Makalah Ilmu Dilalah Kel 11-1
Makalah Ilmu Dilalah Kel 11-1
MAKALAH
Dosen Pengampu:
Drs. Agus Karim, M.Ag
Muhammad Ibnu Pamungkas, M.Pd
Disusun oleh:
Rostianingsih 1192030131
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jenis-Jenis Makna 3
B. Irisan makna (Qiyas Al-Ma’na) 7
C. Contoh Jenis-Jenis Makna Di Dalam Al-Qur’an 9
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan 14
DAFTAR PUSTAKA 15
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa memiliki peran penting di dalam kehidupan manusia. Dengan
adanya bahasa, manusia mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama
manusia. Dalam berkomunikasi itu tidak terlepas dari makna atau arti pada
setiap perkataan yang diucapkan.
Semantik merupakan salah satu disiplin ilmu yang mempelajari tentang
makna. Pada ilmu bahasa, semantik tidak akan terlepas dari adanya makna.
Makna tidak dapat terlepas dalam bidang semantik karena dalam semantik
mempelajari dan menelaah makna. Semantik telah membedakan antara jenis
makna yang harus diperhatikan sebelum mendefinisikan makna akhir dari kata-
kata.
Makna di dalam pemakaian sehari-hari mencakup berbagai bidang
maupun konteks pemakaian. Manusia berbicara untuk dapat mengungkapkan
makna dari ide-ide dan mendengarkan pembicaraan orang lain untuk
mengungkap makna. Tanpa adanya makna, maka sebuah bahasa tidak berguna
dan tidak memiliki nilai apa-apa. Oleh karena itu jenis-jenis dan qiyas makna
sangat penting untuk dipelajari agar kita dapat mengetahui makna yang
terkandung dalam sebuah bahasa. Maka dengan ini, makalah ini membahas
jenis-jenis dan qiyas makna secara terperinci untuk lebih memahami makna Comment [1]: Italic
secara mendalam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis-jenis makna?
2. Apa yang dimaksud dengan qiyas makna?
3. Bagaimana penerapan teori jenis-jenis makna dan qiyas makna dalam Al- Comment [2]: Typo
Qur’an?
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis-jenis makna.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan qiyas makna.
3. Untuk mengetahui penerapan teori jenis-jenis makna dan qiyas makna dalam
Al-Qur’an.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jenis-Jenis Makna
Dalam semantik, makna memiliki beberapa jenis. Di antaranya yaitu: Comment [3]: Dipisah atau
disatukan?
1. ( دالنت أسبسُت او يعجًُّتMakna Dasar atau Makna Leksikal) Comment [4]: Tidak ada spasi
sebelum tanda baca
Makna dasar atau makna leksikal adalah makna kata sebenarnya yang
melekat pada sebuah kata. Makna dasar ini dapat juga diartikan sebagai
makna kata secara lepas di luar konteks kalimatnya tanpa kaitan dengan kata
lain dalam sebuah struktur (frasa, klausa, atau kalimat).
Pateda mendefinisikan makna leksikal sebagai makna kata ketika
makna itu berdiri sendiri, baik dalam bentuk kata atau bentuk perimbuhan
yang maknanya kurang lebih tetap, seperti yang dapat dibaca dalam kamus
bahasa tertentu. (Matsna, 2016) Comment [5]: Referensi?
3
Dalam ilmu balaghah, makna leksikal disebut juga dengan makna Comment [9]: Italic
hakiki, karena makna yang dikehendaki adalah makna dari sebuah lafal yang
digunakan sesuai dengan asal penciptaannya sebagai alat komunikasi. Misal: Comment [10]: Tidak ada spasi
sebelum tanda baca
َسهً َسسأْت ِس َسونَس ٍدذ ج حُت َّف َس
باتٌة َس َسس َس َس ْت Kenapa buat paragraf baru hanya
Sebuah apel jatuh di atas kepala seorang anak lelaki. dengan 1 kata seperti ini?
