Anda di halaman 1dari 24

ISLAM & POLITIK DINASTI

PROF. DR.-ING. FAHMI AMHAR


STRUKTUR

1. Definisi
2. Asal Muasal
3. Dampak
4. Antisipasi
5. Islam & Realitas Politik
DEFINISI

Politik dinasti merujuk pada


sistem pemerintahan di
mana kekuasaan dan
pengaruh politik diwariskan
secara turun-temurun
dalam satu keluarga atau
dinasti.
PERBEDAAN
Dinasti Politik:
Politik Dinasti:
• "Dinasti politik" mengacu pada situasi di
mana keluarga atau individu tertentu secara • "Politik dinasti" menyoroti cara politik
berulang kali menduduki posisi politik atau dijalankan atau dipengaruhi oleh dinasti
pemerintahan. atau keluarga tertentu.
• Contohnya adalah keluarga atau individu • Ini dapat merujuk pada pengaruh kuat
yang secara terus-menerus mendominasi keluarga atau dinasti dalam menentukan
panggung politik dalam kurun waktu kebijakan, penunjukan jabatan, atau
tertentu, seringkali dengan adanya mengendalikan sumber daya politik dan
perpindahan kekuasaan dari satu generasi ekonomi.
ke generasi berikutnya.

Jadi, intinya, "dinasti politik" lebih menekankan pada kenyataan bahwa ada suatu keluarga
atau individu yang terus-menerus mendominasi dalam politik, sementara "politik dinasti"
lebih umum mengacu pada bagaimana dinasti tersebut memengaruhi atau terlibat dalam
proses politik secara keseluruhan.
ASAL MUASAL

Munculnya politik dinasti


bisa dipengaruhi oleh
faktor budaya, sejarah,
dan kekuatan ekonomi.
https://www.liputan6.com/ne
ws/read/2799388/catatan-
dinasti-politik-di-indonesia

https://katadata.co.id/sortatob
ing/infografik/63da2909ec302/
dinasti-politik-rentan-korupsi
DAMPAK

Dampaknya bervariasi,
tetapi seringkali melibatkan
konsentrasi kekuasaan (merapuhkan negara!)
dan kesempatan yang tidak merata,
serta risiko korupsi.
KORELASI

• Terdapat beberapa penelitian yang mengindikasikan adanya korelasi


antara politik dinasti dan tingkat korupsi.
• Berbagai studi menemukan bahwa negara-negara yang memiliki
politik dinasti cenderung memiliki tingkat korupsi yang lebih tinggi.
• Dinasti politik sering kali menciptakan lingkungan di mana
kekuasaan dan sumber daya terkonsentrasi dalam keluarga tertentu,
meningkatkan risiko penyalahgunaan kekuasaan dan korupsi.
https://www.cambridge.org/core/journals/macroeconomic-
http://etheses.lse.ac.uk/605/1/Rahman_Essays dynamics/article/abs/dynamic-model-of-taxation-corruption-and-public-
%20on%20Political%20Dynasties_public.pdf investment-in-the-dynastic-cycle-the-case-of-imperial-
china/6036039E8AC6C21B8482D8EFDE60E0C2
http://www.unisci.es/wp-
https://devotion.greenvest.co.id/index.php/dev/article/view/99/223
content/uploads/2020/06/UNISCIDP53-10TITINpdf.pdf
APAKAH ISLAM MENDUKUNG POLITIK DINASTI ?

• Tidak ada ajaran Islam yang secara eksplisit mendukung / melarang politik dinasti.
• Meskipun Islam memiliki prinsip-prinsip tata pemerintahan yang menekankan
keadilan, transparansi, dan partisipasi masyarakat, penerapannya dapat bervariasi
tergantung pada interpretasi dan implementasi oleh pemimpin dan masyarakat.
• Beberapa masyarakat Muslim mengkritik politik dinasti karena dapat
mengakibatkan konsentrasi kekuasaan dalam satu keluarga, yang bertentangan
dengan prinsip-prinsip keadilan dan partisipasi. Namun, ada juga kasus-kasus di
mana dinasti politik dianggap stabil dan mendukung stabilitas politik.
ANTISIPASI

