Anda di halaman 1dari 4

TEORI AKUNTANSI NORMATIF-

KASUS PROYEK KERANGKA KONSEPTUAL

DEFINISI KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI


Menurut FASB mendefinisikan kerangka konseptual sebagai sebuah sistem yang
koheren dari tujuan dan fundamental yang saling terkait yang diharapkan akan mengarah pada
standar yang konsisten (Pernyataan konsep akuntansi keuangan Nomor 1: Tujuan Pelaporan
Keuangan oleh Perusahaan Bisnis, 1978). Kerangka kerja konseptual berusaha untuk
menyediakan teori akuntansi. Kerangka konseptual memberikan preskripsi sehingga mereka
dianggap sebagai teori normatif akuntansi. Kerangka konseptual menetapkan sifat, fungsi, dan
 batasan akuntansi dan pelaporan keuangan.

Dasar pemikiran kerangka kerja konseptual untuk mengembangkan praktek pelaporan


keuangan secara logis dan konsisten, kita perlu mengatasi masalah-masalah seperti : apa yang
kami maksud dengan pelaporan keuangan dan apa yang seharusnya menjadi ruang lingkupnya,
karakteristik organisasi yang menunjukkan bahwa entitas harus menghasilkan laporan
keuangan, apa tujuan pelaporan keuangan, apa karakteristik kualitatif informasi keuangan yang
seharusnya dimiliki, apa saja unsur pelaporan keuangan, aturan pengukuran apa yang harus
digunakan. Para pendukung berpendapat bahwa tanpa kesepakatan tentang masalah
fundamental, standar akuntansi akan dikembangkan secara ad hoc dengan
hoc dengan konsistensi terbatas
antara standar akuntansi dengan tidak adanya kerangka konseptual. Kerangka kerja harus
dikembangkan dalam urutan tertentu dengan beberapa masalah harus diselesaikan sebelum
 pindah ke “building blocks”
blocks” berikutnya.

TINJAUAN SINGKAT TENTANG SEJARAH PERKEMBANGAN KERANGKA


KERJA KONSEPTUAL

Kerangka konseptual dikembangkan di sejumlah yurisdiksi termasuk AS, Inggris,


Kanada, Australia, Selandia Baru, Komite Standar Akuntansi Internasional. Dalam beberapa
tahun terakhir banyak negara telah mengadopsi kerangka IASB mengingat bahwa mereka telah
memutuskan untuk mengadopsi standar akuntansi yang dirilis oleh IASB. Tidak ada pembuat
standar yang mengembangkan kerangka konseptual secara kengkap, masalah pengukuran
 biasanya tidak tertangani.
Moonitz (1961) dan Sprouse dan Moonitz (1962) menetapkan bahwa praktik
akuntansi harus didasarkan pada current value. Grady (1965) mengembangkan teori akuntansi
 berdasarkan deskripsi praktik yang ada sehingga
sehingga menyebabkan rilisnya Accounting Principles
Board (APB) No. 4, namun profesi akuntansi dibawah kritik karena kurangnya kerangka yang
nyata.

a. Trueblood Report

AICPA membentuk komite trueblood pada tahun 1971 yang menghasilkan trueblood
report yaitu laporan yang menguraikan 12 tujuan akuntansi dan tujuh karakteristik kualitatif
yang harus dimiliki oleh informasi keuangan. Objektif 1 berfokus pada kebutuhan informasi
 pengguna laporan keuangan. Objektif 2, perlu melayani pengguna dengan kemampuan terbatas
untuk meminta informasi keuangan.

b. Proyek Kerangka Kerja Konseptual FASB


Pada tahun 1974 APB digantikan oleh FASB yang kemudian memulai proyek
kerangka konseptualnya. Enam Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) dirilis
dari tahun 1978 hingga 1985. SFACs awal cukup normatif, tetapi SFAC No. 5 yang berkaitan
dengan pengakuan dan pengukuran sebagian besar deskriptif praktek saat ini menerima banyak
kritik. Sejak 2005 FASB dan IASB telah bekerja sama menuju perkembangan kerangka kerja
konseptual yang direvisi, yang akan digunakan oleh kedua belah pihak yang disebut sebagai
 proyek konvergensi.

