Anda di halaman 1dari 6

HKUM4305

NASKAH UAS-THE
UJIAN AKHIR SEMESTER-TAKE HOME EXAM (THE)
UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2021/22.1 (2021.2)

Hukum Pidana Internasional


HKUM4305
No. Soal Skor
1 Salah satu contoh kasus hukum pidana internasional adalah kasus Abd-Al-Rahman. Abd-Al- Rahman 25
diduga melakukan 31 dakwaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam rentang waktu
Agustus 2003-2004 di Darfur, Sudan. Kejahatan yang dilakukan oleh Abd Al Rhaman diantaranya dengan
sengaja mengarahkan serangan kepada penduduk sipil, pembunuhan, perampokan, penghancuran property
musuh, pemerkosaan, penganiayaan, penyiksaan, perlakuan kejam dan sebagainya. Dewan Keamanan
Perserikatan Bangsa-Bangsa berdasarkan kewenangannya dalam Statuta Roma, merujuk kasus yang terjadi
Sejak 1 July 2002 kepada Mahkamah Pidana Internasional berdasarkan Resolusi 1593 pada 31 Maret
2005. Pada
9 Juni 2020, Abd Al Rahman dialihkan kepada Mahkamah Pidana Internasional setelah menyerahkan diri.
Kasus menguraikan bahwa terdapat 151 korban akibat kejahatan perang dan kejahatan terhadap
kemanusiaan yang dilakukan oleh Abd Al Rahman.
a. Berikan analisis Anda bagaimana fungsi hukum pidana internasional menurut kasus di atas!

Ada 4 (empat) fungsi dari Hukum Pidana Internasional. Adapun keempat fungsi tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Agar hukum nasional di masing-masing negara dipandang dari sudut hukum pidana internasional
sama derajadnya. Dari aspek ini, maka menempatkan negara-negara di dunia ini tanpa memandang
besar atau kecil, kuat atau lemah, maju atau tidaknya, memiliki kedudukan yang sama antara satu
dengan lainnya. Oleh karena itu, maka hukum masing-masing diantara negara-negara mempunyai
kedudukan yang sama.
2. Agar tidak ada intervensi hukum antara negara satu dengan yang lain. Tegasnya, agar negara besar
tidak melakukan intervensi hukum terhadap negara yang lebih kecil. Apabila dijabarkan lebih jauh
maka fungsi kedua dari Hukum Pidana Internasional ini merupakan penjabaran dari asas non-
intervensi. Menurut asas ini, maka suatu negara tidak boleh campur tangan atas masalah dalam negeri
negara lain, kecuali negara itu sendiri menyetujui secara tegas. Jika suatu negara, misalnya dengan
menggunakan kekuatan bersenjata berusaha memadamkan ataupun mendukung pemberontakan
bersenjata yang terjadi di dalam suatu negara lain tanpa persetujuan negara yang bersangkutan,
tindakan ini jelas melanggar asas non-intervensi.
3. Hukum Pidana Internasional juga mempunyai fungsi sebagai “jembatan” atau “jalan keluar” bagi
negara-negara yang berkonflik untuk menjadikan Mahkamah Internasional sebagai jalan keluar. Pada
dasarnya, Mahkamah Internasional merupakan sebuah lembaga peradilan yang bersifat independen
dan tidak memihak yang memutus serta mengadili suatu perkara yang dipersengketakan oleh negara-
negara yang berkonflik. Oleh karena itu maka Hukum Pidana Internasional inilah yang merupakan
“jembatan” atau “jalan keluar” bagi negara-negara yang berkonflik.
4. Hukum Pidana Internasional juga berfungsi untuk dijadikan landasan agar penegakan Hak Asasi
Manusia (HAM) Internasional relatif menjadi lebih baik. Dari perspektif Hukum Pidana Internasional
maka asas ini lazim disebut sebagai Asas “penghormatan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi
manusia”. Asas ini membebani kewajiban kepada negara-negara bahkan kepada siapapun untuk
menghormati dan melindungi hak asasi manusia dalam situasi dan kondisi apapun juga. Berdasarkan
asas ini, tindakan apapun yang dilakukan oleh negara-negara atas seseorang atau lebih dalam status
apapun juga, tindakannya ini tidak boleh melanggar ataupun bertentangan dengan hak asasi manusia.
Sebagai contoh, suatu negara membuat peraturan perundang-undangan nasional dalam bidang hukum
pidana seperti undang-undang tidak pidana korupsi, terorisme, money loundering, dan lain sebagainya
tidak boleh ada ketentuannya yang bertentang dengan hak asasi manusia.
Keempat fungsi Hukum Pidana Internasional tersebut merupakan fungsi yang bersifat elementer dan
krusial.
Keempat fungsi Hukum Pidana Internasional yaitu sebagai jembatan agar hukum nasional di masing-
HKUM4305

