TINJAUAN PUSTAKA
Model ini mengkaji masalah perilaku manusia dan faktor - faktor yang
(behavior causes) dan faktor diluar (non behavior causes). Menurut (Lawrance
Green, 1980 dalam Maharani, 2018) perilaku terbentuk dari tiga faktor yaitu :
dan unsure lain yang terdapat dalam diri individu maupun masyarakat
rumah sakit, posyandu, dokter atau bidan praktik, dan juga mencari
informasi melalui media massa seperti media internet, media cetak, media
evaluasi proses, fase 8 evaluasi dampak, dan fase 9 evaluasi hasil. (Bella,
2020)
Precede - Proceed Model terdiri dari sembilan fase dimana bagian
PRECEDE terdiri dari 5 fase (Fase 1-5) berfokus pada perencanaan program dan
bagian PROCEED terdiri dari 4 fase (Fase 6-9) berfokus pada implementasi dan
1. Pengkajian sosial
2. Pengkajian epidemologi
mempengaruhi kualitas hidup, dimana pada fase ini akan dikaji faktor-
dan faktor pendorong (reinforcing factors). Fase ini merujuk pada tiga
untuk melihat apakah tujuan dan sasaran program sudah sesuai dengan
6. Implementasi
untuk melihat apakah tujuan dan sasaran program sudah sesuai dengan
7. Evaluasi proses
8. Evaluasi dampak
Fase ini, dilakukan untuk menilai keefektifan program dan melihat dampak
yang terjadi pada seseorang atau masyarakat dari segi perilaku dan gaya
9. Evaluasi hasil
Fase evaluasi hasil, merupakan kegiatan untuk melihat efek yang diperoleh
perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat
dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas perbuatannya tanpa
didahului oleh pertimbangan yang matang. (Suindri, 2020). Oleh sebab itu, sudah
tidak lagi menjadi suatu perkara yang mudah untuk menghadapi berbagai karakter
para remaja. Menurut WHO, remaja merupakan penduduk yang memiliki umur
antara 12 sampai dengan 21 tahun, Sedangkan menurut departemen Republik
Indonesia usia remaja terbagi menjadi dua, yaitu remaja awal yang memiliki
rentan usia 12 sampai 16 tahun dan remaja akhir yang memiliki rentan usia 17
sampai 25 tahun. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak
menuju masa dewasa. Masa ini, remaja akan mengalami proses pematangan dan
perkembangan yang pesat baik mental ataupun fisik. Oleh karena itu, masa remaja
1. Pra-remaja (11 atau 12-13 atau 14 tahun) Fase pra-remaja ini berlangsung
sangat singkat, hanya sekitar satu tahun. untuk anak- anak berusia 12 atau
13 tahun - 13 atau 1 tahun. Fase ini disebut juga fase negatif karena lebih
antara orang tua dan anak. Perkembangan fungsi tubuh juga terganggu
diri yang hebat, yang berubah dan meningkat dalam kaitannya dengan apa
pada usia ini. Dia mencari identitas pribadi karena statusnya tidak jelas
saat ini. Pola hubungan sosial mulai berubah. Seperti orang dewasa muda,
pemikiran logis, abstrak dan idealis serta banyak waktu jauh dari keluarga.
3. Remaja usia lanjut (17-25 tahun) ingin sekai menjadi pusat perhatian, dia
idealis, bersemangat serta memiliki ambisi dan energi yang besar. Dia
emosional.
dari periode sebelumnya dan berikutnya. Masa remaja selalu menjadi masa yang
sulit bagi remaja dan orang tuanya. Adapun ciri-ciri remaja dalam (Mawaddah,
1. Pertumbuhan fisik
Anak perempuan tumbuh pesat antara usia 10 dan 15 tahun, dan anak laki-
laki antara usia 12 dan 16 tahun dan akan mencapai tinggi optimal mereka
psikologis remaja dibandingkan dengan aspek lain dari diri nya, membuat
2. Perkembangan seksual
3. Cara berpikir
Keterampilan berpikir sempurna pada masa remaja. Hal ini terjadi pada
rentang usia 12-16 tahun. Seperti yang dijelaskan oleh pionir tes mental
tahun. Sebagai hasil dari evolusi pemikiran ini, remaja cenderung menolak
apa yang mereka anggap tidak dapat ditoleransi, dan jika dipaksa untuk
Ketegangan sering muncul dengan orang tua, guru, atau orang dewasa
lainnya.
