Anda di halaman 1dari 22

FILSAFAT ILMU AKUNTANSI

RESUME BUKU SCHROEDER BAB 2&3

ACHMAD ANTA R. PERDANA (7774230006)

MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2023
BAB 2

PENCARIAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. PENGEMBANG-PENGEMBANG TEORI AWAL


Perdebatan mengenai isu-isu keberadaan ilmu akuntansi dan kebutuhan untuk
mengembangkan kerangka teoritis mulai muncul di awal tahun 1900-an. Upaya awal untuk
mengembangkan teori akuntansi di Amerika serikat dikaitkan dengan nama-nama seperti
William A. Paton dan Jhon B. Canning. Karya Patton yang didasarkan pada disertasi
doktoralnya adalah pemikiran awal yang menyatakan pandangan bahwa seluruh perubahan
dalam penilaian aset dan liabilitas harus tercermin dalam laporan keuangan, dan perubahan-
perubahan tersebut harus diukur dengan dasar penilaian terkini (current value base). Paton juga
berpendapat bahwa semua imbal hasil (return) bagi investor (baik dividen maupun bunga)
adalah distribusi pendapatan (distributions of income), dan oleh karenanya pihaknya lebih
mengacu pada konsep entitas daripada konsep kepemilikan yang umum.

Kontribusi penting terhadap pengembangan kerangka konseptual akuntansi juga


diberikan oleh DR Scott melalui karya-karyanya yaitu The Cultural Significance of Accounts, A
Tentative Statement of Principles Underlying Corporate Financial Statements, Responsibilities
of Accountants in a Changing Environment, The Basis for Accounting Principles Dan A
Statement of Basic Accounting Theory. Pada tahun 1941, Scott mengungkapkan kerangka
konseptualnya di dalam “The Basis for Accounting Principles.” Kerangka konseptual Scott
mencakup:
 Postulat Orientasi (Orientation Postulate). Akuntansi didasarkan pada pertimbangan yang
cukup luas atas lingkungan sosial, politik, dan ekonomi saat ini.
 Prinsip Keadilan yang Pervasif (Pervasive Principle of Justice). Tingkatan kedua dari kerangka
konseptual Scott adalah keadilan, yang mana hal ini dipandang sebagai pengembangan aturan
akuntansi yang menawarkan perlakuan yang adil terhadap semua pengguna laporan keuangan.
 Prinsip-Prinsip Kejujuran dan Kewajaran (Principles of Truth and Fairness). Tingkatan ketiga
dari kerangka konseptual Scott memuat prinsip-prinsip kejujuran dan kewajaran. Kejujuran
dipandang sebagai penggambaran yang akurat mengenai informasi yang disajikan. Kewajaran
dipandang sebagai upaya untuk mempertahankan sifat objektivitas, kebebasan dari bias, dan
keberpihakan.
 Prinsip-Prinsip Penyesuaian dan Konsistensi (Principles of Adaptibility and Consistency).
Tingkatan keempat dari hierarki tersebut memuat dua prinsip turunan, yaitu penyesuaian dan
konsistensi. Penyesuaian dipandang perlu karena masyarakat dan kondisi ekonomi senantiasa
berubah; oleh karenanya, akuntansi juga harus berubah. Namun Scott mengindikasikan
perlunya menyeimbangkan antara penyesuaian dan konsistensi dengan menyatakan bahwa
aturan akuntansi tidak seharusnya diubah untuk memenuhi kebutuhan sementara pihak
manajemen.
B. UPAYA AWAL PENGEMBANGAN KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI
OLEH ORGANISASI-ORGANISASI OTORITATIF DAN SEMI OTORITATIF
Pada pertengahan tahun 1930-an, organisasi professional mulai tertarik untuk
mengembangkan teori akuntansi. Pada tahun 1936, American Accounting Association
mengeluarkan pernyataan yang berjudul “A Tentative Statement of Accounting Principles
Affecting Annual Corporate Reports”. Pada tahun 1938, American Institute of Accountants
(AIA) juga menerbitkan sebuah monograf berjudul A Statement of Accounting Principles yang
ditulis oleh Thomas H. Sanders, Henry Rand Hatfield, dan Underhill Moore yang dianggap
menjelaskan teori akuntansi. Tahun 1940 AAA menerbitkan kajian mengenai tolok ukur
(benchmark study) yang dilakukan oleh Paton A.C. Littleton berjudul An Introduction to
Corporate Accounting Standards. Dibentuknya Committee on Accounting Procedure (CAP)
yang kemudian digantikan oleh Acconting Principles Board (APB). Laporan komite tersebut
mengidentifikasi tingkatan yang harus dibahas di dalam pengembangan akuntansi keuangan,
yaitu: postulat, prinsip, aturan penerapan prinsip terhadap situasi tertentu, dan riset. Hal ini
dipandang sebagai upaya myata pertama untuk membangun kerangka konseptual akuntansioleh
suatu badan otoritatif.

PERNYATAAN TENTANG TEORI AKUNTANSI DAN PENERIMAAN TEORI


Proses penetapan standar di awal tahun 1970-an yang belum terselesaikan menyebabkan
AAA kembali mempertimbangkan teori akuntansi. Pada tahun 1973, Committee on Concepts
and Standards for External Financial Reports yang dibentuk oleh AAA ditugaskan untuk
memperbarui ASOBAT karena banyaknya perubahan yang terjadi dalam akuntansi sejak
ASOBAT pertama kali diterbitkan. Komite ini berdiskusi selama periode empat tahun. Oleh
karena penunjukkan anggota komite adalah untuk dua tahun, maka keanggotaan komite berubah
selama masa kerja komite tersebut, namun enam anggota awalnya tidak diganti. Laporan komite
ini, Statement of Accounting Theory and Theory Acceptance (SATTA), ternyata bukan
merupakan pembaruan dari ASOBAT melainkan ulasan mengenai status teori akuntansi dan
penerimaannya. Kesimpulan yang diambil oleh komite adalah fakta bahwa satu teori akuntansi
dasar yang dapat diterima secara universal itu tidak pernah ada.

Pendekatan Klasik

Kajian yang dikelompokkan ke dalam kategori ini mencakup periode waktu diantara tahun
1922 sampai tahun 1962, dengan pengecualian satu monograf yang dipublikasikan pada tahun
1975. SATTA menegaskan bahwa seluruh karya yang ada di rentang waktu tersebut bersifat
deduktif dan mengkritiknya karena karya-karya ini tidak saling berkaitan, yang mana tidak
mengutip atau didasarkan pada karya-karya sebelumnya.
Pendekatan Kegunaan Keputusan
Kajian-kajian dalam teori kegunaan keputusan, termasuk ”A Tentative Statement” dari
AAA; Monograf dari Sanders, Hatfield, dan Moore; ASOBAT; dan trueblood Report, karena
dianggap focus pada pengakuan bahwa kegunaan adalah tujuan dasar dari akuntansi. Pendekatan
ini menekankan pada penggunaan model-model keputusan.