masing negara dipandang dari sudut hukum pidana internasional sama derajadnya, sebagai pencegah tidak
ada intervensi hukum antara negara satu dengan yang lain (asas non-intervensi), sebagai “jembatan” atau
“jalan keluar” bagi negara-negara yang berkonflik untuk menjadikan Mahkamah Internasional sebagai
jalan keluar dan landasan agar penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) Internasional relatif menjadi lebih
baik berkorelasi dengan kejahatan transnasional.

b. Berikan analisis Anda apa saja kejahatan yang dilakukan Abd Al Rahman yang merupakan kejahatan
perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan beserta alasannya!
Genosida, genosida merupakan segala bentuk perbuatan yang dilakukan dengan maskud menghancurkan
atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, dan kelompok agama.
Kejahatan perang, yakni mencakup pelanggaran berat atas Konvensi Geneva tahun 1949 dan pelanggaran
serius lain terhadap undang-undang perang, dilakukan baik dalam skala besar internasional maupun konflik
bersenjata internal. Adanya konflik internal sesuai dengan hukum adat internasional dan mencerminkan
realitas bahwa dalam 50 tahun terakhir, pelanggaran paling serius terhadap hak asasi manusia tidak terjadi
dalam konflik internasional tetapi dalam konflik bersenjata internal.
Kejahatan terhadap kemanusiaan, Yakni kejahatan yang dilaksanakan sebagai anggota dari serangan yang
meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terdapat
masyarakat sipil.

c. Bagaimana kewenangan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa menurut kasus di atas?


Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (bahasa Inggris: United Nations Security Council, UNSC)
adalah salah satu dari enam badan utama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Piagam PBB memberikan
mandat kepada Dewan Keamanan untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional.

Piagam PBB juga memberikan kewenangan kepada Dewan Keamanan untuk:


1. menginvestigasi situasi apapun yang mengancam perdamaian dunia;
2. merekomendasikan prosedur penyelesaian sengketa secara damai;
3. meminta seluruh negara anggota PBB untuk memutuskan hubungan ekonomi, serta laut, udara, pos,
komunikasi radio, atau hubungan diplomatik;
4. melaksanakan keputusan Dewan Keamanan secara militer, atau dengan cara-cara lainnya.

Negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa seyogianya segera bertindak untuk memastikan bahwa


mereka yang melakukan berbagai tindak kejahatan kejam di Burma dimintai pertanggungjawaban, kata
Human Rights Watch. Dewan Keamanan PBB perlu merujuk situasi di Burma ini ke Mahkamah Pidana
Internasional (ICC), dan pemerintah negara-negara yang turut prihatin seharusnya segera mengajukan
resolusi PBB guna membentuk suatu Mekanisme Internasional, Imparsial, dan Independen (IIIM) agar
dapat menyelamatkan bukti dan mendampingi proses penyelidikan sebagai dasar untuk melakukan
penuntutan hukum terhadap mereka yang bertanggung jawab atas berbagai pelanggaran berat di Burma.

