Anda di halaman 1dari 3

1.

dengan semakin meningkatnya insiden kemanusiaan yang terjadi di timor timur pasca
lepas dari Indonesia mengharuskan dibentuknya hybrid tribunal untuk pelaku
kejahatan berat terhadap kemanusiaan. Dari kutipan tersebut silahkan deskripsikan
apa itu hybrid tribunal ?

jawab”

Berkaitan dengan pengadilan internasional yang pembentukannya terkait dengan


PBB, saat ini dikenal pengadilan campuran yang telah di bentuk di empat negara.
Pengadilan campuran merupakan perkembangan baru dalam mengupayakan
pertanggungjawaban atas sejumlah kejahatan yang dilakukan pada masa lalu. Kata
"campuran" ("hybrid") mendeskripsikan adanya perpaduan atau penggabungan antara
unsur-unsur lokal/nasional dan internasional yang terdapat di dalam pengadilan ini,
seperti: para personilnya (seperti: jaksa, hakim, pengacara, disb.), sistem hukum yang
diterapkan (hukum nasional maupun internasional), dana operasionalnya (bersumber
dari negara yang bersangkutan maupun bantuan dari l uar negeri), disb. Menurut Ethel
Higonnet, pengadilan campuran merupakan "Blending the international and the local,
existing hybrids are products of judicial accountability-sharing betwen the states in
which they function a n d the United Nations." la juga berpendapat bahwa pengadilan
campuran merupakan "generasi ketiga" dari pengadilan pidana internasional ("a third
generation of international criminal tribunals") yang muncul pada akhir tahun 1990-an
dan 2000-an setelah pengadilan Nuremberg dan Tokyo, serta ICTY dan ICTR

Menurut Diane F. Orentlicher, pengadilan-pengadilan internasional telah dipahami


sebelumnya sebagai simbol yang agung dari keadilan global. Tetapi suatu altematif
yang penting sekarang ini telah muncul, yaitu pengadilan cam puran yang
komposisinya terdiri dari unsur unsur nasional dan internasional . Belajar dari
pengalaman yang telah ada sebelumnya pengadilan-pengadilan internasional
pengadilan campuran mencoba untuk menjawab "gap" antara pengadilan nasional dan
intemasional . Seperti telah diketahui, masalah utama pengadilan nasional adalah
kurangya kredibilitas dan inkompeten, sementara pengadilan internasional memiliki
keterbatasan dalam hal kewenangan dan mandate.

2. Setelah terbentuk bagaimana pelaksanaan Hybrid tribunal (The Special Court for
Sierra Leone) ?

Jawab:

Pengadilan campuran ("Special Court for Sierra Leone" /SCSL) di Sierra Leone
dibentuk atas permintaan pemerintah Sierra Leone kepada Sekretaris Jenderal PBB.
Permintaan tersebut dinyatakan oleh Presiden Sierra Leone Ahmad Tejan Kabbah dan
kemudian juga ditegaskan oleh menteri kehakiman Sierra Leane. Hal itu dijelaskan
sebagai berikut:

" By letter dated 12 June 2000,

Ahmad Tejan Kabbah, the President ofSierra Leone,

asked the United Nations to assist his country ini bringing to justice those responsible
for 'crimes against the people of Sierra Leone and for the taking of United Nations
Peacekeepers as hostages'. 31 Ravaged by a decade of savage civil war, Sierra Leone
did not have the resources to mount prosecutions itself. And yet, Sierra Leone's
Justice explained, 'we came to realize that without ending impunity by bringing to
justice those who bear the greatest responsibility for the atrocities committed in this
country, we were dooming ourselves to repeat them"

SCSL bekerja berdampingan dengan pengadilan nasional Sierra Leone. Kedua sistem
pengadilan memiliki yurisdiksi yang sama ('concurrent jurisdiction""), namun SCSL
memiliki kedudukan lebih tinggi ("primacy"') manakala SCSL secara formal meminta
suatu pengadilan nasional Sierra Leone untuk menyerahkan kompetensinya kepada
SCSL. SCSL berkedudukan di Freetown, ibukota Sierra Leone. SCSL memiliki
yurisdiksi atas: kejahatan kemanusiaan; pelanggaran terhadap Pasal 3 Konvensi
Jenewa 1949, Protokol Tambahan |I 1977; pelanggaran pelanggaran serius lainnya
terhadap hukum humaniter internasional; kejahatan - kejahatan seksual terhadap anak
perempuan; kejahatan -kejahatan yang berkaitan dengan penghancuran harta benda
secara sengaja.

3. Jelaskan dasar hokum terbentuknya hybrid tribunal ?

Jawab:

Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court) juga mempunyai


keterbatasan jurisdiksi yaitu jurisdiksi Ratione Temporis yang sesuai dalam pasal 11
Statuta Roma 1998 (Rome Statue 1998) menyatakan bahwa mahkamah mempunyai
jurisdiksi hanya berkaitan dengan kejahatan yang dilakukan setelah berlakunya
Statuta Roma 1998 (Rome Statue 1998). Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan
model pengadilan baru yang diharapkan dapat menangani masalah kejahatan
internasional yang terjadi sebelum berlakunya Statuta Roma 1998 (Rome Statue
1998) maupun di masa yang akan datang tapa dibatasi ruang geraknya. Model
pengadilan tersebut adalah Pengadilan campuran (Hybrid Tribunal). Pengadilan
campuran (hybrid tribunal) dalam perspektif hukum pidana internasional pada
dasarnya sangat pantas diterapkan dalam menangani suatu masalah kejahatan
internasional yang tidak dapat ditangani oleh Mahkamah Pidana Internasional
(International Criminal Court) maupun suatu negara tertentu yang terjadi suatu
kejahatan internasional.
Ref:

Buku modul hukum pidana internasional

Anda mungkin juga menyukai