1
www.lemigas.esdm.go.id
01 Pendahuluan
2
OUTLINE
1. Pendahuluan
a. Latar Belakang
b. Biodiesel dan Sifat2nya
4. Penutup 3
#IndonesiaMenujuB35
4
Bahan Bakar Biodiesel ?.
• Arti langsung:
• Bahan bakar mesin diesel yang terbuat dari sumber daya hayati atau
biomassa .
• Pengertian umum/international:
• Bahan bakar mesin diesel yang terdiri atas ester alkil asam-asam lemak.
• Pada saat ini umumnya ester metil asam lemak.
!! Jadi tidak setiap minyak nabati yang dimasukkan pada tangki bahan bakar
kendaraan diesel adalah biodiesel
Apakah Biodiesel?
• Bahan bakar mesin diesel • Berkadar belerang
yang berupa ester hampir nihil,umumnya <
metil/etil asam-asam 15 ppm.
lemak.
• Dibuat dari minyak-lemak • BXX = camp. XX %-vol
nabati dengan proses biodiesel dengan (100 –
metanolisis/etanolisis. XX) %-vol solar.
Produk-ikutan : gliserin. Contoh : B5, B20, B100.
• Atau dari asam lemak • Sudah efektif
(bebas) dengan proses memperbaiki kualitas
esterifi-kasi dgn emisi kendaraan diesel
metanol/etanol. Produk- pada level B2 !.
ikutan : air
• Sudah diakui World-
• Bahan bakar ini dapat Wide Fuel Charter
digunakan pada mesin (WWFC) !.
diesel tanpa modifikasi.
• Transesterifikasi trigliserida-trigliserida
Singkirkan CO2-nya, maka akan kita dapatkan hidrokarbon (minyak bumi) terbarukan!.
10
Sifat-sifat Biodiesel (Fatty Acid Methyl Ester)
11
• Sumber Energi Terbarukan: Biodiesel berasal dari sumber daya terbarukan, seperti
minyak nabati, lemak hewani, atau minyak goreng daur ulang. Ini mengurangi
ketergantungan pada bahan bakar fosil dan berkontribusi pada diversifikasi sumber
energi.
• Menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca: Biodiesel mengeluarkan lebih sedikit gas
rumah kaca dibandingkan dengan diesel tradisional. Ini membantu mengurangi
Kelebihan2 perubahan iklim dengan mengurangi emisi karbon dioksida, karbon monoksida, dan
partikel.
penggunaan
• Kompatibilitas dengan Mesin Diesel yang Ada: Campuran biodiesel, termasuk
campuran 35%, dapat digunakan pada mesin diesel yang ada tanpa memerlukan
modifikasi yang signifikan. Ini memberikan transisi yang relatif mulus bagi pengguna
Biodiesel
dan memungkinkan infrastruktur yang ada untuk dimanfaatkan.
• Peningkatan Pelumasan: Biodiesel memiliki sifat pelumasan yang sangat baik, yang
dapat meningkatkan pelumasan bahan bakar diesel. Ini dapat mengurangi keausan
mesin dan memperpanjang umur komponen sistem bahan bakar.
• Manfaat Ekonomi Potensial: Produksi biodiesel dapat merangsang ekonomi lokal
dengan menciptakan lapangan kerja di sektor pertanian, pengolahan, dan distribusi.
Hal ini juga dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil impor, sehingga
berkontribusi terhadap ketahanan energi.
12
• Performa Cuaca Dingin: Biodiesel memiliki cloud dan pour point yang
lebih tinggi dibandingkan dengan solar konvensional. Di iklim yang
lebih dingin, campuran biodiesel 35% mungkin memerlukan aditif
tambahan atau strategi cuaca dingin untuk mencegah pembentukan
gel bahan bakar atau penyumbatan filter.
Kekurangan2 • Stabilitas oksidasi Bahan Bakar: Biodiesel memiliki stabilitas yang
lebih rendah daripada bahan bakar diesel tradisional, yang
dalam menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap oksidasi dan
degradasi dari waktu ke waktu. Hal ini dapat mengakibatkan masalah
penggunaan kualitas bahan bakar dan masa penyimpanan yang berkurang jika
kondisi penyimpanan yang tepat tidak dipertahankan.
