Anda di halaman 1dari 1

Kisi-kisi

1. Kapan asuhan keperawatan nya diambil?


2. Di puskesmas mana saja? Dan siapa subjek nya? Usia berapa?
3. Untuk intervensi yang diambi apa?
4. Lalu berdasarkan data 4 pasien tersebut apa saja dx Yg ditemukan?
5. Dan apakah intervensi hanya kompres hangat saja?
6. Lalu untuk evaluasi penurunan suhunya bagaimana? Apakah karena efek
obatnya atau kompres hangatnya?
7. Berapa lama diberikan kompres hangatnya?
8. Kenapa ibu ambil kasus DBD? Apakah kasus DBD di puskesmas banyak?
9. Pada saat asuhan keperawatan apakah diberikan kompres hangatnya saat
dinas atau saat demam terjadi? Kalo pas gak dinas lalu demam bagaimana?
Jawaban:
1. Asahan keperawatan diambil pada bulan Oktober 2021 yaitu tinggal 14-16
Oktober 2021
2. Di puskesmas peniangan dan puskesmas Tanjung harapan, untuk usia kami
ambil responden usia anak Dari usia 5-10 tahun
3. Untuk fokus intervensinya kompres hangat karena penelitian sblmnya
menyatakan bahwa kompres hangat efektif untuk turun kan demam
4. Untuk dx rata rata kami ambil pasien Yg dhf dengan hipertermi
5. Intervensi yang kami lakukan tidak hanya kompres hangat, kami lalukan
intervensi secara komprehensif pda semua masalah keperawatan di 4 pasien namun
fokus kami ke kompres hangat nya untuk mengatasi demam nya
6. Untuk evaluasi penurunan suhunya memang efek obat berpengaruh namun
saat kami lakukan intervensi kompres hangat itu saat demam sehingga efek kontes
hangat terhadap demamnya terjadi penurunan suhu yng tadinya demam jdi turun suhu
demamnya
7. Durasi pemberian kompres hangat selama 20 menit dan saat keluhan demam
itu terjadi kami lakukan kompres hangat
8. Iyaa karena pada bukan itu kasus DBD di puskesmas kami banyak dn rata
rata pasien Yg terserang DBD. Adalah usia anak
9. Saat dinas dn saat tidak dinas karena kami saat dinas kami Yg berikan
namun saat tidak dinas kami memberikan mandat kepada perawat lainnya atau keluarga
untuk melakukan kompres hangat jika demam muncul lg

hidup pada tahun 1986 menjadi 425 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992,
kemudian menurun lagi menjadi 373 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1995. Pada
SKRT 2001 tidak dilakukan survei mengenai AKI. Kemudian pada tahun 2002-2003, AKI
menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil survei Demografi dan
Kependudukan Indonesia (SDKI) 2003. AKI provinsi Sumatera Selatan masih berpedoman
pada hasil SUSENAS 2005 yaitu 262 per 100.000 kelah

Anda mungkin juga menyukai