Dewan Keamanan PBB punya beberapa tugas dan kewenangan yang diatur dalam Piagam PBB. Beberapa
kewenangan Dewan Keamanan PBB, yakni:
a. Memelihara perdamaian dan keamanan internasional (Pasal 24 Piagam PBB).
b. Menyampaikan rekomendasi calon negara anggota baru PBB kepada Mejelis Umum (Pasal 4 (2).
c. Menyampaikan pemberhentian atau pembekuan keanggotaan suatu negara kepada Majelis Umum
(Pasal 5 dan Pasal 6).
d. Menyampaikan rekomendasi calon Sekjen PBB (Pasal 97).
e. Memilih calon hakim Mahkamah Internasional (Pasal 40 dan 61).
f. Dewan Keamanan PBB memiliki fungsi untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional.

2 Ahmad Al Faqi Al Mahdi adalah pelaku kejahatan perang. Pada Bulan Juni dan Juli 2012, Al Mahdi 25
dengan sengaja mengarahkan serangan terhadap monumen bersejarah dan bangunan yang didedikasikan
untuk agama, termasuk sembilan mausoleum dan satu masjid di Timbuktu, Mali. Perintah reparasi terhadap
monumen dikeluarkan pada 17 Agustus 2017. Pada 27 September 2016, Sidang Majelis VIII Mahkamah
Pidana Internasional menyatakan bahwa Al Mahdi bersalah dan dihukum 9 tahun.
HKUM4305

a. Berikan analisis mengenai dasar hukum perbuatan Al Mahdi menurut Statuta Roma?

Kejahatan Perang Dalam KUHP 2015


Istilah kejahatan perang sudah lama dikenal dalam perbincangan hukum internasional, yaitu khususnya
dalam hukum humaniter yang sering disebut juga sebagai hukum perang atau hukum konflik bersenjata.
Dalam hukum humaniter, istilah kejahatan perang dihubungkan dengan tindakan-tindakan tertentu yang
dilakukan oleh para pelaku perang atau pihak yang terlibat dalam perang yang melanggar kaedah
hukum humaniter. Tindakan tertentu dapat dikategorikan kedalam pelanggaran berat (Graves breaches)
terhadap hukum humaniter dan pelanggaran lainnya (yang bukan dikategorikan berat).
Hal ini secara jelas tercantum pada Konvensi Genewa 1948 dan kemudian dilengkapi dengan 2 optional
protokolnya. Meski pada awalnya kejahatan perang selalu ditafsirkan banyak pihak hanya dimaksudkan
untuk kejahatan yang dilakukan atas peperangan antar Negara, namun perkembangannya, terlebih
dengan adanya Optional Protokol II Konvensi Genewa 1979, pengaturan tentang perang juga meliputi
peperangan yang terjadi di dalam Negara (internal conflict). Dalam perkembangannya dengan adanya
Pengadilan Pidana International untuk kasus Negara Bekas Yugoslavia dan Rwanda, kejahatan perang
semakin mendapat perhatian internasional secara serius.
Perkembangan mutahir dengan adanya Statuta Roma tentang Mahkamah Pidana Internasional,
kejahatan perang dinyatakan sebagai kejahatan yang luar biasa (extraordinary crimes) yaitu sebagai
pelanggaran berat hak asasi manusia (human rights gross violations). Hanya saja Statuta Roma
memasukkan elemen “meluas” dan “sistematis” sebagai elemen penting di dalamnya. Statuta Roma pun
mengkategorikan kejahatan perang sebagai; 1) pelanggaran berat sebagaimana diatur dalam Konvensi
Jenewa yang ditujukan kepada orang dan harta benda; 2) pelanggaran serius lainnya terhadap hukum
dan kebiasaan yang diterapkan dalam sengketa bersenjata internasional; 3) Pelanggaran serius terhadap
Konvensi Jenewa dalam kaitan konflik bukan internasional; 4) Pelanggaran serius lainnya terhadap
hukum dan kebiasaan yang berlaku dalam sengketa bersenjata yang bukan bersifat internasional.

b. Bagaimana dasar hukum Al Mahdi sebagai subjek hukum pidana internasional?