Kata سأmempunyai makna dasar/leksikal yaitu makna utama Comment [11]: Paragraf menjorok ke
dalam
yang mengandung satu arti dalam sistem perkamusan. Kata سأini mengacu
pada bagian tubuh yang paling atas yaitu kepala.
2. ٍ( انًعًُ اإلظبفMakna Tambahan)
Al-ma'na al-idhofii adalah makna yang terkandung dalam sebuah Comment [12]: Kenapa kapital?
kata di samping makna sebenarnya yang melekat pada kata tersebut. Ahmad
Mukhtar Umar memberikan ciri-ciri makna idhofi antara lain-lain, merupakan
tambahan dari makna asasi (dasar), tidak memiliki sifat yang tetap maupun
komprehensif, dapat berubah sesuai dengan perubahan zaman, budaya dan
pengalaman. Contoh dari makna idhofi kata ""ا ْتي َسش أة, makna dasarnya adalah Comment [13]: Referensi?
4
Al-ma'na al-usluby adalah makna yang berkenaan dengan gaya Comment [16]: Kenapa kapital?
penyebutannya sesuai tingkat sosial kelompok tertentu di dalam masyarakat Comment [21]: Italic
Al-ma'na al-ihaiy adalah makna yang dimiliki oleh sebuah kata Comment [26]: Tidak kapital
berkenaan dengan adanya hubungan kata atau keadaan di luar bahasa. Al-
ma'na al-ihaiy dapat diartikan juga sebagai makna isyarat yang berkaitan Comment [27]: Tidak kapital
5
dengan kosa kata yang dapat digambarkan dan diungkapkan dengan isyarat.
Al-ma'na al-ihaiy ini terwujud karena dipengaruhi oleh tiga faktor: Comment [28]: Tidak kapital
a. Pengaruh fonologi, seperti kata " " َسخ ِسش ْتَ ٌةشyang bermakna suara gemercik
"غَسب ٌةyang bermakna suara burung gagak yang ada di Arab.
air dan" ق
b. Pengaruh morfologi, yaitu terkait dengan kalimat murakkabah, seperti
kata صهِسق
ص ْته َس
َس yang bermakna suara yang sangat keras. Kata صهِسق
ص ْته َس
َس Comment [29]: Kenapa titiknya di
tengah seperti ini? Perbaiki
berasal dari kata ( صهمmerengeh) dan kata ( صهقmengeraskan). penulisannya
berdaya ini maka digunakan kalimat: Comment [33]: Tidak ada spasi
6
B. Qiyas Al-Ma’na (Irisan Makna)
Qiyas al-Ma‟na bisa disebut dengan irisan suatu makna. Jika dianalogikan,
qiyas makna itu seperti gradasi warna. Contohnya seperti berikut,
Dalam gradasi warna kuning bisa dilihat bahwa warna kuning itu tidak hanya
satu tetapi ada warna kuning yang lain, seperti kuning banana, kuning mustard,
kuning bumblebee, dan lain-lain. Gradasi warna tersebut adalah warna kuning
tetapi dalam warna kuning tersebut banyak jenisnya.
Contoh qiyas makna dalam bahasa Arab misalnya seperti kata: Comment [34]: Tidak ada spasi
(berbicara didalam hati – berbisik – bergumam – satu tingkat dari bergumam – Comment [37]: Terjemahkan setiap
kata dengan penjelasannya
berbicara dengan nada pelan yang hanya terdengar oleh diri sendiri – Comment [38]: Terjemahkan setiap
kata dengan penjelasannya
berdengung – mengomel – dengan volume kecil tapi terdengar oleh orang lain –
7
dengan nada sedang/normal – dengan volume agak kencang – dengan nada
seperti memanggil orang/agak teriak – dengan nada seperti orang menangis –
dengan nada seperti anak kecil menangis/sangat teriak)
Kelompok kata-kata tersebut merupakan kelompok tingkatan volume suara
ketika berbicara, dari yang paling pelan َهًس sampai yang paling keras yaitu
َُهُه. Penggunnaan kata َهًسakan berbeda dengan penggunaan kata َىشىش Comment [39]: Terjemahkan setiap
kata dengan penjelasannya
karena makna masing-masing kata tersebut berbeda. Maka dari itu kita harus Comment [40]: Terjemahkan setiap
kata dengan penjelasannya
paham maknanya, lalu menyesuaikan penggunaannya.
