Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fungsional Bahu

1. Struktur Bahu

Rotator cuff complex merupakan sendi yang paling kompleks pada tubuh

manusia. Dibentuk oleh tulang-tulang scapula, clavicula, sternum dan humerus.

Dari keempat tulang ini membentuk sendi-sendi: (1) sternoclavicula; dibentuk

oleh extremitas glenoidalis clavikula, dengan incisura clavicularis sterni. Menurut

bentuknya termasuk articulation sellaris, tetapi fungsionalnya glubiodea.

Diantara kedua facies articularisnya dan sebagai cavum articulare. Capsula

articularis luas, sehingga kemungkinan gerakan luas, (2) acromioclaviculare;

merupakan sendi synovial (kecil) berupa hubungan antara clavicula dengan

acromion. Sendi ini diperkuat oleh fibrous capsule yang tertutup oleh ligamentum

acromioclaviculare superior dan inferior, conoid dan trapezoid, (3)

glenohumerale; dibentuk oleh caput humeri yang bulat dan cavitas

glenoidalisscapula yang dangkal dan berbentuk buah per. Permukaan sendi

meliputi oleh rawan hyaline, dan cavitas glenoidalis diperdalam oleh adanya

labrum glenoidale (Snell, 2000), dan scapulothoracic; sendi scapulathorax bukan

sendi yang sebenarnya, hanya berupa pergerakan scapula terhadap dinding thorax

(Yusi, A., 2013).

6
7

Gambar 2.1
Sendi bahu (Harry, 2014)

a. Biomekanik Bahu

Ditinjau dari aspek gerak maka sendi bahu dibagi menjadi dua yaitu

osteokinematika dan arthrokinematika.

1) Gerakan osteokinematika

Gerak osteokinematika adalah gerakan yang terjadi diantara kedua tulang.

Gerakan yang termasuk gerak osteokinematika antara lain:

a) Gerak fleksi, penggeraknya adalah serabut otot deltoideus anterior.

b) Gerak ekstensi, penggeraknya adalah otot latissimus dorsi dan teres

mayor. Sedangkan pada gerakan hiperekstensi teres mayor tidak berfungsi lagi,

hanya 90º dan digantikan fungsinya oleh deltoid posterior.

c) Gerak abduksi, penggeraknya adalah otot supra spinatus dibantu oleh

otot deltoideus.
8

d) Gerak adduksi, penggeraknya adalah otot pectoralis mayor dibantu

oleh otot latissimus dorsi, teres mayor serta otot sub scapulari.

e) Gerak abduksi horizontal, gerakan lengan yang mendekati tubuh

dalam posisi abduksi lengan 90º dan mencapai jarak gerak sendi 45º yang dimulai

posisi anatomis.

f) Gerak adduksi horizontal, gerakan lengan yang menjauhi tubuh dalam

posisi lengan 90º dan mencapai jarak gerak sendi 145º yang dimulai dari posisi

anatomis.

g) Gerak internal rotasi, penggeraknya adalah otot sub scapular.

h) Gerak eksternal rotasi, penggeraknya adalah otot infra spinatus.

2) Gerak arthrokinematika

Gerak arthrokinematika dalah gerakan yang terjadi pada permukaan sendi

yang meliputi roll dan slide. Menurut Khuluqi, R (2012), gerakan

arthrokinematika pada sendi glenohumeral yaitu : (1) gerakan fleksi terjadi rolling

caput humeri ke anterior, sliding ke posterior,(2) gerakan abduksi terjadi rolling

caput humeri ke cranio posterior, sliding ke caudo ventral, (3) gerakan eksternal

rotasi terjadi roling caput humeri ke dorso lateral, sliding ke ventro medial, (4)

gerakan internal rotasi terjadi rolling caput humeri ke ventro medial dan sliding

ke dorso lateral.

b. Kapsul sendi

Kapsul sendi glenohumerale adalah pembungkus sendi yang terdiri dari

dua lapisan yaitu stratum synovial dan stratum fibrosum. Menurut Pubzt dan Pabst

(2000), stratum synovial merupakan lapisan dalam sendi yang memproduksi


9

cairan synovial yang memberi nutrisi kepada cartilago sendi. Stratum fibrosum

merupakan lapisan luar yang terdiri dari jaringan ikat fibrosa dan berfungsi

membantu memperkuat persendian.

