Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Kasus

1. Definisi de quervain’s syndrome

Menurut Appley dan Solomo (1995). De quervain’s syndrome merupakan

suatu bentuk peradangan yang disertai rasa nyeri dari selaput tendon yang berada di

sarung sinovial, yang menyelubungi tendon otot extensor pollicis brevis dan abductor

pollicis longus. De quervain’s syndrome merupakan bentuk dari tenosinovitis.

Tenosinovitis adalah peradangan selaput tendon yang berada di sarung synovial. De

quervain’s syndrome merupakan tendovaginitis kronik yang disertai penyempitan

sarung tendon. Sering ditemukan penebalan tendon serta melibatkan peradangan pada

selubung tendon otot extensor pollicis brevis dan abductor pollicis longus (Patry et

al, 1998). Penyebab de quervain syndrome belum diketahui pastinya, beberapa faktor

yang bisa menjadi penyebab yakni, (1) overuse adalah gerakan berlebihan, (2) trauma

langsung yaitu trauma yang langsung mengenai tendon otot abductor pollicis longus

dan extensor pollicis brevis yang bisa menimbulkan nyeri, dan (3) radang sendi

adalah kerusakan sendi akibat proses radang (Suryani, 2018).

8
9

Gejala – gejala pada penderita de quervain’s syndrome misalnya nyeri gerak

gerakan aktif pergelangan tangan kearah ulnar (Hudaya, 2013). Nyeri menjalar

kebawah sampai ibu jari ke atas sampai lengan bawah (Ombergt, 2013). Nyeri tekan

dan benjolan pada prossecus styloideus radii (Hudaya, 2013). Rasa tebal sekitar ibu

jari, adanya krepitasi saat menggerakkan ibu jari, serta sendi ibu jari terasa kaku saat

bergerak penurunan lingkup gerak sendi carpometacarpal (Suryani, 2018).

2. Anatomi

a. Tulang

Tulang penyusun pergelangan tangan terdiri dari tulang radius dan ulna

bagian distal serta 8 tulang carpal. Di bagian distal tulang radius dan ulna bersendi

dengan 4 os. carpal, yaitu os. scaphoid, os. lunatum, os. trapezium, dan os. pisiform.

Sedangkan di bagian distal, 4 os. carpal yaitu os. trapezium, os. trapezoid, os.

capitatum dan os. hamatum yang bersendi dengan os. metacarpalia.

Pada bagian distal dari os. metacarpalia masing – masing bersendi dengan

os. phalang. Pada ibu jari terdapat 2 os. phalang, sedangkan ke empat jari yang lain

memiliki masing –masing 3 os. phalang (Agur & Moore, 2002).


10

23

1 24
2 25
3

4
22
5
21

12 20
6 13
19
7 14
8 11 18
9 10 15
16 17

Gambar 2.1
Tulang-tulang penyusun tangan (Agur & Moore, 2002).
Keterangan gambar 2.1 :
1. Phalanx distalis 11. Os tuberculum ossis trapezii 21. Corpus metacarpale
2. Caput phalangis 12. Os trapezoideum 22. Caput metacarpale
3. Capus palangis media 13. Os trapezium 23. Phalanx distal
4. Caput tuberculum 14. Os trapezoideum 24. Phalanx medial
5. Os metacarpale V 15. Os scaphoideum 25. Phalanx Proximal
6. Os hamatum 16. Os lunatum
7. Os piriforme 17. Os triquetum
8. Os triquetum 18. Os hamatum
9. Os lunatum 19. Os capitatum
10. Os tuberculum ossis scaphoidea 20. Basis Metacarpal
11

22
24
1
21

3 20

5 4

6 19
7
18
8

17
16
9

10 15
14

11 13
12

Gambar 2.2
Otot-otot penyusun tangan ( Agur dan Moore, 2002 ).
12

1 7
2 1
3 6
4
5

Gambar 2.3
Otot-otot penyusun tangan 2 ( Agur dan Moore, 2002 ).
Keterangan gambar 2.3 :
1. m. extensor policis longus
2. m. extensor policis brevis
3. m. abductor policis longus
4. m. extensor carpi radialis longus
5. m. extensor carpi radialis brevis
6. m. extensor carpi ulnaris
7. m. extensor digiti minimi
8. m. extensor digitorum communis
9. m. extensor indicis
13

b. Persendian dan Biomekanik Pergelangan Tangan dan Ibu Jari

1) Radiocarpal joint

Sendi radiocarpal merupakan sendi yang tertutup dalam kapsul yang

longgar namun kuat yang diperkuat oleh ligamen bersama dengan midcarpal joint.