Para ilmuwan bahasa menggunakan irisan makna untuk memperjelas tujuan Comment [41]: Tidak kapital
makna. Ahmad Muhktar Umar menjelaskan ada beberapa irisan makna seperti Comment [42]: Siapa ini?
1. Qiyas makna asasi pada kata-kata yang berlawanan. Pada dua kata yang
berlawanan, kata dan penggunaannya sesuai realita objektif padahal
menunjukkan makna yang umum. Penggunaan kata ini mempengaruhi
makna sehingga terjadi penyempitan makna untuk setiap kata masing-
masing. Seperti kata :
8
pemahamannya sempit, maka makna itu menjadi sempit dan apabila
pemahamannya luas maka makna itu akan menjadi luas. Perubahan makna
kata menjadi lebih sempit dinamakan spesialisasi sedangkan perubahan
makna kata menjadi lebih luas dinamakan generalisasi.
4. Qiyas makna seperti pada makna “peristiwa” (seperti kata حكهى, قشاءة, كخببت
)ظحكdan kata-kata “sifat” (seperti kata جًُم, ان ىل, )ركبء. Pada contoh
kata tersebut, kita bisa menentukan kata mana yang ingin kita gunakan dan
untuk penggunaannya itu disesuaikan dengan kalimat sebelumnya. (Umar,
1998)
Dalam ayat ini, lafaz “ ” َسَهُتىْت ِسدًَّّبdipakai dalam makna asli, yaitu orang
beragama yahudi. Tidak dipakai untuk makna seorang pembohong,
pembuat kerusakan, pelit, dan rakus.
Lalu diperkuat oleh Tafsir Al-Muyassar yang berbunyi, bukanlah Comment [45]: Tidak kapital
Ibrahim itu seorang Yahudi dan bukan juga seorang Nasrani, karena tidak
ada Yahudi dan Nasrani kecuali setelahnya, akan tetapi dia mengikuti
perintah Allah dan taat kepadaNya serta berserah diri kepada Tuhannya
dan tidak termasuk orang-orang yang musyrik. (Hazim, 2016) Comment [46]: Referensi
" Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar". (QS. Al-Lahab: 4)
Dalam ayat ini, lafaz “ ”ا ْتي َسش أَسحُتهُتdipakai dalam kalimat asli, yaitu isti dari
Abu Lahab.