c. Sistem otot

Otot merupakan sebuah jaringan dalam tubuh yang berfungsi sebagai alat

penggerak aktif yang menggerakkan tulang. Otot bahu selain berfungsi sebagai

stabilisator dan pengontrol hubungan antara scapula dan humerus. Otot-otot bahu

terbagi menjadi (1) otot superficial, yaitu : m.trapezius dan m. latissimus dorsi,

otot tersebut sebagai otot pelindung dari otot-otot lain yang berada di bawahnya,

(2) otot ektrinsik dalam, yaitu : m. levator scapulae, m. rhomboideus minor¸m.

rhomboideus major, m. serratus anterior,(3) otot intrinsik, terdiri : m. deltoideus,

m. supraspinatus, m. infraspinatus, m. teres major, m. teres minor, m.

subscapularis. (Hollinshead,1974).

Otot trapezius membantu gerakan rotator cuff girdle untuk gerakan fleksi,

ekstensi, abduksi tangan, dan rotasi upward scapula. Sedangkan otot latissimus

dorsi aktif pada gerakan ekstensi, adduksi, dan endorotasi lengan atas. Otot

levator scapulae juga bekerja bersama dengan otot rhomboideus untuk

mengontrol gerakan scapula dan menstabilkan posisi scapula. Otot levator

scapulae juga bekerja dengan 2 otot sekaligus yaitu : m.rhomboideus dan

m.pectoralis minor untuk bergerak rotasi downward dan depresi pada scapula.

Otot trapezius juga bekerja dengan otot levator scapulae sehingga menghasilkan

gerakan elevasi scapula (Donatelli, 2012).


10

2
14
3
15
4 5
16 7
6
17 8

9
10
11

12
18 19
13
20

Gambar 2.2
Otot-otot bahu dilihat dari posterior (Donatelli, 2012
11

1
9
10 2
11
4
12 5
6
13
7
14
8
16

17

18

19

Gambar 2.3

Otot-otot bahu dilihat dari anterior (Donatelli, 2012).


12

2. Olah raga panahan

Olahraga panahan dapat di definisikan sebagai cabang olahraga non

contact, statis, dan membutuhkan kondisi fisik yang baik yaitu kekuatan otot dan

daya tahan khususnya pada otot tubuh bagian atas (Ertan, 2009). Kekuatan dan

daya tahan otot dalam olahraga panahan sangat penting untuk menarik tali busur

secara berulang – ulang dalam waktu yang relatif lama.

Menurut Lee (2005) menjelaskan bahwa terdapat 12 tahapan teknik dalam

memanah yakni : (1) stance, (2) nocking, (3) hooking the string and gripping the

bow, (4) mindset, (5) set up, (6) drawing, (7) anchoring, (8) loading/transfer to

holding, (9) aiming and expansion, (10) release, (11) follow- through, (12) feed

back. Prestasi dalam panahan dapat dicapai secara optimal Jika siswa memiliki

kemampuan teknik dan kemampuan fisik yang baik, sehingga akan

memungkinkan tercapainya prestasi yang tinggi (Sunandar, 2010)

Haywood et al, (2006) mengemukakan bahwa otot – otot utama yang perlu

dikembangkan untuk olahraga panahan adalah otot – otot leher, bahu, biceps,

triceps, lengan bawah, pergelangan tangan, perut dan otot – otot togok.

a. Analisa Biomekanik

Pada saat drawing sampai release otot yang bekerja adalah deltoideus,

biceps brachii, triceps brachii, brachoradialis, teres minor, teres major,

pectoralis, rhomboidheus, trapezius, infraspinatus (Jurgen et al., 1998).

1) Poros gerak dalam panahan

Teknik memanah yang benar sangat berkaitan erat dengan segi anatomi

dan mekanika gerak. Biomekanika gerak yang terkait dalam olahraga panahan
13

yaitu ada dua poros (axis) gerak yaitu Poros I (satu) dan Poros II (dua). Poros I

adalah sikap bahu dan sikap lengan penahan busur (bow hand) satu garis lurus.