Permukaan proksimal sendi yang bikonkaf merupakan bagian distal dari radius dan

diskus radioulnar (diskus artikularis) yang sedikit menyudut kearah palmar 10-15

derajat dan 15-25 derajat kearah distal. Permukaan sendi distal yang bikonvek

merupakan kombinasi dari permukaan proksimal dari tulang schapoid, lunatum, dan

triquetrum. Tulang triquetrum terutama bersendi dengan diskus. Ketiga tulang carpal

tersebut terikat bersama oleh banyak sekali ligament interosseus. Pada gerak

pergelangan tangan, baris cembung proksimal dari tulang –tulang carpal slide kearah

berlawanan dari gerak fisiologis tangan (Kissner, 2007).

2) Midcarpal joint

Midcarpal joint merupakan sendi gabungan antara 2 baris tulang carpal.

Midcarpal joint memiliki kapsul yang juga berlanjut dengan sendi intercarpal.

Midcarpal joint merupakan kombinasi permukaan bagian distal dari tulang schapoid,

lunatum dan triquetrum yang bertemu dengan permukaan bagian proksimal dari

tulang trapezium, trapezoid, kapitatum dan lunatum (Kisner, 2007).

Gerak fisiologi dari pergelangan tangan merupakan gabungan gerak

kompleks antara baris distal dan proksimal tulang carpal. Tulang capitatum dan

hamatum adalah tulang yang penting pada bagian distal sendi midcarpal. Permukaan

sendi dari kedua tulang tersebut adalah cembung yang bergerak terhadap permukaan
14

cekung dari tulang schapoid, lunatum, dan triquetrum. Hal tersebut mengakibatkan

gerak slide pada tulang capitatum dan hamatum bergerak kearah berlawanan dari

gerak fisiologis (Kissner, 2007).

Permukaan sendi pada trapezium dan trapezoid berbentuk cekung yang

bergerak terhadap permukaan cembung pada bagian distal dari schapoid, sehingga

saat gerak flexi dan extensi kedua permukaan sendi tersebut bergerak searah dengan

searah dengan gerak fisiologisnya. Karena trapezoid terikat dengan capitatum, maka

kedua tulang tersebut tidak bisa slide kearah berlawanan saat radial dan ulnar

deviasi. Tulang trapezium dan trapezoid slide kearah dorsal terhadap tulang schapoid

saat radial deviasi dan ke arah volar saat ulnar deviasi (Kissner, 2007).

3) Carpometacarpal joint

Sendi carpometacarpal pada ibu jari merupakan saddle joint yang memiliki

3 aksis gerak, yaitu gerak flexi-extensi, abduksi-adduksi, oposisi-reposisi. Sendi ini

terdiri dari tulang trapezium pada bagian proksimal dan basis dari tulang metacarpal

pertama pada bagian distal. Sendi carpometacarpal memiliki kapsul yang longgar

dan ruang lingkup sendi yang luas (Kissner, 2007).

Gerak flexi dan extensi pada ibu jari terjadi pada bidang frontal, dimana

permukaan cembung trapezium bertemu dengan permukaan cekung basis metacarpal

yang bergerak slide searah dengan gerak fisiologis. Sedangkan untuk gerak abduksi

dan adduksi ibu jari terjadi pada bidang sagital dimana permukaan cekung dari

trapezium bertemu dengan permukaan cembung dari metacarpal yang bergerak slide

berlawanan arah dengan gerak fisiologisnya (Kissner, 2007).