putus cinta yang membuat remaja sangat sedih. Bukti bahwa emosi remaja
Bagi remaja, tanpa lingkungan yang ramah, mereka tidak berguna dan
kognitif, dan psikis, salah satu perubahan yang tidak bisa dihindari adalah
motivasi dan rasa keingintahuan yang tinggi terhadap berbagai hal yang menimpa
berikut:
sehingga, cepat tertarik pada lawan jenis, mudah terangsang secara erotis,
dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis ia sudah akan berfantasi
erotik.
2. Remaja tengah (middle adolescent) berumur 15-18 tahun
berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana
peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimistis,
Tahap ini berkembang dari tahap konsolidasi ke tahap dewasa dan ditandai
pengalaman baru.
sehat. Untuk dapat bersosialisasi dengan sukses, remaja seusia itu harus berhasil
mengatasi tantangan perkembangan. Jika tugas perkembangan sosial ini berhasil
diselesaikan, remaja tidak akan mengalami masalah dalam kehidupan sosial dan
tugas perkembangan, hal ini berdampak buruk pada kehidupan sosial di kemudian
mempunyai otoritas.
kemampuannya sendiri.
kekanak-kanakan.
Selanjutnya, dalam membahas tujuan tugas perkembangan remaja, Jahja
1. Kematangan emosional
4. Kematangan sosial.
6. Kematangan intelektual.
7. Memilih pekerjaan.
adanya nilai yang diyakini. Perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan
atau aktivitas dari manusia baik yang diamati maupun tidak dapat diamati oleh
sikap, dan tindakan. Perilaku secara lebih rasional dapat diartikan sebagai respon
organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subyek tersebut. Respon
ini terbentuk dua macam yakni bentuk pasif dan bentuk aktif dimana bentuk pasif
adalah respon internal yaitu yang terjadi dalam diri manusia dan tidak secara
langsung dapat dilihat dari orang lain sedangkan bentuk aktif yaitu apabila
dan tindakan. Perilaku adalah respon atau reaksi seorang individu terhadap
rangsangan yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya (Notoatmodjo, 2010
dalam H Siti, 2018). Perilaku adalah fungsi karakteristik individu dan lingkungan.
keperibadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian juga
tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati
penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
1. Awareness
terlebih dahulu.
2. Interest
Orang ini sudah mulai tertarik kepada stimulus yang diberikan. Sikap
3. Evaluation
tersebut bagi dirinya sendiri. Berarti sikap responden sudah mulai lebih
baik.
4. Trial
Orang (subjek) mulai mencoba perilaku baru sesuai dengan apa yang
dikehendaki stimulus.
5. Adoption
Apabila penerimaan perilaku baru melalui tahap seperti diatas, yang didasari oleh
pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan
bersifat langgeng
1. Pengetahuan (Kognitif)
1) Tahu (know)
3) Aplikasi (application)
nyata di kehidupannya.
4) Analisis (analysis)
suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (synthesis)
yang baru.
6) Evaluasi (evaluation)
2. Sikap (Afektif)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap lebih bersifat sebagai reaksi
emosional terhadap rangsangan tersebut, yang dibagi dalam beberapa
tingkatan :
1) Menerima (receiving)
2) Merespon (responding)
sikap.
3) Menghargai (valuing)
yaitu :
1) Persepsi (perception)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
3) Mekanisme (mechanism)
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka dia sudah
4) Adopsi (adoption)
perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau mahluk hidup yang
dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas.