Poros II adalah posisin panah dengan lengan penarik (draw hand) satu garis lurus

(Gayo, 2010).

2) Hukum Newton I

Hukum Newton I dirumuskan oleh Sir Isac Newton (1642-1722) yang

dikutip oleh Gayo (2010) bila dikaitkan dalam olahraga panahan, hukum ini

diterapkan dari mulai menarik busur terutama dari sikap set up. Pemanah tidak

bisa hanya menggunakan otot belakang saja dalam menarik, tetapi harus

menggunakan lengan atas dan tangan penarik dengan baik, jika pemanah secara

continue menarik, berarti melepas posisi holding, dimana kita butuh transfer

ketegangan yang memungkinkan dari lengan atas dan tangan penarik ke otot

belakang. Oleh karena itu jika Holding tidak tercapai, tidak ada transfer

ketegangan yang bisa terjadi. Selama fase transfer, otot punggung secara continue

menarik, berarti melepas posisi holding, dimana kita butuh transfer ketegangan

yang memungkinkan dari lengan atas dan tangan penarik ke otot belakang, Oleh

karena itu jika Holding tidak tercapai, tidak ada transfer ketegangan yang bisa

terjadi. Selama fase transfer , otot punggung secara continue menggerakan

scapula ke arah tulang belakang, ketika ketegangan dari lengan atas dan tangan

penarik telah di transfer. Hukum inertia hanya diterapkan dari posisi holding yaitu

posisi scapula bergerak mendekat tulang belakang yang menyebabkan dada

membuka dan tidak berlebihan, ini penting supaya anak panah terjadi klik.
14

3) Hukum Newton’s II (akselerasi)

Hukum ini diterapkan ketika adanya momen pada saat mulai menarik.

4) Hukum Newton’s III (aksi dan reaksi)

Hukum NewtonIII dalam Gayo (2010) di olahraga panahan hukum inin

diberlakukan mulai pada saat drawing-release anak panah. Aksi yang diberikan

yaitu pemanah menarik tali busur dengan lengan penarik dan reaksinya adalah

melepaskan tali busur sehingga anak panah meluncur pada sasaran.

Gambar 2.4 b)

a) Drawing, b) transfer loading to holding (Damiri, 1990)

Salah satu kajian fisioterapi adalah istem lever. Pada gambar 2.1 diatas

yang bekerja sistem lever III. Dimana titik berat (weight) terketak di pergelangan

tangan/jari jari, titik usaha/gaya (effort) terletak di otot otot lengan dan yang

berperan sebagai titik tumpu (fulcrum) adalah shoulder.


15

Gambar 2.5 Latihan beban incline dumbbell bench


press

Gambar 2.6 Bent Over Row

Dalam kajian fisioterapi sistem lever ini, pada saat gerakan membuka

gambar 2.2 dan 2.3 yang bekerja sistem lever 3. Dimana sebagai titik berat

(weight) di handgrip, sebagai titik usaha/gaya (effort) otot-otot lengan dan otot-

otot punggung, dan yang berperan sebagai titik tumpu (fulcrum) adalah elbow.

3. Daya tahan otot lengan pada panahan

a. Definisi

Daya tahan otot lengan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot

untuk dapat berkontraksi secara dinamis ataupun statis dengan menahan beban

dalam waktu yang relatif lama, untuk dapat menjaga kestabilan antara daya tarik

adn daya dorong yang dilakukan oleh otot-otot lengan agar terciptanya konsistensi

gerakan dari awal-akhir pertandingan (Munawar, 2013)