13
• Pembentukan Emulsi: Kontaminasi air dalam campuran biodiesel diesel dapat
menyebabkan pembentukan emulsi, di mana tetesan air tersebar di seluruh bahan
bakar. Emulsi dapat berdampak negatif pada karakteristik pembakaran bahan bakar,
Kelemahan
menyebabkan penurunan performa mesin, penurunan efisiensi bahan bakar, dan
peningkatan emisi. Kehadiran air dalam bahan bakar juga dapat mendorong
pertumbuhan mikroorganisme, yang menyebabkan degradasi bahan bakar dan
campuran
penyumbatan filter.
biodiesel • Penyumbatan Filter Bahan Bakar: Kontaminasi air dalam campuran biodiesel diesel
dapat menyebabkan penyumbatan filter bahan bakar. Saat air hadir, ia dapat
bercampur dengan kotoran dan partikel padat dalam bahan bakar, membentuk zat
solar seperti lumpur. Hal ini dapat menyumbat filter bahan bakar dan mengurangi aliran
bahan bakar ke mesin, yang menyebabkan kerusakan mesin, penurunan daya, dan
potensi kerusakan mesin jika tidak segera ditangani.
terhadap • Korosi: Air dapat mempercepat korosi pada sistem bahan bakar, termasuk tangki
hadirnya air I bahan bakar, saluran bahan bakar, dan injektor. Kehadiran air menciptakan
lingkungan elektrolitik yang mendorong oksidasi dan karat komponen logam. Korosi
dapat mengakibatkan kebocoran bahan bakar, penurunan kualitas bahan bakar, dan
biaya perbaikan atau penggantian suku cadang yang terpengaruh.
14
• Kinerja Cuaca Dingin: Kontaminasi air dalam campuran biodiesel diesel dapat
Kelemahan berdampak signifikan terhadap kinerjanya dalam cuaca dingin. Ketika air membeku,
itu dapat membentuk kristal es yang dapat menyumbat saluran dan filter bahan
bakar, yang menyebabkan kekurangan bahan bakar dan mesin mati. Selain itu,
campuran keberadaan air dapat menurunkan titik keruh dan titik tuang bahan bakar,
menyebabkannya mengeras pada suhu yang lebih tinggi daripada bahan bakar
diesel murni.
biodiesel
solar
• Stabilitas Bahan Bakar: Kontaminasi air dapat menurunkan stabilitas campuran
biodiesel diesel dari waktu ke waktu. Air bertindak sebagai katalis untuk hidrolisis,
reaksi kimia yang memecah ikatan ester dalam biodiesel, yang mengarah pada
terhadap
pembentukan asam lemak bebas. Proses ini mengurangi kandungan energi bahan
bakar dan dapat mengakibatkan degradasi bahan bakar, peningkatan keasaman, dan
potensi kerusakan mesin.
hadirnya air • Untuk mengatasi kelemahan ini, penting untuk menangani dan menyimpan
15
Rekomensasi
penyimpanan (storage)
• Memilih material tangki penyimpan, jalur perpipaan, dan
pompa yang sesuai dengan sifat dan karakteristik
biodiesel/B30,
• Konstruksi tangki penyimpan biodiesel dan B30 sebaiknya
fixed roof dengan model dasar tangki cone down/fall at
centers/slope,
• Melaksanakan prosedur penyimpanan biodiesel dan B30
sesuai dengan sifat dan karakteristik biodiesel, serta sesuai
dengan kaidah-kaidah yang ditetapkan.
• Melaksanakan manajemen penanganan dan
penyimpanan biodiesel dan B30 seperti draining air
secara rutin, pemeriksaan strainer pompa, tank
cleaning secara berkala, dan lainnya.
• Melakukan monitoring kualitas bahan bakar dalam
skala minggu, bulan, dan triwulan,
16
Prediksi jadwal pengurasan tangki timbun campuran Biodiesel-Diesel
17
02 Implementasi
Bahan Bakar B35
18
Hasil Uji Filter Blocking Tendency dan Filter Rig Bahan Bakar B35
Pendahuluan Ruang Lingkup
Dalam mendukung keberlanjutan program Parameter Uji :
Fuel
1. Filter Blocking Tendency (ASTM D 2068) Bahan Bakar Uji :
mandatori Biodiesel, dan upaya terus meningkatkan 1. B30 (FAME MG 0,55)
2. Filter Rig Test (JIS 1617)
kualitas dan mutu Biodiesel dan Biosolar, diperlukan 2. B30 (FAME MG 0,525)
pengujian teknis untuk menganalisis pengaruh Jenis Filter : 3. B35 (FAME MG (0,525)
1. Filter Tipe I (Kendaraan < 3,5 Ton) 4. B40 (FAME MG 0,525)
penggunaan Biodiesel dengan kadar tinggi (> 30%) 2. Filter Tipe II (Kendaraan > 3,5 Ton)
terhadap sistem filtrasi mesin diesel.