Untuk mengantisipasi politik dinasti, penting untuk memperkuat


lembaga-lembaga yang mendorong partisipasi masyarakat dalam
proses politik, dan menerapkan aturan yang mengontrol kekuasaan
berlebihan dari satu keluarga.
Reformasi kebijakan dan pendidikan politik juga dapat membantu
menciptakan lingkungan politik yang lebih sehat dan inklusif.
CARA ISLAM MENCEGAH POLITIK DINASTI

Islam sebagai agama memberikan prinsip-prinsip dan pedoman


untuk tata pemerintahan yang adil, partisipatif, dan transparan.
Meskipun tidak secara khusus mengomentari masalah politik dinasti,
prinsip-prinsip tersebut dapat membantu
mencegah konsentrasi kekuasaan dalam satu keluarga
(yang membuat negara rapuh oleh disrupsi)
dan mencegah menjalarnya korupsi.
Berikut adalah beberapa caranya:
CARA ISLAM MENCEGAH POLITIK DINASTI

1. Keadilan dan Meritokrasi:


Islam mendorong penerapan keadilan
dalam segala aspek kehidupan,
termasuk dalam hukum dan dalam
pemilihan pemimpin.
Prinsip meritokrasi, yaitu penunjukan
pemimpin berdasarkan kualifikasi,
kompetensi, dan keberhasilan, dapat
mencegah keterlibatan keluarga atau
dinasti.
”Permisalan orang yang menjaga larangan-larangan Allah dan orang yang melanggar larangan-larangan-Nya adalah bagaikan sekelompok orang yang berundi dalam sebuah kapal.
Yang berada di bagian bawah bila ingin mengambil air, tentu ia harus melewati orang-orang di atasnya. Mereka berkata, “Andaikan saja kita membuat (satu) lubang di bagian kita in
Seandainya yang berada di bagian atas membiarkan orang-orang di bawah menuruti kehendaknya, niscaya semuanya akan binasa. Dan, bila mereka melarang orang-orang yang di b

CARA ISLAM MENCEGAH POLITIK DINASTI

2. Partisipasi Masyarakat:
Islam mendorong partisipasi aktif ”Permisalan orang yang menjaga larangan-larangan Allah dan
orang yang melanggar larangan-larangan-Nya adalah bagaikan
masyarakat dalam proses politik. Dengan
sekelompok orang yang berundi dalam sebuah kapal. Akhirnya
melibatkan berbagai lapisan masyarakat, ada sebagian orang mendapat bagian atas dan sebagiannya lagi
risiko dominasi satu keluarga dalam di bagian bawah kapal tersebut.
politik dapat dikurangi.
Yang berada di bagian bawah bila ingin mengambil air, tentu ia
harus melewati orang-orang di atasnya. Mereka berkata,
“Andaikan saja kita membuat (satu) lubang di bagian kita ini,
(tentu) tidak mengganggu orang yang berada di atas kita.”

Seandainya yang berada di bagian atas membiarkan orang-orang


di bawah menuruti kehendaknya, niscaya semuanya akan binasa.
Dan, bila mereka melarang orang-orang yang di bawah berbuat
demikian, maka mereka selamat dan selamat pula semua
penumpang kapal itu.” [ Hadits riwayat Al-Bukhari (2361)]
CARA ISLAM MENCEGAH POLITIK DINASTI
Suatu saat Abu Hurairah berkunjung ke Umar. Ketika itu Umar telah
mengangkat Abu Hurairah sebagai pejabat di Bahrain. Ia membawa
kekayaan 10.000 dinar.
3. Transparansi dan Umar berkata, “Engkau telah melebihkan dirimu dengan harta ini, wahai
musuh Allah dan musuh Kitab-Nya! “.
Pertanggungjawaban
Abu Hurairah : “Aku bukan musuh Allah dan bukan musuh Kitab-Nya,
Prinsip transparansi dan tetapi aku adalah musuh orang yang memusuhi Allah dan Kitab-Nya“.
pertanggungjawaban dalam Islam
dapat membantu mencegah Umar pun bertanya, “Darimana uang ini engkau dapatkan?”
penyalahgunaan kekuasaan dan Abu Hurairah, “Kudaku berkembang biak, hasil usahaku naik, dan
bagianku dari harta rampasan perang menumpuk“.
korupsi.
Menetapkan mekanisme yang Umar memberhentikan Abu Hurairah. Setelah itu para petugas Umar
memastikan akuntabilitas menyelidiki asal dari uang tersebut, ternyata didapatkan sesuai
pemimpin dapat membantu pengakuan Abu Hurairah, lalu Umar meminta kembali Abu Hurairah
mencegah pembentukan dinasti untuk menjadi pejabat, namun Abu Hurairah menolaknya
(HR Abdur Razzaq di Mushannaf dan Ibnu Sa’din dalam Ath-Thabaqat).
politik yang tidak sehat. https://muslim.or.id/25064-antara-umar-bin-khathab-radhiallahuanhu-dan-
harta-3.html
CARA ISLAM MENCEGAH POLITIK DINASTI