16

b. Fungsi bagi panahan

Olahraga panahan unsur daya tahan otot lengan sangat dibutuhkan

mengingat besarnya daya tarik dan dorong yang harus dilakukan secara terus

menerus oleh otot lengan. Unsur tersebut yang nantinya akan berpengaruh

terhadap irama penembakan si atlet. Karena melakukan gerakan yang berulang-

ulang sehingga membutuhkan daya tahan otot yang maksimal. Selain itu daya

tahan otot sangat memegang peranan penting karena pertandingan dalam panahan

memerlukan waktu yang relatif lama. Waktu pertandingan bisa mencapai 4-5 jam

atau melepaskan anak panah sebanyak 108 buah dalam babak kualifikasi atau

dalam satu hari (Pratama, 2012). Dari sini bisa terlihat bahwa panahan merupakan

cabang olahraga yang memerlukan daya tahan otot lengan yang tinggi. Semakin

kuat daya tahan otot tersebut maka semakin kuat tenaga penggerak menahan

beban sehingga akan menghasilkan keajegan gerakan dalam menarik tali busur

untuk waktu yang relatif lama.

c. Alat ukur

Pengukuran pada penelitian ini dituangkan dalam bentuk tes daya tahan

otot lengan. Tujuannya untuk mengukur tingkat daya tahan otot lengan setiap

atlet. Pelaksanaanya adalah dengan melakukan tes menahan busur yang dilakukan

pada penelitian Diana (2003) yang dikutip oleh Munawar (2013).

1) Fasilitas

Busur, anak panah, stopwatch, format hasil tes, petugas


17

2) Petunjuk pelaksanaan tes : a) sampel melakukan gerakan menembak,

b) saat anak panah mencapai kliker, waktu mulai dihitung petugas mulai

memperhatikan posisi ujung anak panah (apabila ujung anak panah mulai bergeser

maju ke depan, maka waktu mulai di berhentikan), D) Sample melakukan 3 kali

pengulangan dengan interval 1 menit untuk setiap pengulangan.

3) Penilaian

Waktu didapat dari gerakan menahan busur, dengan menggunakan

stopwatch dan nilai yang diambil adalah waktu terbaik dari 3 kali pengulangan.

TABEL 2.1

NILAI NORMATIF LAMA MENAHAN BUSUR

No Nilai normatif lama menahan busur Kategori

1 > 52 Baik sekali

2 39- 51 Baik

3 28- 38 Cukup

4 21- 27 Kurang

5 < 21 Kurang sekali

Sumber: Mulyono, 2010

4. Latihan Beban

a. Definisi Incline Dumbbell Bench Press


18

Incline dumbbell bench press merupakan latihan beban dengan tarikan otot

lengan dengan posisi awal memegang 2 dumbel lengan lurus 180 derajad tangan

pronasi posisi telentang di bangku miring, kemudian gerakannya turunkan dumbel

dengan perlahan sampai pada posisi dumbel berada di dekat ketiak dan sejajar

dengan bagian atas sepertiga area dada (di antara klavikula dan puting susu).

Dalam latihan ini otot tricep mempunyai peranan yang penting, yang mempunyai

fungsi utama sebagai penggerak sendi siku untuk gerakan ekstensi. Otot triceps ini

yang dominan memiliki serabut otot type II fast twich yang mana daya tahan

relatif baik. Latihan ini termasuk dalam kontraksi isotonus yaitu latihan dinamik

yang dilakukan dengan prinsip beban konstan dan ada perubahan panjang otot.

Metode latihan ini berguna pada latihan penguatan dan daya tahan otot.

Penghitungan beban dimulai dengan menentukan beban maximum atau 1 RM

(Repetetion maximum) dengan tes submaksimal.

b. Definisi Bent Over Row

Bent over row merupakan latihan beban dengan tarikan otot punggung

diawali dengan sikap berdiri membungkuk 90 derajad badan lurus kedua lutut

sedikit ditekuk kaki selebar bahu , genggam handgrip dengan posisi kedua tangan

posisi pronasi, kemudian gerakannya tarik kearah dada(pertahankan punggung

tetap lurus) tahan lalu kembali ke posisi semula. . Latihan ini termasuk dalam

kontraksi isotonus. Dimana pada gerakan tersebut otot yang terlibat latissimus

dorsi, teres major, middle trapezius, rhomboideus, psoterior deltoids. Fungsi dari

otot ini hanya berperan sebagai pendukung dalam latihan diatas. Penghitungan
19

beban ini dimulai dengan menentukan beban maximum atau 1 RM (Repetition

maximum) dengan tes submaksimal.