9
Lalu diperkuat oleh Tafsir Ibnu Katsir yang berbunyi, istri Abu Lahab
dari kalangan wanita Quraisy yang terhormat dan termasuk pemimpin Comment [47]: Italic
kaum wanitanya bernama Ummu Jamil, nama aslinya ialah Arwah binti
Harb ibnu Umayyah, saudara perempuan Abu Sufyan. Dia membantu
suaminya dalam kekufuran dan keingkarannya terhadap perkara hak yang
dibawa oleh Nabi SAW. Karena itulah maka kelak di hari kiamat ia
menjadi pembantu yang mengazabnya dalam di neraka Jahannam. (Syakir, Comment [48]: Referensi
2011)
2. Makna Idhofii, yaitu makna tambahan dari makna asli, bukan merupakan
sifat yang tetap atau yang mencakup, makna ini berubah mengikuti
perubahan budaya atau zamannya. Contoh: Comment [49]: Masukkan ini di
paragraf sebelumnya, bukan membuat
ض َس ْتُكَس ْتانَُسهُتىْت ُتد َسوالَس انَُّف َس
... ص َسشي َساخَّفً حَسخَّفبِس َسع ِسيهَّفخَسهُت ْتى َسونَس ْتٍ حَسشْت َس baris baru hanya dengan satu kata
Dalam ayat ini, lafaz “ ” ْتانَُسهُتىْت ُتدdipakai dalam makna idhofii (tambahan), Comment [50]: Italic
memperingatkan kepada NabiNya seraya berfirman “Orang-orang Yahudi Comment [52]: Tanpa -
dan Nasrani tidak akan puas sebelum engkau meninggalkan agama Islam
dan mengikuti agama mereka. Jika hal itu kamu lakukan atau dilakukan
oleh siapa saja diantara pengikutmu setelah kebenaran nyata datang
kepadamu, maka engkau tidak akan mendapatkan pembelaan maupun
pertolongan dari Allah”. Ini termasuk penjelasan tentang bahaya
meninggalkan kebenaran dan berteman dengan para pengusung kebatilan”. Comment [53]: Referensi
(At-Tafsiiri, 2014)
او ُتد فَسخَسبهَسب َسوقَسب َسل َِس ْتس َسىةٌة فِسٍ ا ْتن َسً ِسذ ْتََُس ِست ا ْتي َسش أَس ُت
ث ا ْتن َسع ِسزَ ِسْتزحُت َسش ِس...
10
”ا ْتي َسش أَس ُتdipakai dalam kalimat tambahan dari
Dalam ayat ini, lafaz “ث
watak perempuan, yaitu ia senantiasa menggoda laki-laki lain.
Lalu diperkuat oleh Tafsir Al-Muyassar yang berbunyi, dan berita itu
sampai ke wanita-wanita di kota itu, sehingga mereka ramai
memperbincangkannya. Mereka berkata untuk mengingkari (perbuatan)
istri sang menteri, “Sesungguhnya istri sang mentri mencoba menundukan
pelayannya dan mengajaknya unruk berbuat keji dengan dirinya.
Sesungguhnya ketertarikan kepada pemuda itu telah mencapai puncak
kecintaan hatinya. Sesungguhnya kami memandangnya dengan perbuatan
tersebut, dalam kesesatan yang nyata”. (Hazim, 2016) Comment [54]: Referensi
"… hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu! Ia menjawab: "Hai
bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu …” (QS. Ash-
Shaffat: 102)
Makna usluby (gaya bahasa) pada ayat ini, lafaz asalnya “ٍُ”ب Comment [56]: Kapital?
11
4. Makna nafsi, yaitu makna yang dikandung oleh suatu kata ketika dia Comment [59]: Italic
"… Musa berkata: "Apa yang kamu lakukan itu, itulah yang sihir,
sesungguhnya Allah akan menampakkan ketidak benarannya …" (QS.
Yunus: 81)
Comment [62]: Tidak kapital
Makna nafsi dalam ayat ini terdapat pada lafaz “ ” َسيب ِسج ْتئخُت ْتى بِس ِسه انسِّحْت ُتشyang
maksudnya khusus disampaikan oleh nabi Musa sendiri kepada ahli sihir
Fir’aun. Makanya: “sihir apa yang kalian datangkan, pasti akan digagalkan
oleh Allah”
Lalu diperkuat oleh Tafsir Al-Mukhtashar yang berbunyi, setelah
mereka melempar sihir yang ada pada mereka, Musa AS berkata kepada
mereka, “Yang kalian tunjukkan itu adalah sihir. Sesungguhnya Allah
akan membatalkannya dan menghilangkan pengaruhnya. Sesungguhnya
dengan sihir itu kalian berbuat kerusakan di muka bumi. Dan Allah tidak
akan memperbaiki perbuatan orang yang gemar membuat kerusakan”. Comment [63]: Referensi
(Syakir, 2011)
5. Makna Ilhaiy, yaitu makna yang berhubungan dengan kata-kata yang
memiliki ukuran khusus berdasarkan pengulangan dan melihat konteksnya,
serta diperhalus supaya lebih nyaman didengar. Contoh: Comment [64]: Masukkan ini di
paragraf sebelumnya, bukan membuat
baris baru hanya dengan satu kata
نَّف ُتك ْتى فَس أْتحُتىْت ا َساشْت ثَس ُتك ْتى اَس ًَّٰ ِسش ْتئخُت ْتى ۖ َِس َسس ۤب ُتؤ ُتك ْتى َساشْت ٌة...