Secara khusus, Kejahatan Perang atau Konflik Bersenjata dapat ditemukan pengaturannya pada Pasal
402 sampai 406 R KUHP. Ini pengaturan yang sangat minimalis ketimbangan dalam naskah R KUHP
sebelumnya. Awalnya R KUHP mengadopsi kategori pengaturan tentang kejahatan perang dalam
Statuta Roma, dimana kejahatan perang dibagi dalam empat kategori sebagaimana tertera diatas. R
KUHP hanya melingkupi kejahatan perang baik untuk konflik yang bersifat internasional bukan konflik
yang bersifat internal seperti yang diatur dalam 405. oleh karena itulah maka tindak pidana hukumk
perang dalam R KUHP menimbulkan banyak kelemahan dalam upaya menghukum pelaku kejahatan
perang di masa depan dan dalam konteks Indonesia.
Statuta Roma dapat dipakai sebagai acuan tentang pelanggaran HAM Berat, namun seharusnya bukan
satu-satunya acuan. Sebab, Statuta Roma memang membatasi yurisdiksinya untuk kejahatan perang
tertentu yang disebut sebagai extra ordinary crimes. Padahal, jika mengacu pada Konvensi Jenewa dan
Optional Protocolnya, ada kejahatan lain (breaches) yang tidak dikategorikan sebagai pelanggaran berat
(grave breaches) namun tetap sebagai larangan (prohibit) yang tidak boleh diabaikan oleh pihak yang
bersengketa.
Sebagai Negara yang sudah mengaksesi Konvensi Jenewa maka Indonesia pun perlu memasukkan
larangan-larangan lain yang juga dapat dianggap sebagai pelanggaran terhadap Konvensi Jenewa.
Berhubungan dengan poin di atas, maka R KUHP kemudian menjadi rancu merumuskan siapa yang
perlu ditindak dalam kejahatan perang. Istilah “setiap orang” berbeda dengan konteks Konvensi Jenewa
yang membatasinya dengan “pihak-pihak yang terlibat dalam konflik.”
Dalam naskah tahun 2015 bahkan R KUHP menghilangkan seluruh ketentuan tinda pidana dalam masa
perang atau damai termasuk Rancangan KUHP menghilangkan seluruh pengaturan pelanggaran berat
Konvensi Jenewa dan pelanggaran serius terhadap hukum dan kebiasaan perang, sehingga akan banyak
prinsip perlindungan terhadap korban perang diabaikan oleh R KUHP.
Beberapa rumusan dalam RKUHP bertentangan dengan prinsip hak asasi manusia dan prinsip
pertanggungjawaban dalam hukum humaniter. Misalnya, R KUHP tentang kejahatan perang
menggunakan hukuman mati hal mana bertentangan dengan prinsip hak asasi manusia. Bahkan dalam
Statuta Roma tidak ada aturan tentang hukuman mati.
Beberapa istilah yang dipakai tidak tepat. Misalnya, istilah ‘tahanan’ yang seharusnya menggunakan
‘tawanan’ karena antara tahanan dan tawanan jelas mempunyai perbedaan arti. Demikian juga istilah
‘harta kekayaan’ yang seharusnya menggunakan istilah ‘harta benda’, istilah ‘keperluan militer’ yang
lebih tepat menjadi ‘prinsip kepentingan militer’ dan istilah ‘kekuasaan penduduk’ yang harusnya
menjadi ‘penguasa pendudukan’.
Rumusan RKUHP tentang Kejahatan Perang masih sangat lemah. Tindak pidana yang diatur praktis
hanya berdasarkan Statuta Roma sedangkan kejahatan perang dalam lingkup pelanggaran berat (graves
breaches) dan pelanggaran serius (serious breaches) dan pelanggaran hukum Perang lainnya yang diatur
di dalam seluruhan Konvensi Jenewa tidak tercakup. Oleh karena iru maka sudah seharusnya RKUHP
juga mengatur pelanggaran lainnya sementara pelanggaran beratnya diatur dalam pengaturan khusus
mengingat kejahatan tersebut sangat luar biasa.
HKUM4305