Ekonomika Informasi
Kajian-kajian yang dikelompokkan kedalam kategori ini dipandang telah menggunakan
teori ekonomi untuk menentukan kebutuhan informasi bagi pengambilan keputusan ekonomi.
Kajian tersebut memperlakukan informasi sebagai komunitas yang memiliki biaya dan harga,
serta menguji apakah regulasi mengenai pelaporan keuangan eksternal diinginkan.

Kritik-Kritik terhadap Pendekatan ke Teori Akuntansi


SATTA kemudian memulai pembahasan mengenai mengapa tidak ada pendekatan ke
teori akuntansi yang mendapatkan penerimaan secara umum dan mengangkat 6 permasalahan
sepeti:
1. Masalah dalam mengaitkan teori dengan praktik
2. Masalah alokasi
3. Kesulitan dengan standar-standar normative
4. Kesulitan dalam menginterpretasikan riset mengenai prilaku harga sekuritas
5. Masalah pertimbangan biaya-manfaat dalam teori akuntansi
6. Keterbatasan terkait ekspansi data

EVALUASI SATTA
Jika FASB yang baru dibentuk menggunakan SATTA untuk menentukan arah, mereka
tentu akan kecewa. Pendapat SATTA belum ada teori akuntansi yang diterima secara universal
akhirnya membuat FASB mengembangkan teori semacam itu. FASB merespons dengan
Kerangka Konseptual yang dimilikinya. Fokus SATTA pada perspektif ilmu filosofi tetap
mendapatkan pertentangan. Peasnell (1978) menyimpulkan bahwa pendekatan teori SATTA
tidak menyusun paradigma.

C. PROYEK KERANGKA KONSEPTUAL FASB


Salah satu faktor yang memotivasi pengembangan Proyek Kerangka Konseptual
(Conceptug Framework Project-CFP) adalah pengamatan FASB terhadap kesulitan-kesulitan yan
dialami oleh pendahulunya, APB. Pada awalnya, CFP dikembangkan sendiri oleh FASB,
sementara International Standards Board, mengembangkan CFP-nya sendiri dengan judul
Framework for the Preparation of Financial Statements. Pada bulan Oktober 2004, FASB dan
IASB mengumumkan proyek gabungan yang ditujukan untuk mengembangkan kerangka
konseptual umum yang baru yang dibangun dari kerangka konseptual yang sudah ada. Rencana
kerja proyek ini memiliki total delapan tahapan. Delapan tahapan CFP tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Tujuan dan karakteristik kualitatif.
2. Definisi elemen-elemen, pengakuan, dan penghentian pengakuan.
3. Pengukuran.
4. Konsep entitas pelaporan.
5. Batasan-batasan pelaporan keuangan, serta penyajian dan pengungkapannya.
6. Tujuan dan status kerangka konseptual.
7. Penerapan kerangka konseptual pada entitas nirlaba.
8. Permasalahan lain, jika ada.

kerangka konseptual ini akan berfungsi sebagai pondasi bagi pengembangan akuntansi dan
pelaporan keuangan.

CFP awal dan gabungan telah menghasilkan penerbitan delapan Statements of Financial
Accounting Concepts (SFAC) No. 1: “Objectives of Financial Reporting by Business
Enterprises” (digantikan); No. 2: “Qualitative Characteristics of Accounting Information”
(digantikan); No. 3: “Elements of Financial Statements of Business Enterprises” (digantikan);
No. 4: “Objectives of Financial Reporting by Nonbusiness Organizations” ; No. 5: “Recognition
and Measurement in Financial Statements of Business Enterprises”; No. 6: “Elements of
Financial Statements” (SFAC No. 6 menggantikan SFAC No. 3); No. 7: “Using Cash Flow
Information and Present Value in Accounting Measurements”; dan No. 8: “Conceptual
Framework for Financial Reporting”, yang menggantikan SFAC No. 1 dan No. 2 dan menandai
penyelesaian tahapan pertama dari CFP gabungan yang baru.

Kerangka Konseptual terdiri atas tiga tingkatan. Pada bagian puncak, tingkatan pertama,
mengidentifikasi tujuan pelaporan keuangan (objective of financial reporting) yaitu, tujuan
dilakukannya pelaporan keuangan. Tingkatan kedua menguraikan hal-hal fundamental yang
merupakan karakteristik kualitatif (qualitative characteristics) yang membuat informasi akuntansi
berguna dan elemen-elemen laporan keuangan-elements of financial statements (aset, liabilitas,
dan seterusnya). Tingkatan ketiga mengidentifikasj pedoman penerapan untuk pengakuan,
pengukuran, dan pengungkapan (recognition, measurement, and disclosure) yang digunakan
untuk menetapkan dan menerapkan standar-standar akuntansi, serta konsep-konsep tertentu yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Pedoman-pedoman ini mencakup asumsi-asumsi, prinsip-
prinsip, dan batasan-batasan yang menjelaskan lingkungan pelaporan saat ini. Para pengguna
utama informasi keuangan adalah investor, pemberi pinjaman, dan kreditur lainnya yang ada
pada saat ini dan yang potensial, yaitu, penyedia modal.

STATEMENT OF FINANCIAL ACCOUNTING STANDARDS NO.8


Bab 1 dari SFAC No.8 menyatakan bahwa tujuan dari pelaporan keuangan secara umum
adalah memberikan informasi keuangan mengenai entitas pelaporan yang berguna bagi investor,
pemberi pinjaman dan kreditur lainnya yang ada pada ssat ini dan yang potensial terkait
pengambilan keputusan. Tingkatan kedua memuat konsep-konsep dasar. Bab 3 dari SFAC No.8
mengidentifikasi karakteristik kualitatif dari informasi akuntansi yang membedakan informasi
yang lebih baik dengan informasi yang kurang baik untuk tujuan pengambilan keputusan.
Pengguna Utama
Para pengguna utama informasi keuangan adalah investor, pemberi pinjaman, dan
kreditur lainnya yang ada pada saat ini dan yang potensial, yaitu, penyedia modal.

Hambatan Biaya
Biaya dinelaskan didalam SFAC No.8 sebagai hambatan yang pervasive pada informasi
yang dapat diberikan oleh pelaporan keuangan.

Karakteristik Kualitatif
Karakteristik kualitatif ini merupakan karkteristik dasar atau meningkatkan, tergantung
pada bagaimana karakteristik tersebut mempengaruhi maanfaat informasi bagi keputusan. Kua
kualitas dasar yang membuat informasi akuntansi berguna bagi pengambilan keputusan adalah
relevansi dan penyajian yang jujur.

Kritik terhadap CFP


Young berpendapat bahwa para akutan selama ini terlalu dipengaruhi oleh ekonom-
ekonom marginal yang berorientasi pada utilitas yang berkeyakinan bahwa organisasi bisnis
yang melakukan perdagangan di pasar akan membentuk sebagian dari perekonomian
masyarakat. Keuntungan merupakan hasil dari aktivitas tersebut dan menunjukkan efisiensi
organisasi dalam memanfaatkan sumber daya masyarakat yang terbatas.