د
12
” َساشْت ٌةyang bermakna
Makna ilhaiy dalam ayat ini terdapat pada lafaz “د
tempat bercocok tanam atau ladang. Padahal maksudnya adalah untuk
berhubungan suami istri. (Asriani, 2015)
Lalu diperkuat oleh Tafsir Al-Muyassar yang berbunyi, istri-istri Comment [65]: Kenapa kapital
kalian adalah tempat menyemai benih dari kalian. Kalian menaruh sperma
dalam rahim-rahim mereka, lalu lahirlah darinya anak-anak dengan
kehendak Allah. Maka campurilah mereka pada tempat persenggamaan
saja, yaitu kemaluan dengan cara apapun yang kalian inginkan.
Lakukanlah amal-amal shalih bagi diri kalian dengan memperhatikan
perintah-perintah Allah, dan takutlah kepada Allah, serta ketahuilah bahwa
sesungguhnya kalian akan berjumpa denganNya untuk perhitungan amal
perbuatan pada hari kiamat. Dan berilah kabar gembira kepada kaum Comment [66]: “dan” tidak boleh
berada di awal kalimat
mukminin (wahai nabi), dengan hal-hal yang menyenangkan dan Comment [67]: Referensi?
membahagiakan mereka berupa balasan yang baik di akhirat. (Hazim, Comment [68]: Kapital?
Comment [69]: Referensi?
2016)
13
BAB III
KESIMPULAN
Dalam ayat ini, lafaz “ ”ََسهُتىْت ِسدًَّّبdipakai dalam makna asli, yaitu orang
beragama yahudi. Tidak dipakai untuk makna seorang pembohong, pembuat
kerusakan, pelit, dan rakus.
Lalu diperkuat oleh Tafsir Al-Muyassar yang berbunyi, “bukanlah Ibrahim itu Comment [70]: Tidak kapital
seorang Yahudi dan bukan juga seorang Nasrani, karena tidak ada Yahudi
dan Nasrani kecuali setelahnya, akan tetapi dia mengikuti perintah Allah dan
14
taat kepadaNya serta berserah diri kepada Tuhannya dan tidak termasuk
orang-orang yang musyrik”. (Hazim, 2016) Comment [71]: Referensi
15
DAFTAR PUSTAKA
Asriani. (2015). Jenis Makna dan Relasinya dalam QS al-An‟am Menurut Kitab
Safwah Al-Tafasir. UIN Alauddin.
At-Tafsiiri, J. m. (2014). Al-Mukhtashar fii Tafsiiril Qur‟aanil Kariim. Markaz
Tafsir Lid Diraasatil Qur’aniyyah.
Az-Zuhaili, W. (2016). Tafsir al-Wajiz. Daarul Fikri.
Hazim, H. M. M. (2016). At-Tafsir al-Muyassar. Darul Haq.
Matsna, M. (2016). Kajian Semantik Arab Klasik dan Kontemporer.
Prenadamedia Group.
Syakir, S. A. (2011). Mukhtasar Tafsir Ibnu Katsir. Darus Sunnah.
Umar, A. M. (1998). Ilmu Dilalah. Maktabah Dar al-Urubah Linnasyr wa Tauzi’.
16