c. Berikan analisis Anda, mengapa perbuatan Al Mahdi merupakan sebuah kejahatan perang
Karena, Al Mahdi dengan sengaja mengarahkan serangan terhadap monumen bersejarah dan bangunan
yang didedikasikan untuk agama, termasuk sembilan mausoleum dan satu masjid di Timbuktu, Mali.
3 Fungsi ICPO Interpol yang terkait dengan fungsi pemberantasan kejahatan internasional, dapat dilakukan 25
dalam bidang berlainan satu dengan yang lainnya. Akan tetapi, ketiga bidang tersebut harus saling
melengkapi dalam pelaksanaan tugasnya.
a. Berikan pemahaman Anda, mengapa Interpol ICPO berfungsi untuk melakukan pertukaran informasi?

Fungsi pemberantasan kejahatan internasional lebih berfokus kepada pertukaran informasi antar kepolisian
negara anggota Interpol, pengidentifikasian orang atau pihak yang dicari dan penangkapan orang yang
dimintakan ekstradisi.
International Criminal Police Organization-INTERPOL menyebutkan bahwa diperlukan adanya kerjasama
secara terus menerus dan aktif dari setiap negara anggotanya untuk melakukan semua yang mereka bisa
dalam batas hukum di negaranya untuk berpartisipasi dalam Interpol yang diwujudkan dengan
dibentuknya National Central Bureaus (NCB) di negara-negara anggota ICPO-Interpol. Salah satu tugas
NCB adalah pertukaran informasi terhadap kejahatan transnasional maupun kejahatan internasional
terutama terhadap Red Notices yang dikeluarkan Interpol dan sebagai penghubung komunikasi dan
informasi antara Kepolisian di negara anggota dengan ICPO-Interpo.

b. Jelaskan keterangan polisi yang bersifat preventif maupun represif!

Tugas Kepolisian dibidang represif, adalah mengadakan penyidikan atas kejahatan dan pelanggaran
menurut ketentuan dalam undang-undang. Tugas represif tersebut, sebagai tugas Kepolisian dalam bidang
peradilan atau penegakan hukum, yang dibebankan kepada petugas Kepolisian. Tugas-tugas preventif dan
represif tersebut, pada tataran tertentu menjadi suatu tugas yang bersamaan, oleh karena itu pekerjaan
polisi menjadi tidak mudah.Pada satu sisi struktur sosial dalam rangka memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat, dan disisi lain dihadapkan pada sruktur birokrasi dan hukum modern yang memiliki
ciri rasional. Kondisi demikian memberikan ciri khas pada pekerjaan Kepolisian, yang harus memelihara
ketertiban dengan jalan memberikan pembinaan dan pegayoman kepada masyarakat, dan dilakukan sesuai
dengan hukum yang berlaku. Fungsi utama Kepolisian adalah menghentikan sesuatu yang tidak seharusnya
terjadi dan mendorong seseorang untuk berbuat lebih baik dari sekarang. Dalam artian bahwa fungsi
menegakkan hukum pada Kepolisian harus dilakukan secara bergandengan dan beriringan dengan fungsi
perlindungan, pegayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
Tugas kepolisian dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu tugas represif dan tugas preventif.Tugas represif
ini adalah mirip dengan tugas kekuasaan eksekutif, yaitu menjalankan peraturan apabila telah terjadi
peristiwa pelanggaran hukum.Sedangkan tugas preventif dari kepolisian ialah menjaga dan mengawasi
agar peraturan hukum tidak dilanggar oleh siapapun.Dengan ini tampak perbedaan dari tugas tentara yang
terutama menjaga pertahanan Negara yang pada hakikatnya menunjuk pada kemungkinan ada serangan
dari luar Negeri.