Menurut (Cooper, et. al. 1999 dalam Isma, 2022) perilaku narkolema atau
menonton pornografi diartikan sebagai sebuah pencarian kepuasan dari hasrat atau
dorongan seksual yang melibatkan fisik, mental dan emosi menggunakan media
Narkolema adalah film porno yang ditonton oleh seseorang yang memiliki
efek kecanduan dan daya rusak sebagaimana pada pengguna narkotika. Kerusakan
yang dialami akibat kecanduan pornografi adalah rusaknya otak bagian depan
yang disebut Pre Frontal Cortex (PFC). Pre Frontal Cortex berfungsi sebagai
2018). Oleh karena itu, kerusakan pada Pre Frontal Cortex (PFC) dapat
muda dapat dengan mudah mengakses konten pornografi saat ini karena internet
(Haidar & Apsari, 2020). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
lukisan atau tulisan yang dimaksudkan untuk merangsang nafsu, dan (2) sastra
UU tentang pornografi No. 44 tahun 2008 dalam (Haidar & Apsari, 2020)
suara, suara, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau
bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi atau pertunjukan
macam respon didalam tubuhnya. Menurut (Dr. Victor Cline dari University of
Utah dalam Subiakto, 2020) menyebutkan ada lima efek tahap pornografi, yaitu:
1. Shock (Terkejut atau jijik) Reaksi awal seseorang ketika melihat materi
pornografi adalah jijik, malu, merasa bersalah, dan terkejut, akan tetapi
2. Adiksi (Kecanduan) Pada tahap ini, pecandu akan merasa ketagihan dan
5. Act out (Berbuat) Efek act out adalah efek puncak atau tindakan, yakni
hingga pada akhirnya menjadi kecanduan yang membuat individu cenderung ingin
sangat terbatas
2. Level 2 : beberapa kali dalam setahun namun tidak lebih dari enam kali,
3. Level 3 : pada level ini mulai muncul adanya kecanduan, sebulan sekali,
sehari-hari
memikirkan pornografi
Pola asuh yang tidak tepat dapat memberikan dampak yang kurang baik
bagi anak dan akan membekas hingga anak tumbuh dewasa. Pola asuh
yang menekankan pada kecenderungan menyudutkan dan mengendalikan
Sedangkan jikalau anak yang kurang mendapat perhatian lebih dari orang
tua, bisa jadi karena faktor kesibukan, atau orang tua tidak dapat berlaku
adil, maka bisa jadi sang anak akan merasakan kesepian dan akan mencari
kemungkinan, karena pola asuh yang keliru ini menjadi bibit dalam
dengan mudahnya seorang anak mengakses pornografi. Maka dari poin ini
terlihat betapa pola asuh orang tua menjadi tiangnya seorang anak, karena
sebagainya yang ditanamkan oleh orang tua kepada anaknya. Jika anak
diasuh dengan pola yang jelas, adil, dan terbuka maka seorang anak
Seringkali individu mempunyai rasa penasaran dan ingin mencoba hal- hal
yang muncul di iklan yang tersebar di internet perihal pornografi, bisa jadi
satu obrolan yang sering kali hadir, jika seseorang itu tidak mempunyai
pondasi yang kuat dan suatu saat akan berada pada lingkungan yang buruk
dan terbiasa dengan aksesan pornografi, maka dapat menjadi faktor pula
memanfaatkan waktu luangnya dengan baik akan baik pula yang akan ia
dapatkan. Tapi jikalau waktu luang yang ia punya digunakan untuk hal-hal
menerus ia lakukan waktu demi waktu. Setiap ada waktu luang ia akan
dari sini, seseorang harus dapat memaksimalkan waktu- waktu yang ada.
seseorang dapat melihat dengan begitu jelasnya dengan tidak ada unsur
kesengajaan.