c. Perkembangan Kerangka Kerja Konseptual di Inggris


Di Inggris langkah awal menuju panduan yang berkaitan dengan tujuan dan
identifikasi pengguna yang disediakan oleh The Corporate Report (1976). The Corporate
Report berkaitan dengan pengalamatan hak masyarakat dalam hal akses mereka ke informasi
keuangan (lebih luas daripada anggapan pengguna yang diadopsi dalam kerangka kerja
lainnya). Akhirnya isi secara umum tidak diterima oleh profesi akuntansi. Pada tahun 1991
Accounting Standards Board (ASB) mengadopsi kerangka konseptual IASC. Kerangka IASC
 pada umumnya konsisten dengan kerangka kerja AS dan Australia yang kemudia dikenal
sebagai kerangka IASB.

d. Perkembangan Kerangka Kerja Konseptual di Australia


Tingkat perkembangannya lambat. Hanya empat Statement of Accounting (SAC)
yang dirilis. SAC 1 (definisi entitas pelaporan), SAC 2 (tujuan secara umum pelaporan
keuangan), SAC 3 (karakteristik kualitatif informasi keuangan), SAC 4 (definisi dan
 pengakuan unsur-unsur laporan keuangan), SAC ke 5 yang terkait dengan pengukuran tidak
 pernah dirilis. Pada tahun 2005, Australia mengadopsi kerangka IASB sebagai hasil dari
keputusan Dewan Pelaporan Keuangan bahwa Australia akan mengadopsi IAS/IFRS pada
tahun 2005. SAC 3 dan SAC 4 ditinggalkan. SAC 1 dan SAC 2 dipertahankan hingga saat
kerangka IASB yang direvisi dikembangkan.

MEMBANGUN BLOCK KERANGKA KERJA KONSEPTUAL

a. Definisi Entitas Pelaporan


Kerangka konseptual memberikan definisi atas entitas yang diperlukan untuk
menghasilkan GPFR yang dikenal sebagai entitas pelaporan. General Purpose Financial Report
(GPFR) didefinisikan sebagai laporan:
Dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan informasi secara umum bagi pengguna
yang tidak mampu menguasai penyusunan laporan yang disesuaikan sehingga
memuaskan, khususnya semua kebutuhan informasi mereka (SAC 1 paragraf 6)
GPFR adalah laporan yang sesuai dengan standar akuntansi dan prinsip akuntansi
yang berlaku umum lainnya (GAAP). Sedangkan laporan tujuan khusus disediakan untuk
memenuhi permintaan informasi dari pengguna tertentu, atau sekelompok pengguna. Tidak
semua entitas digolongkan sebagai entitas pelaporan. SAC 1 menyatakan bahwa GPFR harus
dipersiapkan ketika ada pengguna
Kebutuhan informasinya memiliki elemen yang sama, dan para pengguna tersebut
tidak dapat memerintahkan persiapan informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi
individual mereka' (para. 8).
Faktor-faktor yang menunjukkan entitas pelapor (SAC 1)
1. Pemisahan manajemen dari mereka yang memiliki kepentingan ekonomi dalam
entitas
2. Kepentingan ekonomi / politik / pengaruh entitas kepada pihak lain
3. Karakteristik keuangan entitas

b. Tujuan General Purpose Financial Reporting (GPFR)


Tujuan secara tradisional adalah untuk memungkinkan pihak luar dalam menilai
 pengelolaan manajemen. Tujuan terbaru dari pelaporan keuangan adalah untuk membantu
melaporkan kepada pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Tujuan dari General
Purpose Financial Reporting dalam SAC 2 dianggap untuk memberikan informasi kepada
 pengguna yang berguna untuk membuat dan mengevaluasi keputusan tentang alokasi sumber
daya yang langka. Tujuan lain dari pelaporan keuangan adalah untuk memungkinkan entitas
 pelaporan untuk menunjukkan akuntabilitas antara entitas dan pihak-pihak yang dianggap
 bertanggung jawab atas entitas tersebut. Akuntabilitas didefinisikan sebagai kewajiban untuk
memberikan suatu akun atau perhitungan tindakan-tindakan yang menjadi tanggung jawab
seseorang.