Metodologi
20
Standar dan Mutu (Spesifikasi) Bahan Bakar B35 CN 48
Spesifikasi Bahan Bakar Signifikansi Spesifikasi Bahan Bakar
21
03 Hasil Uji Jalan
Bahan Bakar B40
22
Pendahuluan
Kendaraan GVW <3,5 Ton Rute Kendaraan Berbobot <3,5 ton
B40 yang diuji : Pemilihan Kendaraan Uji berdasarkan Statistik Jarak tempuh 650 Km/hari hingga 50.000 Km dengan rute: Lembang – Ciamis
Komponen Blending Populasi Kendaraan di Indonesia – Kuningan - Cirebon - Tegal (Adiwerna) – Pemalang – Subang – Lembang
(Jarak tempuh semula 560 km/hari)
Tahun 2017 – 2022
B30D10 =
B40 = Rute Kendaraan Berbobot >3,5 ton
60%B0+30%B100*
60%B0+40%B100*
+10%D100
*) B100* = Spesifikasi Parameter Usulan Komtek
1) D100 = HVO (Hydrotreated Vegetable Oil)
Tujuan Kegiatan
1. Membandingkan kinerja B40 dan B30D10 terhadap B30 serta mendapatkan konfirmasi usulan
pengembangan spesifikasi B100.
2. Mendapatkan konfirmasi efek penggunaan B40 dan B30D10 pada kondisi awal dibandingkan dengan
kondisi akhir sesuai jarak tempuh uji jalan.
Jarak tempuh 550 Km/hari hingga 40.000 Km dengan rute: Lembang –
3. Mendapatkan output berupa rekomendasi teknis penggunaan B40 dan B30D10 pada kendaraan Purwakarta - Cikampek – Cipali – Cirebon – Tegal (Adiwerna) – Subang – Lembang
bermesin diesel termasuk rekomendasi terhadap penanganan, pola distribusi, serta penyimpanannya. (Jarak tempuh semula 400 km/hari)
23
Pelaksanaan kegiatan ini
melibatkan semua pihak
dari instansi pemerintah,
akademisi, praktisi,
maupun asosiasi
Timeline pelaksanaan
kegiatan uji jalan B40
24
Hasil Uji Karakteristik Bahan Bakar Uji Jalan B40
Metodologi Kegiatan Hasil Uji Karakteristik Bahan Bakar
Tangki Bahan Bakar Blending Bahan Bakar 3 Penyimpanan dan Pengisian Bahan Bakar 1) Seluruh bahan bakar uji memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan.
1 2
dengan Dispenser 2) Mutu biodiesel (B100*) telah sesuai spesifikasi usulan Komite Teknis
4
10 KL Bioenergi, dengan perbaikan parameter:
B40 = 60%B0+40%B100* Pengujian Kualitas dan Mutu
*) B100* = Spesifikasi Parameter Usulan Komtek Bahan Bakar sesuai Spesifikasi a) Kandungan air dari maks. 350 mg/kg → 320 mg/kg.
QC yang Dipersyaratkan
Check Minyak Solar (B0) b) Stabilitas oksidasi min. 600 menit → 720 menit.
Flowmeter QC
B40 B0 : Kepdirjen Migas No.146/2020 c) kandungan monogliserida maks. 0,55 %-massa → 0,50 %-massa.
Tangki Tangki Check B100 : Kepdirjen EBTKE No. 189/2019
IBC @1KL 1 2 D100 : Kepdirjen EBTKE No. 95/2022 3) Diesel biohidrokarbon (D100) menunjukkan keunggulan karakteristik
In B40 : Usulan Komtek Bioenergi
QC B30D10 : Usulan Komtek Bioenergi bahan bakar pada angka setana, kandungan sulfur, kestabilan oksidasi,
Out
Check Biodiesel (B100)*
dan nilai kalor.
QC Check
B30D10
4) B40 dan B30D10 menunjukkan perbaikan karakteristik angka setana,
Drum @200L FULL TEST
lubrisitas, dan kandungan sulfur, dibandingkan minyak solar murni (B0).
