PENDAHULUAN
1
2
4
5
benjol dan tegang yang disebut facies leomina(muka singa), dan mati rasa
karena kerusakan syaraf tepi. Gejalanya memang tidak terlalu Nampak.
Justru sebaiknya waspada jika anggota keluarga yang menderita luka tak
kunjung sembuh dalam jangka waktu lama. Juga bila luka ditekan dengan
jari tidak terasa sakit.
Namun pada tahap awal kusta, gejala yang timbul dapat hanya
berupa kelainan warna kulit. Kelainan kulit yang dijumpai dapat berupa
perubahan warna seperti hiperpigmentasi(warna kulit menjadi lebih
terang). Gejala gejala umum pada kusta/leprae, reaksi panas dari derajat
yang rendah sampai dengan derajat menggigil, noreksia, nausea, kadang
kadang disertai vomitus, chepalgia, kadang-kadang disertai iritasi,
orgchitis, atau pleuritis, kadang-kadang disertai dengan Nephrosia,
Nepritis, dan Hepatospleenomegali, neuritis, kelompok yang beresiko
tinggi terkena kusta adalah yang tinggal di daerah endemic dengan kondisi
yang buruk seperti tempat tidur yang tidak memadai, air yang tidak bersih,
asupan gizi yang buruk, dan adanya penyertaan penyakit lain seperti HIV
yang dapat menekan system imun.
10. Proteksi jari tangan dan kaki, misalnya memakai sepatu, hindari
berjalan jauh atau menghindari bersentuhan dengan benda-benda tajam
Medikamentosa
1. Pausibasiler
Rifampicin 600 mg/bulan, diminum depan petugas
DDS (diamino difenil sulfon) 100 mg/hari
Pengobatan diberikan teratur selama 6 bulan dan diselesaikan
maksimal 9 bulan . Setelah selesai minum 6 dosis ® RFT
2. Multibasiler
Rifampicin 600 mg/ bulan
Lamprene 300 mg/bulan
Ditambah :
Lampree 50 mg/hari
DDS 100 mg/hari
Pengobatan diberikan teratur selama 12 bulan dan diselrsaikan
maksimal 18 bulan. Setelah selesai minum 12 dosis ® RFT
BAB III
ASUHAN KEKEPRAWATAN TEORI MORBUS HANSEN
3.1 PENGKAJIAN
I. DATA SUBJEKTIF
a. Identitas
b. Keluhan Utama
Pada MH atau morbus Hansen meliputi lesi pada kulit secara tunggal
maupun multiple dan bahkan terdapat nyeri tekan, sebelumnya pasien
mengeluh demam ringan
c. Riwayat Kesehatan
Kesehatan Sekarang
Pasien MH dating berobat dengan keluhan adanya lesi dapat tunggal
maupun multiple, neuritis (nyeri tekan) kadang – kadang gangguan
umum demam ringan dan adanya komplikasi organ tubuh dan gangguan
perabaan
Kesehatan Dahulu
Penyakit yang pernah diderita oleh klien yang sehubungan dengan MH
adalah penyakit masalah kulit yaitu panu, kurab, dan perawatan kulit
yang tidak terjaga.
Kesehatan Keluarga
MH merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman kusta
yang masa inkubasinya diperkirakan 2 – 5 tahun. Jadi salah satu
anggota keluarga yang mempunyai MH akan tertular
d. Pola – Pola Fungsi Kesehatan
Pola Aktivitas / Istirahat
Klien MH dalam aktivitas merasa terganggu karna adanya kelemahan
pada tangan dan kaki maupun kelumpuhan
Pola Sensori dan Kognitif
Kelainan fungsi sensori ini memyebabkan terjadinya gangguan mati
rasa pada telapak tangan dan kaki dapat terjadi luka
12
13
3.2 DIAGNOSA
1. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan lesi dan proses
inflamasi
2. Gangguan rasa nyaman, nyeri yang berhubungan dengan proses inflamasi
jaringan
3. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik
4. Gangguan konsep diri (citra diri) yang berhubungan dengan
ketidakmampuan dan kehilangan fungsi tubuh
14
3.3 INTERVENSI
Diagnosa I :
Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan lesi dan proses inflamasi
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan proses inflamasi berhenti dan
berangsur-angsur sembuh.