15

4) Metacarpophalangeal joint dan interphalanx joint

Ibu jari hanya memiliki 1 sendi interphalang, meskipun sendi MCP hanya

memiliki satu axis dan fungsinya mirip dengan sendi IP. Sendi MCP pada ibu jari

berbeda karena diperkuat dengan dua tulang sesamoid pada permukaan volarnya

yang meningkatkan pengaruh dari otot flexor policis brevis. Sendi MCP dan IP

merupakan sendi engsel (Kissner, 2007).

Kapsul dari masing-masing sendi diperkuat oleh ligamen colateral yang

mengencang saat gerak extensi. Permukaan sendi pada distal dari sendi MCP dan IP

adalah cekung sedangkan bagian proksimal nya berpermukaan cembung, sehingga

roll dan slide dari masing-masing sendi tersebut searah dengan gerak fisiologisnya

(Kissner, 2007).
16

TABEL 2.1

BIOMEKANIK PADA PERGELANGAN WRIST DAN THUMB

Roll Slide
Sendi Radiocarpal
Flexi Wrist Volar Dorsal
Extensi Wrist Dorsal Volar
Radial Deviasi Radial Ulnar
Ulnar Deviasi Ulnar Radial
Sendi Midcarpal
Flexi Wrist Volar Capitatum dan Hamatum Dorsal
Trapezium dan Trapezoid Volar
Extensi Wrist Dorsal Capitatum dan Hamatum Volar
Trapezium dan Trapezoid Dorsal
Radial Deviasi Radial Capitatum dan Hamatum Ulnar
Trapezium dan Trapezoid Radial
Ulnar Deviasi Ulnar Capitatum dan Hamatum Radial
Trapezium dan Trapezoid Ulnar
Sendi CMC ibu jari
Flexi Ulnar Ulnar
Extensi Radial Radial
Abduksi Volar Volar
Adduksi Dorsal Dorsal
Sendi MCP dan IP
Flexi Volar Volar
Extensi Dorsal Dorsal
( Sumber : Kissner, 2007 ).
17

5) Ligamen

Pada sendi pergelangan tangan dan tangan terdapat ligament, yaitu (1)

Ligament radiocarpea volare, (2) Ligament radiocarpeum dorsal, (3) Ligament

collateralecarpi radiale,(4) Ligament collateralecarpi ulnare,(5) Ligament

carpometacarpea dorsale, (6) Ligament carpometacarpea palmar (Wulandari dan

Yusuf, 2015).

6) Extensor retinaculum dan compartmen dorsal

Pada bagian dorsal pergelangan tangan banyak dilewati tendon otot-otot

extensor yang dibungkus oleh sebuah retinaculum extensor yang berjalan melalui

tulang-tulang carpal. Retinaculum posterior merupakan penebalan fascia antebrachii

posterior. Retinaculum ini terdiri dari jaringan fibrosa. Bagian medial dari

retinaculum ini melekat pada os pisiform dan os hamatum sementara bagian

lateralnya melekat pada bagian distal dari os radius. Ada enam kompartemen

jaringan fibrosa pada bagian dorsal pergelangan yang ditutupi oleh extensor

retinaculum ini.

Struktur kompartemen dari radial ke ulnar adalah kompartemen pertama

terdiri dari tendon otot extensor pollicis brevis dan abductor pollicis longus,

kompartemen kedua teridiri dari tendon otot extensor carpi radialis brevis dan tendon

otot extensor pollicis brevis dan tendon otot abductor pollicis longus, kompartemen

kedua terdiri dari tendon otot extensor carpi radialis brevis dan tendon otot extensor

carpi radialis longus, kompartemen ketiga berisi tendon otot extensor pollicis longus,
18

kompartemen keempat berisi tendon otot extensor digitorum dan otot extensor

indicis, kompartemen kelima berisi tendon otot extensor digiti minimi, dan

kompartemen keenam berisi tendon otot extensor carpi ulnaris (Plancher, 2004).