STATEMENT OF FINANCIAL ACCOUNTING CONCEPTS NO.5: “PENGAKUAN


DAN PENGUKURAN DALAM LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN
(RECOGNITION AND MEASUREMENT IN FINANCIAL STATEMENTS OF
BUSINESS ENTERPRISES)”

Laba komprehensif adalah perubahan dalam ekuitas (asset neto) suatu entitas selama
suatu periode yang berasal dari transaksi, peristiwa, kan kondisi dari sumber daya non pemilik.
Perubahan yang dimaksud meliputi semua perubahan dalam ekuitas selama satu periode, kecuali
yang berasal dari investasi yang dilakukan oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik.

STATEMENT OF FINANCIAL ACCOUNTING CONCEPTS NO.6: “ELEMEN-


ELEMEN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN (ELEMENTS OF FINANCIAL
STATEMENTS OF BUSINESS ENTERPRISES)”

SFAC No.6 mendefinisikan sepuluh elemen laporan keuangan yang digunakan untuk
mengukur kinerja dan posisis keuangan entitas ekonomi, yaitu asset, liabilitas, ekuitas, investasi
oleh pemilik, distribusi kepada pemilik, laba komprehensif, pendapatan, beban, keuntungan dan
kerugian –mempresentasikan bagian bagian yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan.

STATEMENT OF FINANCIAL ACCOUNTING CONCEPTS NO.7: “PENGGUNAAN


INFORMASI ARUS KAS DAN NILAI SEKARANG DALAM PENGUKURAN
AKUNTANSI (USING CASH FLOW INFORMATION AND PRESENT VALUE IN
ACCOUNTING MEASUREMENTS)”

SFAC No. 7 memberikan kerangka untuk menggunakan arus kas masa depan sebagai
dasar pengukuran akuntansi pada saat pengakuan aset awal atau pengukuran awal yang baru, dan
metode bunga untuk amortisasi. Selain itu, SFAC No. 7 memberikan prinsip-prinsip umum yang
mengatur penggunaan nilai sekarang, terutama ketika jumlah arus kas masa depan, waktu
terjadinya, atau keduanya tidak pasti dan terdapat pemahaman yang umum terkait tujuan nilai
sekarang pada pengukuran akuntansi. SFAC No. 7 tidak menangani masalah pengakuan atau
menentukan kapan pengukuran awal yang baru dianggap tepat. Peristiwa dan kondisi yang
menyebabkan pengukuran awal yang baru dianggap bervariasi dalam setiap situasi. FASB
berharap dapat memutuskan apakah situasi tertentu menuntut adanya pengukuran awal yang baru
untuk masing-masing proyek.

Pengukuran akuntansi adalah topik yang sangat umum. Oleh karena itu, FASB fokus
pada serangkaian pertanyaan yang relevan dengan konvensi pengukuran dan amortisasi yang
menggunakan teknik-teknik nilai sekarang.

PERKEMBANGAN TERBARU

Pada tahun 2010, FASB memutuskan bahwa karena prioritas ditempatkan pada
proyekproyek lain, FASB tidak dapat meluangkan waktu yang diperlukan untuk menangani
permasalahan-permasalahan CFP yang masih ada secara baik. Sebelumnya, Tahapan D telah
menghasilkan publikasi makalah pembahasan dan draf eksposur, tetapi tidak pernah difinalisasi.
Tahapan B dan C akan dibahas secara ekstensif, tapi tidak ada makalah pembahasan maupun
draf eksposur yang pernah dirilis. Tahapan E sampai H tidak pernah dipertimbangkan.

Selanjutnya, pada bulan Mei 2012, IASB mengumumkan bahwa mereka akan
meneruskan pembahasan mengenai CFP sebagai proyek yang dijalankan oleh IASB dan bukan
lagi proyek gabungan dengan FASB. Oleh karena itu, IASB menerbitkan Draf Eksposur
(Exposure Draft) pada tanggal 28 Mei 2015 yang menjelaskan Kerangka Konseptual yang sudah
direvisi (dibahas di Bab 3). Draf Eksposur ini dikembangkan setelah mempertimbangkan
respons-respons yang diterima dari makalah pembahasan yang dirilis sebelumnya.

Tahun 2014, FASB juga memutuskan untuk mengaktifkan kembali CFP dan menerbitkan
Draf Eksposur yang mempertimbangkan hal-hal konseptual yang berkaitan dengan
pengungkapan yang dimuat di dalam catatan kaki atas laporan keuangan. Maksud dari proyek ini
adalah untuk menjadi Bab 8 di SFAC No. 8. Sebelumnya, FASB telah melakukan studi lapangan
yang meminta masukan dari pihak-pihak yang berkepentingan mengenai usulan untuk
menetapkan kriteria saat memutuskan jenis-jenis pengungkapan yang dibutuhkan di dalam
catatan atas laporan keuangan yang dilaporkan oleh organisasiorganisasi publik, swasta, dan
nirlaba.

Proyek FASB berupaya meningkatkan efektivitas pengungkapan di dalam catatan atas


laporan keuangan dengan mengharuskan adanya penyajian informasi yang paling penting atau
relevan bagi pengguna laporan keuangan suatu entitas. Kerangka pengungkapan FASB
dimaksudkan untuk mengembangkan keputusan yang konsisten bagi FASB terkait persyaratan
pengungkapan dan berfungsi sebagai “pedoman” bagi keputusan-keputusan mengenai
pengungkapan yang dilakukan oleh entitas pelaporan. FASB juga ingin memberikan fleksibilitas
dan keleluasaan dalam menerapkan persyaratan pengungkapan.

Saat ini, FASB mengevaluasi persyaratan pengungkapan atas empat topik akuntansi:

 Pengukuran Nilai Wajar (Fair Value Measurement dalam FASB ASC 820-10-50).
 Program Pensiun Manfaat Pasti (Defined Benefit Plan dalam FASB ASC 715-20-50).
 Pajak Penghasilan (Income Taxes dalam FASB ASC 740-10-50).
 FASB Persediaan (Inventory FASB dalam ASC 330-10-50).
D. STANDAR-STANDAR AKUNTANSI BERBASIS PRINSIP VERSUS BERBASIS
ATURAN
Selama awal tahun 2000-an, FASB mencatat bahwa perhatian telah ditunjukkan terkait
kualitas dan transparansi informasi akuntansi. Salah satu perhatian utama adalah semakin
meningkatnya kompleksitas standar-standar FASB dan pengembangan standar akuntansj
berbasis aturan. Sarbanes-Oxley Act tahun 2002 berupaya menangani permasalahan ini dengan
mengharuskan SEC menguji kelayakan sistem akuntansi berbasis prinsip. Pada tahun 2003, SEC
menerbitkan kajiannya mengenai adopsi sistem yang berbasis prinsip. Kajian ini mencatat bahwa
ketidaksempurnaan bisa terjadi ketika standar-standar yang ditetapkan berbasis prinsip atau pun
berbasis aturan.
Hal ini berarti standar-standar yang hanya berbasis prinsip dapat merepresentasikan
sejumlah kesulitan dalam pelaksanaannya karena standar seperti itu hanya memberikan sedikit
pedoman atau struktur kepada para penyusun laporan keuangan dan auditor dalam membuat
penilaian profesional. Standarstandar berbasis aturan sering kali memberikan sarana untuk
mengelak dari tujuan standar. Untuk menggambarkan perbedaan di antara standar berbasis aturan
dan standar berbasis prinsip, berikut perbandingannya:

E. KONVERGENSI INTERNASIONAL
Pada rapat gabungan di Norwalk, Connecticut pada tanggal 18 September 2002, FASB
dan IASB sama-sama mengakui komitmennya terhadap pengembangan standar akuntansi yang
sangat berkualitas dan kompatibel, yang dapat digunakan untuk pelaporan keuangan baik
domestik maupun nondomestik (Norwalk Agreement). Proyek konvergensi internasional tersebut
memiliki tiga aspek utama: (1) Proyek Penyajian Laporan Keuangan-Financial Statement
Presentation Project, (2) Proyek Kerangka Konseptual-Conceptual Framework Project, dan (3)
Proyek Konvergensi Convergence Project.

PROYEK PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN FASB-IASB

Pada bulan April 2004, FASB dan IASB memutuskan untuk menggabungkan masing-
masing proyeknya terkait pelaporan dan pengkasifikasian komponen-komponen pendapatan,
beban, keuntungan, dan kerugian. Proyek ini dilaksanakan untuk menetapkan standar umum
yang sangat berkualitas terkait penyajian informasi di dalam laporan keuangan, termasuk
pengklasifikasian dan pemaparan line item, serta penggabungannya menjadj subtotal dan total.
Tujuannya adalah menyajikan informasi di dalam setiap laporan keuangan (dan dij antara
laporan-laporan keuangan) dengan cara yang meningkatkan kemampuan para investor, kreditur,
dan pengguna laporan keuangan lainnya untuk:

a. Memahami posisi keuangan suatu entitas pada saat ini dan di masa lalu.

b. Memahami aktivitas operasi, pembiayaan, dan aktivitas-aktivitas lain di masa lalu yang
menyebabkan posisi keuangan suatu entitas berubah, beserta komponen-komponen yang
menyebabkan perubahan tersebut.

c. Menggunakan informasi laporan keuangan tersebut, beserta informasi dari sumber-sumber


lainnya untuk menilai jumlah, waktu terjadinya, dan ketidakpastian arus kas entitas di masa
depan.

PROYEK KERANGKA KONSEPTUAL


Tujuan proyek ini adalah menciptakan pondasi yang baik bagi standar akuntansi di masa
depan yang berbasis prinsip, konsisten secara internal, dan terkonvergensi secara internasional.
Proyek ini dikembangkan ke dalam delapan tahapan:
 Tahapan Tujuan dan Karakteristik Kualitatif
 Tahapan Definisi Elemen-Elemen, Pengakuan, dan Penghentian Pengakuan
 Tahapan Pengukuran
 Tahapan Konsep Entitas Pelaporan
 Tahapan Penyajian dan Pengungkapan, serta Batasan-Batasan dalam Pelaporan Keuangannya
 Tahapan Tujuan dan Status Kerangka Kerja
 Tahapan Penerapan Kerangka Kerja bagi Entitas Nirlaba
 Tahapan Sisa Permasalahan, Jika Ada

PROYEK KONVERGENSI
Tujuan dari konvergensi standar akuntansi adalah membuat perusahaan-perusahaan di
negara- negara yang berbeda menggunakan prosedur akuntansi yang sama dalam mengukur dan
melaporkan posisi keuangan, serta hasil operasinya. Ini merupakan tujuan yang diinginkan
karena perbedaan dalam penggunaan prosedur akuntansi memengaruhi data yang tersedia untuk
melakukan investasi. Tujuan dari proyek konvergensi adalah menghilangkan perbedaan di antara
IFRS dan GAAP AS.
BAB 3
AKUNTANSI INTERNASIONAL

A. PENDAHULUAN

Akuntansi keuangan disetiap Negara memiliki perbedaan sejarah, nilai, budaya, sistem
politik dan ekonomi, serta juga berada pada berbagai tahap perkembangan ekonomi. Pengaruh-
pengaruh nasional ini berinteraksi satu sama lain yang pada gilirannya memengaruhi
perkembangan dan penerapan praktik-praktik akuntansi keuangan dan prosedur-prosedur
pelaporannya. Akibat dari perbedaan kebangsaan dan standar akuntansi keuangan yang
diterapkan pada data akuntansi yang dilaporkan oleh perusahaan-perusahaan multinasional
seingkali berbeda secara signifikan diantara satu Negara dengan Negara lainnya. Hal ini
menuntut adanya kebutuhan terhadap pelaporan keuangan yang bersifat global untuk
meningkatkan perdagangan multinasional.

B. MASALAH-MASALAH AKUNTANSI BISNIS INTERNASIONAL

Eksposur pertama suatu perusahaan terhadap akuntansi internasional sering kali terjadi
karena pembelian atau penjualan unit-unit barang dagangan dengan entitas asing. Berurusan
dengan perusahan-perusahaan asing menghadirkan beberapa pemasalahanunik. Pertama, terdapat
kemungkinan keuntungan dan kerugian valuta asing diantara waktu suatu pesanan dibuat atau
diterima dan waktu pembayarannya. Selain itu, sulit untuk memperoleh informasi kredit
internasional, serta mengevaluasi likuiditas dan solvabilitas suatu perusahaan dari laporan
keuangannyayang mungkin kompleks karena penggunaan bahasa yang berbeda dan/atau prinsip-
prinsip akuntansi yang berbeda. Seiring meningkatna perdagangan perusahaan di luar negeri,
perusahaan mungkin perlu membuat divisi internasional. Selain itu, perusahaan juga mungkin
merasa perlu untuk mengembangkan keahlian akuntansi internasional. Terakhir, perusahaan
mungkin ingin meningkatkan modal dalam pasar luar negeri. Jika memang demikian, perusahaan
mungkin perlu menyusun laporan keuangannya dengan cara yang bias diterima oleh bursa saham
luar negeri yang ditujunya.

