, terutama bila Anda pernah
mengalami gagal ginjal atau memiliki keluarga dengan riwayat penyakit ginjal.

Periksakan diri ke dokter secara rutin jika Anda menderita penyakit kronis yang bisa
menyebabkan gagal ginjal akut, seperti hipertensi dan diabetes.

Untuk mencegah terjadinya gagal ginjal akut akibat penggunaan obat-obatan, jangan
mengonsumsi obat sembarangan dan selalu ikuti aturan yang diberikan oleh dokter.
Diagnosis Gagal Ginjal Akut

Dokter akan menanyakan gejala yang dialami dan riwayat penyakit pasien, kemudian
dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik. Selanjutnya, dokter akan melakukan
pemeriksaan penunjang yang meliputi:

 Tes darah, untuk mengukur kadar kreatinin dan urea nitrogen yang akan
meningkat pada gagal ginjal akut, serta untuk mengukur laju filtrasi glomerulus
(glomerular fitration rate) guna menilai tingkat keparahan gagal ginjal akut
 Tes urine, untuk mengukur kadar elektrolit dalam urine dan mengukur volume
urine yang keluar
 Pemindaian dengan USG, CT scan, atau MRI, untuk melihat kondisi ginjal
dan mendeteksi ada tidaknya tumor atau sumbatan pada saluran kemih atau pembuluh
darah ke ginjal
 Biopsi ginjal, untuk mendeteksi ketidaknormalan pada jaringan ginjal

Pengobatan Gagal Ginjal Akut

Pengobatan gagal ginjal akut bertujuan untuk mencegah komplikasi dan


mengembalikan fungsi ginjal. Pasien biasanya perlu menjalani rawat inap yang
lamanya tergantung pada seberapa parah kondisinya dan seberapa cepat ginjalnya
dapat kembali pulih.

Metode pengobatan gagal ginjal akut tergantung pada penyebabnya. Beberapa metode
pengobatan yang bisa diberikan oleh dokter adalah:

 Pengaturan pola makan, yaitu dengan membatasi konsumsi makanan tinggi


garam dan kalium selama proses penyembuhan ginjal
 Pemberian obat-obatan, yaitu dengan memberikan obat yang dapat
menyeimbangkan kadar elektrolit di dalam darah, memberikan obat diuretik untuk
mengeluarkan kelebihan cairan, antibiotik jika gagal ginjal disebabkan oleh infeksi
bakteri
 Cuci darah, yaitu prosedur yang dilakukan bila kerusakan ginjal cukup parah

Komplikasi Gagal Ginjal Akut

Gagal ginjal akut dapat menyebabkan kematian dan sejumlah komplikasi berikut:

 Asidosis metabolik (meningkatnya kadar asam dalam darah)


 Ketidakseimbangan elektrolit
 Edema paru atau penumpukan cairan di paru-paru
 Penyakit jantung, seperti gagal jantung, serangan jantung, aritmia, atau henti
jantung
 Gangguan pada sistem pencernaan, termasuk perdarahan saluran cerna
 Kerusakan ginjal yang bersifat permanen
 Hiperkalemia atau tingginya kadar kalium
 Gangguan saraf akibat penumpukan ureum atau uremia

Pencegahan Gagal Ginjal Akut

Cara untuk mencegah gagal ginjal akut adalah dengan menjaga kesehatan ginjal
dengan melakukan beberapa langkah di bawah ini:

 Mengonsumsi makanan sehat


 Membatasi asupan garam
 Menjaga berat badan ideal
 Mengontrol kadar gula darah
 Mengontrol tekanan darah
 Minum air putih dalam kadar yang cukup
 Membatasi konsumsi obat pereda nyeri
 Membatasi konsumsi minuman beralkohol
 Berhenti merokok
 Mengelola stres dengan baik
 Berolahraga secara teratur

Anda mungkin juga menyukai