7) Otot

a) Otot abductor pollicis longus

Otot ini berorigo di facies dorsalis ulna et radii membrane interossea

antebrachii dan berinsersio pada basis phalang pertama ibu jari. Berfungsi sebagai

penggerak abduksi ibu jari. Otot abductor pollicis brevis sering memiliki bnayak

selubung tendo dan memiliki banyak variasi dalam perlekatan insersionya (Cooper,

2007).

b) Otot extensor pollicis brevis

Otot ini berorigo pada facies dorsalis radii membrane interosea antebrachii

dan berinsersio pada basis phalang terakhir ibu jari. Otot ini bekerja bersama dengan

otot extensor pollicis longus yang berfungsi sebagai extensor pollicis brevis (Cooper,

2007). Otot-otot ini, secara induvidu dan bersama-sama, menggerakkan sendi

trapezometacarpal ke arah extensi dan abduksi bersama dan extensi sendi

metacarpophalangeal. Kedua otot ini juga aktif selama gerak radial deviasi dan flexi

wrist (Patry, 1998).

c) Inervasi

Yang mensyarafi pada tangan yaitu nervus radialis, nervusmedianus, dan

nervus ulnari. (Wulandari dan Yusuf , 2015). Nervus radialis terletak menyilang dari

medial ke lateral di belakang corpus humeri pada titik tengahnya yang mensyarafi
19

otot extensor carpi radialis longus dan brevis, otot extensor digitorum, otot ekstensor

digiti minimi, otot extensor carpi ulnaris, otot supinator, otot abduktor pollicis

longus, otot extensor pollicis brevis, otot extensor pollicis longus, dan otot extensor

indisis, Nervus medianus terletak di pergelangan tangan di garis tengah, tepat di

sebelah lateral tendon m.palmaris longus mensyarafi otot abductor pollicis brevis,

otot flexor pollicis brevis, otot oponens pollicis dan otot adductor pollicis, dan nervus

ulnaris terletak di pergelangan tangan tepat di sebelah medial a. Ulnaris yang

mensyarafi abductor digiti minimi, otot flexor digiti minimi, dan otot opponens digiti

minimi (Moffat dan Faiz, 2003).

d) Vaskularisasi

Otot abductor pollicis longus dan extensor pollicis brevis divaskularisasi

oleh arteri interosea posterior. Arteri interosea komunis lewat di atas batas atas

membrana interoseus dan memasuki kompartemen extensor dimana arteri ini berjalan

bersama dengan ramus profunda n. radialis yang mensyarafi otot-otot extensor

lengan bawah (Moffat dan Faiz, 2003).

3. Etiologi

De quervain’s syndrome merupakan tenosinovitis yang paling sering terjadi

pada pergelangan tangan. Tenosinovitis adalah peradangan pada selubung sinovial

yang menyelubungi tendon otot. Tendinitis dan tenosynovitis dapat terjadi ketika

struktur otot dan tendon mengalami (1) strain biomekanik yang umum yang terjadi

dalam waktu lama yang melebihi batas kemampuan dari tendon dan membran

synovial (2) strain biomekanik yang intens dan yang diluar kebiasaan misalnya
20

memulai pekerjaan kembali setelah lama beristirahat, peningkatan kecepatan pada

latihan olahraga dan instrumen musik yang intens (3) trauma local (Patry, 1998).

Strain adalah kerusakan pada suatu bagian otot atau tendo karena penggunaan yang

berlebihan ataupun stress yang berlebihan (Bahr, 2003).

Penyebab sindrom De Quervain belum diketahui pasti. Beberapa faktor yang

dianggap menjadi penyebab yakni, (1) overuse adalah gerakan berlebihan dan terlalu

membebani sendi carpometacarpal I dapat menyebabkan ruptur dan peradangan

akibat gesekan, tekanan, dan iskemia daerah persedian,(2) trauma langsung yaitu

trauma yang langsung mengenai tendon otot abductor pollicis longus dan extensor

pollicis brevis dapat merusak jaringan serta menyebabkan peradangan yang bisa

menimbulkan nyeri, dan (3) radang sendi adalah kerusakan sendi akibat proses

radang mengakibatkan erosi tulang pada bagian tepi sendi akibat invasi jaringan

granulasi dan akibat resorbsi osteoklas. Kemudian pada tendon terjadi tenosinovitis

disertaiinvasi kolagen yang dapat menyebabkan ruptur tendon (Suryani, 2018).