C. PERKEMBANGAN SISTEM AKUNTANSI

Budaya suatu Negara tidak hanya memengaruhi praktik-praktik bisnis yang


dijalankannya, tetapi juga prosedur-prosedur akuntansi yang digunakannya. Pengelompokkan
praktik-praktik akuntansi berdasarkan budaya semata terlalu sederhana. Tingkat perkembangan
sistem akuntansi suatu negara juga dipengaruhi oleh kekuatan kekuatan lingkungan, seperti
tingkat pendidikan secara umum, tipe sistem politik yang dianut suatu negara, tipe sistem hukum
yang berlaku, dan sejauh mana perkembangan ekonomi yang terjadi di negara tersebut. Sebagai
contoh, perkembangan standar-standar akuntansi di Amerika Serikat dipengaruhi oleh Revolusi
Industri dan kebutuhan untuk mendapatkan sumber modal swasta. Konsekuensinya, informasi
akuntansi keuangan dibutuhkan untuk memberikan informasi mengenai profitabilitas dan
pengelolaan kepada investor dan kreditur.

 Tingkat Pendidikan
Terdapat kecenderungan adanya korelasi langsung di antara tingkat pendidikan yang dimiliki
oleh penduduk suatu negara dengan perkembangan praktik pelaporan akuntansi keuangan di
negara tersebut. Karakteristik-karakteristik yang menjadi bagian dari faktor lingkungan tersebut,
antara lain adalah tingkat literasi di suatu negara; persentase populasi yang telah menyelesaikan
pendidikan dasar, pendidikan tinggi, dan universitas; orientasi pada system pendidikan (vokasi,
profesional, dan lain sebagainya); serta kesesuaian sistem pendidikan dengan kebutuhan
ekonomi dan sosial suatu negara.
 Sistem Politik
Tipe sistem politik (sosialis, demokratis, totaliter, dan lain sebagainya) dapat memengaruhi
perkembangan standar dan prosedur akuntansi. Sistem akuntansi di suatu negara dengan
perekonomian yang dikendalikan secara terpusat akan berbeda dengan sistem akuntansi di
negara dengan perekonomian yang berorientasi pasar.
 Sistem Hukum
Sejauh mana UU di suatu negara menentukan praktik akuntansi yang akan memengaruhi
kekuatan profesi akuntan di negara tersebut. Ketika pemerintah menentukan praktik dan prosedur
akuntansi, maka otoritas profesi akuntan biasanya lemah. Sebaliknya, penetapan kebijakan
akuntansi tanpa melalui proses hukum oleh organisasi-organisasi professional merupakan
karakteristik dari negara-negara yang menganut hukum anglo saxon (common- law).
 Perkembangan Ekonomi
Tingkat perkembangan ekonomi suatu negara memengaruhi perkembangan dan penerapan
praktik-praktik pelaporan keuangannya. Negara-negara yang tingkat perkembangan ekonominya
rendah secara relatif akan kurang membutuhkan system akuntansi yang kompleks dibandingkan
negara-negara yang tingkat perkembangan ekonominya lebih tinggi.

D. PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN BAGI PARA PENGGUNA ASING


Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan bagi para penggunanya di luar negeri dapat
mengambil salah satu dari beberapa pendekatan dalam penyusunan laporan keuangannya:

 Mengirimkan serangkaian laporan keuangan yang sama ke semua pengguna (baik domestik
maupun asing).
 Menerjemahkan laporan keuangan yang ikirimkan ke pengguna di luar negeri dalam bahasa
nasional yang digunakan di negara pengguna yang dituju.
 Menerjemahkan laporan keuangan yang dikirimkan ke pengguna di luar negeri dalam bahasa
nasional dan mata uang yang digunakan di negara pengguna yang dituju.
 Menyusun dua rangkaian laporan keuangan, satu laporan menggunakan bahasa, mata uang, dan
prinsip akuntansi di negara domisili perusahaan, sementara laporan yang kedua menggunakan
bahasa, mata uang, dan prinsip akuntansi di negara pengguna yang dituju.
 Menyusun serangkaian laporan keuangan yang dibuat berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi
yang diterima di seluruh dunia.

E. INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARDS COMMITTEE

International Accounting Standards Committee (IASC) yang dibentuk pada tahun 1973
mengembangkan standar-standar akuntansi di seluruh dunia. Komite ini merupakan lembaga
sektor swasta yang independen yang mana tujuannya adalah mencapai keseragaman dalam
prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan di dalam pelaporan keuangan di seluruh dunia.
Pernyataan-pernyataan IASC tersebut dikenal sebagai International Accounting Standards (IAS).

Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap kebutuhan atas pendekatan-pendekatan baru untuk
penetapan standar internasional. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Pertumbuhan pasar modal internasional yang begitu cepat, dikombinasikan dengan peningkatan
listing dan investasi antarnegara.
2. Upaya organisasi-organisasi berskala global (seperti, World Trade Organization) dan badan-
badan regional (seperti, Uni Eropa, NAFTA, MERCOSUR [negara-negara dengan pasar umum
di selatan Amerika, seperti Argentina, Brasil, Paraguay, dan Uruguayl, dan Asia-Pacific
Economic Cooperation) untuk mengurangi hambatan- hambatan pada perdagangan internasional.
3. Kecenderungan menuju internasionalisasi regulasi bisnis.
4. Peningkatan pengaruh standar-standar akuntansi internasional terhadap persyaratan dan praktik
akuntansi nasional.
5. Akselerasi inovasi dalam transaksi-transaksi bisnis.
6. Peningkatan permintaan pengguna terhadap tipe-tipe informasi keuangan dan informasi kinerja
lainnya yang baru.
7. Perkembangan-perkembangan baru dalam distribusi elektronik atas informasi keuangan dan
informasi kinerja lainnya.
8. Kebutuhan yang semakin meningkat atas informasi keuangan dan informasi kineria lainnya yang
relevan dan dapat diandalkan, baik di negara-negara yang berada dalam masa ransisi dari
perekonomian terencana menjadi perekonomian pasar, maupun dalam negara-negara yang
sedang mengembangkan perekonomian industrialisasi yang baru.

 IFRS FOUNDATION
IFRS Foundation terdiri atas duapuluh dua pengurus. Susunan kepengurusan tersebut
membutuhkan keseimbangan latar belakang profesional yang tepat, termasuk auditor, penyusun
laporan, pengguna laporan, akademisi, dan pejabat lain yang melayani kepentingan publik. Dua
pengurus biasanya merupakan rekan senior dari kantor akuntan publik internasional yang
ternama. Susunan kepengurusan IFRS Foundation mengatur keseimbangan geografis berikut
dalam memilih para pengurusnya: Enam dari Amerika Utara. Enam dari Eropa. Enam dari
wilayah Asia-Pasifik. Empat dari wilayah lain yang terkait dengan keseimbangan geografis
secara keseluruhan. Tugas para pengurus mencakup hal-hal berikut:
1. Menunjuk anggota Dewan, termasuk anggota yang akan berperan dalam kapasitasnya sebagai
penghubung dengan lembaga pembuat standar nasional dan menetapkan kontrak- kontraknya
terkait kriteria layanan dan kinerjanya.
2. Menunjuk anggota Standing Interpretations Committee dan Standards Advisory Council.
3. Meninjau strategi IASB dan efektivitasnya secara tahunan.
4. Menyetujui anggaran IASB dan menentukan dasar pendanaannya secara tahunan.
5. Meninjau masalah-masalah strategis yang cukup memengaruhi standar akuntansi,
mengembangkan IASB dan pekerjaannya, serta mendorong sasaran penerapan IAS secara ketat
dengan catatan bahwa para pengurus tidak dilibatkan dalam hal-hal teknis yang terkait dengan
standar akuntansi.
6. Menetapkan dan mengubah prosedur-prosedur operasi untuk Dewan, Standing
Interpretations Committee, dan Standards Advisory Council (SAC).
7. Menyetujui amendemen-amendemen terhadap konstitusi ini setelah melalui proses penyiapan
(due process), termasuk konsultasi dengan SAC dan publikasi draf eksposur untuk mendapatkan
komentar publik.