c. Pengguna Laporan Keuangan


SAC 2 mengidentifikasi tiga kelompok pengguna utama untuk GPFR:
1. Penyedia sumber daya
Meliputi karyawan, pemberi pinjaman, kreditur, pemasok, investor dan kontributor.
2. Penerima barang dan jasa
Meliputi pelanggan dan penerima manfaat.
3. Pihak yang melakukan fungsi peninjauan dan pengawasan
Meliputi parlemen, pemerintah, badan pengatur, analis, serikat pekerja, kelompok
 pengusaha, media dan kelompok minat khusus.

d. Karakteristik Kualitiatif Laporan Keuangan


Untuk memastikan informasi keuangan berguna untuk pengambilan keputusan
ekonomi, kita perlu mempertimbangkan atribut atau kualitas yang seharusnya dimiliki
informasi keuangan. Karakteristik kualitatif primer telah diidentifikasi dalam kerangka IASB
diantaranya mampu dipahami, relevansi, realibilitas, dan komparabilitas. Kerangka IASB
tampaknya memberikan keunggulan yang lebih besar terhadap relevansi dan reliabilitas.

Kemampuan Memahami (Understandability)


Dalam kerangka IASB, informasi dianggap dapat dimengerti jika mungkin dipahami oleh
 pengguna dengan beberapa pengetahuan bisnis dan akuntansi. Namun, ini tidak berarti bahwa
informasi kompleks yang relevan dengan pembuatan keputusan ekonomi harus dihilangkan
dari laporan keuangan karena tidak mungkin dipahami oleh beberapa pengguna.
Suatu beban harus diakui kapan, besar kemungkinan bahwa konsumsi atau hilangnya manfaat
ekonomi di masa depan yang mengakibatkan penurunan aset dan / atau peningkatan kewajiban
telah terjadi, dan konsumsi atau hilangnya manfaat ekonomi dapat diukur dengan andal.

g. Prinsip Pengukuran
Sampai saat ini sangat sedikit preskripsi dalam kaitannya dengan pengukuran yang
disediakan oleh kerangka konseptual. Pernyataan FASB memberika deskripsi sebagai
 pendekatan untuk mengukur elemen tanpa memberika preskripsi.

MANFAAT YANG TERKAIT DENGAN KERANGKA KERJA KONSEPTUAL


1. Standar akuntansi harus lebih konsisten dan logis
2. Pengatur standar harus lebih bertanggung jawab atas keputusan mereka
3. Komunikasi antara pengatur standar dan konstituen mereka harus ditingkatkan
4. Pengembangan standar akuntansi harus lebih ekonomis
5. Jika kerangka kerja konseptual mencakup masalah tertentu, mungkin ada kebutuhan
yang berkurang untuk standar akuntansi tambahan
6. Menekankan peran 'kegunaan keputusan' dari laporan keuangan daripada membatasi
 perhatian pada masalah yang terkait dengan stewardship.

Kerugian kerangka kerja konseptual:


1. Organisasi yang lebih kecil mungkin merasa terbebani dengan persyaratan pelaporan
2. Biasanya ekonomi dalam fokus sehingga mengabaikan transaksi yang tidak melibatkan
transaksi pasar atau pertukaran hak milik, lebih lanjut memperkuat pentingnya kinerja
ekonomi relatif terhadap kinerja sosial
3. Mewakili kodifikasi praktik yang ada

KERANGKA KONSEPTUAL SEBAGAI SARANA UNTUK MELEGITIMASI BADAN


PENGATURAN STANDAR

Beberapa (misalnya Hines dan Solomon) telah menyarankan bahwa kerangka


konseptual telah digunakan sebagai alat untuk membantu memastikan keberadaan profesi
akuntansi yang sedang berlangsung. Meningkatkan kemampuan profesi untuk mengatur diri
sendiri, sehingga meniadakan intervensi pemerintah

Anda mungkin juga menyukai