4. Patofisiologi

Gerakan dan beban berlebihan pada sekitar sendi carpometacarpal I

menimbulkan gesekan, tekanan, dan iskemia apabila terus menerus akan

menimbulkan peradangan, mengakibatkan bengkak dan nyeri. Inflamasi daerah ini

umumnya terjadi pada penggunaan tangan dan ibu jari untuk kegiatan berulang atau

repetitif. De Quervain’s syndrome timbul akibat mikrotrauma kumulatif (repetitif).

Trauma minor repetitif atau penggunaan berlebihan jari-jari tangan (overuse)


21

menyebabkan malfungsi pembungkus tendon, pembungkus tendon akan mengalami

penurunan produksi dan kualitas cairan sinovial, sehingga gangguan produksi dan

kualitas mengakibatkan gesekan antara otot dan pembungkus tendon. Proses gesekan

yang terus-menerus akan mengakibatkan inflamasi pembungkus tendon, diikuti

proliferasi jaringan ikat fibrosa. Proliferasi jaringan ikat fibrosa akan memenuhi

hampir seluruh pembungkus tendon menyebabkan pergerakan tendon terbatas.

Stenosis atau penyempitan pembungkus tendon tersebut akan mempengaruhi

pergerakan otototot abductor pollicis longus dan extensor pollicis brevis. Pada kasus-

kasus lanjut akan terjadi perlengketan tendon dengan pembungkusnya. Gesekan otot-

otot ini akan merangsang saraf di sekitar otot, sehingga menimbulkan nyeri saat ibu

jari digerakkan, nyeri ibu jari merupakan keluhan utama penderita sindrom De

Quervain (Suryani, 2018).

5. Tipe

Menurut Patry (1998), tenosynovitis yang ada pada tendon dorsal

pergelangan tangan antara lain (1) tenosinovitis dengan efusi akibat infeksi atau awal

dari rheumatoid. Pada kasus selanjutnya, diindikasikan sebagai rheumatoid arthritis

dan mungkin menjadi pertanda akan terjadinya polyarthritis. (2) De Quervain’s

tenosynovitis sebagai salah satu bentuk paling umum dari stenosing tenosynovitis,

inflamasi yang terjadi akibat trauma yang berulang. Bagian palmar dari otot tendon

flexor digitorum profunda mungkin terlibat, dan kondisi ini bisa juga karena

kongenital atau penyakit sekunder dari rheumatoid arthritis.


22

6. Gejala Klinis

Gejala – gejala yang dapat dijumpai pada penderita de quervain’s

syndrome antara lain nyeri gerak daerah radialis pergelangan tangan, terutama bila

dilakukan gerakan aktif pergelangan tangan kearah ulnar. Gerakan aktif pergelangan

tangan kearah radial tidak membangkitkan nyeri. Gerakan pasif pada ibu jari juga

tidak menimbulkan nyeri (Hudaya, 2013). Nyeri kadang dapat menjalar kebawah

sampai ibu jari atau menjalar ke atas sampai lengan bawah (Ombergt, 2013). Nyeri

tekan dan benjolan pada prossecus styloideus radii (Hudaya, 2013). Gejala- gejala

lain adalah rasa nyeri sekitar ibu jari, bengkak pergelangan tangan sisi ibu jari, rasa

tebal sekitar ibu jari, penumpukan cairan pada daerah yang bengkak, adanya krepitasi

saat menggerakkan ibu jari, serta sendi ibu jari terasa kaku saat bergerak penurunan

lingkup gerak sendi carpometacarpal (Suryani, 2018).