F. IFRS FOUNDATION CONSTITUTION

IFRS Foundation Constitution awalnya disetujui oleh Board of the International Accounting
Standards Committee pada bulan Maret 2000 dan oleh anggota IASC pada pertemuan tanggal 24
Mei 2000. Sebelumnya, pada pertemuan yang diselenggarakan di bulan Desember 1999, Dewan
IASC telah menunjuk Nominating Committee untuk memilih kepengurusan pertamanya.
Pengurus-pengurus tersebut dipilih dan mulai bertugas pada bulan Mei 2000. Para pengurus ini
membentuk International Accounting Standards Committee Foundation pada bulan Februari
2001. Konstitusi telah direvisi pada bulan Maret 2002 untuk mencerminkan keputusan pengurus
yang membentuk International Financial Reporting Interpretations Committee (IFRIC).
Konstitusi tersebut menuntut para pengurus untuk meninjau Konstitusi setiap lima tahun. Para
pengurus memulai tinjauan pertamanya di bulan November 2003 dan menyelesaikan tinjauan
tersebut pada bulan Juni 2005 dan mulai berlaku efektif tanggal 1 Juli 2005. Amendem.
berikutnya diadopsi dan disetujui oleh para pengurus pada bulan Oktober 2007. Tujuan IFRS
Foundation adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengembangkan, dengan mempertimbangkan kepentingan public, serangkaian standar


pelaporan keuangan yang sangat berkualitas, dapat dipahami, dapat dilaksanakan, dan diterima
secara global berdasarkan prinsip-prinsip yang diartikulasikan dengan jelas.
2. Untuk mendorong penggunaan dan penerapan standar-standar tersebut secara tepat.
3. Dalam memenuhi tujuan-tujuan yang dikaitkan dengan dua tujuan pertanma tersebut, jika
diperlukan, Dewan dapat memperhitungkan kebutuhan entitas dalam berbagai ukuran dan bentuk
dalam kondisi perekonomian yang berbeda-beda.
4. Untuk mengembangkan dan memfasilitasi pengadopsian IFRS melalui konvergensi standar-
standar akuntansi nasional dan IFRS sebagai standar dan interpretasi yang dikeluarkan oleh
IASB.

 Kegunaan International Accounting Standards


Standar-standar akuntansi internasional (International Accounting Standards-IAS) dapat
digunakan dalam berbagai cara. IASB mencatat bahwa standar-standarnya yang akan digunakan:
1. Sebagai ketentuan nasional.
2. Sebagai dasar bagi beberapa atau seluruh ketentuan nasional.
3. Sebagai tolok ukur (benchmark) internasional bagi negara-negara yang mengembangkan
ketentuannya sendiri.
4. Oleh pihak-pihak yang berwenang untuk perusahaan-perusahaan domestik dan asing
5. Oleh perusahaan itu sendiri.

Selain itu, IOSCO mengacu pada IASB untuk menyediakan IAS yang dapat digunakan dalam
penawaran-penawaran sekuritas perusahaan multinasional. Saat ini, sejumlah bursa saham di
berbagai negara mewajibkan atau mengizinkan emiten (issuer) untuk menyusun laporan
keuangan sesuai dengan International Accounting Standards (IAS). IASB tidak memiliki
wewenang untuk memaksakan dan harus mengandalkan pada upaya terbaik yang dilakukan
para anggotanya. Namun, pengaruh lembaga-lembaga akuntan profesional dalam
pembentukan regulasi-regulasi akuntansi berbeda antara negara yang satu dengan negara yang
lain.

Piagam (charter) dan tindakan-tindakan IASB tidak mengakomodasi perbedaan perbedaan di


tingkat nasional. Dalam hal ini, setiap negara memiliki kelompok pengguna informasi
keuangannya sendiri (pemilik, pemberi pinjaman, peminjam, karyawan, pemerintah, dan lain
sebagainya), yang kesemuanya berjalan di dalam lingkungan budaya, sosial, hukum, politik, dan
ekonomi negara tersebut. Para pengguna tersebut juga mungkin memiliki tingkat kepentingan
yang relatif berbeda antar satu negara dengan negara lain yang menciptakan keberagaman dalam
peranan akuntansi keuangan antarnegara tersebut.

A. IASC DAN IOSCO

IOSCO adalah asosiasi dari organisasi-organisasi yang meregulasi pasar sekuritas dan
kontrak berjangka di dunia. Anggota IOSCO biasanya adalah Securities Commission atau
regulator keuangan yang utama dari setiap negara anggota. IOSCO memiliki anggota lebih dari
100 negara yang meregulasi lebih dari 95 persen pasar sekuritas dunia. Peran organisasi ini
adalah membantu para anggotanya mengembangkan standar regulasi yang tinggi dan berfungsi
sebagai forum bagi regulator-regulator nasional untuk saling bekerja sama satu sama lain, serta
degan organisasi-organisasi internasional lainnya. Pada akhir tahun 1980-an, IOSCO mendekati
IASC dan mengusulkan untuk mendukung standarnya bagi penggunaan oleh para anggota
regulator jika IASB membuat perbaikan yang signifikan terhadap standar-standar tersebut.
IOSCO secara khusus meminta revisi sebagai berikut: penghapusan perlakuan-perlakuan
alternative, pengembangan standar-standar yang cukup lengkap dan terperinci, serta persyaratan
pengungkapan yang memadai.