QC QC B30D10 = 60%B0+30%B100*+10%D100 SHORT TEST
Check D100 (HVO) Check *)
5) B30D10 menunjukkan perbaikan karakteristik kandungan air, kestabilan
B100* = Spesifikasi Parameter Usulan Komtek
FAME, water content, density
oksidasi, dan nilai kalor dibandingkan B40.
6) Selama pelaksanaan uji jalan, bahan bakar yang digunakan telah
dimonitor kualitas dan mutunya, dengan karakteristik sebagai berikut:
a) Bahan bakar B40 memiliki rata-rata berat jenis (15oC) sebesar
(861,6 ± 3,1) kg/m3, kandungan FAME (40,0 ± 0,5) %-vol, dan
kandungan air (200 ± 30) mg/kg.
b) Bahan bakar B30D10 memiliki rata-rata berat jenis (15oC) sebesar
(852,4 ± 2,8) kg/m3, kandungan FAME (30,0 ± 0,5) %-vol, dan
kandungan air (170 ± 30) mg/kg.
Keterangan:
kontrol kualitas kandungan D10 pada B30D10 diverifikasi dengan kurva berat jenis B30D10
25
Hasil Uji Stabilitas Penyimpanan Bahan Bakar Uji
Metodologi Hasil Uji II. Hasil Uji Kualitas Bahan Bakar pada Masa Penyimpanan 6 Bulan
Stabilitas penyimpanan : analisis kestabilan bahan bakar
I. Kondisi Lingkungan Karakterisasi Bahan Bakar Parameter Oksidatif
terhadap masa penyimpanan yang dipengaruhi kondisi
tertentu (untuk evaluasi masa simpan). Temperatur Kelembapan Kandungan FAME Berat Jenis pada suhu 15°C Bilangan Asam Total
Kondisi Lingkungan (ASTM D 7806) (ASTM D 4052) (ASTM D 664)
(oC) (% RH)
Lokasi Uji 3
% v/v kg/m mg KOH/g
Lokasi Uji Rata-Rata 22,2 85
B30 B40 B30D10 B30 B40 B30D10 B30 B40 B30D10
Lembang Rentang 15 – 28 45 – 98
30,1 40,1 30,2 860,6 863,9 855,8 0,14 0,16 0,14
Rata-Rata 30,3 79 Lembang ± 0,1 ± 0,1 ± 0,1 ± 0,2 ± 0, 5 ± 0,2 ± 0,04 ± 0,04 ± 0,04
Lokasi Uji
(Stabil) (Stabil) (Stabil) (Stabil) (Stabil) (Stabil) (Stabil) (Stabil) (Stabil)
Cirebon Rentang 24 – 37 39 – 94
30,4 39,9 30,0 856,4 858,4 850,1 0,13 0,17 0,13
III. Kestabilan Oksidasi Bahan Bakar Cirebon ± 0,1 ± 0,2 ± 0,1 ± 0,2 ± 0,1 ± 0,3 ± 0,03 ± 0,03 ± 0,03
(s.d. hari ke-180) Lokasi Lembang dan Cirebon (Stabil) (Stabil) (Stabil) (Stabil) (Stabil) (Stabil) (Stabil) (Stabil) (Stabil)
Kestabilan Kestabilan
Jenis Bahan
Oksidasi Oksidasi IV. Pengaruh Kondisi Penyimpanan terhadap V. Laju Peningkatan Kandungan Air
Bakar
(EN 15751) (ASTM D 7545) Kandungan Air (Water Uptake) s.d. hari ke-180
B30 > 48 Jam > 140 menit
Lembang
Lembang
B30 D10 > 48 Jam > 140 menit
Cirebon
Cirebon
kelembapan lingkungan valve
kandungan FAME.
menggunakan data logger
Parameter Uji:
§ Periode sampling setiap hari 2) B30, B40, dan B30D10 menunjukkan
§ FAME Content (ASTM D 7806)
pada 10 hari pertama dan
setiap 5 hari selama 6 bulan
§ Berat Jenis (ASTM D 4052) pemenuhan stabilitas penyimpanan
§ Kandungan Air (ASTM D 6304)
§ Pengukuran kelembapan ruang selama 6 bulan.
§ Bilangan Asam (ASTM D 664)
kosong dalam tangki dan
§ Viskositas Kinematik (ASTM D 445) 3) Terjadi peningkatan kandungan air dengan
temperatur bahan bakar
§ Stabilitas Oksidasi (EN 15751)
§ Biological Growth (ASTM D 7463)
laju 1,1 ppm/hari (B40) dan 1,0 ppm/hari
Keterangan: Kandungan Air Awal (mg/kg) :
(B30D10 dan B30).