7. Diagnosis Banding

Tanda dan gejala dari de quervain’s syndrome mungkin disalah artikan

sebagai beberapa penyakit dibawah ini (Patry, 1998 dan Suryani, 2018).

a. Osteoarthritis pada carpometacarpal ibu jari

Osteoarthritis pada carpometacarpal ibu jari biasanya terjadi pada wanita

usia 50-70 tahun. Biasanya disertai dengan deformitas local, crepitasi dan nyeri

dengan berbagai intensitas yang tidak berhubungan dengan perubahan radiologis.

Penyebabnya bisa dikarenakan trauma, serta faktor jenis kelamin dan usia.
23

b. Tendinitis pada insersio otot brachioradialis

Gerak flexi elbow yang diberi tahanan dan pemberian tekanan pada

styloideus radii dapat menyebabkan rasa nyeri pada processus styloideus radii.

Penyebab tendinitis diduga akibat gerak menjepit berulang dalam posisi supinasi atau

posisi extensi.

c. Tendinitis pada otot extensor digitorum comunis

Nyeri dirasakan pada sisi radial bagian dorsal dari pergelangan tangan dan

mungkin disertai dengan bengkak. Penyebab diduga akibat dari gerak extensi, gerak

menumpu dalam posisi pronasi disertai menggenggam objek.

d. Intersection syndrome

Tenosinovitis tendon kompartemen dorsal pertama (tendon otot abductor

pollicis longus dan otot extensor pollicis brevis) sampai ke tendon kompartemen

dorsal keduanya (otot extensor carpi radialis longus dan otot extensor carpi radialis

brevis) dengan gejala nyeri dan inflamasi bagian distal daerah dorsolateral lengan

bawah. Nyeri pada sindrom ini lebih ke arah lateral dibandingkan pada sindrom de

Quervain

e. Carpal Tunnel Syndrome adalah nyeri meluas ke pergelangan tangan.

f. Kienbock disease adalah osteonekrosis pada os lunatum.

g. Degenerative arthritis sendi radioscaphoid, cervical radiculopathy

terutama segmen C5 atau C6.

h. Cheiralgia paresthetica atau neuropati sensoris nervus radialis.


24

i. Fraktur scaphoid adalah nyeri pada daerah snuff box pada kompartemen

dorsal pertama.

8. Komplikasi

Penanganan non operatif dan operatif pada de Quervain’s syndrome

memiliki komplikasi masing – masing. Pada penanganan non operatif dengan injeksi

kortikosteroid dihubungkan dengan depigmentasi pada area injeksi., nekrosis, lemak

dan atrophy subcutaneous. Selain itu infeksi atau cidera saraf meskipun jarang terjadi

msih tetap ada (Magee, 2009). Penanganan secara operatif beresiko terhadap cabang

sensoris superficial dari nervus radialis karena berdekatan denga tendon dan dengan

mudah dapat mengalami cidera saat operasi berlangsung (Magee, 2009).

9. Prognosis

Prognosis penyakit ini umumnya baik jika di diagnosa dini dan

penanganan yang tepat (Micheo dan Buschbacher, 2010). Kasus-kasus dini biasanya

berespons baik pada terapi non-bedah. Pada kasus-kasus lanjut dan tidak merespons

baik dengan terapi non-bedah, maka dilakukan pembedahan dekompresi

kompartemen dorsal pertama pergelangan tangan. Pasien sindrom De Quervain perlu

menghindari aktivitas yang repetitif pada pergelangan tangan atau ibu jari hingga

tercapai pengobatan Penatalaksanaan sindrom De Quervain adalah non-bedah dan

pembedahan. Tatalaksana bedah diperlukan bila terapi non-bedah tidak efektif lagi

terutama pada kasus-kasus lanjut telah terjadi perlengketan pada pembungkus tendon

(Suryani, 2018).
25

B. Problematik Fisioterapi

Problematik fisioterapi yaitu impairment, limitasi aktivitas fungsional dan

restriksi partisipasi. Berdasarkan problematic diatas diagnosis fisioterapi yang terjadi

pada pasien de Quervain’s syndrome meliputi:

1. Impairment

Impairment merupakan akibat langsung dari patologis yang didefinisikan

sebagai hilangnya atau terganggunya struktur atau fungsi anatomis, fisiologis maupun

psikologis pada tingkat jaringan tubuh. Pada kasus de quervain’s syndrome di level

impairment problematik yang terjadi yaitu adanya nyeri, bengkak, penurunan lingkup

gerak sendi, penurunan kekuatan otot.