4. Rotasi Kekuasaan:
Meskipun tidak ada aturan khusus
yang mengharuskan rotasi
kekuasaan, konsep ini dapat
diinterpretasikan dari prinsip-prinsip
Islam.
Rotasi kekuasaan dapat mencegah
keterlibatan keluarga atau individu
tertentu dalam kepemimpinan yang
terus-menerus.
CARA ISLAM MENCEGAH POLITIK DINASTI

5. Kritik terhadap Nepotisme:


Islam secara umum mengecam
nepotisme atau pemberian keuntungan
kepada anggota keluarga.
Memahami nilai-nilai ini dapat
membentuk opini publik dan mencegah
penerimaan politik dinasti.
Umar melarang anaknya berbisnis
sebab khawatir ada privilege karena
jabatan ayahnya.
Umar juga menolak usulan umat agar
menominasikan anaknya (Abdullah)
yang faqih sebagai calon penggantinya.
MEMILIH CALON YANG AKAN DIBAIAT SEBAGAI KHALIFAH

1. Musyawarah perwakilan para pemuka rakyat (kasus Abu Bakar)


2. Nominasi khalifah sebelumnya (kasus Umar)
3. Komite yang dibentuk untuk membatasi calon dan mencari suara masyarakat
(kasus Utsman)
4. Wakil Khalifah yang otomatis naik ketika khalifah terbunuh (kasus Ali)
REALITAS HISTORIS

Meskipun Islam memiliki prinsip-prinsip keadilan dan meritokrasi


dalam pemerintahan, sejarah mencatat bahwa dalam beberapa
periode, sistem politik dinasti menjadi kenyataan.
Ini mencerminkan dinamika politik dan sosial pada masa itu, dan
perlu dicatat bahwa keberadaan dinasti tersebut tidak selalu
mencerminkan prinsip-prinsip Islam yang ideal.
Realitas (Sejarah) bukan sumber /dalil hukum.
REALITAS HISTORIS

Keberadaan dinasti Umayyah, dinasti Abbasiyah, dan dinasti Utsmaniyah


menunjukkan adanya fenomena politik dinasti dalam sejarah Islam.
Ini mencerminkan realitas bahwa keluarga-keluarga tertentu mendominasi
pemerintahan dan kepemimpinan selama periode waktu tertentu.
1. Dinasti Umayyah: Pasca Khulafaur Rasyidin, Al-Hasan digantikan keluarga Umayyah,
seperti Muawiyah bin Abi Sufyan. Dinasti ini mendominasi dari 661 hingga 750 M.
2. Dinasti Abbasiyah: menggantikan dinasti Umayyah dari 750 hingga 1258 M.
3. Dinasti Utsmaniyah: didirikan pada abad ke-13 dan menjadi penguasa Kekhalifahan
Utsmaniyah yang berkuasa hingga awal abad ke-20.
Dinasti Umayyah
(bukan Dinasti Muawiyah) !!!

https://wargamasyarakat.org/1-jelaskan-silsilah-para-khalifah-
dinasti-bani-umayyah/
Dinasti Abbasiyah s/d Khalifah ke-8

https://www.medianekita.com/edukasi/2249914784/rangkuma
n-materi-pai-kelas-8-smpmts-kurikulum-merdeka-bab-5-masa-
keemasan-islam-era-daulah-abbasiyah
islam memiliki cara untuk mencegah konsentrasi kekuasaan hanya pada satu
keluarga (dinasti) yang dapat merapuhkan negara dan mempermudah korupsi.
Namun realitasnya ditentukan oleh seberapa dalam ketaqwaan para elit dan
keberanian masyarakat untuk melakukan dakwah kontrol sosial.

Anda mungkin juga menyukai