VCD/DVD video atau film porno dan memainkan game porno di laptop
atau komputer).
pornografi, diantaranya :
1. Faktor Internal
antara lain:
1) Hasrat seksual yang tinggi
4) Merasa kesepian
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal ialah faktor yang asalnya dari segi luar seseorang yang
1) Pola asuh
3) Pengaruh lingkungan
5) Media sosial
lain:
diketahui bahwa para pecandu pornografi mengalami penurunan psikis dan sulit
dapat merusak otak khususnya pada bagian PFC (Pre Frontal Cortex), PFC
adalah kontrol di area kortikal pada otak bagian depan yang mengatur fungsi
kognitif dan emosi. Jika PFC rusak, maka akan timbul gejala-gejala yang ditandai
dengan kurangnya daya berkonsentrasi, tidak dapat membedakan benar dan salah,
penjelasannya:
1. Pengaruh kokain bisa dihilangkan, sedangkan pengaruh pornografi tidak.
Terjadi proses kimia dalam otak seseorang yang sedang melihat gambar
porno yang sama halnya dengan orang yang sedang mengisap kokain.
Dampak pornografi lebih jahat karena sekali terekam dalam otak, imaji
dideteksi.
masuk melalui mata. Ketika seseorang melihat sesuatu yang berbau porno,
masuk pada otak bagian belakang, maka otak yang lainnya menjadi kurang
Selaras dengan pernyataan di atas, Donald Hilton seorang ahli bedah otak
juga mengatakan bahwa, kerusakan otak yang terpapar pornografi jika di foto
Accumben Patumen, dan Cerrebellum. Dari uraian diatas, maka dapat ditarik
moral.
1. Kognitif
yang tidak terkait dengan pornografi dan membentuk pola pikir yang
negatif
2. Sosial
akan lebih memilih untuk menarik diri dari lingkungan, lebih senang
3. Emosi
tersinggung. Apalagi pada usia remaja, seorang anak memiliki emosi yang
4. Perilaku
masuk pada taraf kecanduan, ia akan melakukan berbagai cara agar dapat
Subiakto, 2020) seorang pakar pornografi dari USA menyebutkan ada beberapa
point yang harus dilakukan dalam upaya memerangi bahaya pornografi yaitu:
1. Menjaga Komunikasi
Orang tua sebaiknya membuat jalur pola komunikasi yang terbuka, jujur,
dan positif dengan anak mengenai masalah-masalah seksual. Buatlah jalur
komunikasi pribadi yang akrab sejak kecil dengan cara tersebut orang tua
akan merasa lebih mudah dan lebih produktif untuk melakukan percakapan
tentang seksual dengan anak. Orang tua juga harus menyampaikan pesan
tentang keintiman seksual yang suci terhadap anak sejak kecil. Maksudnya
sejak awal orang tua harus mengajarkan perihal seks yang tepat kepada
2. Menjaga Keluarga
hubungan yang intim dengan keluarga. Salah satu cara paling efektif untuk
terlarang adalah dengan cara memelihara hubungan yang baik antara orang
3. Menjaga Produktivitas
hidup kita. Banyak dari individu yang menjadi korban pornografi adalah
zina.
dan menjadi pribadi yang baik sesuai fitrahnya dan menjauhi laranganNya.
Membuat dialog dengan anak terkait seks dan pornografi dan membiarkan
bila ada potensi virus pornografi, maka akan segera cepat terselesikan.
yang dating pada diri seseorang. Sebagai orang tua, penting untuk
membekali anak-anak mereka kemampuan bersikap asertif. Hal ini karena
orang tua tidak dapat berada setiap saat di samping anak-anaknya. Dengan
adanya sikap asertif, anak dapat bersikap tegas bila melihat perihal
seksual.
sebaya yang dapat memberikan informasi terkait dengan hal apa yang harus
dapat pula memberikan timbak balik atas apa yang remaja lakukan dalam
Teman sebaya adalah orang dengan tingkat umur atau kedewasaan yang
kira-kira sama dan memiliki hubungan erat serta saling tergantung. Berkumpul
dengan teman sebaya yang memiliki kesamaan dalam berbagai hal tertentu
menjadi salah satu cara agar peserta didik dapat mengubah kebiasaan hidupnya
dan mencoba berbagai hal baru serta mampu saling mendukung satu sama lain.