2. Functional limitation

Functional limitation merupakan keterbatasan atau hilangnya kemampuan

seseorang untuk melakukan aktivitas yang pada umumnya dapat dilakukan oleh orang

normal akibat impairment yang dideritanya. Problematika level functional limitation

pada kasus de Quervain’s syndrome adalah pasien tidak mampu mengancingkan baju,

menyisir rambut, menulis, makan, menyapu, dan lain-lain yang berhubungan dengan

memegang benda.

3. Participation of retriction

Participation of retriction didefinisikan sebagai ketergantungan atau

terbatasnya kemampuan aktivitas diri untuk berperan secara social, budaya, ekonomi

dalam keluarga, lingkungan bagi individu tertentu akibat dari impairment dan
26

functional limitation. Dalam hal ini pada umumnya terjadi keterbatasan dalam

lingkungan sosial karena nyeri yang dialami, misalnya pasien tidak bisa mengikuti

kegiatan gotong royong di lingkungannya seperti membersihkan halaman atau

menanam tanaman karena adanya nyeri saat memegang suatu barang di daerah ibu

jari.

C. Teknologi Intervensi

1. Transverse friction dan effleurage

Tranverse friction dikenal juga sebagai cross-friksi dan cross-fiber massage

yaitu teknik massage yang meningkatkan pembentukan kolagen menjadi optimal

dengan meningkatkan sirkulasi sehingga menurunkan pembentukan adhesi dan

jaringan parut (LeFebvre, 2005). Pelaksanaan transverse friction yaitu posisi pasien

duduk dan lengan bawah di sangga bantal dalam posisi 10 supinasi. Pertama fiksasi

lengan bawah pada bagian distal sampai pergelangan tangan, transvere friction pada

sisi radial tangan pasien dengan arah dari volar ke dorsal. lakukan gerakan tersebut

selama 15-20 menit. Tekanan yang di berikan meningkat bertahap. Frekuensi di

lakukan yaitu tiga kali per minggu selama 3 minggu. Biasanya kebanyakan kasus

akan hilang setelah 6-10 sesi selama 2-3 minggu. Selama masa perawatan periksa

setelah 5-6 menit untuk melihat apakah ada perubahan, fase meningkat pada sekitar 3

menit per sesi (LeFebvre, 2005).

Sedangkan effleurage sendiri termasuk dalam massage yang

dilakukan dengan teknik menekan dan menggosok yang mana menurut Novita Intan
27

Arovah (2010) massage merupakan teknik manipulasi jaringan lunak melalui tekanan

dan gerakan yang menimbulkan efek fisiologis antara lain memperlancar peredaran

darah, menghasilkan hormon endhorphrin dan merilekskan otot. Secara keseluruhan

proses tersebut dapat memberikan efek antara lain, (1) membantu mengurangi

pembengkakan pada fase kronis, (2) mengurangi persepsi nyeri melalui mekanisme

penghambat rangsang nyeri (gate control), (3) Meningkatkan relaksasi otot sehingga

mengurangi rasa nyeri, (4) meningkatkan jangkauan gerak, kekuatan, koordinasi,

keseimbangan dan fungsi otot, (5) mengurangi atau menghilangkan ketegangan saraf

dan mengurang rasa sakit. Dari berbagai macam penjelasan tersebut, maka dapat

diketahui bahwa massage merupakan salah satu metode atau cara yang dapat

dilakukan seseorang dengan menggunakan anggota tubuh untuk merawat tubuh

maupun memberi efek positif bagi tubuh dari kelelahan maupun cedera yang dialami,