c. Pengaruh daya tahan otot lengan

Pengaruh daya tahan otot lengan sangat penting untuk peningkatan

lamanya menahan busur. Untuk meningkatkan kemampuan tersebut maka

diberikan latihan beban. Jenis latihan ini adalah latihan incline dumbble press dan

bent over row, dimana otot yang berperan triceps, rhomboideus, trapezius,

latisimus dorsi, teres major, deltoid posterior, biceps brachii dan bracoradialis

(Putz and Pebst, 2005). Didapatkan respon fisiologis yang memiliki pengaruh atau

menyebabkan penambahan ukuran otot (hipertropi otot) pada serabut otot type 1

slow twitch. Walaupun pada latihan daya tahan, adaptasi terbesar terjadi proses

biokimiawi di dalam otot. Dengan pemanfaatan mechano growth faktor dimana

substansi tersebut berperan dalam proses peningkatan sintesa protein yang

digunakan dalam adaptasi kontraksi otot terhadap beban latihan yang diberikan.

Sehingga dalam hal ini selain terjadi respon dari muscle fiber juga menyebabkan

meningkatnya ukuran pembuluh kapiler, sehingga meningkatkan penggunaan

oksigen dalam muscle fiber.

Pembesaran otot (hipertropi) mungkin terjadi, tapi hanya sedikit sekali.

Hipertropi ini disebabkan karena adanya peningkatan sintesis protein (actin

myosin) yang akan menstimulasi asam amino yang mana meningkatkan jumlah

mitokondria pada sel otot. Didalam sel myofibril tersebut akan bertambah ukuran

dan jumlahnya. Pada sistem metabolisme ATP dan CP meningkat, penyediaan

myoglobin dan enzim creatinin phosphokinase juga meningkat. Hal tersebut


20

meningkatkan kekuatan tegangan dari tendon, ligamen, dan jaringan ikat di otot

dengan kata lain meningkatnya ketebalan jaringan penghubung yang memberikan

kontribusi pada seluruh pertumbuhan atau hipertropi otot (Nasution, 2003).

Adanya pembebanan yang diberikan tersebut meningkatkan kontraksi dan

merangsang neuron motorik pada otot, kontraksi unit- unit motorik tersebut secara

stimultan menimbulkan kontraksi otot disepanjang otot yang merangsang aktifnya

neuron motorik. Latihan pembebanan juga berpengaruh terhadap adaptasi saraf

yang berhubungan dengan meningkatnya rekruitmen pada jumlah grup otot.

Semakin banyak mootor unit yang terekruitmen maka semakin banyak serabut

otot yang aktif. Banyak peneliti setuju bahwa motor unit secara umum teraktivasi

didasarkan oleh adanya perintah rekruitmen yang pasti oleh karena aktivitas

neuromuskular yang mengikat secara pasti dan berulang ulang yang dikenal

dengan principle orderly recruitment yai tu pemberian stimulus yang mengikat

secara bertahap terhadap motor unit menjadikan kampuan otot meningkat (Chu,

2006).
21

B. Kerangka Berpikir
Faktor yang
mempengaruhi:
Prestasi olahraga 1. Usia
2. Tinggi badan
panahan 3. Berat badan
4. Panjang tarikan

Kekuatan otot Daya tahan otot

Latihan beban

Incline dumbbell press Bent Over Row

Dosis latihan
Frekuensi : 3 x
Seminggu
Intensitas : 30- 65 %
Type : Dinamis
(Weight training)
Time : 0- 30 detik

Peningkatan daya tahan


otot lengan

Peningkatan hasil
lamanya menahan busur

Gambar 2.7 Kerangka Berpikir


22

C. Kerangka Konsep

Latihan beban incline Daya tahan otot lengan


dumbbell press dan bent ove panahan pemula
row

Gambar 2.8 Kerangka konsep

D. Hipotesis

Ada pengaruh latihan incline dumbbell press dan Bent over row terhadap

peningkatan daya tahan otot lengan pada panahan pemula di Kabupaten

Karanganyar.
23

Anda mungkin juga menyukai