Fungsi lain dari teman sebaya adalah menjadi sumber referensi untuk remaja
megenai berbagai hal, juga dapat memberikan kesempatan bagi remaja untuk
Meski tidak dipungkiri teman sebaya juga dapat memberikan dampak negatif pada
remaja, seperti kenakalan remaja dan salah satunya adalah perilaku narkolema.
(Santrock, 2012 dalam U Rahma, 2021)
bahwa dukungan teman sebaya merupakan dukungan yang bersumber dari teman
sebaya untuk memberikan informasi terkait dengan hal apa yang harus dilakukan
memberikan timbal balik atas apa yang remaja lakukan. (Mei Sari, 2019)
dukungan fisik, sumber dukungan ego, fungsi perbandingan sosial dan fungsi
kasih sayang. Peran teman sebaya juga dikemukakan oleh Yusuf, yaitu
sosial, mengembangkan keterampilan dan minat sesuai dengan usianya, dan saling
sosial anak. Peran teman sebaya menurut (Yusuf, 2010 dalam E Pritia 2021) yaitu:
dapat berupa pengaruh positif dan dapat pula berupa pengaruh negatif. Pengaruh
2019)
1. Dampak positif
Fungsi positif teman sebaya menurut Kelly dan Hansen yang diuraikan
sebagai berikut:
keluarga.
baik.
2. Dampak negatif
2) Budaya dari teman sebaya bisa jadi merupakan suatu bentuk kejahatan
anak-anak menjadi pribadi yang lebih baik, kelompok sebaya juga dapat
sosialisasi. Teman yang sesuai dengan usia dan taraf perkembangan anak, maka
dapat membantu anak ke arah penyesuaian yang baik. Menurut (Hurlock dalam
Muchlisin Riadi, 2022) mengklasifikasikan teman pada masa anak- anak yang
sosialisasi pada periode yang berbeda. Ketiga jenis teman antara lain:
1. Kawan
Kawan adalah orang yang memuaskan kebutuhan anak akan teman melalui
mereka. Kawan bisa terdiri dari berbagai usia dan jenis kelamin.
2. Teman bermain
usia dan jenis kelamin, tetapi biasanya anak memperoleh kepuasan yang
lebih besar dari mereka yang memiliki usia dan kenis kelamin yang sama,
3. Sahabat
Sahabat adalah orang yang tidak hanya bermain dengan anak, tetapi juga
dan kritik. Anak yang mempunyai usia, jenis kelamin dan taraf
menerima.
Klasifikasi di atas dapat disimpulkan bahwa jenis teman yang paling
mempengaruhi anak adalah sahabat, karena sahabat tidak sekedar teman untuk
berpengaruh pada aspek fisik (yang terlihat) saja namun juga berpengaruh
Menurut (Cutrona & Garder dalam Zahira, 2022) terdapat empat aspek
perasaan memiliki satu sama lain serta perasaan dicintai oleh orang-orang
terdekat.
3. Informational Support
4. Companionship Support
dalam sekelompok orang yang memiliki minat dan aktivitas sosial yang
sama.
5. Guidance (bimbingan).
1. Pemberian dukungan
2. Jenis dukungan
3. Penerima dukungan
diberikan.
Dukungan akan berhasil secara optimal jika diberikan pada suatu situasi
berikut :
1. Kebutuhan fisik
mendapat dukungan.
2. Kebutuhan sosial
tersebut akan lebih dikenal oleh masyarakat daripada orang yang tidak
kehidupan masyarakat.
3. Kebutuhan psikis
Kebutuhan psikis termasuk rasa ingin tahu, rasa aman, perasaan religius,
tidak mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang lain. Jika orang tersebut
sedang mengalami masalah baik ringan maupun berat, maka orang tersebut
sosial serta kebutuhan psikis. Faktor lain yang memengaruhi dukungan teman