Lembang → B0 : 80 mg/kg; D100: 75 mg/kg; B100 : 200 mg/kg
26
Cirebon → B0 : 92 mg/kg; D100: 86 mg/kg; B100 : 190 mg/kg
Hasil Uji Minyak Lumas
Metodologi Hasil Uji
Pengujian Minyak Lumas meliputi pengujian minyak lumas Hasil uji viskositas minyak lumas bekas (used oil) Hasil uji fuel dilluent minyak lumas bekas (used oil)
baru sebelum uji jalan dan pengujian minyak lumas bekas
yang didapat dari masing-masing kendaraan uji mengikuti
drain interval petunjuk manual pabrikan. Data selanjutnya
diolah dan dievaluasi untuk mengetahui efek bahan bakar
terhadap minyak lumas yang digunakan.
28
Hasil Uji Kinerja Kendaraan Uji Jalan B40
Metodologi Hasil Uji
29
BLU LEMIGAS
Hasil Uji Konsumsi Bahan Bakar
Konsumsi Bahan Bakar (fuel economic) Konsumsi Bahan Bakar (full to full)
Konsumsi Bahan Bakar Kendaraan <3,5 ton Konsumsi Bahan Bakar Kendaraan >3,5 ton
30
BLU LEMIGAS
Hasil Uji Emisi Opasitas Gas Buang
Metodologi Hasil Uji
KENDARAAN
≤ 3,5 ton dan > 3,5 ton Hasil pengujian:
www.satuharapan.com
31
BLU LEMIGAS
Hasil Uji Cold Start Ability Bahan Bakar B40 dan B30D10
Metodologi Hasil Uji
Uji Cold Startability bertujuan untuk memastikan Hasil pengujian cold startability bahan bakar
kemampuan nyala engine kendaraan diesel pada II. Tabel Hasil Uji Cold Startability Bahan Bakar B40 dan B30D10
temperatur rendah untuk penggunaan bahan bakar Tahapan Uji Cold Startability B40 dan B30D10, disimpulkan bahwa:
B40 dan B30D10 dengan variasi Monogliserida (MG) Waktu Start
Seluruh kendaraan uji dilakukan
No. Kode Kendaraan Keterangan
1) Kendaraan berbahan bakar B40 dan B30D10
sebesar 0,40%; 0,45%; dan 0,50%. penyiapan/pengkondisian di
H7 H14 H21 H28 dengan kandungan Monogliserida (MG)
I. Tabel Kelompok Kendaraan Uji Cold Startability 1 bengkel. Dilakukan pemeliharaan,
penggantian filter, pengurasan
1 H7 B40 (MG 0,40%)
(5 Okt) (12 Okt) (19 Okt) (26 Okt)
biodiesel 0,4%; 0,45%; dan 0,50% dapat
tangki dan pengisian B40
Kelompok Periode 2 H7 B40 (MG ,45%) di-start secara normal setelah di-soaking
No. Bahan Bakar
Kendaraan Soaking Setelah tangki terisi bahan bakar, 3 H7 B40 (MG 0,50%) selama 7, 14, 21, dan 28 hari di lokasi uji yang
1 B40 (MG 0,40 %) selanjutnya dilakukan running
4 H7 B30D10 (MG 0,40%)
2 B40 (MG 0,45 %) 2 sejauh 100 km
5 H7 B30D10 (MG 0,45%)
memiliki rentang temperatur terendah
3 B40 (MG 0,50 %)
13,6°C – 18,1°C.
6 H7 B30D10 (MG 0,50%)
Kelompok 1 7 hari
4 B30D10 (MG 0,40 %) Setelah kendaraan sampai di 2) Waktu yang dibutuhkan untuk penyalaan
basecamp Dieng, selanjutnya
5 B30D10 (MG 0,45 %) 7 H14 B40 (MG 0,40%) (starter) pada 24 unit kendaraan uji
6 B30D10 (MG 0,50 %)
3 dilakukan soaking. Kendaraan uji
dikelompokkan dan didiamkan 8 H14 B40 (MG 0,45%)
memenuhi persyaratan yang ditetapkan yaitu
selama 7, 14, 21, dan 28 hari. 9 H14 B40 (MG 0,50%)
7 B40 (MG 0,40 %)
dibawah 5 detik.