B. PROYEK PERBAIKAN TAHUNAN IASB

Pada bulan Juli 2006, IASB mengumumkan bahwa mereka akan memulai proyek perbaikan
tahunannya. Dewan menyatakan: "Perubahan terhadap standar-standar, betapa pun kecilnya,
menghabiskan waktu bagi Dewan dan menjadi beban bagi pihak lain. IASB telah mengadopsi
proses tahunan untuk menangani amendemen-amendemen yang dibutuhkan tetapi tidak
mendesak bagi lFRS. " Masalah-masalah yang dihadapi dalam proses ini timbul dari poin-poin
yang diangkat oleh IFRIC dan saran-saran dari para staf maupun praktisi dan berfokus pada area
inkonsistensi dalam IFRS atau jika klarifikasi atas kata-kata dibutuhkan. Akibatnya, Dewan akan
mengevaluasi apakah amendemen dianggapsesuai untuk menangani masalah yang teridentifikasi
dalam proyek ini seperti halnya ketika Dewan mengevaluasi seluruh keputusan agenda teknis
lainnya yang membutuhkan penilaian. Perbaikan-perbaikan yang diadopsi akan dipublikasikan di
dalam seluruh draf eksposur pada kuartal ketiga atau keempat setiap tahunnya.
C. PENGGUNAAN STANDAR-STANDAR IASC

Globalisasi bisnis dan keuangan telah berujung pada pengadopsian IFRS oleh lebih dari
12.000 perusahaan dari sekitar 116 negara. Tahun 2005, Uni Eropa mulai meminta perusahaan-
perusahaan yang terdapat di Negara-negara bagiannya, yang mana sekuritasnya terdaftar di bursa
saham yang teregulasi oleh Uni Eropa, untuk menyusun laporan keuangan konsolidasianya
berdasarkan IFRS. Australia dan Selandia Baru pada dasarnya telah mengadopsi IFRS sebagai
standar nasionalnya.

Demi membantu perusahaan-perusahaan melakukan perubahan dengan IFRS dan


memungkinkan para pengguna laporan perusahaan untuk memahami pengaruh dari penerapan
serangkaian standar akuntansi baru, IASB mengeluarkan IFRS No. 1, "First-time Adoption of
International Financial Reporting Standards”, yang menjelaskan bagaimana suatu entitas
seharusnya melakukan transisi ke IFRS dari dasar akuntansi lainnya.

D. KONVERGENSI IASB-FASB

Di awal tahun 2000-an, IASB dan FASB terlibat dalam upaya-upaya untuk mendapatkan
serangkaian standar akuntansi internasional yang seragam. Di antara upaya-upaya tersebut
adalah Proyek Konvergensi Internasional Jangka Pendek (Short-term International Conνergence
Project) FASB dan Norwalk Agreement.

 PROYEK KONVERGENSI INTERNASIONAL JANGKA PENDEK FASB


Tujuan Proyek Konvergensi Internasional Jangka Pendek (Short-term International Conνergence
Project) FASB ini adalah menghilangkan berbagai perbedaan di antara GAAP AS dan IFRS
yang tidak berada di dalam cakupan proyek-proyek besar lainnya. Cakupan proyek ini dibatasi
dengan perbedaan-perbedaan, yang mana konvergensi di seputar penyelesaian yang sangat
berkualitas dapat dicapai dalam jangka pendek, biasanya dengan memilih di antara IFRS dan
GAAP AS yang ada.
FASB bermaksud menganalisis setiap perbedaan di dalam cakupan tersebut dan mengubah
literatur GAAP AS yang berlaku untuk mengurangi atau menghilangkan perbedaan yang ada
maupun mengomunikasikan alasan Dewan yang memilih tidak mengubah GAAP AS kepada
IASB. FASB dan IASB mulai membahas perbedaan-perbedaan yang teridentifikasi terkait
penyelesaian proyek jangka pendek di tahun 2003 dengan tujuan mencapai kesesuaian dengan
menemukan solusi-solusi bersama yang sangat berkualitas. Kedua Dewan tersebut sepakat untuk
menggunakan upaya terbaiknya dalam menerbitkan draf eksposur (exposure draft) atas usulan
perubahan terhadap GAAP AS atau IFRS yang mencerminkan solusi bersama untuk beberapa,
jika tidak seluruhnya, perbedaan-perbedaan yang telah diidentifikasi pada kuartal pertama tahun
2004.

 NORWALK AGREEMENT
FASB dan IASB mengadakan rapat gabungan di Norwalk Connecticut, pada tanggal 18
September 2002. Kedua badan pembuat standar tersebutmengungkapkan komitmennya terhadap
perkembangan standar-standar akuntansi yang kompatibel dan sangat berkualitas yang dapat
digunakan untuk pelaporan keuangan, baik domestik maupun nondomestik. Mereka juga berjanji
menggunakan upaya terbaiknya untuk membuat standar pelaporan keuangan yang ada sekarang
kompatibel segera setelah diberlakukan dan mengoordinasikan program-program kerjanya di
masa depan untuk mempertahankan tingkat kesesuaian. Sampai akhirnya, kedua Dewan
menyepakati usulan-usulan berikut:
1. Melaksanakan proyek jangka pendek yang ditujukan untuk menghilangkan sejumlah perbedaan
di antara GAAP AS dan IFRS.
2. Menghilangkan setiap perbedaan lainnya di antara IFRS dan GAAP AS yang masih ada pada
tanggal 1 Januari 2005 dengan melakukan proyek-proyek yang akan ditangani oleh kedua dewan
tersebut secara bersamaan.
3. Tetap melanjutkan kemajuan pada proyek-proyek gabungan yang saat ini sedang berjalan.
4. Mendorong lembaga-lembaga interpretatifnya untuk mengoordinasikan sejumlah aktivitas yang
dilakukannya.

Tujuan dari proyek ini adalah mencapai kesesuaian dengan mengidentifikasi sejumlah
penyelesaian bersama yang sangat berkualitas.

E. PENGARUH STANDAR AKUNTANSI INTERNASIONAL VERSUS GAAP AS

Pada bulan Februari 2000, SEC memilih untuk meminta perusahaan-perusahaan Amerika
Serikat agar berkomentar mengenai apakah SEC sebaiknya mengizinkan perusahaan- perusahaan
asing untuk mendaftarkan sekuritasnya di bursa saham Amerika Serikat berdasarkan aturan-
aturan akuntansi internasional. Sebelumnya, perusahaan-perusahaan asing yang ingin mendaftar
pada bursa saham Amerika Serikat harus menyusun kembali laporan keuangannya agar
mencerminkan GAAP yang berlaku pada saat itu. Rekonsiliasi ini dilakukan dengan
mengajukan Form 20-F kepada SEC dalam waktu enam bulan dari akhir tahun fiskal perusahaan.

Pada bulan April 2005, Chief Accountant SEC Donald T. Nicolaisen mengusulkan adanya
pembatalan persyaratan rekonsiliasi untuk emiten swasta asing yang menggunakan IFRS.
Komite American Accounting Association diberi tanggung jawab untuk menanggapi usulan ini
dan mereka menyimpulkan bahwa belum waktunya menghilangkan persyaratan rekonsiliasi.
Komite ini juga mencatat bahwa keputusan untuk menghilangkan persyaratan rekonsiliasi Form
20-F bagi kepentingan emiten swasta asing harus didasarkan pada salah satu atau kedua premis
berikut:

1. GAAP AS dan IFRS paling tidak merupakan serangkaian prinsip-prinsip akuntansi yang sama-
Sama bersifat informatif.
2. Para investor dapat menyusun kembali ringkasan ukuran-ukuran akuntansi berbasis GAAP AS
yang konsisten dan dapat diperbandingkan dari laporan keuangan IFRS.