c. Apakah dalam keadaan mendesak, kedua belah pihak perjanjian ekstradisi dapat menggunakan saluran
ICPO Interpol untuk melakukan penahanan sementara? Jelaskan argumen Anda!
Prosedur yang bersumber pada hukum atau perjanjian Ekstradisi misalnya permintaan penyerahan dan
syarat-syaratnya kepada lembaga, yang mana permintaan penyerahan harus diajukan, penahanan sementara
orang yang diminta, penyerahan barang-barangnya serta proses penyerahan itu sendiri. Sedangkan prosedur
yang bersumber pada hukum atau perundang-undangan nasional misalnya, lembaga atau pejabat yang
berwenang menangkap menangkap si pelaku kejahatan serta menahan dan peraturan-peraturan hukum yang
berlaku atas penahanan tersebut.
Prosedur Ekstradisi ini bukan merupakan persoalan hukum semata, tetapi juga menajadi kebijaksanaan
pemerintah masing-masing negara. Dalam permohonan Ekstradisi diperlukan adanya suatu permohonan
bagi negara negara yang diminta. Yang mana permohonan Ekstradisi tersebut disampaikan secara tertulis
melalui jalur diplomatik, yang ditujukan pada kementerian luar negeri dari negara yang bersangkutan.
Berikut akan dijelaskan secara singkat bagaimana proses Ekstradisi baik ketika sebagai posisi peminta
Ekstradisi maupun posisi penerima permohonan Ekstradisi. Proses Ekstradisi saat kedudukan Indonesia
sebagai negara diminta, yaitu: diterimanya permintaan penahananan penangkapan, dilakukan penangkapan
dan penahanan sementara, perpanjangan penangkapan dan penahanan, permintaan Ekstradisi, proses
pemeriksan di pengadilan, proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan Ekstradisi.
Sedangkan proses Ekstradisi saat kedudukan Indonesia sebagai negara peminta, yaitu: permintaan
HKUM4305

pencarian sekaligus penangkapan dan penahanan, penyiapan persyaratan permintaan Ekstradisi,


pemeriksaan permintaan oleh Mentri Hukum dan HAM, diperiksa dan di kirim secara formal oleh Menteri
Luar Negeri kepada Negara Diminta (bagi yang telah memiliki Perjanjian), dikirim secara formal melalui
saluran diplomatik NCB-INTERPOL Negara-Diminta (bagi yang tidak memiliki Perjanjian), Pemeriksaan
dipengadilan di Negara-Diminta, Putusan Pengadilan, disalurkan ke Menteri Kehakiman di Negara
Diminta, pelaksanaan Ekstradisi. (Nirmalananda, 2019: 20)

4 Dalam pertanggungjawaban komando, sifat mutlak melekat bagi pemegang komando atas kegagalannya 25
mengendalikan pasukan yang berada di bawah komando dan kendali efektifnya. Salah satu kasus
pertanggungjawaban komando adalah The Abbaye d’Ardenne Case, Trial of Kurt Meyer.
Brigadefuhrer Kurt Meyer adalah seorang komandan dari Divisi SS Panzer Ke-12 dari jerman pada
Perang Dunia ke-2. Pada 7 Juni 1944, Pasukan Meyer yang berada di bawah Resimen 25th SS Panzer
Grenadier berhadapan dengan Divisi Infantri Ketiga Kanada. Pasukan dibawah komando Meyer
bertanggungjawab atas pembunuhan 55 orang tentara Kanada, termasuk 18 tentara Kanada yang dieksekusi
di Markas Resimen di Abbaye d’Ardenne. Pasukan yang dipimpin Meyer menginterogasi 18 tentara
kanada tersebut dan menembak mereka dalam jarak 150 meter dari pos komando tempat dimana Meyer
berada. Kurt Meyer kemudian ditahan di Trent Park, Inggris. Persidangan kasus Abbaya d’Ardenne
terhadap Kurt Meyer diadakan oleh Pengadilan Militer Kanada di Aurich Jerman.
a. Berikan analisis Anda, apa saja elemen-elemen pertanggungjawaban komando menurut kasus di atas?
Dalam hal pertanggungjawaban komando, maka haruslah ada beberapa elemen berikut, yaitu :
a. Ada hubungan atasan dan bawahan (a superior-subordinate relationship) ;
b. Pengetahuan atasan terhadap kejahatan yang dilakukan oleh bawahannya ;
c. Adanya failure to act yaitu tindakan yang gagal diambil untuk mencegah, menghukum
serta menghentikan tindak pidana yang dilakukan bawahannya adalah terbukti dan terpenuhi