terapi massage yaitu upaya untuk memulihkan penyakit atau cedera. Efflurage

dilakukan dengan cara posisi pasien duduk nyaman dan lengan bawah di sangga

bantal dengan posisi tangan supinasi dan pronasi. Posisi terapis duduk di depan

pasien lalu terapis memijat tangan sampai lengan bawah pasien pada posisi yang

pertama supinasi lalu kedua pronasi dengan cara digosok menggunakan handbody

dengan menggunakan seluruh permukaan telapak tangan terapis, dilakukan kearah

proximal menuju jantung dengan dorongan dan tekanan, di lakukan secukupnya

sampai pasien merasakan tangannya sudah rileks, kira-kira dilakukan 10-15 menit.
28

2. Streching

Stretching juga dapat meningkatkan stamina (daya tahan otot), meningkatkan

kekuatan otot, mengurangi nyeri otot, mobilitas otot dan sendi menjadi baik, dan

membuat otot bergerak lebih efisien, dilakukan dengan terapis memberikan instruksi

kepada pasien. Setiap gerakan streching dilakukan selama 8 kali hitungan dengan 5

kali pengulangan. (Kokkonen dan Nelson, 2009).

Gerakan streching yang pertama yang di gunakan dalam karya tulis ilmiah ini

yaitu finger extensor stretch cara melakukannya tangan sehat mengarahkan tangan

sakit bagian pergelangan tangan sampai jari-jari ke arah volar hingga tangan bagian

dorsal terasa terulur, tahan beberapa detik lalu kembali ke netral. Otot yang terulur

adalah extensor carpi radialis brevis,extensor carpi radialis longus,extensor carpi

ulnaris, extensor digitorum communis, extensor digiti minimi, dan extensor extensor

indici, seperti pada gambar 2.4 (Kokkonen dan Nelson, 2009).

Gerakan streching yang kedua yaitu radial deviation dan ulnar devition cara

melakukannya tangan sehat mengarahkan tangan sakit bagian pergelangan tangan

sampai jari-jari ke arah ibu jari dan kelingking bisa juga dilakukan secara aktif, tahan

beberapa detik lalu kembali ke netral, seperti pada gambar 2.5 (Kokkonen dan

Nelson, 2009).
29

1
2
3
1
1
4
1

5
1 6
1 7
1

Gambar 2.4
Gerakan Streching 1 (Kokkonen dan Nelson, 2009)
Keterangan gambar 2. 4:
1. Extensor pollicis longus
2. Extensor pollicis brevis
3. Extensor carpi ulnaris brevis
4. Extensor carpi ulnaris longus
5. Extensor digiti minimi
6. Extensor digitorum communis
7. Extensor carpi ulnaris
30

1
2

3 5

4
A B

Gambar 2.5
Gerakan Streching 2
A. Gerakan radial deviation
B. Gerakan ulnar deviation
(Kokkonen dan Nelson, 2009).
Keterangan gambar 2.5 :
1. Abductor Pollicic Longus
2. Extensor Pollicis Brevis
3. Extensor Carpi Radialis Longus
4. Flexor Carpi Radialis
5. Extensor Carpi Ulnaris
31

Keterangan gambar 2.2 :

1. M. flexor digitorum profundus, Tendo


2. M. flexor digitorum superfisial, Tendo
3. M. opponens digiti minimi
4. Arcus Palmaris Superficialis
5. M. flexor digiti minimi
6. Reticulum flexorum
7. M. abductor digiti minimi
8. A. ulnaris, R. palmaris profundus
N. ulnaris, R. profundus
9. N. ulnaris
10. A. ulnaris
11. M. flexor digitorum superficial
12. M. flexor digitorum profundus
13. M. flexor pollicis longus
14. N. medianus
15. A. radialis
16. A. radisalis, R. palmaris superficialis
17. M. Abductor pollicis brevis
18. N. medianus
19. M. flexor pollicis brevis
20. M. interosseous dorsalis I
21. Ligamen anulare
22. Nn. Digitalis palmaris
23. Ligamen cruciatum

Anda mungkin juga menyukai