8 B40 (MG 0,45 %) 10 H14 B30D10 (MG 0,40%)
Setelah tahap soaking,
11 H14 B30D10 (MG 0,45%)
9 B40 (MG 0,50 %) selanjutnya tahap starting.
Kelompok 2 14 hari
10 B30D10 (MG 0,40 %) 4 Dilakukan pengecekan kondisi
aki dan selanjutnya penyalaan
12 H14 B30D10 (MG 0,50%) Kendaraan Uji
berhasil di-
11 B30D10 (MG 0,45 %) mesin secara paralel dan start dan nyala
dicatat dengan stopwatch. 13 H21 B40 (MG 0,40%) normal.
12 B30D10 (MG 0,50 %)
14 H21 B40 (MG 0,45%)
13 B40 (MG 0,40 %)
15 H21 B40 (MG 0,50%)
14 B40 (MG 0,45 %)
16 H21 B30D10 (MG 0,40%)
15 B40 (MG 0,50 %)
Kelompok 3 21 hari 17 H21 B30D10 (MG 0,45%)
16 B30D10 (MG 0,40 %) 18 H21 B30D10 (MG 0,50%)
17 B30D10 (MG 0,45 %)
18 B30D10 (MG 0,50 %) 19 H28 B40 (MG 0,40%)
Total kendaraan uji bermesin
19 B40 (MG 0,40 %) 20 H28 B40 (MG 0,45%)
diesel yang digunakan adalah
20 B40 (MG 0,45 %)
sebanyak 24 unit 21 H28 B40 (MG 0,50%)
21 B40 (MG 0,50 %) 22 H28 B30D10 (MG 0,40%)
Kelompok 4 28 hari
22 B30D10 (MG 0,40 %) 23 H28 B30D10 (MG 0,45%)
Launching Uji Jalan B40 oleh Menteri ESDM (Jumat, 23 September 2022) Monev I – Lembang (Jumat, 23 September 2022) Monev II – Dieng (Selasa, 25 Oktober 2022)
Monev dengan Menteri ESDM – PGA T.Perahu (Selasa, 1 November 2022) Uji Startabiliy – Bromo (Selasa, 29 November 2022) Sosialisasi II – Bandung (Jumat, 6 Januari 2023)
33
Penyusunan Buku Pedoman Penanganan & Penyimpanan B40
Tujuan Metodologi Penyusunan Buku
● Menyediakan informasi teknis tentang bahan ● Analisis dari literatur terkait karakteristik,
bakar biodiesel, HVO/Diesel Biohidrokarbon, penanganan, dan penyimpanan biodiesel,
minyak solar, dan campurannya, termasuk diesel biohidrokarbon, dan campurannya
teknik pencampuran, penanganan, dan ● Analisis dari regulasi terkait penerapan
penyimpanan, agar dapat dipergunakan oleh bahan bakar nabati.
para pelaksana teknis di lapangan sebagai ● Analisis terhadap hasil-hasil riset yang
bagian dari upaya pengoperasian atau dilaksanakan tim Uji Jalan B40 (a.l. Riset
pengusahaan industri bioenergi yang andal, kompatibilitas material elastomer dan
aman, dan ramah lingkungan. logam, uji penyimpanan, uji presipitasi, uji
● Dapat dijadikan rujukan dalam penyusunan kinerja mesin).
Standard Operation Procedures (SOP) di ● Focus Group Discussion.
lapangan tertentu.
35
Penutup (Implementasi Bahan Bakar B35)
Kesimpulan
§ Hasil pengujian filter blocking tendency (FBT) dan filter rig terhadap bahan bakar
B35 menunjukkan bahwa bahan bakar B35 tidak mengindikasikan adanya filter
blocking.
§ Peningkatan kadar biodiesel / BBN dalam minyak solar (>30%) menunjukkan
perbaikan karakteristik angka setana, lubrisitas, dan kandungan sulfur,
dibandingkan minyak solar (B0).
§ Berdasarkan Kepmen ESDM No. 295.K/EK.01/MEM.E/2022 jo Kepmen ESDM
No. 1.K/EK.01/MEM.E/2023, penahapan pemanfaatan bahan bakar nabati jenis
biodiesel sebagai campuran bahan bakar minyak jenis minyak solar dalam
kerangka pembiayaan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit
ditetapkan minimal sebesar 35% (tiga puluh lima persen) dimulai pada
1 Februari 2023.
§ Spesifikasi bahan bakar B100 untuk campuran sebesar 35% telah ditetapkan
dalam Kepdirjen EBTKE No.195.K/EK.05/DJE/2022 jo Kepdirjen EBTKE
No.207.K/EK.05/DJE/2022.