Terakhir, komite AAA lainnya menyatakan bahwa serangkaian standar yang sangat berkualitas
yang dicapai melalui konvergensi lebih disukai daripada mengizinkan dua GAAP yang berbeda.
SEC mengambil langkah ke arah konvergensi pada tahun 2007 ketika komisi tersebut
memutuskan untuk melihat kemungkinan mengizinkan perusahaan-perusahaan Amerika Serikat
mengadopsi IFRS. Dalam menjelaskan alasan mereka atas keputusan tersebut, SEC mencatat
bahwa pergerakan menuju IFRS telah mulai berdampak pada perusahaan- perusahaan Amerika
Serikat, terutama perusahaan-perusahaan yang memiliki rekam jejak global yang signifikan. Hal
ini berarti perusahaan asing yang terdaftar dapat menggunakan GAAP AS atau IFRS tanpa perlu
merekonsiliasi laba dan ekuitas pemegang sahamnya dengan GAAP AS berdasarkan aturan baru
yang mengubah Form 20-F yang diadopsi oleh SEC; akibatnya, hal itu terlihat menjadi lebih adil
bagi perusahaan-perusahaan Amerika Serikat yang bersaing untuk memperoleh modal di pasar
sekuritas yang sama yang juga menggunakan GAAP AS atau IFRS.

 Kelebihan Standar
Masalah kelebihan standar (standards overload) juga menjadi perhatian IASB. Selama beberapa
tahun ke belakang, terjadi kenaikan permintaan secara internasional, baik dari negara-negara
yang perekonomiannya maju maupun berkembang untuk serangkaian standar akuntansi yang
bersifat umum dan tegas yang lebih sederhana daripada IFRS lengkap yang bisa digunakan bagi
usaha berskala kecil dan menengah. Akibatnya, pada tahun 2009, IASB memublikasikan IFRS
yang dirancang untuk digunakan oleh entitas berskala kecil dan menengah (small and medium-
sized entities-SME), yang diperkirakan merepresentasikan lebih dari 95 persen dari seluruh
perusahaan. Tujuan standar ini adalah menyediakan serangkaian prinsip akuntansi yang lebih
sederhana, lengkap, dan didasarkan pada IFRS lengkap, namun sesuai untuk perusahaan-
perusahaan kecil yang tidak terdaftar karena IFRS yang lengkap dikembangkan terutama untuk
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa saham. Pernyataan ini memiliki dampak berikut:
1. Meniadakan topik-topik dalam IFRS yang tidak relevan dengan SME.
2. Memungkinkan adanya opsi yang lebih mudah jika IFRS memperbolehkan pemilihan kebijakan
akuntansi.
3. Menyederhanakan banyak prinsip yang terkait dengan pengakuan dan pengukuran aset, liabilitas,
pendapatan, dan beban.
4. Menuntut adanya pengungkapan yang secara signifikan lebih sedikit.

F. KERANGKA PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

Pada tahun 1989, IASC menerbitkan kerangka konseptualnya yang berjudul


"KerangkaPenyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (Framework for the Preparation and
Presentation of Financial Statement)." IASB menyatakan bahwa tujuan pernyataan tersebut
adalah menetapkan konsep-konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan
untuk para pengguna eksternal dengan cara:

1. Membantu IASB mengembangkan standar-standar akuntansi di masa depan.


2. Mengembangkan harmonisasi standar-standar akuntansi.
3. Membantu lembaga-lembaga pembuat standar nasional.
4. Membantu para penyusun laporan menerapkan standar-standar internasional.
5. Membantu para auditor membentuk opini terkait sesuai atau tidaknya laporan keuangan dengan
standar-standar internasional.
6. Membantu para pengguna menginterpretasikan laporan keuanga yang
disusun berdasarkan standar-standar internasional.
7. Menyediakan informasi mengenai pendekatan IASB untuk pembentukan standar standar
akuntansi internasional bagi para pihak yang berkepentingan.

Kerangka awal menetapkan elemen-elemen berikut:

 Tujuan laporan keuangan.


 Karakteristik kualitatif yang menentukan kegunaan informasi di dalam laporan keuangan.
 Definisi, pengakuan, dan pengukuran elemen-elemen yang membentuk laporan keuangan.
 Konsep-konsep yang terkait dengan modal dan pengelolaan modal.

Kerangka awal menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang menyusun laporan keuangan


bertujuan uum diarahkan bagi kebutuhan informasi berbagai pengguna, termasuk para investor,
karyawan, pemberi pinjaman, pemasok, dan kreditur perdagangan lain, beserta pelanggan,
pemerintah dan lembaga-lembaganya, dan masyarakat umum.

 Pengukuran Elemen-Elemen Laporan Keuangan


Pengukuran termasuk menentukan jumlah moneter yang akan diakui dan dilaporkan bagi
elemen-elemen laporan keuangan. Kerangka IFRS mengakui berbagai dasar pengukuran yang
digunakan saat ini dengan tingkatan yang berbeda-beda dan kombinasi yang beragam di dalam
laporan keuangan, termasuk:
 Biaya historis (historical cost)
 Biaya Kini (Current cost)
 Nilai (Penyelesaian) realisasi bersih (Net realizable (settlement) νalue)
 Nilai sekarang (yang terdiskonto) (Present νalue (discounted).
Biaya historis adalah dasar pengukuran yang paling umum digunakan saat ini, tetapi biasanya
dikombinasikan dengan dasar pengukuran lainnya. Kerangka IFRS tidak menyertakan sejumlah
konsep atau prinsip yang bias digunakan untuk memilih dasar pengukuran yang harus digunakan
untuk elemen-elemen laporan keuangan tertentu atau dalam kondisi tertentu; namun demikian,
masing-masing standar dan interpretasinya memberikan pedoman untuk hal ini.

 Konsep Terkait Modal Dan Pengelolaan Modal


Dengan konsep modal keuangan, modal (capital) dapat diartikan sebagai sinonim dari asset atau
ekuitas neto suatu perusahaan. Dengan konsep modal fisik, modal dianggap sebagai kapasitas
produktif suatu perusahaan. Kerangka ini menunjukkan bahwa penentuan konsep modal yang
sesuai oleh perusahaan harus didasarkan pada kebutuhan para pengguna laporan keuangannya.
Konsep-konsep pengelolaan modal berikut dapat digunakan:
 Pengelolaan modal keuangan (financial capital maintenance). Keuntungan hanya dapat diperoleh
jika nilai keuangan (atau uang) dari asset neto pada akhir periode melebihi asset neto di awal
periode, tidak termasuk setiap distribusi pada atau kontribusi dari pemilik.
 Pengelolaan modal fisik (Physical capital maintenance). Keuntungan hanya dapat diperoleh jika
kapasitas produktif (atau kapasitas operasi) fisik suatu perusahaan melebihi kapasitas produktif
fisik di awal periode.

Anda mungkin juga menyukai