Kriteria hasil :
1) Menunjukkan regenerasi jaringan
2) Mencapai penyembuhan tepat waktu pada lesi
Intervensi:
1. Kaji / catat warna lesi,perhatikan jika ada jaringan nekrotik dan kondisi
sekitar luka
Rasional : Memberikan inflamasi dasar tentang terjadi proses inflamasi
dan atau mengenai sirkulasi daerah yang terdapat lesi.
2. Berikan perawatan khusus pada daerah yang terjadi inflamasi
Rasional : menurunkan terjadinya penyebaran inflamasi pada jaringan
sekitar.
3. Evaluasi warna lesi dan jaringan yang terjadi inflamasi perhatikan adakah
penyebaran pada jaringan sekitar
Rasional : Mengevaluasi perkembangan lesi dan inflamasi dan
mengidentifikasi terjadinya komplikasi.
4. Bersihan lesi dengan sabun pada waktu direndam
Rasional : Kulit yang terjadi lesi perlu perawatan khusus untuk
mempertahankan kebersihan lesi
5. Istirahatkan bagian yang terdapat lesi dari tekanan
Rasional : Tekanan pada lesi bisa maenghambat proses penyembuhan
15
Diagnosa 2 :
Gangguan rasa nyaman, nyeri yang berhubungan dengan proses inflamasi
jaringan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan proses inflamasi berhenti dan
berangsur-angsur hilang
Kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan proses inflamasi dapat berkurang
dan nyeri berkurang dan beraangsur-angsur hilang
Intervensi:
1. Observasi lokasi, intensitas dan penjalaran nyeri
Rasional: Memberikan informasi untuk membantu dalam memberikan
intervensi.
2. Observasi tanda-tanda vital
Rasional: Untuk mengetahui perkembangan atau keadaan pasien
3. Ajarkan dan anjurkan melakukan tehnik distraksi dan relaksasi
Rasional: Dapat mengurangi rasa nyeri.
4. Atur posisi senyaman mungkin
Rasional: Posisi yang nyaman dapat menurunkan rasa nyeri
5. kolaborasi untuk pemberian analgesik sesuai indikasi
Rasional: menghilangkan rasa nyeri
Diagnosa 3 :
Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kelemahan fisik dapat teratasi dan
aktivitas dapat dilakukan
Kriteria Hasil :
1) Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari
2) Kekuatan otot penuh
Intervensi :
1. Pertahankan posisi tubuh yang nyaman
Rasional: meningkatkan posisi fungsional pada ekstremitas
16
Diagnosa 4 :
Gangguan konsep diri (citra diri) yang berhubungan dengan ketidakmampuan
dan kehilangan fungsi tubuh
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan tubuh dapat berfungsi secara
optimal dan konsep diri meningkat
Kriteria Hasil :
1) Pasien menyatakan penerimaan situasi diri
2) Memasukkan perubahan dalam konsep diri tanpa harga diri negative
Intervensi :
1. Kaji makna perubahan pada pasien
Rasional: episode traumatik mengakibatkan perubahan tiba-tiba. Ini
memerlukan dukungan dalam perbaikan optimal
2. Terima dan akui ekspresi frustasi, ketergantungan dan kemarahan.
Perhatikan perilaku menarik diri
Rasional: penerimaan perasaan sebagai respon normal terhadap apa yang
terjadi membantu perbaikan
17
3.4 IMPLEMENTASI
Merupakan tindakan yang dilakukan perawat kepada klien sesuai dengan
intervensi keperawatan.
3.5 EVALUASI
Tingkat keberhasilan dalam melakukan tindakan keperawatan
1. Tujuan Terapi
Klien telah mencapai kriteria hasil ditentukan dalam tujuan
2. Tujuan Tercapai Sebagian
Klien menunjukan perubahan perilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan
3. Tujuan Tidak Tercapai
Klien tidak menunjukan perubahan sama sekali
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Penyakit kusta ialah sebuah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit ini adalah tipe penyakit
granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa dari saluran pernapasan atas, dan
lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari luar. Bila tidak ditangani,
kusta dapat sangat progresif, menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf,
anggota gerak, dan mata. Tidak seperti mitos yang beredar di masyarakat,
kusta tidak menyebabkan pelepasan anggota tubuh yang begitu mudah.
4.2 SARAN
1. Diharapkan seluruh tenaga kesehatan khususnya perawat dapat
mengajarkan cara hidup sehat terhadap seluruh klien khususnya morbus
Hansen
2. Diharapkan seluruh tenaga kesehatan khususnya perawat dapat melayani
klien penyakit kusta sesuai dengan kebutuhan asuhan keperawatan
18