§ Spesifikasi bahan bakar B35 telah ditetapkan dalam Kepdirjen Migas
No.185.K/HK.02/DJM/2022.
36
Kesimpulan (Uji Jalan Bahan Bakar B40)
Kesimpulan
Karakteristik Bahan Bakar
1) Seluruh bahan bakar uji yang digunakan pada uji jalan B40 telah memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan.
2) D100 menunjukkan keunggulan karakteristik bahan bakar pada angka setana, kandungan sulfur, kestabilan oksidasi, dan nilai kalor.
3) B40 dan B30D10 menunjukkan perbaikan karakteristik angka setana, lubrisitas, dan kandungan sulfur, dibandingkan B0.
4) B30D10 menunjukkan perbaikan karakteristik kandungan air, kestabilan oksidasi, dan nilai kalor dibandingkan B40.
5) B40, B30D10, dan B30 masih stabil selama penyimpanan 4 bulan di daerah Lembang dan Cirebon, berdasarkan analisis kestabilan
oksidasi, bilangan asam, viskositas, berat jenis, dan kandungan FAME.
6) Bahan bakar B40 dan B30D10 tidak berdampak signifikan terhadap perubahan massa, volume, kekerasan, dan dimensi pada
elastomer masing-masing kendaraan dan masih memiliki nilai persentase perubahan yang kecil, berdasarkan analisis immersion test.
Kualitas Minyak Lumas
7) Bahan bakar B40 dan B30D10 tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap sifat fisika kimia dan performa minyak lumas
masing-masing kendaraan sampai akhir uji jalan.
Merit Rating Komponen Kendaraan
8) Bahan bakar B40 dan B30D10 tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap komponen mesin seluruh kendaraan uji dan tidak
berdampak negatif pada performa kendaraan uji.
Kinerja Kendaraan
9) Penggunaan bahan bakar B40 dan B30D10 pada kendaraan uji jalan tidak terjadi perubahan daya, konsumsi bahan bakar, dan emisi
yang signifikan dari awal hingga akhir uji jalan.
10) Kendaraan (merk sama) dengan B30D10 memiliki konsumsi bahan bakar lebih rendah dibandingkan dengan B40 (metode full to full).
11) Kendaraan berbahan bakar B40 dan B30D10 dengan kandungan Monogliserida (MG) biodiesel 0,4%; 0,45%; dan 0,50% dapat
di-start secara normal setelah di-soaking selama 7, 14, 21, dan 28 hari di lokasi uji yang dingin (temperatur terendah 13,6°C – 18,1°C).
37
Rekomendasi Awal Hasil Uji Jalan B40
Spesifikasi Bahan Bakar
Spesifikasi biodiesel (B100) yang eksisting direkomendasikan untuk perbaikan parameter:
a) Kandungan air dari maks. 350 mg/kg → 320 mg/kg.
b) Stabilitas oksidasi min. 600 menit → 720 menit.
c) Kandungan monogliserida maks. 0,55 %-massa → 0,50 %-massa.
Pentahapan batasan mutu monogliserida dari maksimum 0,5%-massa menuju 0,40%-massa tetap diperlukan untuk
menghasilkan perbaikan mutu biodiesel yang berkelanjutan.