b. Berikan Analisis Anda apakah dalam kasus di atas terjadi actus reus?

actus reus adalah merupakan elemen luar (external element) . Unsur actus reus adalah esensi dari kejahatan
itu sendiri atau perbuatan yang dilakukan. actus reus yang menyangkut perbuatan yang melawan hukum
(unlawful act). Disini ia yang melakukan kejatannya dengan sendirianya. Unsur actus reus yaitu perbuatan
harus didahulukan. Setelah diketahui adanya perbuatan pidana sesuai rumusan undang-undang. Dalam ilmu
hukum pidana, perbuatan lahiriah itu dikenal sebagai actus reus. Berkaitan dengan asas hukum pidana yaitu
Geen straf zonder schuld, actus non facit reum nisi mens sir rea, bahwa tidak dipidana jika tidak ada
kesalahan, maka pengertian tindak pidana itu terpisah dengan yang dimaksud pertanggungjawaban tindak
pidana. Tindak pidana hanyalah menunjuk kepada dilarang dan diancamnya perbuatan itu dengan suatu
pidana, kemudian apakah orang yang melakukan perbuatan itu juga dijatuhi pidana sebagaimana telah
diancamkan akan sangat tergantung pada soal apakah dalam melakukan perbuatannya itu si pelaku juga
mempunyai kesalahan.

c. Berikan Analisis Anda apakah uniformity of command dapat dilaksanakan dalam kasus tersebut?
Unity of command menyatakan bahwa setiap karyawan bertanggung jawab kepada satu supervisor atau
manajer yang darinya karyawan tersebut menerima perintah, berkaitan dengan tugas yang akan
dilaksanakan. Kesatuan komando mengabaikan subordinasi ganda karena satu karyawan tidak dapat
melapor ke lebih dari satu supervisor. Orang yang menjadi tanggung jawab dan pelaporan langsung
karyawan disebut sebagai 'atasan langsung' atau 'atasan langsung'. Kesatuan komando adalah cara yang
sangat efektif untuk mengendalikan bawahan dan mengurangi kebingungan dan kompleksitas. Evaluasi
kinerja bawahan juga dibuat nyaman melalui kesatuan komando.
Namun, kesatuan komando hanya berlaku untuk organisasi dengan hierarki tradisional. Struktur matriks
adalah jenis struktur organisasi di mana karyawan dikelompokkan secara bersamaan oleh dua dimensi
operasional yang berbeda. Ini berarti bahwa struktur matriks menggabungkan dua struktur organisasi, yang
paling umum adalah struktur fungsional dan struktur divisi. Jenis struktur organisasi ini mengarah pada
subordinasi ganda di mana bawahan bertanggung jawab atas dua manajer.
Misalnya. UTH adalah perusahaan teknik yang memproduksi perangkat elektronik. Ini memiliki fungsi
Penelitian dan Pengembangan (R&D) di mana karyawan melapor ke manajer R&D. UTH memutuskan
untuk melakukan proyek dengan perusahaan teknik lain bekerja sama untuk merancang prototipe baru. Ini
HKUM4305

akan membutuhkan beberapa karyawan untuk melapor ke manajer proyek selain manajer R&D.

Skor Total 100

1 dari 2

Anda mungkin juga menyukai