38
Terima Kasih
tirto.prakoso@itb.ac.id
39
Standar dan Mutu (Spesifikasi) Bahan Bakar Nabati Biodiesel (B100)
Persyaratan
No. Parameter Uji Satuan Metode Uji
Min. Maks Kepdirjen EBTKE No.195.K/EK.05/DJE/2022
1 Massa Jenis pada 40 °C kg/m3 850 890 SNI 7182:2015, ASTM D 4052
2 Viskositas Kinematik pada 40 °C mm2/s 2,3 6,0 SNI 7182:2015, ASTM D 445
3 Angka Setana - 51 SNI 7182:2015, ASTM D 613
4 Titik Nyala (mangkok tertutup) °C 130 SNI 7182:2015, ASTM D 93
Korosi Bilah Tembaga
5 - Nomor 1 SNI 7182:2015, ASTM D 130
(3 jam pada 50°C)
6 Residu Karbon %-massa 0,05 0,3 SNI 7182:2015, ASTM D 4530
7 Temperatur Distilasi 90% °C 360 SNI 7182:2015, ASTM D 1160
8 Abu Tersulfatkan %-massa 0,02 SNI 7182:2015, ASTM D 874
9 Belerang mg/kg 10 SNI 7182:2015, ASTM D 5453
10 Fosfor mg/kg 4 SNI 7182:2015, AOCS Ca 12-55
11 Angka Asam mg KOH/g 0,4 SNI 7182:2015, ASTM D 664
12 Gliserol Bebas %-massa 0,02 SNI 7182:2015, ASTM D 6584
13 Gliserol Total %-massa 0,24 SNI 7182:2015, ASTM D 6584
14 Kadar Ester Metil %-massa 96,5 SNI 7182:2015
15 Angka Iodium %-massa 115 SNI 7182:2015, AOCS Cd 1-25
Kestabilan Oksidasi
660 SNI 7182:2015, EN 15751
16 Accelerated Method atau
Menit
Rapid Small Scale Oxidation Test
49,5 SNI 7182:2015, ASTM D 7545
(RSSOT)
17 Monogliserida %-massa 0,525 SNI 7182:2015, ASTM D 6584
18 Warna - 3 ASTM D 1500
19 Kadar Air mg/kg 340 ASTM D 6304
20 Cold Filter Plugging Point °C 15 ASTM D 6371
EN 14108, EN 14109,
21 Logam I (Na + K) mg/kg 5
EN 14538, AAS, ICPS Catatan Umum:
22 Logam II (Ca + Mg) mg/kg 5 EN 14538, AAS, ICPS 1) AAS: Atomic Absorption Spectrometry
23 Total Kontaminan mg/L 20 ASTM D 6217 2) ICPS: Inductive Coupled Plasma Spectrometry
40
Standar dan Mutu (Spesifikasi) Bahan Bakar B35 CN 48
Batasan Metode Uji
No. Karakteristik Satuan
Min. Maks. ASTM Lainnya
Kepdirjen MIGAS No.185.K/HK.02/DJM/2022
1 Angka Setana :
Angka Setana, atau - 49 - D 613
Indeks Setana - 45 - D 4737
3
2 Berat Jenis Suhu 15°C kg/m 815 880 D 1298 / D 4052
2
3 Viskositas Suhu 40°C mm /s 2,0 5,0 D 445
0,2
D 2622 / D 4294 /
4 Kandungan Sulfur % m/m - 0,05 1)
D 5453
0,005 2)
5 Distilasi: 90% Vol. Penguapan °C - 370 D 86
6 Titik Nyala °C 52 - D 93
D 2500 / D 5771 /
Titik Kabut, atau °C - 18
D 5773 / D 7683
7
D 97 / D 5949 /
Titik Tuang °C - 18
D5950 / D6749
8 Residu Karbon % m/m - 0,1 D 189 / D 4530
9 Kandungan Air mg/kg - 400 D 6304
D 7371 / D 7806 /
10 Kandungan FAME % v/v 35 3)
D 8274
11 Korosi Bilah Tembaga Kelas Kelas 1 D 130 Catatan :
12 Kandungan Abu % m/m - 0,01 D 482 ISO EN 6245 1) Batasan 0,05% m/m setara dengan 500 ppm, berlaku mulai
13 Kandungan Sedimen % m/m - 0,01 D 473 01 Desember 2024.
2) Batasan 0,005% m/m setara dengan 50 ppm, berlaku mulai
14 Angka Asam Kuat mg KOH/g 0 D 664 01 Desember 2026.
15 Angka Asam Total mg KOH/g - 0,6 D 664 3) Sesuai Keputusan Menteri ESDM No.295.K/EK.01/MEM.E/2022
16 Penampilan Visual Jernih dan Terang Visual tentang Penahapan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati Jenis
Biodiesel sebagai Campuran Bahan Bakar Minyak Jenis Minyak
17 Warna No. ASTM - 3 D 1500 Solar dalam Kerangka Pembiayaan oleh Badan Pengelola Dana
4)
18 Lubrisitas (HFRR wear scar dia. @60 °C) mikron - 460 D 6079 Perkebunan Kelapa Sawit.
Jam 35 - - EN 15751 4) Parameter kualitas ini berlaku jika kadar belerang ≤500 ppm.
19 Kestabilan Oksidasi 5) 5) Metode pengujian dapat dipilih salah satu.
Menit 45 - D 7545 EN 16091
41